Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Fauziah
"Produk kosmetik dekoratif dirancang untuk dapat tahan lama ketika diaplikasikan, tidak mudah terhapus oleh air dan mudah diaplikasikan oleh karena itu maka produk kosmetik dekoratif diformulasikan dalam bentuk emulsi air dalam minyak, emulsi ini memiliki sistem dimana globul air terdispersi di dalam fase minyak. Sediaan dalam bentuk emulsi air dalam minyak memiliki sifat dapat membantu formula yang tahan terhadap pembilasan, menempel pada kulit, melembabkan dan dapat mempengaruhi penetrasi bahan aktif. Namun emulsi air dalam minyak sifat kestabilan yang kurang baik sehingga perlu dilakukan studi karakterisasi emulgator pada emulsi air dalam minyak (A/M). Studi tersebut dilakukan dengan menggunakan 11 jenis bahan emulgator dengan karakteristik sifat fisikokimia yang berbeda yaitu Span 80, Steareth-2, Lanolin Alkohol, Sorbitan Olivat, Sorbitan Monostearat, Poligliseril-4 isostearat, Sorbitan tristearat, Emulium Illustro, Isolan GPS, Super hartolan, Cholesterol USP/NF-PW. Kemudian untuk mengetahui pengaruh karakteristik emulgator terhadap kestabilan emulsi maka dilakukan uji stabilitas pada suhu ruang dan suhu 50OC selama 28 hari dan dilakukan pemantauan kestabilan emulsi dengan parameter uji viskositas, ukuran globul dan organoleptis yang meliputi bau, warna, homogenitas dan aliran, pantauan tersebut dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, 14 dan 28.

Decorative cosmetic products are designed to be durable when applied, not easily removed by water and easy to apply. Therefore, decorative cosmetic products are formulated in the form of water in oil emulsion, this emulsion has a system in which water globules are dispersed in the oil phase. Preparations in the form of a water-in-oil emulsion have properties that can help formulas that are resistant to rinsing, stick to the skin, moisturize and can affect the penetration of active ingredients. However, the water-in-oil emulsion has poor stability, so it is necessary to study the characterization of the emulsifier on the water-in-oil (W/O) emulsion. The study was conducted using 11 types of emulsifiers with different physicochemical characteristics, namely Span 80, Steareth-2, Lanolin Alcohol, Sorbitan Olivate, Sorbitan Monostearate, Polyglyceryl-4 isostearate, Sorbitan tristearate, Emulium Illustro, GPS Isolan, Super hartolan, Cholesterol. USP/NF-PW. Then to determine the effect of emulsifier characteristics on the stability of the emulsion, stability tests were carried out at room temperature and 50oC for 28 days and monitoring of emulsion stability was carried out with test parameters of viscosity, globule size and organoleptic which include odor, color, homogeneity and flow, the monitoring was carried out at days 1, 3, 7, 14 and 28. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suesti Devi Purnamasari
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang dapat mengiritasi lambung dan mengalami metabolisme lintas pertama. Untuk mengatasi hal ini, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan transdermal. Dalam penelitian ini dibuat dua bentuk sediaan transdermal yaitu emulsi dan mikroemulsi, guna membandingkan perbedaan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi sediaan emulsi dan mikroemulsi menggunakan Virgin Coconut Oil sebagai fase minyak dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Daya penetrasi sediaan emulsi dan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Spraque-Dawley. Jumlah kumulatif natrium dikofenak yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 911,00 ± 3,67 μg/cm2 dan 445,41 ± 6,14 μg/cm2. Fluks natrium diklofenak pada sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam dan 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam. Persentase kumulatif jumlah natrium diklofenak dalam sediaan emulsi dan mikroemulsi yang terpenetrasi berturut-turut adalah 15,68 ± 1,17 % dan 8,80 ± 0,12 %. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik meliputi cycling test, uji sentrifugasi dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar (28° ± 2°C), suhu rendah (4° ± 2°C) dan suhu tinggi (40° ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada sediaan emulsi.

Diclofenac sodium is a drug that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass metabolisme, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in transdermal dosage form. In the present study was formulated two kinds of transdermal dosage form in order to compare the differences in the total cumulative penetration of diclofenac sodium, i.e. emulsion and microemulsion using Virgin Coconut Oil as Oil Phase. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. Total cumulative amount of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemusion were 911,00 ± 3,67 μg/cm2 and 445,41 ± 6,14 μg/cm2, respectively. Flux of diclofenac sodium from emulsion and microemulsion were 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam and 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam, respectively. The cumulative percentage of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemulsion were 15,68 ± 1,17 % and 8,80 ± 0,12 %, respectively. On the other hand, stability test including cycling test, centrifugation test and eight weeks storage at room temperature (28° ± 2°C), low temperature (4° ± 2°C) and high temperature (40° ± 2°C) was also done. The results showed that the microemulsion was more physically stable than emulsion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43302
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilla Fauzy
"Minyak ikan mengandung asam-asam lemak tidak jenuh yang berpotensi sebagai agen peningkat penetrasi obat.. Pada penelitian ini kurkumin digunakan sebagai model obat untuk menguji pengaruh konsentrasi minyak ikan terhadap penetrasi obat. Minyak ikan diformulasikan dalam mikroemulsi gel dengan konsentrasi 5,8, dan 10 % serta digunakan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan konsentrasi 5 % sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan menguji stabilitas fisik dan menguji pengaruh konsentrasi minyak ikan terhadap penetrasi kurkumin dalam sediaan mikroemulsi gel. Stabilitas fisik sediaan diuji dengan cycling test dan penyimpanan pada suhu rendah (4 ± 2°C), suhu kamar (25 ± 2°C), serta suhu tinggi (40 ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi gel dengan konsentrasi minyak ikan 5 , 8 , dan 10 % stabil pada suhu rendah. Pada suhu kamar formula dengan konsentrasi minyak ikan 5 dan 8 % stabil, tetapi pada konsentrasi 10 % tidak stabil. Pada cycling test dan penyimpanan suhu tinggi mikroemulsi gel pada ketiga formula tidak stabil. Aktivitas minyak ikan sebagai enhancer diuji secara in vitro dengan menggunakan alat difusi frans. Hasilnya adalah dengan meningkatnya konsentrasi minyak ikan dapat meningkatkan penetrasi kurkumin.
Fish oil contains unsaturated fat acids, its can increase penetration of drugs for transdermal. In this research, curcumin is used as drug model to know effect concentration of fish oil on penetration of drugs. Fish oil was formulated into microemulsion gel with concentration of 5, 8, and 10 % also is used Virgin Coconut Oil (VCO) with concentration 5 % as blanco. This research was designed to investigate the physical stability and the influence of fish oil in penetration of drugs. To look physical stability, the centrifugal test, cycling test, and storage at low (4 ± 2°C), room (25 ± 2°C), and high temperatures (40 ± 2°C) was carried out on this microemulsion gel. The result showed that microemulsion gel with concentration of fish oil 5 , 8 , and 10 % was stable at low temperature. At room temperature only formula with concentration of fish oil 10 % did not stable. The activity of fish oil as enhancer was tested by Frans diffusion Cell. The result was with increasingly of fish oil concentration could increase penetration of curcumin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42849
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Mellani
"Alfa arbutin merupakan bahan aktif penghambat enzim tirosinase pada proses melanogenesis. Efek mencerahkan kulit juga diperoleh dari asam laktat yang mengangkat sel-sel terpigmentasi pada epidermis dan niasinamid yang menghambat transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Kombinasi zat aktif tersebut dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 sebagai emulgator. Evaluasi dan uji stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu pada suhu 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C dan cycling test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi berhasil dibuat dengan Tween 80 (surfaktan) 25-35% dan etanol (kosurfaktan) 10% dengan karakteristik jernih, memiliki ukuran globul 2,397-16,8 nm, sifat alir pseudoplastis dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Mikroemulsi dengan Tween 80 35% merupakan formula mikroemulsi yang paling stabil karena memiliki ukuran globul paling kecil, viskositas paling tinggi dan profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan. Emulsi ganda W/O/W berhasil dibuat dengan Tween 80 (emulgator eksternal) 2,5-4,5% dan Span 80 (emulgator internal) 3% yang memiliki karakteristik sifat alir pseudoplastis thiksotropik dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Emulsi ganda dengan Tween 80 2,5% merupakan formula emulsi ganda yang paling stabil karena memiliki profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan.

Alpha arbutin is an active ingredient which inhibits tyrosinase in melanogenesis process. Skin lightening effect is also obtained from lactic acid that accelerates pigmented cells turnover in epidermis and niacinamide which inhibits the transfer of melanosoms from melanocytes to keratinocytes. Combination of those active ingredients were made in microemulsion and W/O/W multiple emulsions dosage forms in various concentrations of Tween 80 as emulsifier. Evaluation and physical stability test performed during 8 weeks of storage at 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C and cycling test.
Results showed that microemulsion could be made in 25-35% of Tween 80 (surfactant) and 10% of ethanol (cosurfactant) which had globule sizes 2.397-16.8 nm, transparent, pseudoplastic flow and most stable at 28°±2°C storage. Microemulsion with 35% of Tween 80 was the most stable microemulsion formula because it had smallest globule sizes, the most stable distribution profiles of globule sizes and highest viscosity. W/O/W multiple emulsions could be made with 2.5-4.5% of Tween 80 (external emulsifier) and 3% of Span 80 (internal emulsifier) which had pseudoplastic-thixotropic flow and most stable at 28°±2°C storage. Multiple emulsions with 2.5% of Tween 80 was the most stable formula because it had stable distribution profile of globul sizes during 8 weeks of storage at temperature 28°±2°C, 4°±2°C and 40°±2°C.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak buah merah (Pandanus conoideus) adalah hasil alam khas dari Papua yang bermanfaat untuk membantu pengobatan beberapa penyakit, food supplement, dan perawatan serta kecantikan kulit manusia. Tetapi, hal ini tidak didukung oleh bentuk sediaan minyak buah merah. Minyak sulit larut di dalam saluran pencernaan dan sulit menembus lapisan kulit manusia sehingga memperlambat proses absorbsi.
Mikroemulsi adalah suatu sistem dispersi yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Mikroemulsi dapat meningkatkan kelarutan minyak di dalam saluran pencernaan dan penetrasi minyak ke dalam kulit manusia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Mikroemulsi akan dievaluasi secara fisik selama 2 bulan. Komposisi bahan yang digunakan adalah 5% gliserin dan 15% sorbitol sebagai kosolven serta surfaktan tween 20 dengan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%. Tween 20 dengan konsentrasi 40% dapat membentuk sediaan mikroemulsi. Dari hasil pengamatan, formula mikroemulsi ini tetap stabil secara fisik selama dua bulan penyimpanan pada suhu kamar.

Abstract
Red fruit oil (Pandanus conoideus) is a natural product typicaly from Papua used as a medication for some disease, as a food supplement, and for beauty skin care. But this advantages are not supported by an appropriate dosage form. Oils are difficult to dissolve in GIT and difficult to penetrate the human skin, slower the absorption then.
Microemulsion is a dispersion system which can help to solve the problems by enhancing the oil solubility in GIT and the oil penetration through the skin. The objective of this study is to formulate a clear and stabile microemulsion. Microemulsion will be
physically evaluated for 2 months. The material composition is 5% glycerin and 15% sorbitol as the cosolvent, and 20% , 30%, and 40% tween -20 as the surfactants. The result showed that formula of 40% tween-20 gave a good microemulsion which is physically stable as long as 2 months stored at room temperature."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pambudi
"Minyak biji jinten hitam yang dikenal memiliki khasiat sebagai obat herbal mempunyai bau dan rasa yang khas. Oleh karena itu dibuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam tipe O/W. Penelitian ini bertujuan untuk menutupi bau dan rasa serta mengetahui stabilitas sediaan emulsi yang baik dari esktraksi Jinten hitam (Nigella sativa Linn) dengan emulgator Span 80 dan Tween 80 dengan variasi konsentrasi 20%,50% dan 70 % dari jumlah minyak biji jinten hitam dalam sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi volume sedimentasi, viskositas, ukuran partikel, uji stabilitas fisik, pH, dan penetapan kadar. Dari hasil pengujian, emulsi dengan konsentrasi emulgator 70% memiliki stabilitas yang baik. Formula emulsi tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

The black seeds cumin oil known to have efficacy as medicinal herbs having peculiar odor and taste. Hence preparation made emulsify oils black seeds cumin type O/W. This study aims to cover odor and taste and knowing stability emulsion preparation of black cumin esktract (nigella sativa linn) with emulgator span 80 and tween concentration with variations 20%, 50% and 70% of the oil of cumin black seeds in preparation. Evaluation volume discontinuous, conducted include viscosity, size of particles, the physical stability pH levels and determination. The evaluation of emulsion with concentration emulgator 70% having good stability. This formula could prove the odor and taste of black seeds cumin oil."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bedur Ma`Arif
"Kontaminasi khususnya air pada minyak transformer Sangat berpengaruh pada umur operasional pada transformer daya. Adanya kadar air pada minyak trafo memberikan kemungkinan menurunnya tingkat isolasi dan ketahanan minyak transformer sehingga berpotensi untuk terjadi tegangan tembus. Oleh karena itu, minyak transformer perlu diuji secara periodik untuk mengetahui tingkat kontaminan yang terkandung pada minyak transformer tersebut sebagai langkah pemeliharaan prediktif dan memperpanjang umur operasional dan kualitas dari transformer daya. Metodologi yang digunakan pada karya ilmiah adalah dengan melakukan analisis dan komputasi yang dibantu dengan simulasi untuk menentukan karakteristik-karakteristik utama antar tiap parameter berdasarkan dengan data pengujian lapangan pada objek studi yaitu Transformer generator Unit 4 pada PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang. Analisis yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pengujian dengan standard internasional IEC 60422:2005 sebagai dasar pengujian dan merumuskan hubungan dari masing-masing parameter. Hasil analisis yang didapatkan adalah antara parameter tegangan tembus dengan kandungan kadar air ditemukan hubungan berbanding terbalik yang sangat kuat dibuktikan oleh nilai koefisien korelasi sebesar -0.911. Selain itu, nilai perkiraan kadar air maksimum pada minyak transformer berdasarkan batas toleransi pada standar pengujian adalah 7.35 ppm dengan nilai tegangan tembus dielektrik berada pada batas standar yaitu senilai 30 kV. Adapun kurva karakteristik dari tegangan tembus dengan kadar air berbentuk cenderung linear dengan persamaan karakteristik yang didapatkan dari simulasi dan komputasi adalah y = -0.685x2 - 3.0005x + 89.094. Kemudian, antara kadar air dengan perkiraan temperatur didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.949 dengan hubungan berbanding lurus yang sangat kuat.

Contamination, especially water in transformer oil, greatly affects the operational life of the power transformer. The presence of water content in transformer oil provides the possibility of decreasing the level of insulation and resistance of transformer oil creating possibility for voltage breakdown to occur. Therefore, transformer oil needs to be tested periodically to determine the level of contaminants contained in the transformer oil as a predictive maintenance measure and extend the operational life and quality of power transformers. The methodology used in scientific work is to perform analysis and computation assisted by simulation to determine the main characteristics based on field test data on the object of study, namely Transformer generator Unit 4 at PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area. The analysis is carried out by comparing the test results with the international standard IEC 60422:2005 as the basis for testing. The results of the analysis obtained are that between the breakdown voltage parameter and the water content, a very strong inverse relationship is found, evidenced by the correlation coefficient value of -0.911. In addition, the estimated maximum water content in transformer oil based on the tolerance limit in the test standard is 7.35 ppm with the dielectric breakdown voltage value being at the standard limit of 30 kV. The characteristic curve of breakdown voltage with water content tends to be linear with characteristic equations obtained from simulation and computation is y = -0.685x2 - 3.0005x + 89.094. Then, between the water content and the estimated temperature, a correlation coefficient of 0.949 was obtained with a very strong direct proportional relationship."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Noer Addina
"Graphene aerogel polyurethane sponge (GAPU) dibuat dari grafit yang dioksidasi dengan metode Hummer menjadi grafena oksida (GO) kemudian ditambahkan polyurethane sponge (PU) untuk direduksi menjadi reduced graphene oxide polyurethane sponge lalu di freeze-dried untuk mengubah bentuknya menjadi aerogel. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomis produksi GAPU sebagai adsorben untuk separasi minyak-air. Pada studi ini, dibuat tiga skenario produksi GAPU, yaitu 547, 6000 dan 12000 ton. Hasil menunjukkan nilai keekonomian GAPU dengan kapasitas 547 ton dengan harga jual US$ 10,50 / Kg adalah NPV (net present value) sebesar US$ 1.326.996, BEP (break event point) sebesar 44,21 %, IRR (internal of rate return) sebesar 15,53% dan PBP (pay back period) sebesar 6,48 tahun. Sedangkan untuk kapasitas 6000 ton dengan harga jual US$ 2,80 / Kg adalah NPV sebesar US$ 10.773.480, BEP sebesar 33,01%, IRR sebesar 26,18 % dan PBP sebesar 2,21 tahun. Skenario ketiga dengan kapasitas paling tinggi, yaitu 12000 ton dengan estimasi harga jual sebesar US$ 2,20 / Kg adalah NPV sebesar US$ 18.219.424, BEP sebesar 27,10 %, IRR sebesar 33,92 % dan PBP sebesar 2,19 tahun. Nilai keekonomian produksi GAPU lebih baik jika diproduksi dalam kapasitas 12000 ton dibandingkan dengan kapasitas 6000 ton dan 547 ton. Analisis sensitifitas jika harga jual produk turun 10% lebih berpengaruh buruk terhadap nilai keekonomian dibandingkan harga bahan baku naik 10%. Akhirnya, analisis ekonomi dengan syarat harga jual kurang dari (<) sebesar US$ 18,18 / Kg, NPV > 0, BEP < 50% and IRR > 15% dinyatakan produksi Graphene Aerogel Polyurethane Sponge (GAPU) dinyatakan layak dan bernilai ekonomi tinggi

In this study, graphene aerogel polyurethane sponge (GAPU) has been made from graphite, and it was then oxidized by the modified Hummer method to be graphene oxide (GO). The reduced graphene oxide was blended into polyurethane sponge (PU), and this graphene oxide-polyurethane sponge composites was freeze-dried into an aerogel to change their shapes. This study was aimed to determine the economic value of GAPU composites as an adsorbent to separate oil-water. Three different scenarios of GAPU were designed, namely 547; 6,000 and 12,000 tons. The economic values of GAPU with a capacity of 547 tons and selling price of US$ 10.50 / kg were the NPV (net present value) of US$ 1,326,996, BEP (break event point) of 44.21%, IRR (internal of rate return) of 15.53% and PBP (payback period) of 6.48 years. While for the second scenario with capacity of 6000 tons with a selling price of US$ 2,80 / Kg were an NPV of Rp US$ 10,773,480, BEP of 33.01%, IRR of 17.32% and PBP of 2.21 years. The third scenario with capacity of 12,000 tons with an estimated selling price of US$ 2,20 / Kg showed an NPV of US$ 18.219.424, BEP of 27.10%, IRR of 33.92% and PBP of 2.19 years. The economic values of GAPU production was the best for capacity of 12,000 tons. Sensitivity analysis with a selling price of the product decreases by 10%, it has a more negative effect on the economic value than the price of raw materials increases by 10%. Overall, the economic analysis with the parameter condition such as the selling price is less than (<) of US$ 18,18 / kg, NPV > 0, BEP < 50% and IRR > 15% concluded that the production of Graphene Aerogel Polyurethane Sponge (GAPU) was feasible and had high economic value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Syafitri Utami
"Kurkumin merupakan salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai antiinflamasi. Kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah, dan tidak larut dalam air. Oleh karena itu, dapat diaplikasikan dalam bentuk nanoemulsi. Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas pada obat lipofilik. Tujuan penelitian ini ialah membuat dan membandingkan penetrasi dari sediaan nanoemulsi, nanoemulsi gel, dan emulsi gel kurkumin. Nanoemulsi dan nanoemulsi gel dibuat dengan 36% Tween 80 sebagai surfaktan, minyak kelapa sawit dan virgin coconut oil (VCO) sebagai fase minyak, dan etanol 96% sebagai kosurfaktan. Sedangkan emulsi gel dibuat dengan 15% Tween 80 sebagai surfaktan dan karbopol 940 2% sebagai gelling agent. Nanoemulsi, nanoemulsi gel, dan emulsi gel dibuat dan diukur ukuran globulnya menggunakan zetasizer. Ukuran partikel nanoemulsi, nanoemulsi gel dan emulsi gel berturut-turut ialah 10,07, 7,981, dan 4553 nm. Uji penetrasi in vitro kurkumin dilakukan menggunakan sel difusi Franz. Nanoemulsi gel memiliki jumlah kumulatif tertinggi yaitu 88,88± 22,58μg.cm-².

Curcumin is one of the natural compounds that used as an antiinflammation. Curcumin has a low bioavailability and insoluble in water. Because of that, curcumin can be applied in nanoemulsion form. This technologies being applied to enhance the solubility and bioavailability of lipophilic drugs.The aim of this study was to prepared and compared the in vitro penetration study of nanoemulsion, nanoemulsion gel, and emulsion gel curcumin. Nanoemulsion and nanoemulsion gel were prepared by 36% Tween 80 as surfactant, palm oil and virgin coconut oil (VCO) as oil phase, and 96% ethanol as cosurfactant. While emulsion gel were prepared by 15% tween 80 as surfactant and 2 % carbopol 940 as gelling agent. Their droplets size were measured using a zetasizer. Droplet size of nanoemulsion, nanoemulsion gel, and emulsion gel were 10.07, 7.981, and 4553 nm, respectively. In vitro penetration study was determined with Franz diffusion cell. Nanoemulsion gel showed the highest cumulative amount which was 88.88± 22.58μg.cm-²."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Purnama
"Emuisi wax semakin dibutuhkan dalam industri seperti industri tekstii,
kertas, kayu dan lain - lain. Produksi slack wax dalam negeri cukup besar,
namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah membuat emuisi wax dari slack wax, uji
kestabilan serta aplikasinya dalam industri tekstii, kertas dan kayu. Emuisi
wax dibuat dengan menggunakan slack wax SPG (Spindle 01') dan LMO
(Light Machine Oil). Emulsifier yang digunakan adalah emulsifier kationik
(Inter 95) dan emulsifier non-ionik (Sinopol T-4). Uji kestabilan dilakukan
secara makroskopik dan mikroskopik dengan memvariasikan kadar emulsifier
5 sampai 25% terhadap wax, pH 4, 7, dan 9, serta perbandingan volume fasa
30% dan 50%. Selanjutnya emuisi yang stabil secara mikroskopik ditentukan viskositas, kadar padatan, ukuran partikel, dan kerapatannya. Data yang
diperoleh dibandingkan terhadap parameter standar emuisi wax yang
dibutuhkan oieh industri. Emuisi wax yang memenuhi parameter dilakukan uji
aplikasi kuat tarik benang untuk industri tekstil, uji kandungan wax dan daya
serap air untuk industri kertas, serta uji daya rekat iem untuk industri kayu.
Dari hasil percobaan diperoleh emuisi wax M/A yang stabil pada pH
<9, emuisi wax kationik lebih stabil dibandingkan emuisi wax non-ionik,
dengan kadar emulsifier di atas 2,727% dan perbandingan fasa 30%. Di
antara emuisi wax yang stabil tersebut, yang memenuhi kriteria industri tekstil
ada 11, industri kertas ada 11 dan industri kayu ada 3. Emuisi wax yang
memenuhi standar kuat tarik benang ada 7, standar daya serap kertas ada
11, dan daya rekat Iem kayu ada 3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>