Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Nadira
"Zat besi adalah salah satu mikronutrien penting dalam tumbuh kembang. Kekurangan asupan zat besi sering terjadi di kalangan remaja, hal ini dapat menyebabkan berbagai dampak, salah satunya anemia defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan zat besi pada remaja putri. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder pada 106 Siswi SMAN 34 Jakarta kelas X dan XI. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah asupan zat besi dan variabel independen adalah pengetahuan gizi terkait anemia, frekuensi konsumsi makan utama, konsumsi lauk hewani, konsumsi lauk nabati, konsumsi sayur, konsumsi buah, uang saku, pendidikan ibu, dan pendidikan ayah. Data dianalisis secara bivariat menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil menunjukkan rata-rata asupan zat besi siswi SMAN 34 Jakarta sebesar 5.64±2.99 mg/hari. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan zat besi yang signifikan berdasarkan frekuensi makan utama, konsumsi lauk hewani, dan konsumsi lauk nabati. Frekuensi makan utama yang baik dan konsumsi lauk hewani serta nabati yang cukup akan meningkatkan asupan zat besi.

Iron is an important micronutrient for growth and development. Lack of iron intake often occurs among adolescents and it can causes various impacts, such as iron deficiency anemia. This study aims to determine the factors associated with iron intake among female adolescents. The research design was cross-sectional using secondary data on 106 students of SMAN 34 Jakarta (10th and 11th grade). The dependent variable in this study was iron intake and the independent variables were knowledge of nutrition and anemia, allowance, father's education, mother's education, main meal frequency, consumption of vegetables, consumption of fruit, consumption of animal side dishes, and consumption of vegetable side dishes. Data were analyzed bivariately using the Mann-Whitney test. The results showed that the average iron intake of SMAN 34 Jakarta students was 5.64±2.99 mg/day. Analysis showed that there were significant differences in iron intake based on the frequency of main meals, consumption of animal side dishes, and consumption of vegetable side dishes. A good frequency of main meals and adequate consumption of animal and vegetable side dishes will increase iron intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ikmila
"Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan linier yang dapat menggambarkan status gizi seseorang di masa lampau. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, dinyatakan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD). Tujuan umum penelitian ini mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015. Desain penelitian ini cross sectional dengan sampel berjumlah 173 balita umur 24-59 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara kuisioner dan formulir 24 hour recall. Adapun variabel yang diteliti adalah tinggi badan menurut umur (TB/U), asupan energi, asupan protein, penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif, sumber air minum, umur balita, jenis kelamin balita, tinggi badan ibu, berat lahir balita, jarak kelahiran balita, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, dan status ekonomi keluarga. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariate menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara asupan energi, asupan protein, tinggi badan ibu, jarak kelahiran balita, dan status ekonomi keluarga dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015.

Height is one of the linier growth measurement that can describe individual nutrition status in the past. Stunting is a linier growth disorders that caused by chronic malnutrition, stated by HAZ z-score less than -2 standard deviation (SD). The general objective of this research is to determine the descriptive and the relative factors of HAZ among children aged 24-59 months at Depok village, Depok city in 2015. The study design is cross sectional, with sample size is 173 children aged 24-59 months. This research was conducted in April until May 2015. Data collection was conducted by measuring height, questionnaire interview, and 24-hour recall form. The variables studied were HAZ, energy intake, protein intake, infectious diseases, exclusive breastfeeding, drinking water source, child?s age, child?s gender, maternal height, birth weight, birth spacing, mother?s education, total family members, and family economic status. The data was analyzed using univariate and bivariate (chi square test). The results of this research showed that there is a significant difference of proportion between energy intake, protein intake, maternal height, birth-to-birth spacing, and family economic status with HAZ among children aged 24-59 months at Depok village, Depok city in 2015."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Lestari Asmarani
"Skripsi ini membahas mengenai determinan ganguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Underweight, stunting dan wasting merupakan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan yang masih menjadi perhatian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan pada prevalensi anak usia 0-59 bulan underweight, stunting dan wasting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah semua individu yang berusia 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang secara bersama-sama signfikan memengaruhi underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi. Berat badan lahir rendah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian underweight (OR:2.08, 95%CI:1.75-2.47). Status ekonomi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.55, 95%CI:1.41-1.71) dan gangguan gizi (OR:1.59, 95%CI:1.45-1.75). Status gizi ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian wasting (OR:1.73, 95%CI:1.52-1.96). Untuk menanggulangi masalah gizi perlu melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi.

This paper discusses the determinants of malnutrition in children aged 0-59 months in Indonesia. Underweight, stunting and wasting is a malnutrition in children aged 0-59 months are still a concern. Results Health Research (Riskesdas) in 2007, 2010, and 2013 showed there were many changes in the prevalence of underweight children aged 0-59 months, stunting and wasting. The purpose of this study was to determine the determinant of underweight, stunting, wasting and malnutrition in children aged 0-59 months in Indonesia. The research was quantitative, with cross sectional study design using secondary data Riskesdas 2013. The sample was all individuals aged 0-59 months who were respondents in Riskesdas.
The results showed that there are seven variables that jointly exhibited significantly affect underweight, stunting, wasting and malnutrition. Low birth weight was the most important factors associated with underweight (OR: 2.08, 95% CI:1.75-2.47). Economic status was the most important factors associated with stunting (OR: 1.55, 95% CI: 1.41-1.71) and composite of three index (weight for age, height for age and weight for height) (OR: 1.59, 95% CI: 1.45-1.75). Maternal nutritional status was the most important factors associated with wasting (OR: 1.73, 95% CI: 1.52-1.96). To overcome the problem of nutritional needs to involve many sectors to be able to integrate develop policies that can improve the welfare of the community through improved nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Mentanaway
"Mahasiswi memiliki aktifitas belajar yang tinggi dan membutuhkan asupan gizi seimbang terutama energi dan zat gizi makro untuk memenuhi kebutuhannya. Namun pada kenyataanya karena kesibukan selama perkuliahan, banyak mahasiswi tidak memperhatikan asupan gizinya sehingga jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi menjadi lebih atau kurang dari yang dianjurkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, asupan energi, dan zat gizi makro pada mahasiswi Prodi Gizi Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan analisis data sekunder FKM UI pada bulan februari hingga juli 2022. Responden dalam penelitian ini adalah 137 mahasiswi aktif Gizi FKM UI. Analisis data menggunakan analisis univariat pada variabel karakteristik mahasiswi (uang saku, pengetahuan gizi, status gizi, frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan frekuensi snacking), asupan energi, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar rata-rata variabel responden berada pada kategori rendah atau kurang dari normal yaitu pada uang saku (59.9%), pengetahuan gizi (71,5%), frekuensi makanan (56,9%), kebiasaa sarapan (58,4%), dan frekuensi snacking (59,1%), asupan energi (95,6%), asupan karbohidrat (99,3%), asupan protein (70,1%), dan asupan lemak (77,4%). Sedangkan variabel responden yang berada pada kategori normal ialah status gizi (67,2%).

Undergraduate female students have high learning activities and need a balanced nutritional intake, especially energy and macronutrients to meet their needs. However, in reality due to their busy schedule during lectures, many undergraduate female students do not pay attention to their nutritional intake, so the amount of energy and macronutrient intake consumed becomes more or less than the recommended one. This research is quantitative research with a descriptive survey that aims to describe the characteristics, energy intake, and macronutrients of undergraduate female students in the Nutrition Program at the University of Indonesia. The design of this study was cross-sectional using secondary data analysis of FKM UI undergraduate from February to July 2022. The respondents in this study were 137 active Nutrition FKM UI undergraduate female students. Data analysis used univariate analysis on undergraduate female students characteristics variables (pocket money, nutritional knowledge, nutritional status, eating frequency, breakfast habits, and snacking frequency), energy intake, intake of macronutrients (carbohydrates, protein, and fat). ). The results showed that most of the respondents' variables were in the low or less than average category, namely pocket money (59.9%), knowledge of nutrition (71.5%), frequency of food (56.9%), breakfast habits (58, 4%), and snacking frequency (59.1%), energy intake (95.6%), carbohydrate intake (99.3%), protein intake (70.1%), and fat intake (77.4%). Meanwhile, the respondent variable in the normal category is the nutritional status (67.2%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Hayati
"Energi berfungsi sebagai sumber energi metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan aktivitas fisik. Pemenuhan energi pada anak dapat tergantung dari ketepatan pemberian makannya. Asupan energi di bawah kebutuhan normal anak, dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK) hingga pada kondisi stunting. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi pada anak usia 25-30 bulan di Gambir dan Sawah Besar, Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian menggunakan data sekunder penelitian case control dari penelitian sebelumnya. Total sampel sebanyak 107 anak. Analisis data menggunakan uji korelasi, uji T dan regresi linier ganda. Hasil Penelitian: rata-rata asupan energi 1057,6 kkal (<80%AKG), terdapat korelasi sangat kuat rata-rata asupan energi dengan variabel asupan protein (nilai r=0,781, p=0,0005), lemak (nilai r =0,816, p=0,0005) dan karbohidrat (nilai r=0,881, p=0,0005). Hasil uji T diperoleh rata-rata asupan energi berbeda secara bermakna pada variabel asupan minimum yang dapat diterima (p = 0,024), jumlah konsumsi susu (p = 0,0005), berat badan lahir (p = 0,045) dan jumlah anggota keluarga (p=0,023). Faktor dominan adalah asupan karbohidrat dengan nilai koefisien beta =0,557. Kesimpulan: Dinas Kesehatan, posyandu, ibu balita sebaiknya lebih memperhatikan pemenuhan asupan energi sesuai kebutuhan zat gizi makro usia anak.

The fulfillment of energy in children can depend on the accuracy of feeding. Energy intake below the normal needs of children can cause chronic energy deficiency (KEK) to stunting. This study aims to determine the dominant factors associated with energy intake in children aged 25-30 months in Gambir and Sawah Besar, Central Jakarta in 2019. This study uses secondary data from case control studies from previous studies. The sample is 107 children. Analysis using correlation test, T test and multiple linear regression. Research results: the average energy intake is 1057.6 kcal, the correlation of the average energy intake is very strong on the variables of protein intake (r value = 0.781), fat (r value = 0.816) and carbohydrates (r value = 0.881). T test results: the average energy intake was significantly different in the variables of acceptable minimum intake (p = 0.024), the amount of milk consumption (p = 0.0005), birth weight (p = 0.045) and the number of family members (p = 0.045). = 0.023). Dominant factor: carbohydrate intake (beta coefficient = 0.557). Conclusion: The Health Office, Posyandu, mothers of children under five pay attention to the fulfillment of energy intake according to the needs of macronutrients for children's age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Indah Rosiana
"Status gizi kurang maupun status gizi lebih memiliki risiko untuk mengalami penyakit kronis dan dapat memperpendek harapan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan korelasi antara status merokok, asupan zat gizi, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik dengan IMT dan untuk mengetahui perbedaan IMT dan faktor-faktor tersebut berdasarkan status merokok.
Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel sebanyak 131 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas yang dilakukan pada April - Mei 2012. Pengumpulan sampel mengunakan teknik simpel random sampling dengan pengambilan data melalui pengisian kuesioner, pengukuran antropometri, dan wawancara food recall 2x24 jam. Analisis data menggunakan Chi Square, korelasi, dan t-test independent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya korelasi yang signifikan antara aktivitas fisik dan rata-rata batang rokok yang dihisap per hari dengan IMT dengan pola negatif. Selain itu, terdapat adanya perbedaan konsumsi alkohol, asupan serat, dan vitamin c yang signifikan berdasarkan status merokok. Konsumsi alkohol pada lebih tinggi secara signifikan pada perokok daripada non-perokok, sedangkan asupan serat dan vitamin C lebih rendah secara signifikan pada perokok daripada non-perokok.

Undernutrition or overnutrition have more risk to get chronic illness and can also shorten life expectancy. The aims of this thesis are for knowing the association and correlation between smoking status, nutritional status, nutrition intake, alcohol consumption, and physical activity with Body Mass Indeks (BMI) and also for knowing of the BMI?s difference and those factors with smoking status.
The design of this study is cross sectional that have did in April - May 2012 in Faculty of Engineering Universitas Indonesia with 131 respondents. This study use simple random sampling technique for taking the samples. Collecting the data use questionnaire, anthropometry measurement, and 2x24h food recall. Data analyzing that used are Chi Square, correlation, and T-test independent.
The results show that there is significant negative correlation between physical activity and the average amount of cigarettes that smoked per day with BMI. Besides, there is significant difference of alcohol consumption, fiber intake, and vitamin C between smokers and non-smokers. Alcohol consumption in smokers significantly higher than in non-smokers, whereas fiber intake and vitamin C significantly lower in smokers than in non-smokers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Netti Yaneli
"Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Mencukupi kebutuhan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Akibat defisiensi energi pada balita bisa menyebabkan berbagai macam masalah gizi seperti stunting, wasting, maupun underweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi balita usia 24 bulan di Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Total sampel sebanyak 100 anak. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), dan jumlah konsumsi susu memiliki hubungan yang signifikan terhadap asupan energi. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi adalah Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), setelah dikontrol oleh Minimum Meal Frequency (MMF), jumlah konsumsi susu, tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu. Anak yang MDD nya tidak tercapai berpeluang 6,8 kali memiliki asupan energi yang kurang. Faktor dominan lainnya yang berhubungan dengan asupan energi pada balita adalah Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), setelah dikontrol oleh pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Anak yang MAD nya tidak tercapai berpeluang 10,6 kali memiliki asupan energi yang kurang.

Early childhood is characterized by rapid growth (growth spurt). Meeting adequate energy needs is very important for children. Due to energy deficiency in toodlers, it can cause various kinds of nutritional problems such as stunting, wasting, and underweight. This study aims to determine the dominant factors associated with the energy intake of children aged 24 months in Tangerang in 2019. This research uses quantitative methods. The type of research used is descriptive with cross sectional approach. The total sample is 100 children. Data analysis is used chi square test and multiple logistic regression. The results of the bivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), and the amount of milk consumption had a significant relationship to energy intake. Multivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), after being controlled by Minimum Meal Frequency (MMF), mother’s education level, maternal occupation, family income, and total milk consumption. Children whose MDD is not achieved are 6,8 times likely to have less energy intake. Another dominant factor related to energy intake in children is the Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), after being controlled by maternal education and maternal occupation. Children whose MAD is not achieved are 10,6 times more likely to have less energy intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Puspa Dewi
"Latar Belakang: Sakit kritis sering dihubungkan dengan malnutrisi yang disebabkan oleh perubahan metabolisme dan asupan yang menurun. Keadaan hipermetabolik yang tidak disertai dengan dukungan asupan energi dan protein yang adekuat, akan menyebabkan peningkatan konsumsi substrat protein dan energi secara cepat, disfungsi sistem imunitas, serta penurunan fungsi organ. Penilaian status gizi pada pasien sakit kritis sangat penting untuk menatalaksana dan mengevaluasi terapi gizi yang diberikan. Berbagai penelitian telah melaporkan mamfaat pemberian asupan energi dan protein yang cukup terhadap perubahan berat badan, namun pengukuran berat badan seringkali sulit dilakukan pada pasien ICU karena berbagai hal seperti penurunan kesadaran dan imobilisasi. Salah satu pengukuran antropometri yang cukup mudah dilakukan untuk mengevaluasi status gizi yaitu lingkar lengan atas (LLA) yang mencerminkan massa otot sebagai cadangan protein tubuh. Lingkar lengan atas (LLA) direkomendasikan sebagai parameter nutrisi karena sederhana dan indikator yang dapat digunakan untuk menilai malnutrisi. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara asupan energi dan protein terhadap perubahan LLA pada pasien sakit kritis yang dirawat di ICU. Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif observasional pada pasien sakit kritis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia. karakteristik subjek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), skor NRS 2002, status gizi berdasarkan kriteria ESPEN, penyakit penyerta, skor SOFA, diagnosis saat dirawat, dan kadar CRP. Dilakukan analisis korelasi antara asupan energa dan protein dengan perubahan lingkar lengan atas (LLA). Hasil: Terdapat 55 subjek dengan rerata subjek berusia 50,58±14.21 tahun. Subjek
didominasi oleh laki-laki 42(76%) subjek. Sebagian besar subjek dengan status gizi
malnutrisi 33(60%). Rerata berat badan, tinggi badan dan IMT secara berturut-turut
adalah sebesar 56,6±15,8 kg, 165 (150-175) cm, dan 21.1±5,6 kg/m2. Berdasarkan
skor SOFA, subjek penelitian terbanyak memiliki skor SOFA 0-6 40(72,7%) (risiko
rendah). Rerata asupan energi dan protein subjek sebesar 16,51±6,4 kkal/kgBB/hari
dan 0.7(0-1.8) g/kgBB/hari. Sebagian besar subjek memiliki asupan energi tidak
cukup 46(84%) dan asupan protein tidak cukup 36(66%). Rerata LLA subjek saat
admisi adalah 26,6±3,86 cm dan rerata LLA setelah 7 hari perawatan sebesar
25,6±3,61 cm. Terdapat perbedaan bermakna perubahan LLA setelah 7 hari
perawatan di ICU (p<0.001), namun tidak terdapat korelasi antara asupan energi
dan asupan protein terhadap perubahan ukuran LLA. Selain asupan, tingkat
inflamasi dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingginya katabolisme namun tidak dilakukan analisis hubungan antara tingkat inflamasi terhadap LLA pada subjek penelitian ini. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan protein selama 7 hari pertama perawatan dengan perubahan ukuran LLA selama 7 hari perawatan.

Background: Critical illness is often associated with malnutrition due to metabolic changes and decreased intake. A hypermetabolic state without adequate energy and protein support leads to increased protein and energy substrate consumption, immune system dysfunction, and organ impairment. Assessing nutritional status in critically ill patients is crucial for managing and evaluating nutritional therapy. Several studies have reported benefits of adequate energy and protein intake on weight changes, but weighing patients in the ICU is challenging due to factors like decreased consciousness and immobility. One anthropometric measurement that's relatively easy to conduct for evaluating nutritional status is the mid-upper arm circumference (MUAC), reflecting muscle mass as a body protein reserve. MUAC is recommended as a nutritional parameter for its simplicity and usefulness in assessing malnutrition. This study aims to examine the relationship between energy and protein intake and changes in MUAC in critically ill patients treated in the ICU. Methods: This study is a prospective observational study of critically ill patients at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and RS Universitas Indonesia. Subject characteristics included age, gender, height, weight, body mass index (BMI), NRS 2002 score, nutritional status based on ESPEN criteria, comorbidities, SOFA score, admission diagnosis, and CRP levels. Correlation analysis was performed between energy and protein intake and changes in mid-upper arm circumference (MUAC). Results: There were 55 subjects with a mean age of 50.58±14.21 years. The majority were male, comprising 42 patients (76%). Most subjects were malnourished, totaling 33 (60%). Mean weight, height, and BMI were 56.6±15.8 kg, 165 (150-175) cm, and 21.1±5.6 kg/m2, respectively. Based on SOFA score, most subjects had a SOFA score of 0-6 (40 patients, 72.7%), indicating low risk. Mean energy intake was 16.51±6.4 kcal/kg/day, and mean protein intake was 0.7 (0-1.8) g/kg/day. A majority had inadequate energy intake (46 patients, 84%) and protein intake (36 patients, 66%). Mean MUAC at admission was 26.6±3.86 cm, and mean MUAC after 7 days of treatment was 25.6±3.61 cm. There was a significant decrease in MUAC after 7 days in the ICU (p<0.001), but no correlation was found between energy or protein intake and changes in MUAC. In addition to intake, inflammation levels could influence high catabolism, but no analysis was performed on the relationship between inflammation levels and MUAC in this study. Conclusion: There was no relationship between energy and protein intake during the first 7 days of treatment and changes in MUAC during 7 days of treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kustri Suharningsih
"ABSTRAK Dampak yang ditimbulkan dari keadaan stunting adalah terganggunya fungsi kognitif. Masa-masa seribu hari pertama kehidupan adalah waktu kritis pertumbuhan anak. Kondisi stunting pada balita di Indonesia dan dunia masih tinggi. Prevalensi stunting pada baduta di Bojong Kamal mengalami peningkatan dari 18,3% pada tahun 2017 menjadi 30,9% pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui persentase stunting pada baduta dan mencari faktor paling dominan terhadap kasus stunting pada
baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal tahun 2018. Sampel penelitian sebanyak 89 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan antropometri untuk menentukan kasus stunting pada baduta, kuesioner untuk mengumpulkan data riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan kunjungan posyandu, serta
dari kuesioner food recall 24 jam untuk asupan makan. Persentase stunting baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal adalah sebesar 32,6%. Asupan energi menjadi faktor dominan yang membedakan kejadian stunting pada baduta usia
13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal dikontrol oleh riwayat penyakit infeksi, asupan protein dan pendidikan ibu.

ABSTRACT
The effect of stunting is cognitive disfunction. The first 1000 days period of life is a critical time for child's growth. The number of stunting condition in children in Indonesia and around the world are still high. The prevalence of stunting in children
under 2 years old on Bojong Kamal have been increased from 18.3% in 2017 to 30.9% in 2018. This study is a quantitative research and with cross sectional design. The purpose of this study is to know the persentage of stunting and to find out the most
dominant factor in stunting cases in children age 13-23 month living on the working region of Puskesmas Bojong Kamal. Samples of the study about 89 children were choosen by systematic random sampling. Datas collected from the samples are from ix Universitas Indonesia antopometry examination, questionnaire to collect the history of breast feeding, history of infection disease, education level of the parents, income of the parents, visit to
Posyandu, and questionnaire of food recall 24 hours for food consumption. Percentage of stunting in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal is 32.6%. Energy intake is the dominant factor which differentiate the stunting
cases in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal controlled by history of infection disease, protein intake and mother's education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>