Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahnaz Savitri
"Perkembangan teknologi terutama penggunaan media sosial memungkinkan terbentuknya beragam komunitas online, di mana salah satunya adalah komunitas fandom K-pop di media sosial Twitter yang disebut K-Pop Stan Twitter. Penelitian ini akan berfokus pada salah satu fandom K-Pop yang bernama Inner Circle. Penelitian ini akan menggunakan metode etnografi digital untuk menjelaskan bagaimana anggota fandom Inner Circle membentuk identifikasi mereka saat mereka menegosiasikan produktivitas dan budaya partisipasi mereka melalui platform media sosial. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa identifikasi dapat mencakup tiga dimensi: inti, isi, dan perilaku. Inti dari fandom Inner Circle diartikulasikan dalam kiasan positif ―fandom yang dewasa‖, yang ditunjukkan oleh keyakinan, nilai, norma, dan rutinitas kelompok, yang dibandingkan dengan kelompok lain. Identifikasi juga diperkuat melalui pengalaman kelompok, sejarah dan tradisi, dan ritual di mana penggemar sama-sama membangun makna. Demografi, anggota fandom, ukuran fandom yang kecil, interaksi parasosial, serta audiens yang dibayangkan, adalah faktor-faktor yang memengaruhi proses identifikasi. Penelitian ini akan menjelaskan motivasi penggemar bergabung dengan Stan Twitter, serta alasan mereka menggunakan akun Twitter khusus penggemar. Penelitian ini juga memperhatikan dua jenis teks penggemar yaitu tweet penggemar serta profil Twitter penggemar yang merupakan cara anggota menunjukkan dedikasi dan semangat untuk fandom mereka. Selain itu, penelitian ini akan menunjukkan bagaimana penggemar membentuk representasi selebritas yang menjadi objek fandom mereka pada komunitas fandom virtual yang dibayangkan.

The development of technology, especially the use of social media, allows the formation of various online communities, one of which is the K-Pop fandom community on Twitter called K-Pop Stan Twitter. This research will focus on one of the K-Pop fandoms named Inner Circle. This study then draw on digital ethnographic data to explore how members of inner Circle fandom form their identification as they negotiate their productivity and participatory culture through online social media platforms. The findings of this study suggest that identification can include three dimensions: core, content, and behavior. The core of the Inner Circle fandom is articulated in the positive tropes of “mature fandom”, represented by the group’s beliefs, values, norms, and routines, as compared to other groups. Identification is also strengthened through group experience, history and tradition, and rituals in which fans build meaning together. Demographic, fandom size, parasocial interactions, and imagined audience are factors influencing the identification process. This study will explain fans' motivations to join Stan Twitter, as well as the reasons they are using a Twitter fan acoount. This study also pays attention to two types of fan text, namely fan tweets and fan Twitter profiles which are one way for members to show their dedication and passion for their fandom. In addition, it will show how fans shape the representation of celebrities who are the object of their fandom in an imagined virtual fandom community."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Angela Gunawan
"Twitter menjadi salah satu media sosial terpopuler yang digunakan penggunanya untuk berinteraksi, berkolaborasi, berkomunikasi, berbagi, dan membentuk jaringan komunitas. Salah satu komunitas dan aktivitas yang terbentuk melalui Twitter adalah roleplay. Roleplayer membentuk identitas virtual sesuai dengan persona yang diinginkannya. Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan komunitas roleplay di Twitter Indonesia dan hubungannya dalam membentuk identitas virtual. Teori dan konsep yang digunakan dalam makalah ini meliputi identitas virtual dan computer mediated communication (CMC) dengan metode pengumpulan data yang terinspirasi dari etnografi digital dan studi literatur. Studi ini menemukan, praktik roleplay di Twitter Indonesia tidak hanya sebatas pada roleplayer yang memainkan karakternya sesuai dengan identitas virtual yang dibangunnya, tetapi juga memfasilitasi roleplayer untuk melakukan banyak hal.

Twitter is one of the most popular social media used by its users to interact, collaborate, communicate, share,
and form a community network. One of the communities and activities formed through Twitter is roleplay. The
roleplayer forms a virtual identity according to the persona he wants. This paper is prepared to describe the
roleplay community on Twitter Indonesia and its relationship in forming a virtual identity. The theories and
concepts used in this paper include virtual identity and computer mediated communication (CMC) with data
collection methods inspired by digital ethnography and literature studies. This study found that the practice of
roleplay on Twitter Indonesia is not only limited to roleplayers who play their characters according to the virtual
identity they have built, but also facilitates roleplayers to do many things.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Agus Hamonangan
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengeksplorasi beberapa efek dari variabel
dalam komunitas virtual ID-ANDROID. Pengaruh variabel yang terlibat antara
lain identifikasi, kepuasan, partisipasi, promosi, dan loyalitas. Data diolah
menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) dengan kesimpulan
bahwa kepuasan memberikan dampak positif terhadap promosi namun tidak
signifikan terhadap partisipasi anggota dalam komunitas virtual. Ditemukan
pula bahwa identifikasi anggota memberikan pengaruh positif dan signifikan
pada partisipasi dan kepuasan anggota namun tidak pada promosi. Promosi
lebih dipengaruhi oleh tingkat kepuasan anggota yang berujung pada loyalitas
anggota terhadap komunitas virtual ID-Android.

ABSTRACT
Objective of this thesis is to explore some effects on virtual community of
ID-ANDROID. Involved variables are including identification, satisfaction,
promotion and loyalty. Data is processed by using Structural Equation Model
(SEM) and it concludes that satisfaction gives a non-significant positive effect on
member participation in this virtual community. It also found that member
identification gives significant and positive effect to member participation and
satisfaction, however, it is not valid on promotion. Promotion is more influenced
by member participation level which is end-up to member loyalty on virtual
community of ID-Android."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alviansyah Hidayat
"Vigilantisme diartikan sebagai sebuah tindakan main hakim sendiri yang dilakukan untuk membela nilai yang dipercayai tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut berbasiskan keadilan. Perilaku vigilantisme bukanlah sesuatu yang baru dalam budaya penggemar, contohnya di kalangan fandom K-Pop yang berpusat di Twitter atau biasa disebut dengan Stan Twitter dimana sering ditemukan adanya bentuk vigilantisme digital, salah satunya kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu kasus AG. Dengan menggunakan Media Construction of Reality, penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana fenomena vigilantisme muncul sebagai bentuk fanatisme penggemar terhadap idolanya, terutama dalam lingkungan Stan Twitter K-Pop. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana konstruksi media memengaruhi nilai-nilai budaya penggemar K-Pop yang ada di Twitter, termasuk budaya vigilantisme digital demi membela idola yang digemari. Dari 6 informan yang diwawancarai, ditemukan bahwa perilaku vigilantisme sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak disukai namun dianggap wajar karena nilai-nilai budaya penggemar lain yang sudah dikonstruksikan sebelumnya. Peran dan partisipasi dari penggemar K-Pop lain diperlukan dalam mencegah adanya normalisasi perilaku vigilantisme digital lebih lanjut di kalangan penggemar K-Pop.

Vigilantism is defined as an act to upheld the values an individual/community believes without considering whether the action is based on justice. Vigilantism is not something unusual in a fan culture, especially among K-Pop fandoms centered on Twitter or commonly referred to as Stan Twitter, like what happened to AG as one of the recent case. By using Media Construction of Reality, this study tries to explain how vigilantism emerges as a form of fan fanaticism towards their idols, especially in Stan K-Pop Twitter. Through a qualitative approach, this study aims to see how media construction affects the K-Pop fan culture on Twitter, including those of doing digital vigilantism in order to defend their idols. Based on the 6 informants interviewed, this research found that vigilantism is something that is actually frowned upon but still considered normal because of other values which have been constructed and established among the fandoms. The role and participation of other K-Pop fans is necessary in preventing further normalization of digital vigilantism among K-Pop fan community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Andari Rahmiputri
"Tesis ini membahas mengenai representasi fantasi boyfriend dalam fandom yang muncul karena hubungan parasosial. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti melakukan analisis multimodalitas untuk melihat representasi fantasi boyfriend di Twitter yang disebabkan karena adanya hubungan parasosial. Selain analisis multimodalitas dilakukan pula wawancara untuk mengetahui bagaimana hubungan parasosial yang dirasakan penggemar dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi representasi yang mereka gambarkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat representasi fantasi boyfriend yang hadir karena hubungan parasosial Teori yang digunakan adalah teori parasosial oleh Horton dan Wohl serta teori representasi oleh Stuart Hall. Konten Twitter akan dianalisis menggunakan analisis visual oleh Kress dan Van Leuween dan analisis Systemic Functional Linguistics (SFL).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa representasi fantasi boyfriend ditampilkan berdasarkan karakteristik idola yang penggemar dapatkan dari hubungan parasosial setelah mengkonsumsi media. Hubungan parasosial tidak hanya terjadi antara idola dan penggemarnya namun juga antar penggemar. Sedangkan, karakteristik idola yang didapatkan, merupakan dasar utama dalam merepresentasikan fantasi boyfriend itu sendiri.

This thesis talks about how fans represent the fantasy of boyfriend with the help of parasocial relationship in their Tweets. Using constructivism as the paradigm, this research is a qualitative research where the researcher analyses some tweets using multimodality to help to see how the fantasy of boyfriend as the result of parasocial relationship. Besides multimodality, the researcher also did some interviews to find out how fans experience parasocial relationship and how they see their idol and imagining them as boyfriends.
The purpose of this research is to see how fans represent the fantasy of boyfriend that they have on the idols that is caused by parasocial relationship. Parasocial theory by Horton and Wohl dan representation by Stuart Hall are used in this research. Then, the tweets that are used in this research are analysed using visual analysis by Kress and Van Leeuwen and Systemic Functional Linguistic (SFL) by Halliday.
The results show that the fantasy representation of boyfriend following the parasocial relationship after using media. It also shows that parasocial relationship leads the fans to know about their idols characteristic that helps them to represent them as a boyfriend. It also shows that paracosial relationship not only happens between fans and their idol but also amongst the fans themselves. Results also show that the characteristic of the idol helps a lot to build the representation of boyfriends fantasy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Priyansyah
"Pembahasan mengenai budaya populer selalu berkembang seiring dengan perkembangan media yang mendukung penyebaran mereka. Fandom media hiburan tersebut menjadi objek studi yang menarik banyak peneliti untuk melihat praktik budaya yang ada di dalamnya. Fandom anime, contohnya, merupakan salah satu pelanggan utama dalam studi mengenai praktik budaya yang terjadi dalam komunitas mereka masing-masing. Dalam penelitian ini, terdapat pembahasan mengenai bagaimana fandom anime di Indonesia membuat animeme (meme dengan topik anime) dengan nilai budaya yang terdiri dari budaya anime dan beragam budaya masyarakat Indonesia. Melalui praktik textual poaching (Jenkins, 1992) ini, akan ditelaah bagaimana fandom anime daring di Indonesia memaknai keberadaan mereka sebagai komunitas transnasional (Appadurai, 1996). Data berupa meme anime yang didapatkan dari Twitter akan dibahas dengan menggunakan kedua konsep tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana fandom anime telah berkembang dari taraf komunitas transnasional yang memahami nilai-nilai budaya antar negara, menjadi komunitas transregional yang menunjukkan pemahaman akan nilai-nilai budaya yang berasal dari anime dan daerah-daerah tertentu di Indonesia. Istilah transregional menjadi cenderung lebih cocok untuk mewakili fenomena pengaruh budaya yang tidak lagi terbatas kenegaraan, melainkan kedaerahan ini. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat ikut berkontribusi pada perkembangan studi mengenai budaya populer, fandom, dan komunitas transnasional yang sering juga disebut sebagai global citizen.

Discussions regarding popular culture has always developed in parallel with the development of the media that spreads them. Said media’s fandom becomes an interesting study that attracts many researchers to unravel the cultural practices they conduct. The anime fandom, for example, is a usual suspect for the study of their cultural practices. This research discusses how Indonesian anime fandom creates animemes (anime-themed memes) with the cultural values of anime culture and the culture of the people in Indonesia. Through this practice of textual poaching (Jenkins, 1992), this research will analyze how anime fandom practice their existence as a transnational community (Appadurai, 1996). The data discussed by these two theories are in the form of anime memes obtained from Twitter. The result shows that anime fandom has developed from a transnational community that practices the cultural values of a nation, into a transregional community that practices the cultural value of anime and particular regions in Indonesia. The term “transregional” tend to become much more suitable to represent the cultural influence of not only a nation or a country, but also a particular region’s culture. The researcher hopes that this research can contribute to the development of popular culture study, especially the study of fandom and transnational community, who are often referred to as global citizen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Athifah Sandi
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana anggota fandom musik pop melakukan engagement dan berpartisipasi dalam komunitas fanbase di media sosial, khususnya pada Instagram, Twitter, dan LINE yang termasuk dalam jajaran platform paling populer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan desain fenomenologi. Melalui wawancara dengan perwakilan dari lima komunitas fanbase, penelitian ini mengeksplor praktik-praktik yang dilakukan dalam fandom musik pop dari perspektif dan pengalaman penggemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar aktif terlibat dalam beragam proses produksi dan konsumsi konten, mulai dari informatif, interpretif, karya transformatif, proyek bersama komunitas, hingga merchandise. Produktivitas penggemar dalam melakukan berbagai aktivitas engagement tersebut menunjukkan adanya kesetiaan dan dedikasi terhadap musisi favorit.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa komunitas fanbase beroperasi berdasarkan konsep reward industry, yang mana penggemar termotivasi oleh adanya keuntungan-keuntungan emosional yang didapat dari interaksi dengan komponen industri, antara lain musisi, label rekaman, rekan media, dan promotor konser.

This research discusses about how members of pop music fandoms engage and participate in fanbase communities on social media, specifically on Instagram, Twitter, and LINE which are among the most popular platforms in Indonesia. This research uses qualitative method with phenomenology design. Through interviews with representatives of five fanbase communities, this research explores practices in pop music fandom from the fans perspectives and experiences.
The result shows that fans are actively involved in various processes of content production and consumption, from informative, interpretive, transformative, community projects, to merchandise. Fans productivity in doing these engagement activities shows devotion and dedication to their favorite artists.
This research also finds that fanbase communities operate based on reward industry concept, in which fans are motivated by emotional rewards from interaction with industry components, such as the artist, record label, media partner, and concert promotor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Novitadewi Susanto
"Masuknya budaya populer Korea, terutama musik pop, memunculkan fenomena baru yang lain yaitu roleplay di kalangan para penggemarnya. Roleplay merupakan permainan peran, baik memainkan peran karakter fiksi maupun publik figur di kehidupan nyata. Setiap orang dibebaskan memainkan karakter yang mereka inginkan dan mendorong pemain untuk memainkan karakter dengan identitas yang berbeda, salah satunya identitas gender. Dari sinilah muncul fenomena gender swap. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam secara daring untuk menyesuaikan dengan pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana seseorang mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dan kaitannya dengan stereotip gender yang berlaku. Hasil dari penelitian ini adalah informan mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dengan tindakan performatif yang dilakukan secara berulang-ulang melalui tampilan akun, typing, dan interaksi sosial. Dalam mengonstruksikan identitas gendernya, informan melanggengkan dan menentang stereotip gender secara bersamaan.

The entry of Korean pop culture, especially pop music, has led to another new phenomenon, namely roleplay among fans. Roleplay is a role-playing game, both playing the role of fictional characters and public figures in real life. Everyone is free to play the character they want and encourages players to play characters with different identities, one of which is gender identity. This is where the gender swap phenomenon emerges. This study uses an ethnographic approach with online observation and in-depth interviews to adapt to the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to see how a person constructs a different gender identity and its relation to prevailing gender stereotypes. The results of this study are informants construct different gender identities with performative actions that are carried out repeatedly through account display, typing, and social interaction. In constructing their gender identity, informants perpetuate and oppose gender stereotypes simultaneously."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Putri Novandari
"K-Pop yang saat ini menjadi fenomena global tidak dapat dipisahkan dari penggemar K-Pop yang menggunakan media sosial untuk melakukan aktivitas penggemar mereka, salah satu media sosial yang menjadi tempat utama bagi penggemar K-Pop untuk melakukan aktivitas penggemar adalah Twitter. Penggemar K-Pop tidak hanya menikmati konten dari idola mereka saja di Twitter namun mereka juga berinteraksi dengan penggemar lainnya serta melakukan produksi budaya penggemar atau fan culture. Salah satu praktik yang dilakukan oleh penggemar K-Pop di Twitter adalah pembuatan fan project yang bertujuan untuk mendukung idola mereka. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap praktik yang dilakukan oleh penggemar K-Pop di Twitter menunjukan bahwa penggemar K-Pop melakukan banyak kegiatan produksi budaya penggemar yang dapat dilihat sebagai bentuk mediated fan-practice. Penelitian ini juga menemukan bahwa praktik fan project yang dilakukan oleh penggemar dapat dilihat sebagai bentuk fan labor dan free labor, penggemar yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini melakukan sebuah bentuk ‘labor’ karena menghasilkan produk budaya yang menguntungkan pihak-pihak kapital namun mereka tidak mendapatkan keuntungan secara finansial dari praktik yang mereka lakukan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa penggemar K-Pop memiliki motivasi yang bukan merupakan keuntungan finansial dalam melakukan fan project untuk idola mereka.

K-Pop, a current global phenomenon, is inseparable from K-Pop fans who use social media to carry out their fan activities, one of the social media that is the main place for K-Pop fans to do fan activities is Twitter. K-Pop fans not only enjoy content from their idols on Twitter but they also interact with other fans and do fan culture productions. One of the practices carried out by K-Pop fans on Twitter is the creation of a fan project that aims to support their idols. Data obtained through interviews and observations of practices carried out by K-Pop fans on Twitter shows that K-Pop fans carry out many fan culture production activities that can be seen as a form of mediated fan-practice. This research also found that fan project practices carried out by fans can be seen as a form of fan labor and free labor, fans who are the main subjects in this study do a form of 'labor' because they produce cultural products that benefit the parties of capital but they do not benefit financially from their practices. In this paper, it is found that K-Pop fans have motivations that are not financial gains in doing fan projects for their idols."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bestari Nurfitriana
"Partisipasi konsumen merupakan bagian yang penting dalam proses pemasaran. Di era teknologi ini, internet yang tidak dapat lagi dipisahkan dalam kehidupan manusia modern memberi warna baru dalam perilaku konsumen di dunia maya sehingga topik tersebut semakin penting untuk dipelari. Komunitas virtual pun bermunculan, salah satunya dalam jenis social media seperti Twitter. Di Indonesia, Twitter digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan banyak orang. Perusahaan menggunakan Twitter sebagai media dalam melakukan promosi dan komunikasi kepada pelanggan. Namun masih banyak akun Twitter perusahaan yang pengelolaannya kurang efektif dalam menarik partisipasi konsumen mereka karena kurangnya pemahaman terhadap perilaku konsumen di komunitas virtual.
Penelitian ini di desain untuk meneliti value perception terhadap social influence variable yang mengarah pada pengambilan keputusan dan partisipasi konsumen. Penelitian berdasarkan survei ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dan offline kepada pengguna Twitter yang merupakan follower dari akun produk di Indonesia.
Hasil yang didapatkan mendukung model penelitian, dimana salah satunya adalah value perception berpengaruh besar terhadap group norms di dalam komunitas sehingga pengguna merasa lebih bersatu di dalamnya. Peneliti juga menyimpulkan temuan riset ini dalam implikasi manajerial dan saran penelitian ke depannya.

Consumer participation is an important part of marketing process. In this technology era, internet is inseparable nowadays in modern human life that gives new meaning on consumer behavior in virtual world, consequently that topic became more important to be studied. Virtual communities then mushroomed, one of them, in social media type, is Twitter. In Indonesia, people use Twitter for communicating and sharing information with other users. Companies use it as the medium in promotion and communication with their consumers. However, many companies do not manage their Twitter account effectively to attract consumer participation (in this case, Twitter user who followed the company account)astheir lack of understanding of consumer behavior in virtual community.
This study was designed to examine the influence of value perception to social influence variable that lead to create decision making and participation of consumers. This surveybased study used online and offline questionnaires to Twitter users who are followers of companies account in Indonesia.
The results are supporting the study model, one of them is that value perception plays great role to form group norms in virtual community. Researcher also conclude with a consideration of study and managerial implications.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>