Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alfin Nurwana
"Nilai Skid resistance merupakan salah satu faktor penting dalam permukaan perkerasan jalan. Skid resistance pada permukaan jalan harus sesuai standar dan spesifikasi untuk menunjang keamanan dan kenyamanan pengguna jalan dalam berkendara. Di dalam penelitian ini bisa dilihat bagaimana pengaruh suhu permukaan terhadap kekesatan jalan. Nilai skid resistance semakin menurun seiring dengan pertambahan suhu permukaan, dimana turunnya nilai skid resistance menunjukkan kekesatan yang semakin berkurang. Pengujian Skid Resistance terdiri dari dua metode yaitu metode kenaikan suhu dan penurunan suhu dimana variasi suhu dalam penelitian ini adalah 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, dan 50 °C. Campuran yang digunakan pada pengujian ini menggunakan campuran aspal modifikasi yang terdiri dari agregat AC-WC, asbuton, oli bekas, dan aspal minyak pen 60/70. Di dalam komposisi nya, diutamakan penggunaan asbuton untuk mengurangi penggunaan aspal minyak di lapangan. Terdapat 4 variasi campuran yang dibedakan berdasarkan spesifikasi agregat dan suhu pencampuran serta suhu pemadatan. Pada penelitian ini juga dibahas mengenai nilai VMA akibat dari perubahan gradasi serta suhu pemadatan. Nilai VMA merupakan volume rongga antar agregat yang akan semakin membesar jika jarak antar agregat semakin jauh. Kaitannya dengan nilai skid resistance, dapat dilihat bahwa campuran dengan gradasi spesifikasi batas atas memiliki nilai skid resistance yang lebih tinggi dibanding spek bawah, begitu pula dengan nilai VMA nya.

Skid resistance value is one of the important factors in road pavement surface. Skid resistance on the road surface must comply with standards and specifications to support the safety and comfort of road users in driving. In this study, it can be seen how the influence of surface temperature on road roughness. The value of skid resistance decreases along with the increase in surface temperature, where the decrease in the value of skid resistance indicates a decrease in roughness. Skid Resistance testing consists of two methods, namely the method of increasing temperature and decreasing temperature where the temperature variations in this study are 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, and 50 °C The mixture used in the test It uses a modified asphalt mixture consisting of AC-WC aggregate, asbuton, used oil, and 60/70 pen oil asphalt. In its composition, the use of asbuton is prioritized to reduce the use of oil asphalt in the field. There are 4 variations of the mixture which are distinguished based on the specifications of the aggregate and the mixing temperature and compaction temperature. This study also discusses the value of VMA due to changes in gradation and compaction temperature. The VMA value is the volume of the voids between the aggregates which will increase if the distance between the aggregates is getting further away. In relation to the skid resistance value, it can be seen that the mixture with the gradation of the upper limit specification has a higher skid resistance value than the lower spec, as well as the VMA value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hizkia Adhikaratma
"Permukaan jalan yang basah dan licin akibat hujan dapat memengaruhi tahanan kekesatan (skid resistance) jalan tersebut sehingga dapat membahayakan pengendara karena ban roda kendaraan dapat tergelincir. Bagian aspal beton yang bergesekan langsung dengan ban roda kendaraan adalah lapis aus permukaan (AC-WC). Salah satu sifat campuran aspal berdasarkan pengujian Marshall yakni rongga terisi aspal (VFA). Penelitian ini mengkaji VFA pada AC-WC dengan perubahan gradasi agregat, suhu pencampuran, dan suhu pemadatan terhadap nilai skid resistance. Salah satu material yang digunakan adalah Asbuton. Asbuton merupakan aspal alam yang berasal dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Asbuton dimodifikasi dengan bahan pelunak (oli bekas) dan dicampur dengan aspal minyak. Gradasi agregat yang digunakan, yaitu gradasi agregat AC-WC batas bawah (G1) dan batas atas (G2). Suhu pencampuran dan pemadatan yang digunakan, yaitu suhu panas (HMA) dan suhu hangat (WMA). Terdapat empat spesifikasi campuran, yaitu G1-HMA, G1-WMA, G2-HMA, dan G2-WMA. Kadar aspal terbaik untuk G1-HMA dan G1-WMA sebesar 6,5%, sedangkan untuk G2-HMA dan G2-WMA sebesar 9%. Pengujian skid resistance menggunakan alat British Pendulum Tester. Berubahnya suhu pencampuran dan pemadatan dari panas ke hangat pada gradasi batas bawah membuat nilai skid resistance semakin turun, tetapi VFA semakin naik. Pada gradasi batas atas, nilai skid resistance dan VFA semakin turun.

The wet road surface due to rain can affect the skid resistance ability. It can endanger driver because vehicle tires can slip. The asphalt-concrete part that rubs directly againts vehicle tires is Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). One of the characteristics of AC-WC based on Marshall test is Voids Filled with Asphalt (VFA). This research analyzes the VFA in mixture with changes of aggregate gradation, mixing and compaction temperature to skid resistance value. One of the materials used is Buton asphalt (Asbuton) which from Buton Island, Indonesia. Asbuton was modified with used vehicle oil and mixed with oil asphalt. Types of aggregat gradation used are lower limit (G1) and upper limit gradation (G2). Types of mixing and compaction temperature used are Hot (HMA) and Warm (WMA). There are four mixture specifications, namely G1-HMA, G1-WMA, G2-HMA, and G2-WMA. The best asphalt content for G1-HMA and G1-WMA is 6,5%, while for G2-HMA and G2-WMA is 9%. The skid resistance test that using British Pendulum Tester. The change in mixing and compaction temperature from HMA to WMA at the lower limit gradation makes the skid resistance value decrease, but VFA increases. At the upper limit gradation, the skid resistance value and VFA decreases."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Far`i Salam
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan aspal alam yang dikenal dengan nama aspal buton atau asbuton namun pemanfaatannya masih belum optimal. Desain perkerasan jalan tidak hanya ditinjau dari aspek kekuatan dan keawetannya saja, namun perlu evaluasi terhadap parameter keselamatannya. Faktor tersebut merupakan tahanan gelincir atau yang lebih dikenal dengan skid resistance. Penelitian dilakukan dengan menggunakan asbuton modifikasi yang terdiri dari campuran asbuton, oli bekas dan aspal minyak dengan menggunakan campuran lapis aus atau Asphalt Concrete- Wearing Course (AC-WC) bergradasi batas atas dan batas bawah. Campuran yang diteliti menggunakan campuran beraspal panas/Hot Mix Asphalt (HMA) dan campuran beraspal hangat/Warm Mix Asphalt (WMA). Analisis dilakukan terhadap volumetrik rongga dalam campuran / Voids in Mix (VIM) terhadap nilai Skid number (SN) yang merupakan nilai kekesatan jalan. Hasil pengujian marshall menunjukkan kadar terbaik pada campuran batas atas adalah 9% dan batas bawah 6.5%. VIM pada campuran batas bawah memiliki nilai yang lebih besar pada campuran HMA, sedangkan pada batas atas sebaliknya. Melalui pengujian skid ressistance, didapatkan hubungan dimana pada campuran batas bawah nilai VIM berbanding lurus dengan SN namun hal sebaliknya terjadi pada campuran batas atas. Selain itu, gradasi dengan VIM yang lebih besar menghasilkan nilai SN yang lebih kecil.

Pavement design is not only evaluated from strength and durability aspect but needs evaluation on the safety factor and the factor is skid resistance. Study is conducted using modified asbuton consisting of asbuton, waste oil and asphalt cement using Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC) design on upper and lower limit. The mixtures are using Hot Mix Asphalt (HMA) and Warm Mix Asphalt (WMA). Analysis is conducted on volumetric voids in mix (VIM) to the skid number (SN) which represents the roughness of the surface. Marshall test shows that the best asphalt content for upper limit mixture is 9% and for lower limit mixture is 6.5%. VIM in the lower limit mixture has greater value on HMA while the upper limit has grater VIM value on WMA. Skid resistance test shows the relationships where on lower limit mixture, VIM is directly proportional to the SN but the other happens in the upper limit mixture. Besides, gradation with higher VIM yields smaller SN value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan Ibrena Ginting Suka
"Nilai Skid Resistance adalah suatu parameter uji kelayakan suatu perkerasan jalan, untuk dibuatnya sebuah jalan dengan kondisi tertentu dengan memenuhi nilai standar yang berlaku. Penelitian ini untuk mengetahui kekesatan dari suatu perkerasan jalan dimana dalam kondisi suhu permukaan yang berbeda, dapat mempengaruhi nilai British Pendulum Number (BPN) yang berasal dari pengujian menggunakan alat British Pendulum Tester (BPT). Campuran dalam pengujian ini menggunakan dua campuran berbeda dengan suhu pencampuran dan pemadatan yang berbeda. Campuran terdiri dari Asbuton sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai pengganti dari aspal minyak, aspal minyak, oli bekas, dan agregat. Untuk mendapatkan kadar aspal terbaik, dilakukan uji marshall untuk pengolahan data dimana kadar aspal terbaik merupakan kadar aspal yang memenuhi nilai-nilai standar volumetric terbanyak. Nilai marshall quotient didapatkan dari pembagian nilan stabilitas dengan kelelehan. Pengujian Skid Resistance terdiri dari dua metode yaitu metode kenaikan suhu dan penurunan suhu dimana variasi suhu dalam penelitian ini adalah 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, dan 50 °C. Gradasi agregat terbaik dalam penelitian ini merupakan spek atas campuran hot mix (G2-HMA) dengan nilai marshall quotient sebesar 483,92 kg/mm.

Skid Resistance value is a parameter to test the feasibility of a road pavement, to make a road with certain conditions by meeting the applicable standard values. This study is to determine the roughness of a road pavement which in different surface temperature conditions can affect the value of the British Pendulum Number (BPN) derived from testing using the British Pendulum Tester (BPT). The mixture in this test uses two different mixtures with different mixing and solidification temperatures. The mixture consists of Asbuton as a natural resource which is used as a substitute for oil asphalt, oil asphalt, used oil, and aggregates. To get the best asphalt content, a Marshall test was carried out for data processing where the best asphalt content was the asphalt content that met the highest volumetric standard values. The Marshall quotient value is obtained from the division of the stability value by the melting point. Skid Resistance testing consists of two methods, namely the method of increasing temperature and decreasing temperature where the temperature variations in this study are 26 °C, 30 °C, 35 °C, 40 °C, 45 °C, and 50 °C. The best aggregate gradation in this study is the spec of hot mix mixture (G2- HMA) with a marshall quotient value of 483,92 kg/mm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Audy Dwi Putra
"Skid resistance dihasilkan dari gesekan antara permukaan jalan dan ban kendaraan. Skid resistance ini juga memiliki hubungan antara gaya vertikal dan gaya horizontal dari geseran ban di permukaan perkerasan. Keselamatan berkendara dipengaruhi oleh skid resistance permukaan jalan, meningkatnya gesekan permukaan jalan dapat diperoleh dengan ketahanan slip yang tinggi.
Dalam penelitian ini, Crumb Rubber dan Asbuton Retona Blend telah digunakan sebagai aditif untuk proses daur ulang aspal agregat atau Reclaimed Asphalt Pavement RAP pada campuran aspal panas. Persentase CR yang digunakan adalah 0 hingga 1,0. Pengujian Skid resistance menggunakan British Pendulum Tester telah dilakukan menggunakan variasi suhu 25°C, 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, di mana rentang tersebut adalah suhu yang paling umum terjadi di Indonesia. Nilai Skid Resistance pada pengujian menggunakan British Pendulum Tester dilaporkan sebagai British Pendulum Number BPN.
Crumb Rubber mengubah komposisi gradasi agregat pada campuran aspal, hal ini telah meningkatkan kinerja campuran aspal pada nilai stabilitas Marshall jika dibandingkan dengan campuran aspal tanpa Crumb Rubber. Campuran aspal beserta agregat daur ulang dengan penambahan Crumb Rubber memiliki keuntungan pada suhu tinggi sehingga campuran tersebut berfungsi lebih efektif.
Hasil pengujian Skid Resistance pada campuran RAP dengan Crumb Rubber memiliki trend meningkat terhadap suhu, sehingga dapat disimpukan bahwa CR mampu meningkatkan tahanan gelincir permukaan aspal.

Skid resistance is a results from friction between the road surface and the vehicle tire. This is the relationship between the vertical force and the horizontal force of the tire slide at the surface of the pavement. Driving safety is influenced by skid resistance of road surface, the increasing of road surface pavement friction can be obtained by high slip resistance.
In this study, Crumb Rubber and Asbuton Retona Blend were used as additives to the aggregate from asphalt recycling process or known as Reclaimed Asphalt Pavement RAP. The percentage of crumb rubber used are 0 and 1.0 Skid resistance testing using the British Pendulum Tester had carried out in temperature variations of 25°C, 30°C, 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, since those temperatures are the most common pavement temperature in Indonesia. Skid Resistance values using the British Pendulum Tester are reported as British Pendulum Number BPN.
Crumb Rubber has changed the aggregate gradation composition on the asphalt mixture, this has changed the asphalt performance tends to be better on Marshall rsquo s stability compared to the asphalt without CR. The mixture of asphalt and RAP with the addition of Crumb Rubber tends to have an advantage at high temperatures so that the asphalt mixture has functioned more effectively.
The result of Skid Resistance test in RAP and CR mixtures indicates that it increases as the temperature rises, hence it can be concluded that CR capable to improve the slip resistance of asphalt pavement surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immanuel Evaldo Lumban Batu
"Produksi ban mobil di Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 mencapai 14,4 dan 15,4 ton/ hari dan akan terus meningkat seiring bertambahnya pengguna mobil sampai saat ini. Bertambahnya produksi ban ini juga membuat limbah ban karet akan terus meningkat. Limbah ban karet ini dapat dimanfaatkan dengan membuat campuran aspal dan ditambahkan dengan pasir silika. Campuran tersebut bernama Asphalt Asphalt Nano Silica Crumb Rubber (ANSiCR). Campuran dengan aditif tersebut dibuat dengan 4 kadar, yaitu ANSiCR 10, ANSiCR 20, ANSiCR 30, ANSiCR 40. Kadar Aspal Optimum (KAO) didapatkan pada campuran ANSiCR 30 dengan kadar 6,75%. Campuran ANSiCR 30 kemudian diuji skid resistance untuk mengetahui nilai kekesatan dari campuran aspal. Skid resistance adalah gaya yang dihasilkan ketika perputaran ban tertahan oleh permukaan perkerasan jalan. Nilai skid resistance dari KAO ANSiCR 30 kemudian dibandingkan dengan KAO aspal minyak pen 60/70. Pengujian skid resistance ANSiCR 30 memiliki nilai skid resistance yang lebih tinggi daripada aspal minyak. Hal ini disebabkan kandungan Nano Crumb Rubber (NCR) dalam aspal yang menyerap minyak pada aspal sehingga permukaan aspal menjadi lebih licin. Suhu juga mempengaruhi nilai skid resistance dalam suatu campuran. Semakin tinggi suhu pada aspal, maka semakin rendah nilai skid resistance-nya.

The production of car tires in Indonesia in 2010 and 2011 reached 14.4 and 15.4 tons/day and it will increase. The increase in tire production also makes the waste of rubber tires continue to increase. This rubber tire waste can be utilized by making asphalt mixture and added with silica sand. The mixture is called Asphalt Asphalt Nano Silica Crumb Rubber (ANSiCR). Mixture with additives is made with 4 content, there are ANSiCR 10, ANSiCR 20, ANSiCR 30, ANSiCR 40. Optimum Asphalt Rate is obtained in the mixture of ANSiCR 30 with a rate of 6.75%. The mixture of ANSiCR 30 then tested the skid resistance to find out the value of the skid number of the asphalt mixture. Skid resistance is a force that is produced when tire rotation is held down by road surfaces. The value of skid resistance from optimum asphalt rate ANSiCR 30 then compared with optimum asphalt rate asphalt oil pen 60/70. The value of skid resistance on ANSiCR 30 has a higher than the oil asphalt. This is due to the content of Nano Crumb Rubber (NCR) in the asphalt that absorbs oil on the asphalt so that the asphalt surface becomes more slippery. Temperature also affects the value of skid resistance in a mixture. The higher the temperature on the asphalt, the lower the value of the skid resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkia Afra Pratama Putri
"Dalam mengurangi aktivitas mengimpor aspal, saat ini Indonesia berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan Asbuton yang berasal dari Sulawesi Tenggara, yaitu Teluk Lawele (Lawele Granular Asphalt). Asbuton sendiri memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan aspal minyak yang saat ini ketersediaannya mulai menipis. Bahan lain yang digunakan ialah nano silika. Nano silika digunakan karena sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Variasi kadar aspal aspal terhadap campuran yang digunakan ialah sebesar 6%, 6.5%, 7%, 7.5%, dan 8%. Dengan campuran nano silika dengan kadar 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10%. Aspal modifikasi yang dibuat ialah campuran aspal minyak, bitumen LGA, dan oli bekas yang bersifat sebagai pelunak sehingga meningkatkan nilai penetrasi. Campuran aspal yang digunakan untung mencari KAO ialah campuran panas (Hot Mix). Namun yang digunakan untuk mencari kadar nano silika terbaik ialah campuran hangat (Warm Mix). Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja serta nilai deformasi alur dari campuran aspal modifikasi ialah dengan melakukan pengujian Marshall Standard, Marshall Immersion, dan uji Wheel Tracking Machine.

In reducing the activity of importing asphalt, Indonesia is currently trying to optimize the use of Asbuton originating from Southeast Sulawesi, namely Teluk Lawele (Lawele Granular Asphalt). Asbuton has a relatively cheaper price compared to oil asphalt, which is currently running low. Another material used is nano silica. Nano silica is used because we often encounter it in everyday life. Variations of asphalt content in the asphalt mixture, were 6%, 6.5%, 7%, 7.5%, and 8%. With a mixture of nano silica containing 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%. The modified asphalt made is a mixture of oil asphalt, LGA bitumen, and used oil which acts as a softener, to increase the penetration value. The asphalt mixture used to find optimum asphalt content is a hot mix. However, to find the best nano silica content is a warm mixture. This examination carried out to determine the performance and value of rutting deformation of the modified asphalt mixture were testing by Marshall Standard, Marshall Immersion, and the Wheel Tracking Machine test."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Illyin A.B.
"ABSTRAK
Indonesia mengimpor 500.000 ton aspal minyak per tahun walaupun memiliki potensi Asbuton sebesar 677 juta ton. Pelarut anorganik dapat mengestrak aspal dari batuannya sampai 100%, seperti HCl. Masalahnya, mahalnya proses yang menggunakan pelarut yang mahal membuat industri ini sulit berkembang. Penggunaan asam asetat dengan konsentrasi rendah maupun tinggi dapat digunakan untuk melarutkan pengotor CaCO3 dalam asbuton secara sempurna. Pelarutan CaCO3 akan semakin besar dengan dilakukannya peningkatan suhu dan konsentrasi sampai pada kondisi optimum, yaitu 3 M asam asetat dan suhu operasi 80oC. Dari proses pelarutan ini menghasilkan aspal dengan kualitas yang cukup tinggi, yaitu 67,08%.

ABSTRACT
Even though has a potential of 677 million tonnes Asbuton, Indonesia import 500,000 tons of asphalt per year. Inorganic solvents can extract bitumen from the rock until 100%, such as HCl. The problem is the expensive process requiring expensive solvent so the method can?t be applied. The use of acetic acid with low and high concentrations can be used to dissolve impurities asbuton CaCO3 in perfectly. CaCO3 dissolution will be even greater with increasing temperature and concentration until optimum conditions; there are 3 M acetic acid and the 80 °C operating temperature. With this dissolution, process produces asphalt with a high quality which is 67.08%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hizkia Adhikaratma
"Berdasarkan hasil uji stabilitas dan volumetrik Marshall, kualitas campuran aspal dan agregat ditentukan melalui besar Kadar Aspal Optimum (KAO). Dalam pembuatan sampel, rentang prediksi KAO ditentukan dengan menghitung berdasarkan ukuran fraksi agregat (agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi) sesuai dengan pedoman Asphalt Institute dan RSNI M-06-2004. Dewasa ini, banyak peneliti yang melakukan pengembangan campuran beton aspal modifikasi menggunakan bahan aditif dengan proses basah atau kering. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara model prediksi KAO Asphalt Institute yang tercantum dalam RSNI M-06-2004 dengan model hasil regresi linear penelitian ini; membuktikan pengaruh perubahan proporsi fraksi ukuran agregat terhadap perubahan nilai KAO; dan melakukan analisis terkait perubahan koefisien setiap fraksi ukuran agregat pada model prediksi KAO pada campuran aspal konvensional dan campuran aspal modifikasi. Hasil model regresi linear bahwa fraksi agregat kasar tidak mempengaruhi penentuan nilai KAO, sementara agregat halus dan bahan pengisi memiliki pengaruh. Meningkatnya proporsi agregat halus menyebabkan peningkatan nilai KAO, yang mana pada campuran aspal konvensional lebih signifikan daripada campuran aspal modifikasi. Peningkatan proporsi bahan pengisi dapat meningkatkan nilai KAO pada proses kering, sebaliknya dapat menurunkan nilai KAO pada proses basah.

Based on the stability and volumetric Marshall test results, the quality of asphalt and aggregate mixtures is determined by the Optimum Asphalt Content (OAC). In sample production, the predicted range of OAC is determined by calculating based on the aggregate fraction sizes (coarse aggregate, fine aggregate, and filler) according to the Asphalt Institute’s guidelines and RSNI M-06-2004. Nowadays, many researchers are developing modified asphalt concrete mixtures using additive materials through wet or dry processes. This study compared the Asphalt Institute's OAC prediction model, as stated in RSNI M-06-2004, with the regression model developed in this research. It aimed to demonstrate the influence of changes in aggregate size fraction proportions on the OAC value and analyze the coefficient changes for each aggregate size fraction in the OAC prediction model for both conventional and modified asphalt mixtures. The linear regression model results showed that the coarse aggregate fraction did not affect the determination of the OAC value. In contrast, the fine aggregate and filler material had an influence. Increasing the proportion of fine aggregate led to an increase in the OAC value, which was more significant in conventional asphalt mixtures than in modified asphalt mixtures. Increasing the proportion of filler material could increase the OAC value in the dry process. However, conversely, it could decrease the OAC value in the wet process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Satria
"Campuran aspal emulsi mulai dilirik sebagai lapis-an sub base, base, maupun lapisan permukaan (aus) dan patching (penambahan). Campuran ini dibuat tanpa proses pemanasan, memiliki nilai struktural setara hot mix, dapat dibuat dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti beton molen dan campuran dapat disimpan (stock) beberapa hari. Studi karakteristik campuran aspal emulsi ini dilakukan untuk melihat sampai berapa lama campuran ini dapat disimpan (stock). Proses penelitiannya dimulai dari pemeriksaan masing-masing material campuran, pemeriksaan kadar air pelekatan, pemeriksaan kadar air pemadatan, pemeriksaan kadar aspal emulsi campuran, pemadatan benda uji, dan pengujian Marshall. Pengujian dilakukan dalam tahapan watt 0 hari sampai dengan 21 hari, sehingga dapat dilihat parameter Marshall yang bergeser atau berobah dan dibandingkan antara campuran Dense Graded dengan Open Graded berdasarkan spesifikasi Asphalt Institute. Parameter yang paling menentukan adalah total void dan stability, dan dari basil pengujian Marshall untuk campuran aspal emulsi CSS-1 dengan aggregat bergradasi rapat bisa disimpan (stock) maksimum selama 7 hari. Dan untuk campuran bergradasi terbuka tidak dapat ditentukan karena salah sate parameter Marshall yaitu Total Void tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Asphalt Institute sehingga pengujian harus diulang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>