Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Muhammad Rifaat
"Anak-anak merupakan salah satu komunitas di dalam sebuah kampung. Mereka senang untuk berkumpul dan melakukan kegiatan bermain dengan jenis permainan yang beragam secara spontan dan bersama-sama. Dalam melihat ruang untuk bermain, anak memiliki cara pandang yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka mengutamakan indera dan perasaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu mereka dapat bermain kapanpun dan dimanapun. Berkaitan dengan konteks di dalam kampung, pengalaman ruang bermain anak tercipta disebabkan placemaking yang terjadi beserta elemen-elemen ruang pembentuknya. Placemaking merupakan suatu cara dalam pemaknaan ruang (space) menjadi sebuah tempat (place). Elemen-elemen ruang dalam placemaking pada akhirnya memicu terbentuknya sense of place anak-anak dalam memaknai ruang bermain dengan segala kegiatan dan jenis permainan didalamnya, yang sangat berkaitan erat hadirnya identitias sebuah tempat dan keterikatan terhadap tempat tersebut.

Children are a part of the community in kampung. They like to get together and play various kinds of games spontaneously and together. In seeing space to play, children have a different perspective from adults. They prioritize the senses and feelings towards the environment. Therefore, they can play whenever and wherever they want. In connection with the context in kampung, children's play space experiences are created due to the placemaking that occurs along with the elements of the space that forming it. Placemaking is a way within the meaning of space into a place. The spatial elements in placemaking ultimately trigger the formation of a children's sense of place in interpreting the play spaces with all the activities and types of play in it, which are closely related to the presence of a place's identity and attachment to that place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dafa Nurbaskara
"Keterikatan tempat mengacu pada ikatan emosional dan ikatan fungsional  positif yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat. Dalam perkembangannya, ikatan sosial juga berpengaruh terhadap keterikatan tempat yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga faktor tersebut secara bersamaan akan menghasilkan sense of place yang didefinisikan sebagai ikatan antara manusia dengan tempat yang tercipta berdasarkan pengalaman bermakna terhadap tempat. Sense of place dapat mempengaruhi perilaku individu pada suatu tempat dan salah satunya adalah penciptaan budaya. Batik merupakan seni budaya khas Indonesia yang penciptaannya dipengaruhi oleh interaksi antara manusia dengan tempat melalui adat istiadat dan karakteristik fisik lokasi. Kota Surakarta merupakan kota pedalaman yang perkembangan batiknya memiliki keterkaitan erat dengan keraton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan motif batik di Kota Surakarta berdasarkan keterikatan tempat yang dimiliki oleh pengusaha terhadap kampung batik yang ada di Kota Surakarta. Metode sampling yang digunakan adalah penetapan kuota 50 % dari total pengusaha batik yang memproduksi dari hulu hingga hilir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi literatur, sedangkan pada tahapan analisis data menggunakan teknik analisis konten, metode triangulasi sumber data, dan teknik interpretasi. Hasil dari penelitian ini adalah keterikatan tempat pengusaha batik terhadap kampung batik tergolong kuat yaitu pada skala intensionalitas sense of place 5 hingga 7. Terkait penentuan motif batik sebagian besar pertimbangannya didasarkan atas dasar tren di masyarakat dan permintaan khusus konsumen. Perihal hubungan keterikatan tempat dengan penciptaan motif batik adalah semakin kuat keterikatan tempat pengusaha batik, maka mereka cenderung tetap memproduksi batik klasik tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas khas Kota Surakarta.

Place attachment refers to the emotional attachment and positive functional attachment that individuals have to a place. In its development, social ties also affect the attachment to a person's place. These three factors will simultaneously produce a sense of place which is defined as a bond between humans and places created based on meaningful experiences of places. Sense of place can influence individual behavior in a place and one of them is the creation of culture. Batik is a typical Indonesian cultural art whose creation is influenced by the interaction between humans and places through customs and the physical characteristics of the location. The city of Surakarta is an inland city whose batik development is closely related to the palace. This study aims to determine the determination of batik motifs in the city of Surakarta based on the attachment of the place owned by the entrepreneur to the batik village in the city of Surakarta. The sampling method used is the determination of a quota of 50% of the total batik entrepreneurs who produce from upstream to downstream. Data was collected using interviews, observation, and literature studies, while at the data analysis stage, content analysis techniques, data source triangulation methods, and interpretation techniques were used. The result of this study is that the attachment of the batik entrepreneur to the batik village is quite strong, namely on a sense of place intentionality scale from 5 to 7. Regarding the determination of batik motifs, most of the considerations are based on trends in society and special consumer demands. Regarding the relationship between place and the creation of batik motifs, the stronger the attachment to the place of batik entrepreneurs, they tend to continue to produce traditional classical batik as a form of preserving the culture and identity of Surakarta City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Marsha Amanda
"Saat ini, berbelanja merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat perkotaan. Perubahan gaya hidup turut menuntun perubahan ruang kota sebagai tempat kegiatan konsumsi. Seiring berjalannya waktu, kegiatan berbelanja tidak lagi hanya mengenai pencarian komoditas dan pelayanan, melainkan kebutuhan akan pengalaman berbelanja. Pengalaman ini didapatkan melalui placemaking, yang merupakan suatu proses penciptaan place yang baik berdasarkan kebutuhan manusia. Terjadinya placemaking dapat memicu hadirnya identitas tempat dan attachment yang dirasakan pengguna ruang. Kedua hal inilah yang nantinya berpengaruh dalam munculnya sense of place.

Nowadays, shopping has become an inseparable part of urban society. A change of lifestyle has occurred transformation in urban spaces as a place for consumption. As time goes by, shopping is not only about commodity and service, but also the need of shopping experience. Experiences are explored through placemaking, which is a process of creating a place based on human needs. Placemaking could also lead to the emergence of place identity and attachment of people’s experiences. These two factors are later affect in creating sense of place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redidzia Hernandi
"Penelitian ini membahas dinamika politik identitas dan persepsi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan mengelaborasi landasan teori sense of place, konsep sistem religi dan kategorisasi politik identitas. Hasil penelitian ditemukan politik identitas di Petamburan dipengaruhi oleh sistem religi masyarakat terkait sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan penganut keagamaan yang kuat. Kultur masyarakat yang religius membuat pimpinan keagamaan mendapatkan peran dominan dalam penyebaran pandangan politik keagamaan di Petamburan. Faktor pendukung lainnya persepsi sebagai pihak yang terdampak secara langsung dari kebijakan BP terkait aturan hewan kurban dan digencarkannya program pembangunan rumah susun yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dua faktor tersebut menumbuhkan emosi keagamaan yang mengarah ke politik identitas. Selanjutnya, dimensi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan merasakan adanya sense of place dengan faktor yang paling dominan adalah place attachment, place dependence dan place identity. Sense of place yang dirasakan para informan sangat kuat yang membuat mereka memilih untuk tetap bermukim di Petamburan.

This research discusses the dynamics of identity politics and perceptions of the sense of place community in Petamburan Village. The research method used is descriptive qualitative by elaborating the theoretical basis sense of place, the concept of a religious system, and the categorization of identity politics. The results of the study found that identity politics in Petamburan was influenced by the community's religious system related to belief systems, religious ceremonial systems, and strong religious adherents. The religious culture of society makes religious leaders get a dominant role in spreading religious-political views in Petamburan. Another supporting factor is the perception of being a party directly affected by BP's policy regarding the rules for sacrificial animals and the intensification of the apartment development program which has raised public concern. These two factors foster religious emotions that lead to identity politics. Next, dimensions of sense of place The people in the Petamburan Village feel this sense of place with the most dominant factor being place attachment, place dependence, and place identity. The sense of place that the informants felt was very strong which made them choose to stay in Petamburan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Olivia Jeanette
"Penulisan ini membahas tentang pengalaman adaptasi yang dialami oleh pengguna ruang ketika berada di ruang liminal. Ruang liminal merupakan titik transisi yang menghubungkan dua area yang berbeda sehingga memiliki karakter ambigu yang membuat pengguna bisa kebingungan ketika berada di dalamnya. Penulisan ini bertujuan menjelaskan kemungkinan tindakan adaptasi yang dilakukan oleh pengguna untuk merespon kebingungan di titik-titik tertentu. Penulisan ini menggunakan kasus Stasiun MRT bundaran HI untuk menganalisis proses adaptasi pengguna melalui tindakan proses penyebaran indra ke sekitar (diffuse), meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan kondisi (pause) dan menyatu dengan ruang (merge). Melalui penulisan ini, didapati bahwa transformasi bisa terjadi di dalam ruang liminal itu sendiri berupa tindakan proses adaptasi dalam berbagai macam gerakan dan urutannya. Hal itu bergantung pada rasa familiaritas kita yang diakibatkan faktor frekuensi dan jangka waktu pengguna dalam ruang, serta kepekaan terhadap kebutuhan pengguna dan karakter spasial ruang liminal pada tiap titik adaptasi.

This paper discusses the experiences of adaptation encountered by users in liminal spaces. Liminal spaces serve as transitional points that connect two different areas, resulting in an ambiguous nature that can confuse users when they are inside. The purpose of this writing is to explain the possible adaptive actions taken by users to respond to confusion at specific points. The case of Bundaran HI MRT Station is used to analyze the user adaptation process through actions such as sensory diffusion to the surroundings, taking a momentary pause to reflect on the conditions, and merging with the space. Through this writing, it is found that transformations can occur within the liminal space itself through various adaptive actions and sequences of movements. This depends on our sense of familiarity, influenced by factors such as the frequency and duration of the user's presence in the space, as well as awareness of user needs and the spatial characteristics of the liminal space at each point of adaptation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifatun Nada Hassanal Fajriy
"Sense of place yakni sebuah ikatan antara manusia dengan tempat yang berdasarkan pengalaman inderawi, dapat ditemukan melalui perpaduan antara penataan fisik (physical setting), aktivitas (activity) dan makna (meaning). Sense of place dapat digunakan untuk melihat dan memahami suatu tempat secara holistik, terlebih terhadap tempat ataupun kawasan yang memiliki nilai sejarah atau budaya. Tradisi budaya batik sudah menjadi salah satu bagian budaya di Pekalongan bahkan di Indonesia. Dengan budaya yang sudah turun temurun dan berkembang, terbentuklah sebutan kampung batik untuk perkampungan dengan mayoritas warganya pengrajin batik. Salah satunya Kampung Batik Kauman Pekalongan. Kawasan Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan pusaka di Kota Pekalongan. Kawasan ini memiliki tradisi budaya batik yang kental dan masih meninggalkan bukti bangunan zaman Kolonial Belanda yang dahulu digunakan untuk produksi batik. Sebagai kampung wisata, Kampung Batik Kauman ini belum memiliki showroom batik bersama. Karena itu, Paguyuban Kampung Batik Kauman (PKBK) mengadaptasi salah satu bangunan kuno yaitu Omah Lawang Sanga yang difungsikan sebagai showroom batik bersama dan destinasi wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place dengan dipengaruhi budaya batik dalam adaptasi Omah Lawang Sanga di Kawasan Kampung Batik Kauman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disampaikan secara deskriptif naratif, yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail mengenai sense of place terhadap objek skripsi yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan proses kajian literature (studi pustaka), wawancara, pengamatan, dan observasi/penelusuran di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sense of place di Kampung Batik Kauman tergolong tinggi, dikarenakan identitas tempat dan identitas masyarakat sudah kuat dari sejarah leluhur akan budaya batik. Lalu karakteristik kawasan yang banyak ditemui bangunan zaman kolonial dengan sejarah sebagai rumah tinggal pengrajin batik. Dan hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan tradisi budaya batik sebagai dasar pengembangan kawasan.

Sense of place, which is a relationship between humans and places based on sensory experience, can be found through a combination of physical settings (penataan fisik), activity (aktivitas) and meaning (makna). Sense of place can be used to see and understand a place holistically, especially to places or areas that have historical or cultural values. The cultural tradition of batik has become a part of the culture in Pekalongan and even in Indonesia. With a culture that has been passed down from generation to generation and developed, the term batik village was formed for a village where the majority of its citizens are batik craftsmen. One of them is Kauman Batik Village, Pekalongan. The Kauman Batik Village area is included in the heritage area in Pekalongan City. This area has a thick cultural tradition of batik and still leaves the Dutch Colonial era buildings used for batik production. As a tourist village, Kampung Batik Kauman does not yet have a joint batik showroom. Therefore, the Kauman Batik Village Association (PKBK) adapted one of the ancient buildings, namely Omah Lawang Sanga, which functioned as a joint batik showroom and tourist destination.
This study aims to determine how the sense of place with the influence of batik culture in the adaptation of Omah Lawang Sanga in the Kauman Batik Village area. This study uses a qualitative method that is delivered in a descriptive narrative, which is used to obtain a detailed description of the sense of place for the object of the thesis that is raised. Data was collected by means of a literature review process, interviews, observations, and searches in the field. Based on the results of the study, it shows that the sense of place in Kampung Batik Kauman is classified as high society, because the identity of the place and has been strong from the ancestral history of batik culture. Then the characteristics of the area where many colonial era buildings are found with a history as a residence for batik craftsmen. And what is no less important is the awareness and responsibility of the community for the batik cultural tradition as the basis for regional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambun, Hilda Shinta Paulina
"Skripsi ini akan membahas bagaimana elemen ruang terminal bandara dapat mempengaruhi sense of place pemakai jasa penerbangan sipil terhadap terminal bandara berdasarkan studi kasus di Terminal 3 Bandara Soekarno ndash; Hatta. Lebih lanjut, bagaimana terminal bandara mengindikasikan keberadaan non ndash;place dari elemen arsitektural dan pengalaman placelessness penumpang di dalamnya. Fokus penelitian pada karya ilmiah ini adalah area terminal bandara yang dapat diakses untuk proses keberangkatan oleh calon penumpang pesawat.

This study case of Terminal 3 Soekarno Hatta Airport observes the terminal as physical setting and its elements to create a sense of place for its passengers. The aim for this observation is to identify the presence of non place in airport terminal from architectural elements and passengers rsquo experience of placelessness. This thesis covers theoritical review of non place, sense of place, and placelessness and case study on departure area of the terminal as a passenger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Nadia Ilmiani
"Arsitektur sering kali diasosiasikan dengan bangunan. Ini membuat kehadiran ruang, sebagai elemen utama arsitektur terkadang tidak disadari. Dalam seni pertunjukan, salah satu cara membentuk ruang arsitektural dapat dari proyeksi gerakan serta interaksi yang terjadi antar manusia. Pada seni pertunjukan, terjadi komunikasi lansung antara penampil dan penonton. Penonton menangkap pertunjukan, menginterpretasikan event dan mengalami ruang yang hadir selama pertunjukan berlangsung. Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bahwa ruang tidak selalu tercipta akibat hadirnya batasan fisik. Aktivitas, suara, intensitas cahaya, bahkan penonton merupakan elemen yang juga berpotensi untuk menghadirkan ruang.

Architecture is often associated with buildings. As a result, the presence of space as the essence of architecture is seemingly failed notice. In a performing art, architectural space emerges from projections of people's movements and interactions. In performing art, direct communications occur between performers and audience. The audience captures the show, interprets events and experiences the spaces that continuously exist during the show. This thesis describes and concludes that space is not always created by the presence of physical boundaries. Activity, sound, light intensity and even the audience are also powerful elements to bring the space into existence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42031
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Resaldi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara maternal employment dan gaya pengasuhan ibu, gaya pengasuhan ibu dan masalah penyesuaian diri anak, maternal employment dan masalah penyesuaian diri anak, serta peran gaya pengasuhan ibu sebagai mediator antara maternal employment dan masalah penyesuaian diri anak. Maternal employment ditentukan berdasarkan jumlah jam kerja ibu, dengan acuan 35 jam sebagai batasan antara bekerja paruh waktu dan bekerja penuh waktu. Pengukuran gaya pengasuhan dilakukan menggunakan alat ukur Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) (Robinson, Mandelco, Olsen, & Hart, 1995). Pengukuran masalah penyesuaian diri anak dilakukan menggunakan alat ukur Child Adjustment and Parenting Self Efficacy (CAPES) (Marowska & Sanders, 2010). Partisipan penelitian ini berjumlah 171 ibu (72 ibu tidak bekerja, 31 ibu bekerja paruh waktu, dan 68 ibu bekerja penuh waktu) yang memiliki anak berusia enam hingga 10 tahun dan tinggal di daerah Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan gaya pengasuhan antara ibu tidak bekerja, ibu bekerja paruh waktu, dan ibu bekerja penuh waktu hanya ditemukan dalam gaya pengasuhan otoriter dan otoritatif, sementara dalam hal gaya pengasuhan permisif tidak ada perbedaan yang signifikan. Ibu yang bekerja penuh waktu paling tidak otoriter dan paling otoritatif dibanding ibu yang tidak bekerja maupun bekerja paruh waktu. Berikutnya, ditemukan bahwa semakin otoriter dan permisif seorang ibu, semakin sering masalah penyesuaian diri anak muncul. Sebaliknya, semakin otoritatif seorang ibu, semakin jarang masalah penyesuaian diri anak muncul. Melalui penelitian ini, ditemukan pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal masalah penyesuaian diri anak dari ibu yang bekerja penuh waktu, paruh waktu, dan tidak bekerja. Ibu yang bekerja penuh waktu memiliki anak dengan masalah penyesuaian diri paling sedikit, disusul oleh ibu tidak bekerja dan ibu bekerja paruh waktu secara berturut-turut. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa hubungan antara maternal employment dan masalah penyesuaian diri anak hanya dimediasi oleh gaya pengasuhan otoriter.

The objective of the present study is to investigate the relationship between maternal employment and maternal parenting style, maternal parenting style and child adjustment problems, maternal employment and child adjustment problems, as well as how maternal employment affects child adjustment problems with maternal parenting style as potential mediator. Maternal employment is determined by mothers’ working hours, with 35 hours as boundary between part-time and full-time employment. Maternal parenting style is measured with Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) (Robinson, Mandelco, Olsen, & Hart, 1995). Child adjustment problems is measured with Child Adjustment and Parenting Self Efficacy (CAPES) (Marowska & Sanders, 2010). 171 mothers (72 unemployed, 31 employed parttime, and 68 employed full-time) with at least one child aged six to ten years old who live in Jabodetabek participated in this study.
The result of this study shows that differences in parenting style between full-time employed, part-time employed, and unemployed mothers are only found in authoritarian and authoritative parenting style, meanwhile there is no significant differences in permissiveness. Full-time employed mothers are the least authoritarian and most authoritative, compared to unemployed and part-time employed mothers. Secondly, this study found that the more authoritarian and permissive mothers are, the more frequent child adjustment problems happen. On the contrary, the more authoritative mothers are, the less frequent child adjustment problems happen. The next finding is that there are significant differences in child adjustment problems between children from full-time employed, part-time employed, and unemployed mothers. Full-time employed mothers are found to have children with the least adjustment problems, followed by nonemployed and part-time employed mothers, consecutively. Lastly, mediation analysis revealed that the relationship between maternal employment and child adjustment problems is only mediated by authoritarian parenting style and not by the other two parenting style.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Diasry Nesita
"Tiga bale adat peninggalan turun temurun suku Sasak yang ada di tiga dusun di pulau Lombok, yaitu dusun Sade, Bayan, dan Senaru, masih berdiri tegak dalam keunikan wujud arsitektur dan budaya lokal. Bale adat dalam masyarakat tradisional dapat dilihat sebagai cerminan budaya setempat dalam bentuk simbol arsitektural. Melalui, orientasi bangunan, bentuk, dan susunan ruang, nilai nilai tradisi disampaikan kepada masyarakat. Sikap masyarakat yang terbuka menyebabkan terjadinya dinamika pergeseran dan perubahan kebudayaan seiring dengan berjalannya waktu. Demikian pula yang terjadi pada masyarakat suku Sasak. Skripsi ini mempertanyakan sejauh mana telah terjadi penyesuaian antara bale adat dan perubahan pola hidup dan pandangan masyarakat di masing masing desa. Penelusuran langsung dilakukan di tiga dusun. Data terkumpul dalam bentuk sketsa, foto, dan wawancara dengan pengurus bale adat. Pendekatan arsitektural dan antropologis terutama mengenai teori perubahan kebudayaan digunakan untuk melihat perubahan sikap yang terjadi. Hasil analisis menyimpulkan bahwa arsitektur bale adat tidak lagi terbaca sebagai simbol yang memiliki makna nilai tradisi oleh masyarakatnya. Ada kekuatiran bahwa arsitektur bale adat lama kelamaan akan diperlakukan sama dengan bangunan lainnya yang ada.

Three bale (traditional house) indigenous Sasak hereditary heritage existing in three hamlets on the island of Lombok, which Sade village, Bayan and Senaru that still standing upright in a unique form of architecture and local culture. Bale is customary in traditional societies can be seen as a reflection of the local culture in the form of architectural symbols. From building orientation, shape, and arrangement of space, the value of tradition conveyed around community. The soft attitudes of community led to the dynamics of culture shift and change over time. Similarly, what happened to the Sasak people. This skription questions the extent to which there has been an adjustment between the bale and the indigenous lifestyle changes and public opinion in their respective villages. Direct searches performed in three hamlets. Data collected in the form of sketches, photographs, and interviews with official custom bale. Architectural and anthropological approaches, especially regarding culture change theory is used to see the change in attitude occurred. The results of the analysis concluded that the custom bale architecture no longer be read as a symbol of traditional values ​​that have meaning by society. There is concern that the custom bale architecture over time will be treated the same as other existing buildings.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>