Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Levina Azarine T.
"Latar Belakang. Tekanan darah tinggi merupakan ancaman terhadap kesehatan pada masyarakat termasuk usia produktif khususnya pekerja. Berdasarkan status pekerjaan utama, sebanyak 65% proporsi penduduk DKI Jakarta merupakan karyawan ataupun buruh. Gaya hidup sedenter berkontribusi terhadap kesehatan secara umum dan meliputi berbagai lapisan masyarakat termasuk pekerja. Individu yang sedenter maupun memiliki tingkat kebugaran yang rendah meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan seperti hipertensi. Aktivitas fisik dan kebugaran cukup berhubungan, dengan demikian penilaian tingkat kebugaran dapat menggambarkan profil kesehatan yang salah satunya diukur dengan tekanan darah. Peregangan merupakan aktivitas fisik yang memperbaiki fleksibilitas dan berpotensi memiliki hubungan dengan tekanan darah karena adanya perbaikan kekakuan pembuluh darah pada individu yang melakukan peregangan secara teratur. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari corporate wellness program. Subjek yang berusia 19-59 tahun, memiliki kelengkapan data fleksibilitas dan tekanan darah, serta tidak mengkonsumsi obat yang mempengaruhi tekanan darah. Pasien yang tidak memiliki data yang lengkap di eksklusi. Hasil. Didapatkan 54% subjek berjenis kelamin laki-laki dengan nilai tengah usia subjek 36 tahun. Sebanyak 85,5% subjek memiliki tekanan darah yang normal dengan 78,3% memiliki fleksibilitas yang cukup. Secara statistik tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dan tekanan darah, juga tidak didapatkan hubungan antara fleksibilitas dan tekanan darah. Kesimpulan. Faktor usia berhubungan dengan tekanan darah, sedangkan jenis kelamin dan fleksibilitas tidak memiliki hubungan terhadap tekanan darah.

Background. High blood pressure is a threat to human health, including to people at productive age, especially workers. Based on the main occupation status, 65% population of DKI Jakarta are employees or laborers. Sedentary lifestyle contributes to general health including workers. Sedentary individuals or those who have low fitness levels increase the risk of health problems such as hypertension. Physical activity and fitness are quite related, thus the assessment of fitness level can describe a health profile, one of which is measured by blood pressure. Stretching is a physical activity that improves flexibility and has the potential to be associated with blood pressure due to the improvement in stiffness of blood vessels in individuals who stretch regularly. Method. This research is a cross-sectional study using secondary data from the corporate wellness program. Subjects aged 19-59 years, have complete flexibility and blood pressure data, do not take specific medication that affect blood pressure. Uncomplete data were excluded. Results. It was found that 54% of the subjects were male. The mean age of the subjects were 36 years. As many as 85,5% of subjects had normal blood pressure with 78,3% having sufficient flexibility. There was no statistical relationship between sex and blood pressure, nor was there a relationship between flexibility and blood pressure. Conclusion. The age was a related factor to blood pressure, while gender and flexibility had no relationship to blood pressure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumintang, Agnesstacia Vania
"Tekanan darah merupakan salah satu komponen penting tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah stres. Melalui penelitian ini dianalisis hubungan stres dengan tekanan darah pada karyawan fakultas kedokteran universitas X. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 106. Pengumpulan data stres menggunakan kuesioner SRQ20 sedangkan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer. Data dianalisis secara statistik dengan uji Chi square dan jika tidak memenuhi persyaratan maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov berdasarkan jenis variabel yang diteliti.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar karyawan tidak mengalami gangguan stres (91,5%) dan memiliki prehipertensi (49,1%). Secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi peningkatan tekanan darah pada karyawan yang mengalami gangguan stres maupun tidak ada gangguan (p 1,000). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Poewarti R karena kuesioner yang digunakan untuk mengukur stres berbeda dengan yang digunakan penulis. Selain itu, pajanan yang diperoleh di tempat kerja subjek juga berbeda di tiap penelitian.

Blood pressure is one of the important component of body that can be affected by stress. This research analyzed the correlation of stress and blood pressure among employees in Faculty of Medicine Universitas X in 2015. The study design was cross-sectional with 106 samples. Collection of data used SRQ20 questionnaire and sfigmomanometer. The data was analyzed statistically by Chi Square test and if the result did not meet the acquirement, the researcher used Kolmogorov Smirnow test based on the type of variable.
The result showed that the employees mostly did not have stress disorder (91,5%) but have prehypertension (49,1%). Statistically there was no different proportion of the increase of blood pressure between employees who had stress disorder and who did not have stress disorder (p 1,000). This result was different from the study of Poewarti R because the questionnaire used in that study was different. Besides that, the exposure from the workplace was different in each study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Christin Natalia
"Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang salah satu faktor penyebabnya adalah penuaan. Penuaan dapat dipicu oleh stres oksidatif, yang mana merupakan ketidakseimbangan antara antioksidan dan RONS (reactive oxygen-nitrogen species). Antioksidan di dalam tubuh ada banyak, salah satunya adalah enzim katalase. Enzim katalase berperan dalam mengubah hidrogen peroksida menjadi air. Sebelumnya, belum diketahui hubungan antara enzim katalase dengan penyakit degeneratif, dalam hal ini adalah hipertensi. Sampel yang digunakan berjumlah 94 sampel. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross-sectional. Data yang dibutuhkan adalah tekanan darah dan aktivitas enzim katalase eritrosit. Aktivitas enzim katalase didapatkan dari lisat eritrosit sampel dengan bantuan spektrofotometer yang mana perhitungan absorbansinya dilakukan pada panjang gelombang 210 nm. Keseluruhan data kemudian dianalisis korelasinya menggunakan Uji Korelasi Pearson karena distribusi keseluruhan data normal. Uji T-test juga dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok sampel hipertensi dan normotensi. Tidak ada korelasi antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik dan diastolik populasi lansia secara keseluruhan (p>0,05). Akan tetapi, ditemukan korelasi lemah pada hubungan antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik kelompok populasi normotensi, juga antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah diastolik kelompok populasi hipertensi (p<0,05). Hasil uji T-test menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok hipertensi dan normotensi (p>0,05). Aktivitas enzim katalase eritrosit berkorelasi lemah dengan tekanan darah sistolik pada kelompok populasi lansia dengan normotensi, juga dengan tekanan darah diastolik pada kelompok populasi lansia dengan hipertensi.

Hypertension is a degenerative disease which one of the causes being aging. Aging can be triggered by oxidative stress, which is an imbalance between antioxidants and RONS (reactive oxygen-nitrogen species). There are many antioxidants in the body, one of which is the enzyme catalase. Catalase enzyme plays a role in converting hydrogen peroxide into water. Previously, there was no known relationship between the catalase enzyme and degenerative diseases, in this case hypertension. The sample used is 94 samples. The research was carried out using a cross-sectional method. The data needed are blood pressure and erythrocyte catalase enzyme activity. The activity of the catalase enzyme was obtained from the sample erythrocyte lysate with the help of a spectrophotometer where the absorbance calculation was carried out at a wavelength of 210 nm. The entire data was then analyzed for correlation using the Pearson Correlation Test because the overall data distribution was normal. T-test was also performed to see whether or not there was a difference between the mean values of the catalase enzyme activity data for the hypertensive and normotensive groups. There was no correlation between catalase enzyme activity and systolic and diastolic blood pressure in the elderly population as a whole (p>0.05). However, a weak correlation was found in the relationship between catalase enzyme activity and systolic blood pressure in the normotensive population group, as well as between catalase enzyme activity and diastolic blood pressure in the hypertensive population group (p<0.05). The results of the T-test showed that there was no significant difference between the mean values of the catalase enzyme activity data in the hypertension and normotensive groups (p>0.05). The activity of the erythrocyte catalase enzyme was weakly correlated with systolic blood pressure in the normotensive elderly population group, as well as with diastolic blood pressure in the elderly population group with hypertension."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardja Priatna
"Tekanan darah bervariasi secara diurnal. Studi terdahulu telah menunjukkan, bahwa ada hubungan antara tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik dengan hipertrofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi dengan koefisien korelasi yang bervariasi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada subyek normotensi, tekanan darah diukur secara ambutatorik 24 jam sudah mempengaruhi indeks massa ventrikel kiri. Untuk mengetahui koretasi antara tekanan darah baik secara kasual maupun ambulatorik 24 jam dengan indeks massa ventrikel kiri pada subyek normotensi, telah dilakukan penelitian di RSJHK terhadap 42 karyawan bidang administrasi RSJHK. Semua subyek termasuk normotensi pada pengukuran kasual. Tiga di antaranya dieksklusi karena kelainan katup, dan gangguan pada pemeriksaan ambulatorik 24 jam sehinggga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis. Subyek penelitian semuanya laki-Iaki, berumur 37,81 ± 4,65 tahun. Penelitian dilakukan dalam periode Nopember 1997 sampai dengan Juli 1998. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif.

Blood pressure varies diurnally. Previous studies have shown that there is a relationship between blood pressure, especially systolic blood pressure, and left ventricular hypertrophy in hypertensive patients with varying correlation coefficients. This study aims to find out whether in normotensis subjects, blood pressure measured ambutatorically at 24 hours has affected the left ventricular mass index. To determine the correlation between blood pressure both casually and ambulatory 24 hours with the left ventricular mass index in normotensis subjects, a study has been conducted at RSJHK on 42 employees in the field of administration of RSJHK. All subjects included normotensis to casual measurements. Three of them were excluded due to valve abnormalities, and interference with the 24-hour ambulatory examination so they were not eligible for analysis. The research subjects were all male, aged 37.81 ± 4.65 years. The research was conducted in the period from November 1997 to July 1998. Data collection is carried out prospectively "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainil Mardiah
"Latar Belakang: Kontrol tekanan darah lebih buruk pada pasien hipertensi dengan sindrom metabolik. Lingkar leher telah diperkenalkan sebagai salah satu indikator obesitas sentral dan adipositas tubuh bagian atas. Tidak seperti lingkar pinggang, lingkar leher tidak dipengaruhi oleh pergerakan pernapasan dan distensi abdominal postpandrial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut hubungan lingkar leher dengan tekanan darah pada populasi dewasa.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 94 subjek berusia > 18 tahun. Dilakukan pengambilan data lingkar leher dan tekanan darah bersamaan dengan kadar trigliserida, kolesterol-HDL, dan glukosa darah puasa.
Hasil: Rerata lingkar leher subjek 33.89 cm. Tekanan darah sistolik dan diastolik subjek didapatkan retata 131.63 + 13.16 mmHg dan 84.26 + 8.01 mmHg. Pada analisis korelasi Pearson, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara lingkar leher dengan tekanan darah sistolik (r = 0.438, p < 0.001), dan tekanan darah dastolik (r = 0.385, p < 0.001).
Kesimpulan: Lingkar leher secara signifikan berkorelasi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada populasi dewasa.

Background: Blood pressure control is worse in hypertensive patients with metabolic syndrome. Neck circumference has been introduced as an indicator of central obesity and upper body adiposity. Unlike waist circumference, neck circumference neck circumference is not affected by respiratory movements and postprandial abdominal distension. This study aimed to investigate the association between neck circumference and blood pressure among adult population.
Methods: This cross-sectional study was conducted in Faculty of Medicine Universitas Indonesia involving 94 subjects aged > 18 years. Anthropometric, neck circumference and blood pressure data were collected together with triglyceride levels, HDL-Cholesterol, and fasting blood glucose.
Results: The mean of the neck circumference was 33.89 cm. Subject’s systolic and diastolic blood pressure were 131.63 + 13.16 mmHg dan 84.26 + 8.01 mmHg. In a Pearson’s correlation analysis, there were positive significant correlation between neck circumference with both systolic blood pressure (r = 0.438, p < 0.001) and diastolic blood pressure (r = 0.385, p < 0,001).
Conclusion: The neck circumference is significantly correlated with systolic and diastolic blood pressure in adult population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Arief Widjaja
"Untuk mempertahankan tingkat produksi, daya saing dan kontinuitas pekerjaan maka di era sekafang banyak perusahaan atau pabrik-pabrik yang memberlakukan pekesjaan shi# bagi karyawannya. Ada yang memberlakukan 2 atau 3 shi# tergantung dari pada kebutuhan perusahaan. Pada populasi pekeria dinegara berkembang 20 - 30 % memberlakukan kerja shim sehingga kelja shift menjadi hal yang biasa. Pada penelilian Simon Folkard dan Philip tahun 2002 (shitiwork safely and productivity) rnenyimpulkan bahwa produktifltas dan keselamatan kerja akan berkuranglmenurun pada waktu karyawan beraktilitas di malam hari. Pengurangan inl didasari oleh berbagai faktor antara lain: gangguan kesehatan, terganggunya kehidupan sosial, gangguan tidur (memendeknya waktu tldur) dan gangguan irama Sirkadlan.
Dalam tesis ini ingin ditelili dampak kerja malam terhadap perubahan tekanan darah sistolik, diastolik dan denyut jantung pada Operator Pmduction perusahaan Migas X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitalif dengan desain penelitian kuasi eksperimental, menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan pengukuran langsung tekanan darah slstolik, diastol0< dan denyut jantung pada 77 Operator Production perusahaan Migas X pada saat shi# non malam dan malam. Setelah diukur kemudian dibandingkan apakah ada perbedaan hasil pengukuran antara yang shit! non malam dengan malam pada seorang pekerja.
Hasil penetitian dengan analisis bivariat menunjukkan terjadinya perbedaan bermakna tekanan sistotik dan diastolik antara pekerja shift non maiam dengan shift malam (p< 0,05). Untuk tekanan sistolik oenderung mengalami penumnan pada saat shit? malam, sedangkan untuk tekanan diastolik mengalami kenaikan pada saat shift malam. Kenaikan dan penurunannya masih dalam batas yang tidak mengganggu kesehatan. Untuk tekanan denyut jantung oenderung tidak mengalami perubahan antara yang bekerja pada shift non malam maupun shit? malam. Analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor Olah Raga dan Kopl merupakan faktor dominan dalam perubahan tekanan darah dan denyut jantung.

To maintain productivity level, competition among and continuity of workers, most company or production apply shift working among their employee. There are 2 or 3 shifts applied based on the company?s need. In the developing countries' population. 20-30% ofthe country apply working shift, which make it as a common thing. ln the research done by Simon Folkard and Philip 2002 (Shift Working Safety and Productivity) concluded that productivity and work safely will decrease during night shift This decrease is due to several factors, such as health, social, sleep (decrease in the quantity time of sleep), and circadian rhythm disorder.
This thesis would like to know the effect of night shift on systolic, diastolyc blood pressure and heart beat among pmducfion operators in X Indonesia Company. This is a quantitative research with Quasy experimental design using queslonnaire and direct blood pressure measurement (systolic and diastolic) and heart beat as the research tools on 77 production operators during night and non-night shift in X Indonesia Company. After being measured, we compare the difference ofthe result among workers who work on night and non-night shift.
This research shows that there is a difference on systolic and diastolic among night shift and non-night shift workers (p < 0,05). Systolic pressure tends to decrease during night shift, while for diastolic pressure tends to increase during the same shift. Both the increase and decrease are within normal limit which does not effect their health. Heart beat tends not to change between these workers. Sport and coffee are the dominant factors to influence blood pressure and heart beat by multivariate analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Putu Wilandari Dewi, auhthor
"Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan apabila terjadi terus menerus akan berakibat pada hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang serius saat ini, dimana 27,5% penduduk di Indondesia menderita hipertensi. Kasus hipertensi di DKI Jakarta terbanyak terdapat di Wilayah Jakarta Timur yaitu 75.099 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sesudah kerja pada pekerja di PT. Sanggar Sarana Baja Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan jumlah sampel 196 orang.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur (5,97; 3,03–11,76) dan kebiasaan merokok (5,85; 2,91–11,77) dengan kejadian peningkatan tekanan darah. Besar risiko yang dialami oleh pekerja yang berumur > 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari > 2 batang untuk mengalami kejadian peningkatan tekanan darah adalah 7,87 kali dibandingkan dengan pekerja yang berumur ≤ 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari ≤ 2 batang.

Noise is unwanted sound and can cause health problems, one of which can result in increased blood pressure and the event will continue to result in hypertension. Hypertension is one of the non-communicable diseases are a serious health problem today, where 27,5% of the population suffers from hypertension in Indondesia. Cases of hypertension in Jakarta are the highest in the East Jakarta District 75.099 cases. This study aims to analyze the risk factors associated with increased blood pressure after work on workers at PT. Sanggar Sarana Baja in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample of 196 people.
The results showed a significant relationship between age (5,97; 3,03-11,76) and smoking (5,85; 2,91-11,77) with an increased incidence of blood pressure. Major risks faced by workers aged > 40 years and have a habit of smoking in one day > 2 sticks to experience an increased incidence of blood pressure was 7,87 times compared with workers aged ≤ 40 years and has a habit of smoking in one day ≤ 2 sticks.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Madiastuti
"ABSTRAK
Latar belakang: Hiperurisemia asimtomatik seringkali dianggap kondisi yang tidak berbahaya dan belum perlu ditatalaksana. Kadar asam urat yang tinggi merupakan faktor independen terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah memiliki parameter fisiologis yang ditandai oleh fluktuasi dinamis dan kontinyu. Fluktuasi ini dinyatakan sebagai variabilitas tekanan darah (VTD). Pada kondisi normotensi variabilitas tekanan darah juga berubah-ubah. Beberapa penelitian telah menunjukkan variabilitas tekanan darah berperan dalam kejadian kardiovaskular. Agen anti hiperurisemia seperti allopurinol telah terbukti berperan dalam penurunan rerata tekanan darah. Meskipun demikian peran allopurinol terhadap variabilitas tekanan darah pada subyek hiperurisemia asimtomatik yang normotensi belum banyak diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan allopurinol dengan perubahan variabilitas tekanan darah pada subyek hiperurisemia asimtomatik normotensi
Metode: Sebanyak 37 subyek hiperurisemia asimtomatik yang normotensimenjalani pemeriksaan home blood pressure monitoring (HBPM)sebelum dan sesudah pemberian allopurinol 1x300 mg selama 8 minggu. Dilakukan analisa variabilitas tekanan darah pagi dan malam baik sebelum maupun sesudah terapi.
Hasil: Pemberian allopurinol terbukti tidak bermakna dalam menurunkan variabilitas tekanan darah sistolik pagi dari 4.4±3.0 menjadi 3.8±2.1 (p 0,357), variabilitas tekanan darah sistolik malam dari 5.1± 2.7 menjadi 4.2± 2.2 (p 0,129), variabilitas tekanan darah diastolik pagi dari 4.3± 2.2 menjadi 4.0± 2.0 (p 0,531) dan variabilitas tekanan darah diastolik malam dari 4.1±1.5 menjadi 3.3±2.0 (p 0,063).
Kesimpulan: Sesudah terapi allopurinol terdapat penurunan variabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik pagi dan malam, meskipun secara statistik tidak bermakna

ABSTRACT
Background:Asymptomatic hyperuricemia is often considered a harmless condition and does not need to be managed. High level of serum uric acid is an independent factor in an increase of blood pressure. Blood pressure has physiological parameters that are characterized by dynamic and continuous fluctuation. This fluctuation is expressed as blood pressure variability (BPV). In normotensive condition, BPVchanges dynamically. Several studies have shown that BPV plays a role in cardiovascular events. Antihyperuricemia agents, such as allopurinol, have been shown to decrease mean blood pressure. Howeverthe role of allopurinol in BPV in normotensive subjects has not been established yet in prior studies.
Objective: The aim of this study is to evaluate the association of Allopurinol administration and changes in blood pressure variability in asymptomatic hyperuricemia subjects with normotension.
Methods:A total of 37 normotensive asymptomatic hyperuricemia subjects underwent a home blood pressure monitoring (HBPM) before and after administration of allopurinol 1x300 mg for 8 weeks. Variability of blood pressure was analyzed both daytime and nighttime.
Results: The administration of allopurinol proved not significant in reducing morning-time systolic blood pressure variability from 4.4±3.0 to 3.8±2.1 mmHg (p 0,357), night-time systolic blood pressure variability from 5.1±2.7 to 4.2±2.2 mmHg (p 0,129), morning-time diastolic blood pressure variability from 4.3±2.2 to 4.0±2.0 mmHg (p 0,531) and night-time diastolic blood pressure variability from 4.1±1.5 to 3.3±2.0 mmHg (p 0,063)
Conclusion: After allopurinol administration, there was a decrease in the variability of morning-time and night-time systolic and diastolic blood pressure, although not statistically significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Nabilah Johan
"Sistem kardiovaskular pada lansia mengalami perubahan secara fisiologis selama proses penuaan. Namun, gaya hidup lansia yang kurang sehat menjadi faktor pendukung terjadinya peningkatan tekanan darah secara progresif, yang dapat mengarah pada masalah hipertensi. Seorang lansia kelolaan dalam penulisan ini memiliki gaya hidup merokok dan stres, serta tidak patuh pada program pengobatan yang membuat tekanan darahnya mengalami fluktuasi. Sehingga masalah keperawatan utama yang ditegakan adalah risiko ketidakstabilan tekanan darah dan rencana asuhan keperawatan yang dipilih yaitu manajemen hipertensi melalui modifikasi gaya hidup. Intervensi unggulan cucumber infused water dan terapi slow deep breathing yang merupakan bagian dari modifikasi gaya hidup dilakukan pada pasien. Cucumber infused water melalui perendaman 12 potong mentimun dalam 200 ml air selama 12 jam dan terapi slow deep breathing dengan 6 napas per menit selama 15 menit yang dilakukan selama 12 hari memberikan hasil adanya penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik terjadi sebesar 4,17 mmHg dan 0,42 mmHg setelah penerapan intervensi cucumber infused water serta sebesar 4,67 mmHg dan 2,75 mmHg setelah penerapan intervensi slow deep breathing. Oleh karena adanya efek penurunan pada tekanan darah lansia tersebut, membuat intervensi ini dapat dilakukan secara berkala sesuai indikasi.

The cardiovascular system in elderly undergoes physiological changes during the aging process. However, the unhealthy lifestyle in elderly is a contributing factor to the progressive increase in blood pressure, which can lead to hypertension problems. An elderly managed in this paper has a smoking and stressful lifestyle, and doesn’t comply with a treatment program that makes his blood pressure fluctuate. So that the main nursing problem that is enforced is the risk of blood pressure instability and the chosen nursing care plan is hypertension management through lifestyle modification. The superior intervention of cucumber infused water and slow deep breathing therapy which is part of lifestyle modification is carried out on the patient. Cucumber infused water through soaking 12 pieces of cucumber in 200 ml of water for 12 hours and slow deep breathing therapy with 6 breaths per minute for 15 minutes for 12 days gave the results of lowering blood pressure. The decrease in systolic and diastolic blood pressure occurred by 4.17 mmHg and 0.42 mmHg after the implementation of the cucumber infused water intervention and 4.67 mmHg and 2.75 mmHg after the implementation of the slow deep breathing intervention. Because of the decreasing effect on the elderly's blood pressure, this intervention can be carried out periodically according to indications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>