Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustika Marwah
"COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan telah menjadi pandemi secara global. Penyakit ini diduga utamanya menular melalui droplet serta permukaan yang terkontaminasi. Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aerosol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko keberadaan agen COVID-19 dalam bentuk aerosol serta bagaimana kontrol teknik udara dalam ruangan dapat berperan terhadap risiko penularan penyakit tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menilik bagaimana kebijakan eksisting sebagai kontrol administratif dalam mengatur risiko penularan COVID-19 dengan menilik kontrol teknik udara dalam ruangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian sistematis dan kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan risiko keberadaan aerosol agen COVID-19 pada udara dalam ruangan. Selain itu, kontrol teknik udara dalam ruangan dapat berperan dalam mereduksi risiko penularan COVID-19 via aerosol melalui (1) peningkatan pergantian udara dalam ruangan dengan udara luar ruangan, (2) penggunaan perangkat pembersih udara, serta (3) Memperhatikan tata letak perangkat ventilasi, arah dan distribusi alirah udara, serta alur udara bersih dan udara kotor pada suatu ruangan. Adapun kebijakan yang ada saat ini masih minim dalam mempertimbangkan risiko penularan COVID-19 via aerosol dalam ruangan sehingga masih dibutuhkan pengembangan kebijakan.

COVID-19 is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a global pandemic. The disease is thought to be mainly transmitted through droplets and contaminated surfaces. However, various studies show that the disease can also be transmitted through aerosols. This study aims to identify the risk of the presence of aerosol of COVID-19 agents and how indoor air engineering control can play a role in the risk of transmitting the disease. In addition, this study also examines the existing policies as administrative controls in managing the risk of COVID-19 transmission by considering at indoor air engineering controls. The method used in this research is a systematic review and policy. Based on the results of the study, there is risk of the presence of aerosols of COVID-19 agents in indoor air. In addition, indoor air engineering control can play a role in reducing the risk of transmission of COVID-19 via aerosols through (1) increasing the exchange of indoor air with outdoor air, (2) using air purifiers, and (3) paying attention to the layout of ventilation devices, direction and distribution of air flow, as well as the flow of clean air and dirty air in a room. The current policies are still minimal in considering the risk of COVID-19 transmission via indoor aerosols, so policy development is still needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Surya Satria
"Penyakit koronavirus 2019 atau COVID-19 merupakan suatu penyakit baru yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Pada awal tahun 2020, penyakit ini telah menjadi bencana nonalam berupa pandemi di lebih dari 200 negara di dunia. Negara-negara tersebut memiliki pengelolaan bencana yang berbeda-beda tergantung dari kerentanan, dampak bahaya yang ditimbulkan, karakteristik sosial, serta kondisi geografis di negaranya. Di Indonesia tersendiri, hingga tanggal 28 Juli 2020, pemerintah masih berusaha mengendalikan pandemi COVID-19 agar penyebarannya tidak semakin meluas. Sementara itu, sudah ada beberapa negara yang saat ini telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 dengan sangat baik, beberapa diantaranya adalah Tiongkok dan Vietnam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik serta menggunakan metode tinjauan kepustakaan (literature review) dan bertujuan untuk memberikan gambaran pengelolaan bencana nonalam yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia serta negara yang telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku elektronik, situs web pemerintah, basis data, dan mesin pencarian terpercaya dengan memasukkan kata kunci yang sesuai. Implementasi pengelolaan bencana dilihat berdasarkan pedoman pengelolaan pandemi COVID-19 yang diterbitkan oleh WHO serta teori siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, respons, hingga pemulihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah memenuhi 28 dari 30 aspek pengelolaan bencana. Sementara itu, Vietnam telah memenuhi 29 dari 30 aspek dan Tiongkok telah memenuhi seluruh aspek. Meskipun demikian, kedua negara tersebut berhasil melandaikan kurva laju peningkatan kasus, sedangkan Indonesia belum berhasil. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor mulai dari masyarakat yang tidak patuh, kebijakan yang lemah, pelaksanaan testing yang minim, data yang tidak akurat, hingga pemerintah yang kurang tegas. Pemerintah Indonesia dapat menjadikan negara Tiongkok dan Vietnam yang telah berhasil mengelola dan mengendalikan pandemi COVID-19 sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan selanjutnya.

Coronavirus Disease 2019 also known as COVID-19 is a new emerging disease transmitted by SARS-CoV-2. In the beginning of 2020, COVID-19 has been a non- natural disaster in the form of pandemic in over 200 countries around the world. Every country has their own ways and capabilities to manage a disaster. It depends on the vulnerabilities, hazards, social characteristics, and geographical conditions. As of July 28th 2020, the government of Indonesia is still striving to slow the widespread of COVID- 19 in the country. On the other side, China and Vietnam have managed to control the spread of the disease very well. This research is using qualitative approach and descriptive analytic with literature review method. This research aims to see the overview of non- natural disaster management that have been implemented by Indonesia and the success story of China and Vietnam in managing the pandemic. Data and information being used in this research are taken from electronic books, governmental database, websites, and qualified search engines by typing corresponding keywords. The result of this research shows that Indonesia has checked 28 out of 30 aspects of COVID-19 disaster management. Meanwhile, Vietnam has checked 29 out of 30 aspects and China has completed all checklists. Nevertheless, both countries have successfully flattened the curve of COVID-19 case number, but not with Indonesia. It could happen because there are several factors, such as disobedient society, weak policies, low testing ratio, inaccurate data, and careless government. As a suggestion, Indonesia should learn applicable lessons from China and Vietnam to take significant steps to slow the spread of the virus."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Indah Prathiwie
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Widyastuti
"Perawat mempakan tenaga terbesar di RS yang memberikan pelayanan keperawatan selama 24 jam kepada pasien dan keluarganya. Kepuasan kerja perawat dapat mempengaruhi pelayanan keperawatan yang diberikan. Peneliti tertari untuk melakukan penelitian di RS Karya Bhakti Bogor untuk mengetahui ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat di ruang penyakit dalam dan bedah RS Karya Bhakti Bogor“. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan alat ukur kuisioner. Pelaksanaan dilakukan pada responden yang mau berpanisipasi dalam penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang perawat. Setelah terkumpul data 30 responden kemudian diolah dengan distribusi frekwensi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa 70% perawat diruang penyakit dalam dan bedah RS Karya Bhakti Bogor merasakan situasi kerja cukup kodusif, 66,7% imbalan yang mereka terima cukup memuaskan, 66,7% mengatakan sumberdaya memadai. Namun demikian pihak rumah sakit tetap hal-hal yang menjadi ketidakpuasan sebagian responden terkait dengan kinerja perawat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5514
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Perlindungan terhadap Petani bawang merah dari bahaya pestisida merupakan suatu tantangan bagi dinas- dinas yang terkait di Kabupaten Brebes. Data hasil uji Cholinesterase darah yang dilakukan Dinas Kesehatan Brebes, dari 1764 sampel darah petani menunjukkan dan 1181 orang ( 66,9 %) masuk kategori normal sedangkan 583 orang ( 33 %) masuk kategori ringan sampai berat.
Thesis ini meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi petani bawang merah yaitu : kepemilikan lahan, pengetahuan tentang pestisida, masa kerja dan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 4 faktor yang diteliti, hanya 1 faktor yang mempengaruhi persepsi petani bawang merah yaitu pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Bila dilihat lebih jauh, pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) adalah faktor eksternal yang dapat diintervensi.

Influencing Factors on the Perception Onion Farmer of Pesticide Used at the Brebes ResidenceOnion farmer protection from dangerous pesticides is a big challenge for the institutions at Brebes residence. Health services was reporting a set of data blood cholinesterase test from 1764 blood sample of onion farmer show that 1181 sample (66,%) is normal and 583 sample ( 33% ) are light, middle, and weight.
In this Thesis the writer was doing a research to find out the relationship between a set of factors with onion farmer perception of pesticide used. Those factor are : period of work, the owner of land, knowledge of pesticide, and safety training.
The result of this research show that 1 of 4 factors are significantly influencing onion farmer perception, that is safety and occupational health training. When we look deeper , safety and occupational health training is a external factors that is something intervened able.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kambu, Yowel
"HIV menjadi penyebab utama menurunnya sistem imun sekunder, yang lambat laun mengarah pada stadium AIDS. AIDS merupakan masalah epidemik dunia yang memerlukan penanganan serius karena mengancam eksistensi manusia, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan penularan HIV, khususnya oleh ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden yang diperoleh adalah 75 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA adalah umur (p=0,040). Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi adalah pengetahuan, tingkat pendidikan dan status perkawinan ( nilai p berturut-turut 0,102; 0,165; 0,165; 0,138). Pada analisis regresi logistik ganda diketahui bahwa umur merupakan faktor yang paling mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV oleh ODHA (p=0,310 95% CI: 1.169-26.423). Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat hendaknya lebih difokuskan pada intervensi yang mengupayakan optimalisasi preventif dan promotif, yaitu penyuluhan bagaimana menghindari perilaku berisiko, penggunaan kondom yang benar dan penggunakan jarum steril oleh IDU baik pada ODHA umur muda maupun tua.

HIV has become a major causes of secondary immune system decreasing, which is gradually leads to stage of AIDS. AIDS is an epidemic problem that requires serious treatment of the world because it threatens the human existence, so it needs to be taken to prevent the HIV transmission, particularly by PLWHA. The aim of this study was to determine the factors that influence the act of HIV transmission prevention by PLWHA. The study design was cross sectional descriptive approach. The number of respondent who had obtained was 75 people. The result of analysed showed that factors corellated with HIV transmission prevention measures were ages (p=0,040). Other factors which also influence to the act of HIV transmission prevention by PLWHA are knowledge, level of education, and marital status (p-value are respectively 0,102; 0,165; 0,165; & 0,138). In multiple logistic regression analysis was known that ages is the most influence factor of the act of HIV transmission prevention by PLWHA (p=0,310 95% CI: 1.169-26.423). The provision of nursing care by nurse should be more focused on interventions that promote preventive and promotion optimization, that is to teaching how to avoid risk behavior, how to use right condom before any kind of sex and how to use sterile disposable injection by IDU in both older and younger PLWHA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30126
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianriksina Randusari
"Penelitian tentang factor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung di kecamatan Bogor Utara. Tujuan umum penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian flu burung di Kecamatan Bogor Utara. Sedangkan tujuan khususnya antara lain : i) Ingin mengetahui perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian Flu Burung; ii) Ingin mengetahui apakah faktor pendidikan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; iii) Ingin mengetahui apakah faktor pengetahuan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; iv) Ingin mengetahui apakah faktor sikap memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; v) Ingin mengetahui apakah faktor penghasilan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; vi) Ingin mengetahui apakah faktor pengalaman memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; vii) Ingin mengetahui apakah faktor akses terhadap informasi memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; viii) Ingin mengetahui apakah penyuluhan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; ix) Ingin mengetahui apakah faktor sarana dan prasarana memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung. Kegunaan secara teoritis : 1) sebagai sumbangan penting dan dapat memperluas wawasan bagi kajian ilmu kesehatan hewan dalam mencegah terjadinya pandemi di negara kita. 2) sebagai sumbangan penting dan dapat memperluas wawasan bagi kajian ilmu kesehatan hewan yang menyangkut pencegahan dini penyakit Flu burung Kegunaan secara praktis : hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah khususnya Dinas Agribisnis Kota Bogor untuk merencanakan program pengendalian penyakit Flu burung agar kota Bogor menjadi wilayah bebas Flu burung. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Utara . Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 200 orang pemilik unggas dan menggunakan analisis regresi dengan SPSS 10. Hasil penelitian ditemukan bahwa besarnya pengaruh secara simultan antara pengetahuan, pendidikan, sikap dan sarana prasarana terhadap perilaku pemilik unggas adalah sebesar 34,1% dan sisanya 65.9% ditentukan oleh variabel lain. Sedangkan untuk besar kecilnya pengaruh ditentukan oleh nilai koefisien korelasi langsung ( koefisien p). Dari hasil penelitian ini 1) besarnya pengaruh variabel pengetahuan terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,007 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,915. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka pengaruh antara variabel pengetahuan dengan perilaku pemilik unggas tidak signifikan. 2) besarnya pengaruh variabel pendidikan terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,048 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,423. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka pengaruh antara variabel pendidikan dengan perilaku pemilik unggas tidak signifikan. 3) besarnya pengaruh variabel sikap terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,229 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara variabel sikap dengan perilaku pemilik unggas sangat signifikan. 4) besarnya pengaruh variabel sarana prasarana terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,461 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara variabel sikap dengan perilaku pemilik unggas sangat signifikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilik unggas dalam upaya pengendalian penyakit flu burung dipengaruhi oleh 1) faktor predisposisi (Predisposisi factors) melalui variabel penghasillan, pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan sikap , 2) faktor pemungkin (Enabling factors) melalui variabel sarana dan prasarana, 3) faktor penguat (Reinforcing factors) yang dapat diukur melalui Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan, pemberdayaan masyarakat melalui kaderisasi vaksinator yang dalam penelitian ini hanya dilakukan dengan menggunakan data kualitatif serta 4) promosi kesehatan (Health promotion) yang diukur melalui variabel penyuluhan dan akses informasi, hal ini menguatkan teori Green tentang perilaku kesehatan yang digunakan sebagai landasan teori. Saran yang diberikan penulis : Untuk mengendalikan penyakit flu burung ini diperlukan upaya peningkatan sosialisasi agar masyarakat mau berperilaku positif terhadap pengendalian flu burung, Perlu ditingkatkan penyebaran informasi dengan cara melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara terus menerus dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Flu burung ini. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam pencegahan secara dini flu burung tersebut. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penguat (Reinforcing factors) berpengaruh terhadap perilaku yang belum ada di dalam model analisa pada penelitian ini.

This study aims to see the determinant factors that influence society?s behavior in preventing the avian influenza disease spread (study of poultry breeders in North Bogor District, West Java). General purpose of this study is to find out what kind of determinant factors that influence society?s behavior in preventing the Avian Influenza disease spread in north Bogor District. While specific purposes of this study include i) to find out society?s behavior in preventing the Avian Influenza disease spread; ii) to examine is the education factor influence on society?s behavior; iii) to examine is the knowledge factor influence on society?s behavior; iv) to examine is the attitude factor influence on society?s behavior; v) to examine is the income factor influence on society?s behavior; vi) to examine is the experience factor influence on society?s behavior; vii) to examine is the information accessibility factor influence on society?s behavior; viii) to examine is the public notice factor influence on society?s behavior; and ix) to examine is the facility and supporting facility factors influence on society?s behavior. This study has two benefits, theoretically and practically aspects. Theoretically benefit of this study includes 1) in general, it contributes important concept and broader knowledge for animal health sciences research on animal disease prevention, 2) in more specific, it contributes important concept and broader knowledge for animal health sciences research on early prevention of Avian Influenza disease spread. Practical benefit of this study, it contributes recommendations for policy formulation and problem solving for the government, particularly, the agribusiness section of Bogor District government, in developing a prevention program for Avian Influenza disease spread. So that this area will be free from the Avian Influenza disease. This study was done in North Bogor district, West Java province. The method of this study is survey. Total samples are two hundreds poultry breeders. The researcher used simple random sampling method. Regression and path analysis were applied to analysis the data. The researcher used Statistical Package for Social Sciences (SPSS) program version ten tool in testing the research hypothesis and analyzing the data. This study discovered that knowledge, education, attitude, facility and supporting facility factors influence the poultry breeders? behavior at the 34.1 %, and the rest is determined by other variables. While the value of effect or influence is determined by direct-coefficient-correlation values (p coefficient). From the statistical testing indicated that 1) the knowledge variable influences on poultry breeders? behavior is 0.0007 with the significant level of coefficient correlation result is 0,915. Since its probability value is bigger than 0.05 meaning that the influence of knowledge variable to poultry breeders? behavior is not significant; 2) the education variable influences to poultry breeders? behavior is 0.0048 with the significant level of coefficient correlation result is 0.423. Since its probability is bigger than 0.05, thus the influence of knowledge variable to poultry breeders? behavior is observed as not significant; 3) the attitude variable influences to poultry breeders? behavior is 0.229 with the significant level of coefficient correlation result is 0.000. Since its probability is extremely smaller from 0.05 meaning that the influence of knowledge variable on poultry breeders? behavior is observed as very high significant; 4) the facility and supporting facility variable influence on poultry breeders? behavior is 0.461 with the significant level of coefficient correlation result indicated 0,000. Since its probability is extremely smaller from 0.05 or even 0.01, meaning that the influence of knowledge variable on poultry breeders? behavior is observed as very high significant. Factors that influences poultry breeders? behavior in preventing of Avian Influenza disease spread are: 1) pre-depositions factors through the income, experience, education, knowledge, and attitude variables; 2) enabling factors through facility and supporting facility variables; 3) reinforcing factors in which are considered in the form of laws or regulations, community development through the forming of vaccinator cadres (through qualitative data); and 4) health promotion which is considered from the public notice and information accessibility. The findings of this study support the Green?s theory of health behavior, as the main reference theory used in this study. Recommendations of this study for policy formulation and problem solving regarding with the Avian Influenza disease spread prevention include the necessity to increase the socialization of Avian Influenza disease program in order to change the people?s behavior to be more positive about it. It is important to increase the information coverage constantly by socialization and public campaign. Provide more room and opportunity for active society?s participation in early Avian Influenza disease prevention program. It is also recommended to carry advanced research to observe about the influence of reinforcing factors to poultry breeders? behavior that as it is excluded from this study."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007.
T 22746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Jaya
"Kualitas udara dalam ruangan kelja yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat menyebabkan ruangan kerja tidak nyaman; dampak negatif terhadap karyawan berupa keluhan kesehatan yang dikenal dengan istilah sick building syndrome 6985). Keluhan SBS biasanya tidak terlalu parah dan tidak diketahui penyebabnya, tetapi mengurangi produktivitas kerja. Sejumlah penelitian pada lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa faktor-faktor intcmal dan ekstemal mempengaruhi kejadian SBS.
Informasi mengenai kualitas udara dalam mangan gedung perkantoran Departemen Kesehatan (Dcpkes) belum dikctahui, walaupun sudah banyak Iaporan tentang keluhan SBS. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai kualitas udara di gcdung Depkes Jakarta, Serta kejadian SBS dan ihktor-faktor yang mempengaruhinya. Menggunakan studi cross-seczional hersifat deskriptif analitik; melibatkan 242 karyawan Depkes scbagai responden. Kriteria respondcn adalah orang sehat tidak menderita penyakit sesuai diagnosa dokter dan tidak sedang hamil. Untuk memperoleh data mengenai, karakteristik, psikologis dan posisi kelja yang ergonomik dari responden menggunakan kucsioner teramh dan terstruktur. Sedangkan pengukuran konsentrasi NO2, CO, C0;, SO2, H2S, NH; and PM|0 scbagai indikator kualitas udara dilakukan pada 10 ruangan.
Kualitas udara dalam ruangan masih memcnuhi persyaratan scsuai Keputusan Mentcri Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002. Kadar NO2, SO2, and NH; terdeteksi pada tiga ruangan. Konsenlrasi C0 pada setiap ruangan sama; C02, H2S, and PMN lerdetcksi pada setiap ruangan dengan konscntrasi berbeda-beda. Pencahayaan pada seluruh ruangan memenuhi pcrsyaratan (> |00 lux). Di Iain pihak, suhu dan kelembaban pada beberapa ruangan melebihi persyaratan, namun secara umum nilai rata-ratanya masih memenuhi persyaratan.
Prevalensi SBS sebesar 19%, dengan gejala tcrbanyak berupa kelelahan, rasa sakit dan kekakuan pada bahu dan Ieher (50%); flu, batuk dan bersin-bersin (49.6%); Serta pusing, sakit kepala dan kesulitan konsentrasi (38.4%). Suhu, posisi keqja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur mempcngaruhi kejadian SBS secara bemmakna, dimana suhu merupakan variabel yang paling dominan.
Kualitas udara masih memenuhi persyaratan kesehatan, untuk Iingkungan fisik dalam ruangan kenja nilai rata-rata pengukuran masih memenuhi persyaratan, walaupun ada ruangan yang suhu atau kelembaban tidak memcnuhi persyaratan kesehatan, Suhu, posisi kerja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur sangat mempengaruhi kejadian SBS. Pemeliharaan pendingin ruangan serta posisi kerja yang ergonomik merupakan upaya pencegahan yang harus mcndapat perhatian dalam program SBS.

Indoor air quality that does not meet the health standard requirement may lead to uncomfortable working environment and causes negative impacts to the workers in the fomm of health complaints known as sick building .syndrome (SBS). Usually the complaints are not very serious and the sources are unknown; however it could reduce work productivity. A number of studies in different settings have indicated that several internal and external factors influence the incidence of SBS.
Infomation on the indoor air quality of the Ministry of Health (MOH) building has not yet been known, in spite ofthe SBS complaints that have been reported. The purpose of this study is to obtain infomation on the indoor air quality ofthe MOH building Jakarta, as well as the incidence of SBS and its’ underlying thctors. Using cross-sectional study which is descriptive-analytic; the study involved 242 MOH employees as respondents. The criteria ofthe respondents were healthy individuals not suffering from diseases as diagnosed by a physician and not pregnant. To obtain data on the characteristics, psychological and ergonomic working position of the respondents, guided and structured questionnaire were used. Whereas measurements of NO;, CO, CO2, S02, I-I2S, NH, and PM10 concentrations as indicators of air quality were undertaken in ten rooms.
Indoor air quality still meets the standard requirement, in accordance to the Minister of Health Decree No. 1405/ivlenkes/SK/XI/2002. Concentrations of NO2, SO2, and Nl-I; were detected in three rooms. The concentration of CO in all rooms was the same; while CO2, l-l2S, and PM10 were detected in all rooms with different concentrations. Illuminations in all rooms were in compliance to the standard requirement (> 100 lux). On the other hand, the temperature and humidity in some rooms exceeded the standard requirement, however, in general the average value of these two variables still meet the requirements.
The prevalence of SBS was 19%, mostly in the fonn of fatigue, pain and stiff on the shoulder and neck (50%); common cold, coughing and sneezing (49.6%); as well as diuiness, headache and concentration problems (38.4%). Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS, in which the room temperature was shown to be the predominant variable.
Indoor air quality was still in compliance to the health standard requirement. As for the physical environment, the measurement average values still meet the requirements although the temperature and humidity in some rooms did not. _ Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS. Maintenance of the air conditioner and sustaining ergonomic working position are prevention actions that should acquire attention in the SBS program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Badriah
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2011
T56062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wantiyah
"ABSTRAK
Efikasi diri diperlukan pasien penyakit jantung koroner (PJK) untuk mendukung kemandiriannya dalam mengelola penyakitnya. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pasien PJK. Desain penelitian analitik cross-sectional, dengan sampel 107 pasien. Analisis menggunakan Chi-square, uji T independen, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden, persepsi, keluhan, dan pengalaman tidak berhubungan dengan efikasi diri. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan efikasi diri (p: 006, α: 0.05), dan status emosi dengan efikasi diri (p: 0.014 α: 0.05). Perawat dapat meningkatkan efikasi diri pasien PJK dengan memberikan dukungan sosial dan mempertahankan status emosional pasien yang baik.

ABSTRACT
Self-efficacy was required for patients with Coronary Heart Disease (CHD) to managing the disease independently. This study identified factors that influence patients?s self-efficacy. This study was a cross-sectional analytic with 107 respondents. Statistical analysis used Chi-Square, Independent T-Test, and Multiple Logistic Regression. The results showed that characteristics of respondents, perceptions, cardiac symptoms, and experiences were not associated with self-efficacy. There was significant relationship between social support and self-efficacy (p: 0.006 α: 0.05), and between emotional state and self-efficacy (p: 0.014 α: 0.05). Nurses can improve patients?s self-efficacy by facilitating the social support and maintain patients?s emotional state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>