Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andwi Setiawan Kokok
"Tesis ini disusun untuk menilai perbedaan skor nyeri (VAS), fleksibilitas (LGS), kemampuan fungsional (WOMAC) dan ketebalan ligamen kolateral medial pada pasien osteoarthritis lutut sebelum dan sesudah mendapatkan Shock Wave Therapy. Penelitian ini menggunakan desain pre-post. Subjek penelitian adalah pasien OA lutut berusia 50 hingga 70 tahun dengan derajat Kellgren-Lawrence 2-3 dan cedera MCL derajat 1 (ketebalan MCL lebih dari 5,6 mm), skor nyeri sedang (31 – 69 mm), dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menandatangani lembar persetujuan penelitian setelah mendapat penjelasan. Semua subjek penelitian (n=14) dievaluasi terkait nilai dasar skor nyeri, lingkup gerak sendi, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL. Selama penelitian didapatkan dropout sebanyak 2 subjek (n=12). Terapi SWT diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu, masing-masing sesi mendapatkan 4000 shock dengan intensitas 1,5 – 4 Bar yang dinaikkan secara bertahap. Terapi SWT dilakukan dengan subjek berada pada posisi berbaring terlentang, lutut ditekuk 90o, tanpa pemberian analgesik topikal. Penilaian Kembali dilakukan pada minggu ke-4 dan ke-8 dan didapatkan perbedaan skor nyeri yang bermakna dari 51,09+13,81 menjadi 29,33+19,95 (p < 0,001), perbedaan skor WOMAC yang bermakna dari 37,5+16,61 menjadi 29,17+16,58 (p = 0,007), perbedaan ketebalan MCL yang bermakna dari 7,73+1,59 mm menjadi 6,8+1,75 (p = 0,01), dan perbedaan yang tidak bermakna pada fleksibilitas (p = 0,317). Kesimpulan penelitian ini adalah karakteristik umum pasien OA lutut di RSUPNCM memiliki rerata usia 59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan derajat KL 3, terdapat perbedaan bermakna pada skor nyeri, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL yang bermakna sesudah mendapatkan terapi ESWT, tidak terdapat perbedaan bermakna pada fleksibilitas sesudah mendapatkan terapi ESWT.

This thesis was aimed to measure changes in pain score (VAS), flexibility (ROM), functional score (WOMAC), and medial collateral ligament size in knee osteoarthritis patient before and after getting Shock Wave Therapy. The design is pre-post design. The subjects were knee OA patient, ages range from 50 – 70 years old, with Kellgren-Lawrence grade 2-3 and grade 1 MCL sprain (MCL size is more than 5,6 mm), moderate pain score (31 – 69 mm), willing to participate in this study and has signed the informed consent after getting thorough explanation about the study. All subjects (n=14) were evaluated regarding baseline pain score, ROM, functional score, and MCL size. During this research 2 subjects dropped out (n- =12). Shock Wave Therapy was given 3 times with 1-week interval. All subjects were given 4000 shocks with intensity 1,5 – 4 Bar (raised gradually) each session. The therapy were given in supine position, knee flexed 90o, without topical anesthetic. Re-evaluation were done in week 4 and week 8, and were found significant difference in pain score from 51,09+13,81 to 29,33+19,95 (p < 0.001), significant difference in WOMAC score from 37,5+16,61 to 29,17+16,58 (p = 0.007), significant difference in MCL size from 7,73+1,59 mm to 6,8+1,75 (p = 0.01). No significant difference was found in knee ROM (p = 0.317). The conclusions of this study are typical characteristic of knee OA in RSUPNCM has average age 59 years old, female, and KL grade 3, and significant difference in pain score, functional score, and MCL size after getting SWT treatment, no significant difference in knee ROM after getting SWT treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Matrahman
"Nyeri merupakan gejala utama pada pasien dengan Osteoartritis OA , dan berdampak terhadap gangguan fungsional serta penurunan kualitas hidup. Latihan isometrik kuadrisep dan Jalan kaki dapat menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut untuk mengurangi keluhan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan non equivalent control group before - after. Jumlah sampel terdiri dari 17 responden pada masing-masing kelompok dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan jalan kaki efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi pasien OA lutut p 0.000. Latihan isometrik kuadrisep efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut pasien OA lutut p 0.000. Namun setelah dibandingkan kedua latihan tersebut menunjukkan bahwa latihan jalan kaki tidak lebih efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut daripada latihan isometrik kuadrisep pada pasien OA lutut p 0.000. Perlu dibuat protap latihan jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep yang terprogram. Pasien dengan obesitas dan derajat OA sedang bisa diarahkan dengan pilihan latihan isometrik kuadrisep. Sedangkan pasien dengan berat badan normal atau indeks masa tubuh kurang dan OA derajat ringan, bisa diarahkan pada latihan jalan kaki, serta pemberian edukasi gaya hidup agar kualitas hidup menjadi lebih baik.

Pain is known as the main symptom of Osteoarthritis OA which affect on the functional impairment and patient rsquo s quality of life. Alternatively, isometric quadriceps exercise and walking exercise could be employed to reduce the pain among knee OA patients. This study aimed to identify the comparison between walking exercise and isometric quadriceps exercise on pain and joint range of motion in knee osteoarthritis patients. This research was used quasi experimental with non equivalent control group before - after design. The experimental and control group, involved 17 respondents respectively with consecutive sampling technique.
The results showed the walking exercise is significantly reduce pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Similarly, the isometric quadriceps exercise is significantly decrease pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Nevertheless, after being compared showed that walking exercise is no more effective reduce pain and increase knee flexion range of motion rather than isometric quadriceps exercise in knee osteoarthritis patients. A standard operational procedure for walking exercise and isometric quadriceps exercise is programmed. Patients with obesity and moderat OA can be directed by choice of isometric quadriceps exercises. While patients with normal weight or less body mass index and mild OA, can be directed to walking exercise, as well as providing lifestyle education for better quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T50974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Purnomo
"Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi pada sendi, dimana dapat mengakibatkan ketidakmampuan beraktifitas dan perubahan kualitas hidup karena adanya inflamasi dan nyeri. Ketika masyarakat sunda merasakan nyeri maka akan memendam rasa nyeri yang dirasakannya. Walaupun merasakan nyeri masyarakat sunda tetap melakukan aktifitas sehari hari hal ini sesuai dengan pepatah Mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek yang berarti kalau tidak berusaha tidak mungkin bisa menanak nasi atau makan. Derajat nyeri dapat diukur menggunakan skor VAS Visual Analogue Scale dan kualitas hidup menggunakan skor SF 36. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik Non Probability Sampling Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat nyeri dengan kualitas hidup pasien osteoartritis. Hasil uji analisa menggunakan uji Pearson Chi square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat derajat nyeri dengan kualitas hidup pasien osteoartritis pada suku sunda p=0,000;p<0,05. Direkomendasikan penelitian selanjutnya untuk dapat membandingkan terkait persepsi derajat nyeri pasien osteoartritis yang dirasakan suku sunda dengan suku lain di Indonesia terhadap kualitas hidup.

Osteoarthritis is a degenerative disease that often occurs in joints, which can lead to inability to activity and changes in quality of life due to inflammation and pain. When Sundanese people feel pain, they will harbor the pain they feel. Although feeling the pain Sundanese people continue to do daily activities this is in accordance with the saying Mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek which means that if you do not try it is impossible to cook rice or eat. The degree of pain can be measured using the VAS Visual Analogue Scale score and quality of life using an SF 36 score. This study used a cross sectional design with the Non Probability Sampling technique. The results of the analysis test using the Pearson Chi square test showed a significant relationship between the degree of pain and the quality of life of osteoarthritis patients in the Sundanese tribe p = 0,000; p <0,05. Perceived Sundanese tribes with other tribes in Indonesia towards quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andwi Setiawan Kokok
"Tesis ini disusun untuk menilai perbedaan skor nyeri (VAS), fleksibilitas (LGS), kemampuan fungsional (WOMAC) dan ketebalan ligamen kolateral medial pada pasien osteoarthritis lutut sebelum dan sesudah mendapatkan Shock Wave Therapy. Penelitian ini menggunakan desain pre-post. Subjek penelitian adalah pasien OA lutut berusia 50 hingga 70 tahun dengan derajat Kellgren-Lawrence 2-3 dan cedera MCL derajat 1 (ketebalan MCL lebih dari 5,6 mm), skor nyeri sedang (31 – 69 mm), dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menandatangani lembar persetujuan penelitian setelah mendapat penjelasan. Semua subjek penelitian (n=14) dievaluasi terkait nilai dasar skor nyeri, lingkup gerak sendi, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL. Selama penelitian didapatkan dropout sebanyak 2 subjek (n=12). Terapi SWT diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu, masing-masing sesi mendapatkan 4000 shock dengan intensitas 1,5 – 4 Bar yang dinaikkan secara bertahap. Terapi SWT dilakukan dengan subjek berada pada posisi berbaring terlentang, lutut ditekuk 90o, tanpa pemberian analgesik topikal. Penilaian Kembali dilakukan pada minggu ke-4 dan ke-8 dan didapatkan perbedaan skor nyeri yang bermakna dari 51,09+13,81 menjadi 29,33+19,95 (p < 0,001), perbedaan skor WOMAC yang bermakna dari 37,5+16,61 menjadi 29,17+16,58 (p = 0,007), perbedaan ketebalan MCL yang bermakna dari 7,73+1,59 mm menjadi 6,8+1,75 (p = 0,01), dan perbedaan yang tidak bermakna pada fleksibilitas (p = 0,317). Kesimpulan penelitian ini adalah karakteristik umum pasien OA lutut di RSUPNCM memiliki rerata usia 59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan derajat KL 3, terdapat perbedaan bermakna pada skor nyeri, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL yang bermakna sesudah mendapatkan terapi ESWT, tidak terdapat perbedaan bermakna pada fleksibilitas sesudah mendapatkan terapi ESWT.

This thesis was aimed to measure changes in pain score (VAS), flexibility (ROM), functional score (WOMAC), and medial collateral ligament size in knee osteoarthritis patient before and after getting Shock Wave Therapy. The design is pre-post design. The subjects were knee OA patient, ages range from 50 – 70 years old, with Kellgren-Lawrence grade 2-3 and grade 1 MCL sprain (MCL size is more than 5,6 mm), moderate pain score (31 – 69 mm), willing to participate in this study and has signed the informed consent after getting thorough explanation about the study. All subjects (n=14) were evaluated regarding baseline pain score, ROM, functional score, and MCL size. During this research 2 subjects dropped out (n-=12). Shock Wave Therapy was given 3 times with 1-week interval. All subjects were given 4000 shocks with intensity 1,5 – 4 Bar (raised gradually) each session. The therapy were given in supine position, knee flexed 90o, without topical anesthetic. Re-evaluation were done in week 4 and week 8, and were found significant difference in pain score from 51,09+13,81 to 29,33+19,95 (p < 0.001), significant difference in WOMAC score from 37,5+16,61 to 29,17+16,58 (p = 0.007), significant difference in MCL size from 7,73+1,59 mm to 6,8+1,75 (p = 0.01). No significant difference was found in knee ROM (p = 0.317). The conclusions of this study are typical characteristic of knee OA in RSUPNCM has average age 59 years old, female, and KL grade 3, and significant difference in pain score, functional score, and MCL size after getting SWT treatment, no significant difference in knee ROM after getting SWT treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Merie Octavia
"Cedera MCL menjadi sumber nyeri yang sering dijumpai pada OA lutut kompartemen medial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi kombinasi laser-elastic taping terhadap skor nyeri dan kecepatan berjalan pasien OA lutut dengan cedera MCL non traumatik. Studi double blind, randomized controlled trial ini dilakukan dua kali seminggu selama empat minggu. Skor nyeri diukur dengan VAS dan kecepatan berjalan diukur dengan lintasan 15 meter. Pengukuran outcome dilakukan sebelum penelitian, minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Total 30 subjek dibagi menjadi dua kelompok, 15 kelompok perlakuan dan 15 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat terapi LLLT dan elastic taping tarikan 75% sedangkan kelompok kontrol mendapat terapi LLLT dan sham taping tanpa tarikan. Kedua kelompok diberikan logbook latihan penguatan di rumah. Hasil penelitian terdapat perbedaan bermakna secara statistik skor VAS antar kelompok (p= 0,015) pada minggu keempat. Tidak ditemukan perbedaan bermakna kecepatan berjalan antar kelompok (p= 0,395). Skor VAS dan kecepatan berjalan pada masing-masing kelompok mengalami perbaikan dan secara statistik bermakna. Kombinasi LLLT-elastic taping dengan atau tanpa tarikan dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki kecepatan berjalan pasien OA lutut dengan cedera MCL non traumatik. Kelompok LLLT-elastic taping lebih unggul mengurangi nyeri dibandingkan LLLT-sham taping setelah empat minggu.

Injury to periarticular structures, namely Medial Collateral Ligament (MCL) sprain is a common cause of pain in medial compartment knee osteoarthritis (OA). This study aims to see the effect of combined LLLT laser therapy and elastic taping in the MCL area on improvement of pain scores and gait speed. This study is a double-blind, randomized controlled trial in patients with knee OA with non-traumatic MCL sprain confirmed by knee ultrasonography. The study was conducted twice a week for four weeks. The pain score was measured with a VAS score and gait speed was measured on a 15-meter track. Outcome measurements were carried out before the study (baseline), during the first, second, third, and fourth weeks. A total of 30 subjects were divided into two groups, 15 in the treatment group (group A) and 15 in the control group (group B). Group A was given LLLT therapy and elastic taping with 75% tension, while group B was given LLLT and sham taping without tension. Both groups were given a logbook for home program strengthening exercises. The results showed that there was a statistically significant difference in the VAS score between group A and group B (p = 0.015) in the fourth week. There was no significant difference in walking speed between groups (p = 0.395). The VAS score and walking speed in each group improved and were statistically significant. The combination of LLLT and elastic taping with or without tension can reduce pain and improve walking speed in knee OA patients with non-traumatic MCL sprain. After four weeks, the LLLT and elastic taping group were superior in reducing pain compared to the LLLT and sham taping group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Wati Astri Arifin
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut seringkali menyebabkan disabilitas akibat nyeri dan penurunan kemampuan fungsional berjalan. Low Level Laser Therapy (LLLT) dan High Intensity Laser Therapy (HILT) telah terbukti mampu menurunkan nyeri dan kemampuan fungsional pada OA lutut, namun hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan kedua modalitas tersebut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efek LLLT dan HILT terhadap derajat nyeri dan kemampuan fungsional pasien OA lutut.
Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda yang melibatkan 61 subjek yang diacak ke dalam kelompok LLLT (n=31) dan HILT (n=30). Subjek adalah pasien OA lutut di Poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan VAS ≥ 4 dan mampu berjalan 15 meter. Terapi laser diberikan 3 kali seminggu selama 2 minggu. Derajat nyeri dinilai dengan VAS dan kemampuan fungsional dinilai dengan uji jalan 15 meter.
Hasil: Setelah 6 kali terapi, didapatkan penurunan VAS kelompok LLLT dan HILT sebesar 3 (2 – 4) dan 3 (2 – 5) serta peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,23
(0,02 – 1,24) meter/detik dan 0,22 (0,08 – 0,7) meter/detik) yang bermakna secara statistik (p<0,001) maupun secara klinis. Pada perbandingan antar kelompok didapatkan kelompok HILT mengalami penurunan VAS yang lebih cepat dan lebih besar dibanding kelompok LLLT (p<0.001), namun tidak didapatkan perbedaan perubahan kecepatan berjalan yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,655).
Simpulan: Pemberian HILT pada pasien OA lutut mampu menurunkan derajat nyeri dengan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pemberian LLLT.

Background: Osteoarthritis (OA) of the knee causes disability due to pain and decreased functional ability to walk. The degree of pain will affect the functional ability to walk. Low Level Laser Therapy (LLLT) has been shown to reduce pain in knee OA, while High Intensity Laser Therapy (HILT) is able to reach deeper joint areas.
Aim: To compare the differences of LLLT and HILT on pain and functional capacity knee OA.
Methods: This is a double-blind randomized controlled trial with 61 subjects randomized into LLLT (n=31) and HILT (n=30) groups . Subject was knee OA patient with VAS ≥ 4 in Muskuloskeletal Polyclinic of Medical Rehabilitation RSUPN Cipto Mangunkusumo. Laser therapy was given 3 times per week for 2 weeks. Pain measured with VAS and functional capacity evaluated with 50-feet walk test.
Result: After 6 therapy sessions, both LLLT and HILT group showed reduced VAS score [LLLT = 3 (2 – 4), HILT = 3 (2 – 5)] and increased walking speed (LLLT =
0.23 (0.02 – 1.24) m/s, HILT = 0.22 (0.08 – 0.7) m/s) which was statistically (p<0.001) and clinically significant. HILT group had faster and greater VAS reduction compared to LLLT group (p<0.001), but there was no significant difference in walking speed between the two groups (p=0.655).
Conclusion: HILT and LLLT combined with exercise were effective in reducing pain and increasing functional capacity in knee OA patient after 6 sessions of treatment. Pain improvement was faster and greater in HILT group than LLLT group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Kopen
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah efek klinis lateral wedged insole (LWI) pada pasien osteoartritis lutut kompartemen medial dipengaruhi oleh postur kaki. Penelitian eksperimental nonblinded dilakukan untuk membandingkan efek klinis LWI pada 20 subjek kelompok postur kaki netral dan 17 subjek dengan postur kaki tidak netral. LWI dibuat custom molded dengan peninggian di lateral 7 mm disertai penyokong arkus medial. Subjek memakai LWI selama 4 minggu. Hasil keluaran penelitian ini adalah selisih penurunan derajat nyeri dengan menggunakan skala numeric rating scale (NRS) dan selisih penurunan waktu tempuh uji jalan 15 meter setelah pemakaian LWI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih penurunan derajat nyeri lutut kanan kelompok postur kaki netral didapatkan sebesar 3(0-4) dan kelompok postur kaki tidak netral sebesar 1(0-2). Ada perbedaan signifikan antar kedua kelompok (p<0.001). Selisih penurunan derajat nyeri lutut kiri kelompok postur kaki netral didapatkan sebesar 3,15 (±1,46) dan kelompok postur kaki tidak netral sebesar 0(0-2). Ada perbedaan signifikan antar kedua kelompok (p<0.001). Selisih penurunan waktu tempuh uji jalan 15 meter kelompok postur kaki netral sebesar 6,18 detik (±3,30) dan kelompok postur kaki tidak netral sebesar 2,76 detik (-3,2-15,37). Ada perbedaan yang signifikan antar dua kelompok dengan nilai p= 0,015. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok postur kaki netral mendapatkan penurunan derajat nyeri dan penurunan waktu tempuh uji jalan 15 meter yang lebih baik dibandingkan kelompok postur kaki tidak netral. Temuan ini mengindikasikan bahwa melakukan asesmen yang baik terhadap postur kaki dapat meningkatkan efektivitas LWI pada pasien osteoartritis lutut kompartemen medial.

The aim of this study was to prove whether the clinical effects of lateral wedged insoles (LWI) depend on individual foot posture. We conducted a non-blinded experimental study comparing clinical effect of LWI in two groups. There were 37 subjects with medial knee osteoarthritis, divided into normal foot groups (20 subjects) and abnormal foot groups (17 subjects). LWI was designed as custom molded insole with 7 mm lateral elevation accompanied by medial arch support. Subjects used LWI for 4 weeks. Data were obtained by measuring the pain level using numeric rating scale (NRS) and time duration in performing 15 meter walking test which represent functional capacity. Outcomes of this study were the difference in the decrease of pain level and the increase of functional capacity after the use of LWI. The difference of right knee pain level after the use of LWI was 3(0-4) in normal foot and was 1(0-2) in abnormal foot. The difference between groups was statistically significant (p < 0.001). The difference of left knee pain level after the use of LWI was 3.15 (± 1.46) whereas in the abnormal foot was 0 (0-2). The difference between groups was also statistically significant (p<0.001). The difference of time duration in performing 15 meter walking test after the use of LWI in the normal foot group was 6.18 second (± 3.30) and in the abnormal foot was 2.76 second (-3.2-15.37). The difference between groups was statistically significant with p = 0.015. The present study showed that normal foot group had a better outcomes in the decrease of pain level and the increase of functional capacity than that of the abnormal foot group after the use of LWI. These findings suggested that it is suggested to assess individual foot alignment to ensure adequate insole treatment for patients with medial knee osteoarthritis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feizya Hilyata Musadiq
"Stunting (kerdil) merupakan permasalahan kekurangan gizi kronis yang masih menjadi ancaman bagi masyarakat negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Masalah stunting umumnya diakibatkan karena faktor ekonomi dan/atau rendahnya pengetahuan calon ibu dalam menghadapi masa kehamilan. Di Indonesia. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting menjadi perhatian karena angka stunting yang diharapkan pada tahun 2024 adalah 14%. Untuk membantu permasalahan stunting di Indonesia, BISTUPABA yang merupakan akronim dari Biskuit Berbahan Dasar Tulang Ikan Patin dan Aquafaba hadir sebagai produk alternatif dalam upaya preventif. Selain itu, kemasan produk dirancang untuk bersifat terapeutik dengan menyisipkan leaflet. Terapeutik tersebut dituangkan dalam bentuk komunikasi media massa untuk memberikan pengetahuan kepada calon ibu mengenai informasi nilai gizi dan stunting. Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah studi literatur melalui jurnal dan survei model kano. Hasil yang diharapkan, yaitu produk ini menjadi produk alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi dengan harga terjangkau. Selain itu, ibu hamil dapat mendapatkan informasi mengenai stunting dan pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan. Angka kasus stunting di Indonesia masih menjadi perhatian khusus. Oleh karena itu, diperlukan adanya tindakan preventif berupa produk cemilan sehat dan sarana informasi untuk Indonesia bebas stunting"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marietta Shanti
"Tujuan: Mengetahui perbandingan efek latihan isokinetik dan isometrik terhadap nyeri, kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut.
Disain: Eksperimental paralel.
Subjek: 28 orang pasien berusia antara 50-64 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan isokinetik atau isometrik selama 6 minggu.
Parameter: VAS, peak torque, indeks Lequesne yang diukur setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada intensitas nyeri (p<0,001) dan indeks Lequesne (p<0,001), juga peningkatan yang bermakna pada peak torque (p<0,001) setelah 6 minggu. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.
Kesimpulan: Kedua jenis latihan berguna pada pasien osteoarthritis berusia lanjut Pada kelompok isokinetik tidak didapatkan subjek yang mengeluh nyeri yang bermakna.

Objective: To compare the effect of isokinetic and isometric strengthening exercise on pain, strength and functional capacity of patients with knee osteoarthritis.
Design: Experimental parallel.
Participants: 28 patients, age 50-64 years, were randomly assigned into two groups.
Setting: Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Interventions: Patients received either a regimen of isokinetic exercise or a regimen of isometric exercise for 6 weeks.
Main outcome measure : VAS, peak torque and Lequesne index were measured each week.
Result: Both training groups showed significant decrease in pain score (pc0, 001) and Lequesne index (p<0, 001) and an increase in peak torque (p<0,001). However there is no significant difference of those parameters between groups.
Conclusion: Both exercises can benefit elderly patients with knee osteoarthritis as shown by the increase of strength and functional capacity. In the isokonetic group there were no subjects who experienced an increase in pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>