Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cynthia Tri Wardhani
"Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2), telah menyebar luas terutama ibu hamil dan bayi baru lahir. Bayi baru lahir dapat terpapar SARS-CoV-2 dari ibu yang melahirkan dengan terkonfirmasi positif dan ibu terkonfirmasi positif dapat berisiko melahirkan bayi premature. Kondisi tersebut dapat berisiko terjadinya NEC pada bayi baru lahir. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah menggambarkan komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi positif COVID-19. Ilustrasi kasus: Seorang perempuan usia 36 tahun terkonfirmasi positif COVID-19, status kehamilan G2P1A0 hamil 32 minggu melahirkan bayi perempuan dengan berat 1975 gram. Bayi dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) dengan diagnosis COVID 19 terkonfirmasi derajat sedang, necrotizing enterocolitis (NEC) grade II. Kesimpulan: bayi baru lahir premature positif COVID-19 dapat berisiko terjadinya NEC. Hal ini dikarenakan SARS-CoV-2 secara langsung menginfeksi saluran gastrointestinal yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Selain itu, imaturitas saluran cerna dapat berisiko terjadinya cedera usus. Kondisi tersebut dapat mengarah pada masalah keperawatan disfungsi motilitas gastrointestinal. Menajemen muntah, nutrisi, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian posisi, pengendalian infeksi, dan tindakan kolaborasi seperti pemberian TPN pada bayi dengan NEC merupakan hal penting untuk memenuhi nutrisi pada bayi dengan NEC. Case study ini, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti bayi premature terkonfirmasi positif COVID-19 dengan NEC dengan metode penelitian yang berbeda.

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2), which has spread widely, especially to pregnant women and newborns. Newborns can be exposed to SARS-CoV-2 from mothers who give birth with a confirmed positive and mothers who are confirmed positive can be at risk of giving birth to premature babies. These conditions can increase the risk of NEC in newborns. The purpose of writing this case study is to describe complications that occur in newborns from mothers who are confirmed positive for COVID-19. Case illustration: A 36-year-old woman who was confirmed positive for COVID-19, pregnancy status G2P1A0 32 weeks pregnant gave birth to a baby girl weighing 1975 grams. The baby was admitted to the neonatal intensive care unit (NICU) with a confirmed diagnosis of moderate-grade COVID-19, necrotizing enterocolitis (NEC) grade II. Conclusion: COVID-19 positive premature newborns can be at risk for NEC. This is because SARS-CoV-2 directly infects the gastrointestinal tract which can cause an inflammatory reaction. In addition, the immaturity of the gastrointestinal tract can increase the risk of intestinal injury. These conditions can lead to gastrointestinal motility dysfunction nursing problems. Management of vomiting, nutrition, monitoring of vital signs, positioning, infection control, and collaborative measures such as administration of TPN in infants with NEC are important to meet nutrition in infants with NEC. This case study can be used as basic data for further research in examining premature infants confirmed positive for COVID-19 with NEC with different research methods. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Tri Wardhani
"Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2), telah menyebar luas terutama ibu hamil dan bayi baru lahir. Bayi baru lahir dapat terpapar SARS-CoV-2 dari ibu yang melahirkan dengan terkonfirmasi positif dan ibu terkonfirmasi positif dapat berisiko melahirkan bayi premature. Kondisi tersebut dapat berisiko terjadinya NEC pada bayi baru lahir. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah menggambarkan komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi positif COVID-19. Ilustrasi kasus: Seorang perempuan usia 36 tahun terkonfirmasi positif COVID-19, status kehamilan G2P1A0 hamil 32 minggu melahirkan bayi perempuan dengan berat 1975 gram. Bayi dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) dengan diagnosis COVID 19 terkonfirmasi derajat sedang, necrotizing enterocolitis (NEC) grade II. Kesimpulan: bayi baru lahir premature positif COVID-19 dapat berisiko terjadinya NEC. Hal ini dikarenakan SARS-CoV-2 secara langsung menginfeksi saluran gastrointestinal yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Selain itu, imaturitas saluran cerna dapat berisiko terjadinya cedera usus. Kondisi tersebut dapat mengarah pada masalah keperawatan disfungsi motilitas gastrointestinal. Menajemen muntah, nutrisi, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian posisi, pengendalian infeksi, dan tindakan kolaborasi seperti pemberian TPN pada bayi dengan NEC merupakan hal penting untuk memenuhi nutrisi pada bayi dengan NEC. Case study ini, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti bayi premature terkonfirmasi positif COVID-19 dengan NEC dengan metode penelitian yang berbeda.

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2), which has spread widely, especially to pregnant women and newborns. Newborns can be exposed to SARS-CoV-2 from mothers who give birth with a confirmed positive and mothers who are confirmed positive can be at risk of giving birth to premature babies. These conditions can increase the risk of NEC in newborns. The purpose of writing this case study is to describe complications that occur in newborns from mothers who are confirmed positive for COVID-19. Case illustration: A 36-year-old woman who was confirmed positive for COVID-19, pregnancy status G2P1A0 32 weeks pregnant gave birth to a baby girl weighing 1975 grams. The baby was admitted to the neonatal intensive care unit (NICU) with a confirmed diagnosis of moderate-grade COVID-19, necrotizing enterocolitis (NEC) grade II. Conclusion: COVID-19 positive premature newborns can be at risk for NEC. This is because SARS-CoV-2 directly infects the gastrointestinal tract which can cause an inflammatory reaction. In addition, the immaturity of the gastrointestinal tract can increase the risk of intestinal injury. These conditions can lead to gastrointestinal motility dysfunction nursing problems. Management of vomiting, nutrition, monitoring of vital signs, positioning, infection control, and collaborative measures such as administration of TPN in infants with NEC are important to meet nutrition in infants with NEC. This case study can be used as basic data for further research in examining premature infants confirmed positive for COVID-19 with NEC with different research methods."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Putri Salsabila
"Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang sangat berisiko jika terpapar virus Covid-19 karena mengalami perubahan sistem imun dan fisiologis selama masa kehamilan. Akibat infeksi virus Covid-19 yang menyerang paru-paru dan kondisi ibu yang sedang hamil maka menambah keluhan sesak napas. Hal tersebut menyebabkan bayi yang berada dalam rahim ibu harus segera dilahirkan karena berpotensi tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Oleh karena itu, berisiko bayi lahir prematur. Kondisi bayi yang prematur menyebabkan organ bayi belum berfungsi dengan baik sehingga terdapat beberapa kondisi akibat dari bayi lahir prematur, salah satunya yaitu bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia. By. Ny. E merupakan bayi perempuan yang lahir dari ibu terkonfirmasi positif Covid-19 derajat berat ARDS dengan usia gestasi 32 minggu (prematur). Saat bayi berusia 3 hari, bayi mengalami ikterik dengan kadar bilirubin yang tinggi. Salah satu intervensi utama untuk menurunkan kadar bilirubin yaitu dengan fototerapi. Pada kasus ini, bayi diberikan fototerapi selama 1x24 jam. Peran perawat sangat penting dalam pemberian fototerapi neonatus. Pada kasus ini, asuhan keperawatan yang dilakukan selama pemberian fototerapi diantaranya yaitu setiap 3 jam sekali bayi dilakukan pemeriksaan tanda vital dan mengganti popok bayi, tanda vital bayi dalam batas normal, bayi tidak mengalami hipertermia, diare maupun ruam kulit akibat dari pemberian fototerapi, kulit bayi terpapar sinar fototerapi dan hanya memakai popok dan penutup mata selama pemberian fototerapi, selain itu kadar bilirubin bayi menurun setelah diberikan fototerapi selama 1x24 jam.

Pregnant women are one of the groups who are very at risk if exposed to the Covid-19 virus because they experience changes in the immune and physiological systems during pregnancy. Due to the Covid-19 virus infection that attacks the lungs and the condition of the mother who is pregnant, it adds to the complaint of shortness of breath. This causes the baby in the mother's womb to be born immediately because it has the potential to not get enough oxygen. Therefore, the risk of the baby being born prematurely. The condition of premature babies causes the baby's organs to not function properly so that there are several conditions resulting from premature babies, one of which is that babies are at risk for hyperbilirubinemia.Mrs. E’s baby is a baby girl born to a mother who was confirmed positive for COVID-19 with severe ARDS with a gestational age of 32 weeks (premature). When the baby is 3 days old, the baby has jaundice with high levels of bilirubin. One of the main interventions to reduce bilirubin levels is phototherapy. In this case, the baby was given phototherapy for 1x24 hours. The nurse's role is very important in the provision of neonatal phototherapy. In this case, the nursing care carried out during the provision of phototherapy includes every 3 hours the baby is checked for vital signs and changes the baby's diaper, the baby's vital signs is within normal limits, the baby does not experience hyperthermia, diarrhea or skin rash as a result of giving phototherapy, the baby's skin is exposed to sunlight phototherapy and wearing only a diaper and an eye patch during phototherapy, besides that, the baby's bilirubin level decreased after being given phototherapy for 1x24 hours. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Apriliawati
"Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan Teori Konservasi Levine dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada neonatus sakit, serta memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam Praktik Residensi Spesialis Keperawatan Anak. Asuhan keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine digambarkan pada 5 kasus yang dikelola. Masalah keperawatan secara umum terjadi pada kasus adalah risiko atau gangguan pola nafas, risiko ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi, risiko gangguan termoregulasi, risiko infeksi dan risiko gangguan integritas kulit. Evaluasi yang didapatkan pada kelima kasus tersebut adalah satu bayi masih mengalami gangguan pola nafas, tidak terjadi ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi teratasi, tidak terjadi gangguan termoregulasi, tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi gangguan integritas kulit. Sebagai Perawat Spesialis Keperawatan Anak, residen telah menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, promotor kesehatan, edukator, konsultan, inovator dan peneliti.

The purpose of this thesis is to get description of the application of Levine conservation theory, especially in nutrition need fulfillment forneonatal illness. It also shows competency accomplishment in pediatric nursing spesialist residency practice. Nursing care is based on Levine Conservation model, which is discribed in 5 different cases. In general, frequent nursing problem occured are risk or breathing pattern ineffective, the risk of fluid imbalance, nutrition imbalance, risk of impaired thermoregulation, risk of infection and impaired skin integrity. Evaluation results in the fifth case was one baby still having problems breathing pattern, notan imbalance of fluids, nutritional imbalance was resolved, no disturbance of thermo regulation, no infection and no disruption of skin integrity. As a Pediatric Nurse Specialist, residents have been carrying out its role as provider of nursing care, health promoters, educators, consultants, innovators and researchers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kholisah
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang kematian neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 11,1%. Kejadian BBLR di Kabupaten Majalengka tahun 2011 sebesar 3,7% dan proporsi terbanyak ada di wilayah Puskesmas Rajagaluh yaitu 7,6%. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh sebesar 7%, dan kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu yang melahirkan dengan umur lebih dari 35 tahun, paritas lebih dari empat, jarak kehamilan kurang dari dua tahun, pada ibu yang anemia, ukuran LILA kurang dari 23,5 cm, dan pemberian tablet Fe kurang dari 90 tablet. Untuk mengatasi masalah BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh perlu peningkatan kualitas antenatal pada ibu hamil, mempromosikan Keluarga Berencana dan perbaikan gizi pada ibu hamil dan Wanita sejak remaja.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the contributors to neonatal mortality in Indonesia. Incidence of LBW in Indonesia in 2010 was estimated at 11.1%. Incidence of LBW in Majalengka district in 2011 by 3.7% and the highest proportion in the region Rajagaluh health center is 7.6%. This study is a descriptive study.
The results showed that the proportion of LBW in the region of Rajagaluh Health Center is 7%, and the incidence of LBW was higher in mothers who gave birth to the age of more than 35 years, parity of more than four, a distance of less than two years of pregnancy, on maternal anemia, LILA size less of 23.5 cm, and giving tablet Fe less than 90 tablets. To overcome the problem of LBW in the Rajagaluh health centers to improve the quality of antenatal in pregnant women, promoting family planning and nutrition in pregnant women and women as a teenager.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tsabitah Asfandima
"Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Bayi dengan COVID 19 menunjukkan tanda gejala peningkatan suhu tubuh atau demam hingga hipertermi sebagai respons dari proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh. Demam merupakan kondisi suhu inti tubuh diatas kisaran normal (36.5-37.5C) karena kegagalan termoregulasi. Bayi dengan demam akan beresiko kehilangan cairan dan dapat menyebabkan dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada bayi berusia 18 hari yang mengalami demam dengan suhu 37.7C. Metode penelitian yang digunakan yaitu case study dengan melakukan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh bayi meliputi tindakan kompres hangat. Hasil intervensi menunjukkan bahwa suhu bayi menurun sekitar 0.8C setelah dilakukan intervensi 15-30 menit menggunakan air suhu 30C. Kompres hangat terbukti efektif dalam menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami demam.

Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) is a respiratory disease caused by the SARS-CoV-2 virus. Babies with COVID-19 show signs of increased body temperature or fever to hyperthermia in response to the infectious process that occurs in the body. Fever is a condition of core body temperature above the normal range (36.5-37.5C) due to failure of thermoregulation. Babies with fever are at risk of losing fluids and can cause dehydration. This study aims to analyze nursing care for an 18-day-old baby who has a fever with a temperature of 37.7C. The research method used is a case study by intervening to reduce the baby's body temperature including the warm compress. The results of the intervention showed that the baby's temperature decreased by about 0.8C after an intervention of 15-30 minutes using water at 30C. The warm compress is proven to be effective in lowering the body temperature of babies who have a fever. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfia Martviana
"COVID-19 adalah masalah serius yang dialami oleh seluruh dunia karena tingginya penularan virus melalui sistem pernapasan yang dapat membuat penderita berpeluang mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang mudah berikatan dengan ACE2 sebagai reseptor. ACE2 pada banyak ditemukan di paru-paru, sehingga COVID-19 dapat menimbulkan masalah serius hingga gagal napas pada penderitanya. Gejala umum yang muncul adalah batuk, sesak napas, nyeri tenggorokan, anosmia, serta gejala penyerta seperti demam, pusing, mual, maupun muntah. Pada pelaporan kasus ini pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat sedang dan mengeluhkan adanya batuk serta sesak napas dengan didukung adanya takipnea dan penurunan oksigen, sehingga pasien mendapatkan bantuan oksigen dengan non-rebreathing mask 15 liter per menit. Intervensi pemberian posisi prone juga diberikan demi mencapai perbaikan status pernapasan. Intervensi posisi prone telah dilakukan sebanyak dua kali sehari dan hasil yang didapatkan adalah adanya perbaikan pada status pernapasan pasien selama pasien dirawat hingga pasien pulang.

COVID-19 is a serious problem experienced by the whole world because of the high transmission of the virus through the respiratory system, making sufferers experience Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). COVID-19 is caused by the SARS-CoV-2 virus that readily binds to ACE2 as a receptor. ACE2 is mainly found in the lungs, and then COVID-19 can cause severe problems to respiratory failure in sufferers. Common symptoms are cough, shortness of breath, sore throat, anosmia, and accompanying fever, dizziness, nausea, and vomiting. In this case report, the patient was confirmed to have moderate-grade COVID-19 and complained of coughing and shortness of breath supported by tachypnea and decreased oxygen; thus, the patient received oxygen assistance with a non-rebreathing mask of 15 liters per minute. A patient also gave the prone position intervention to improve respiratory status. The prone position intervention has been carried out twice a day and the results obtained are improvements in the patient's care status until the patient goes home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqa Himma Emalia
"Ibu yang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dirawat di NICU menghadapi stimulasi eksternal/stressor yang lebih besar karena dirawat terpisah dengan bayi, kerentanan bayi terhadap masalah kesehatan, rumitnya perawatan BBLR, dan durasi hospitalisasi bayi yang lebih lama. Hal tersebut menyebabkan ibu yang melahirkan BBLR dan dihospitalisasi di NICU berisiko tinggi mengalami maternal stress dan efikasi maternal yang rendah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan integrasi teori keperawatan Modeling-Role Modeling (MRM) dan Calgary Family Intervention Model (CFIM) ke dalam asuhan keperawatan pada lima ibu yang dirawat terpisah dengan bayinya, serta penerapan praktik berbasis bukti ‘Intervensi Berbasis Hubungan’ untuk meningkatkan interaksi ibu-bayi, mengurangi tingkat stress/gejala depresi, dan meningkatkan efikasi maternal. Pengelolaan kelima kasus dalam laporan ini dilakukan di dua rumah sakit yang berbeda, dengan variasi tahap psikososial yang berbeda pula. Integrasi teori MRM dan model CFIM ke dalam asuhan keperawatan menciptakan pelayanan kesehatan yang holistik, memperhatikan kebutuhan ibu nifas pada setiap tahap psikososial, serta membentuk ikatan/interaksi antara ibu dan bayi. Penulis merekomendasikan penggunaan teori MRM dan CFIM pada setiap tahap psikososial ibu dan membentuk unit perawatan ibu dan bayi yang terintegrasi dan terpusat dalam satu lokasi yang tidak berjauhan sehingga memudahkan ibu dan keluarga untuk mengunjungi bayinya.

Mothers who give birth to Low Birth Weight (LBW) babies and are admitted to the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) have heightened external stimulation and stress. This is due to the separation between the mother and baby, the baby's increased susceptibility to health issues, the intricate nature of LBW care, and the extended duration of the baby's hospital stay. This results in a heightened vulnerability for mothers who deliver infants with LBW and require hospitalisation in the NICU, increasing their likelihood of encountering maternal stress and diminished maternal efficacy. This paper outlines the incorporation of Modeling-Role Modelling (MRM) and Calgary Family Intervention Model (CFIM) nursing theories in the care of five mothers who were hospitalised separately from their infants. Additionally, it discusses implementing the evidence-based practice 'Relationship-Based Intervention' to enhance mother-infant interactions, decrease stress levels and depressive symptoms, and enhance maternal efficacy. The study discussed the management of five cases in two distinct hospitals, each with its different psychological stages. By incorporating MRM theory and the CFIM model into nursing care, a comprehensive approach to healthcare is established, focusing on the specific requirements of postpartum women at every psychosocial phase and fostering connections and interactions between mothers and infants. The researcher proposed utilising MRM theory and CFIM at every psychological stage of the mother, and suggested the establishment of an integrated and centralised mother and baby care unit nearby, facilitating convenient visitation for mothers and families.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
"ABSTRAK
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiranhidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angkakematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko darikematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahirantunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risikotinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematianneonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi KesehatanIndonesia SDKI 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untukmengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengankematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 20072012dari wanita usia subur 15-49 tahun . Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar diIndonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahirankembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95 CI 1,43-4,01; p-value0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggikarena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengankehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlumembatasi jumlah anak.

ABSTRACT
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007 2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997 2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39 95 CI 1,43 4,01 p value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie
"Meskipun inovasi kesehatan dan perawatan gizi telah maju, penurunan pertumbuhan tetap menjadi masalah penting pada bayi prematur selama perawatan di NICU. Demi mencegah terjadinya dampak merugikan di masa depan, faktor risiko dari penurunan pertumbuhan perlu dianalisis agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan membantu petugas kesehatan dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien neonatus rawat inap.
Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap terhadap penurunan pertumbuhan pada pasien neonatus rawat inap. Sebanyak 47 rekam medis neonatus (berat lahir 1000-2500, usia gestasi 28-35 minggu) yang lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari hingga Desember 2018 dikumpulkan. Data kemudian diolah dengan SPSS Statistics 20. Dari 47 subjek, 18 (38.3%) mengalami penurunan berat badan, 4 (8.5%) mengalami penurunan tinggi badan, dan 3 (6.4%) mengalami penurunan lingkar kepala.
Dalam analisa bivariat, tidak ada faktor risiko (berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap) yang secara signifikan berhubungan dengan penurunan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala (p > 0.05). Hal ini dikarenakan pertumbuhan subjek dalam penelitian ini hanya diikuti selama dua minggu. Namun demikian, penurunan pertumbuhan paling banyak terlihat pada berat badan, diikuti oleh tinggi badan dan lingkar kepala. Penjelasan logis untuk ini adalah karena penurunan pertumbuhan individu sendiri dimulai dengan berat badan, lalu tinggi badan, dan dalam kondisi yang parah juga melibatkan lingkar kepala. 

Despite modern health innovations and nutritional care, growth deterioration remain as a significant issue in preterm neonates treated in the NICU. To prevent adverse long- term consequences, risk factors of growth deterioration should be analyzed to increase vigilance and assist health workers in providing the best care for neonatal inpatient.
This cross-sectional study aims to identify the correlation between birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization with growth deterioration in neonatal inpatient. A total of 47 medical records of neonates (birth weight 1000-2500, gestational age 28-35 weeks) born in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital between January to December 2018 were collected. Data were then processed with SPSS Statistics 20. Out of 47 subjects, 18 (38.3%) experience weight deterioration, 4 (8.5%) experience height deterioration, and 3 (6.4%) experience head circumference deterioration.
In bivariate analysis, none of the risk factors (birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization) is significantly associated with weight, height, or head circumference (p > 0.05). This is because the growth trajectories of the subjects in this study are only followed up to two weeks. However, it can be observed that growth deterioration was highest seen in weight, followed by height and head circumference. A logical explanation behind this is that a decrease in individual growth trajectory begins with weight, then height, and in severe condition head circumference. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>