Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Chintya Kasih
"Beberapa riset memperlihatkan bahwa konsumsi drama dapat mempengaruhi preferensi seseorang dalam memilih pasangan. Berlandaskan pemikiran teori Kultivasi bahwa penonton dengan jumlah besar cenderung mempersepsikan realitas sosial yang disajikan di televisi, riset ini bertujuan menjelaskan pengaruh terpaan menonton tayangan drama Korea terhadap preferensi memilih pasangan. Konsep terpaan drama Korea dipilih karena tingginya popularitas drama Korea di kalangan anak muda saat ini. Data diperoleh melalui survei terhadap 320 responden yang berusia 18 – 24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpaan menonton drama Korea tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap preferensi memilih pasangan. Kecenderungan responden riset ini yang memiliki terpaan rendah dan adaptasi pengukuran preferensi yang bersifat umum menjadi alasan pengaruh yang tidak signifikan tersebut.

Some research shows that drama consumption can affect a person's preference in choosing a partner. Based on the thought of Cultivation theory that large audiences tend to perceive the social reality presented on television. This research aims to explain the effect of exposure to watching Korean dramas on preferences for choosing a partner. The concept of Korean drama exposure was chosen because of the high popularity of Korean dramas among young people today. Data were obtained through a survey of 320 respondents aged 18 – 24 years. The results showed that exposure to watching Korean dramas did not have a significant effect on preferences for choosing a partner. The tendency of respondents in this research to have low exposure and adaptation of general preference measurements are the reasons for the insignificant effect.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Kusuma Dewandani
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas bagaimana konsumen dalam melakukan pemilihan merek memiliki kriteria tertentu yang dianggap sesuai dengan kepribadian miliknya. Hal ini yang membuat penulis menjadikan konsumen Starbucks sebagai subjek yang diamati. Pemilihan subjek ini didasarkan pada realita bahwa banyak konsumen yang tetap setia terhadap merek Starbucks, di saat semakin banyak kedai kopi yang bermunculan dan memiliki harga jauh di bawah Starbucks. Hal tersebut menunjukan bahwa kelompok tertentu memilih Starbucks bukan karena atribut, melainkan nilai emosional yang dianggap dapat merefleksikan kepribadian mereka.
Tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk menggambarkan proses pemilihan merek oleh konsumen Starbucks, terkait dengan kepribadian yang mereka miliki. Jenis penulisan ini adalah deskriptif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari jurnal ilmiah, artikel di internet, dan laporan terdahulu yang berkaitan dengan konsep kepribadian konsumen, kepribadian merek, dan pemilihan merek. Pada tulisan kali ini, penulis menemukan bahwa konsumen yang menyukai merek Starbucks adalah orang yang memiliki kepribadian agreeableness (A), dengan karakteristik baik, lembut, dan menyukai interaksi dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan, mereka yang mempunyai kepribadian agreeableness memilih Starbucks karena pelayanan-nya yang ramah, baik, dan bersahabat, atau sesuai dengan kepribadian merek sincerity. Meskipun pada akhirnya kepribadian merek (brand personality) bukan menjadi hal utama konsumen dalam memilih merek tertentu (brand preference), namun kepribadian merek yang sesuai dengan kepribadian konsumen (personality) dapat membuat konsumen mencintai merek tertentu.

ABSTRACT
This paper discuss about consumer?s criteria before choosing a brand that perceived match with their personality, by analyzing Starbucks consumer. Selection of this subject is based on reality that many consumers remain loyal to Starbucks, while there are so many new coffee shops out there that cheaper than Starbucks. It shows that certain groups of people choose Starbucks not only because of brand?s attribute, but the emotional value that reflect their personalities.
The main objective of this paper is to describe the process of selecting the Starbucks brand by Starbucks consumers that related with their own personality. This is a descriptive paper that used secondary data derived from scientific journals, online articles, and previous reports related with personality, brand personality, and brand preference concept. In this paper, author found that consumers who like Starbucks as a brand is tend to have agreableness personality (A), which have good, and gentle characteristics, and really appreciate the interaction with other people. That is because, the agreeableness consumer tend to choose Starbucks because of its friendly and good service, or in accordance with the sincerity brand personality. Although in the end of brand preference process the brand personality is not the main thing that highlighted by consumer, but by having a strong brand personality that suit with consumer?s personality really can help the brand to be loved by its consumer.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Garnecia Mangosta DV
"Anak-anak sekolah dasar memiliki kebiasaan jajan, pada umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah disertai dengan kegiatan jajan (WHO, 1993). Makanan jajanan anak sekolah ini sangat berisiko terhadap pencemaran mikrobiologis dan bahan tambahan makanan berbahaya yang tentunya dapat mengancam kesehatan anak. Diketahui bahwa 60% jajanan anak sekolah di seluruh Indonesia tidak memenuhi standar mutu dan keamanan, 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung boraks (BPOM, 2004).
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih jajan pada siswa SDN Pondok Cina 2 tahun 2011, seperti faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Besar sampel penelitian yaitu 137 responden yang terdiri dari kelas 4 dan 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin siswa memiliki hubungan (p value=0.031) dengan perilaku jajan siswa di SDN Pondok Cina 2 tahun 2011. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa snack dan jajanan dengan saos merah adalah dua jajanan favorit yang biasa siswa beli di luar pagar sekolah. Penelitian ini juga menemukan bahwa 46.5% siswa menyukai jajanan dengan saos merah.

Elementary school children have a snack habits. In general, every day they spent a quarter of time in the school accompanied by snack activities (WHO, 1993). Snacks are particularly at risk of microbiological contamination and harmful food additives that can certainly threaten the health of children. It is known that 60% of street children in schools throughout Indonesia does not meet the standards of quality and safety, 56% of the sample containing rhodamine and 33% contain borax (BPOM, 2004).
This research was conducted with cross sectional method, to determine the factors that influence on student's behavior on choosing snack at SDN Pondok China 2 years 2011, such as predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. Total study sample consisted of 137 respondents from grades 4 and 5. The results of this study indicate that student gender has a relationship (p value = 0.031) with the student's behavior on choosing snack at SDN Pondok snack China 2 year 2011. In addition, this study also found that snack (chiki, candy, biscuit,etc) and food with red sauce are two favorite snacks that students usually buy from the vendors who sell snacks out of the school fence. The study also found that 46.5% of students like snacks with red sauce.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Adinda Nabila
"Perempuan yang menjadi penyintas kekerasan dalam pacaran (KDP) yang dipaksa melakukan aborsi tidak aman oleh pasangan atau mantan pasangannya mengalami berbagai lapisan viktimisasi dalam hidupnya atau viktimisasi berlapis. KDP, kekerasan reproduksi, kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan pemaksaan aborsi sebagai lapisan viktimisasi dalam ranah domestik. Lapisan viktimisasi selanjutnya yaitu viktimisasi dalam ranah lingkungan sekitar (stigma, diskriminasi, victim blaming) atas KDP dan KTD (di luar nikah) terhadap penyintas perempuan. Penelitian ini menjabarkan mengenai pengalaman viktimisasi berlapis 3 (tiga) perempuan penyintas KDP yang dipaksa aborsi secara tidak aman dengan metode kualitatif feminist narrative analysis. Dengan teori feminis radikal dan perspektif viktimologi feminis, dapat membantu menganalisis pengalaman viktimisasi berlapis penyintas perempuan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sistem patriarki merupakan akar dari terjadinya viktimisasi berlapis terhadap perempuan penyintas KDP yang dipaksa aborsi oleh pasangan/mantan pasangan. Salah satu lapisan viktimisasi yaitu kekerasan domestik merupakan bentuk dari kekerasan berbasis gender (KBG) yang melanggengkan subordinasi terhadap perempuan. Meskipun perempuan ter-opresi atas viktimisasi yang dialami, perempuan tetap melakukan perlawanan (resistensi) sebagai bentuk penolakan dominasi laki-laki.

Women who become survivors of intimate partner violence (IPV) are coerced into unsafe abortions by their partners or ex-partners experience various layers of victimization in their lives, known as multiple victimization. IPV, reproductive violence, unwanted pregnancy (UP), and forced abortion constitute layers of victimization within the domestic realm. Another layer of victimization involves the surrounding environment (stigma, discrimination, victim blaming) towards survivors of IPV and UP (outside of marriage). This research outlines the experiences of three women survivors of IPV who were forced into unsafe abortions using qualitative feminist narrative analysis. Employing radical feminist theory and a feminist victimology perspective helps analyze the layered victimization experiences of women survivors. The findings of this study reveal that the patriarchal system is the root cause of layered victimization against women survivors of IPV who are forced into abortion by their partners/ex-partners. One layer of victimization, domestic violence, is a form of gender-based violence (GBV) that perpetuates the subordination of women. Despite being oppressed by the victimization they experience, women continue to resist as a form of rejecting male dominance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvta Anja Nadiska
"Intimate partner violence (IPV) merupakan suatu fenomena global yang jumlahnya terus meningkat dan kerap terjadi pada masa emerging adulthood dan banyak ditemukan di Ibu Kota DKI Jakarta. Pengalaman menjadi korban IPV memiliki berbagai dampak negatif, salah satunya adalah mengalami depresi. Meski begitu, kemungkinan terjadinya dampak depresi dapat diminimalisir dengan kehadiran faktor protektif, yaitu self-esteem. Penelitian ini kemudian bertujuan untuk melihat peran moderasi self-esteem pada hubungan antara IPV dan depresi pada emerging adult di DKI Jakarta. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), IPV dan self-esteem (r = -0.537, p < 0,01, two-tailed), serta self-esteem dan depresi (r = -0,788, p < 0,01, two-tailed). Meski begitu, analisis regresi menggunakan PROCESS Model 1 Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari self-esteem pada hubungan IPV dan depresi (? = -0,01, t = -1,338, p > 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait IPV, depresi, dan self-esteem.

Intimate partner violence (IPV) is a global phenomenon whose number continues to increase and often occurs during emerging adulthood and commonly found in the capital city of DKI Jakarta. The experience of being a victim of IPV has various negative impacts, one of which is experiencing depression. Even so, the possibility of the impact of depression can be minimized by the presence of a protective factor, namely self-esteem. This study then aims to look at the moderating role of self-esteem on the relationship between IPV and depression in emerging adults in DKI Jakarta. This study involved 196 participants. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) measuring tools. The results of the Pearson Correlation analysis showed that there was a significant relationship between IPV and depression (r = 0.667, p <0.01, two-tailed), IPV and self-esteem (r = -0.511, p <0.01, two-tailed), as well as self-esteem and depression (r = -0.788, p <0.01, two-tailed). Even so, regression analysis using Hayes' PROCESS Model 1 showed no significant moderating role of self-esteem in the relationship between IPV and depression (? = -0.01, t = -1.338, p > 0.05). This research is expected to add knowledge regarding IPV, depression, and self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Shafa Nabilla
"Intimate partner violence (IPV) merupakan fenomena yang kerap terjadi pada masa perkembangan emerging adulthood dan banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV memiliki banyak dampak buruk bagi korbannya, salah satunya mengalami depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan makna hidup seseorang yang dapat menumbuhkan afek positif pada diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta efek moderasi dari makna hidup terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian ini melibatkan 148 partisipan perempuan dan 48 partisipan laki-laki dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta (N = 196). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi. Akan tetapi, tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan dari makna hidup pada hubungan antara IPV dan depresi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum terkait IPV, depresi, dan juga makna hidup.

Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs during the emerging adulthood developmental period. IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many life and health consequences, one of them being depression. However, the negative impact of depression can be minimalized with one’s meaning in life, which can foster positive affect on the individual. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating effect of meaning in life on the relationship between IPV and depression. This study involved 148 female and 48 male participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta (N = 196). The findings demonstrated a strong positive correlation between IPV and depression. Even so, meaning in life did not have a substantial moderation role between IPV and depression. This research is expected to add insight to the general public regarding IPV, depression, and also the meaning of life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Sarah Aqilah
"Intimate partner violence (IPV) merupakan peristiwa yang marak terjadi pada pasangan emerging adulthood, peristiwa tersebut banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV dapat berdampak negatif bagi korban yang mengalaminya, salah satunya adalah munculnya resiko depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan strategi koping yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta peran moderasi strategi koping terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Brief COPE. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), dan ditemukan hubungan yang negatif antara IPV dan strategi koping (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara strategi koping dan depresi (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Meskipun begitu, terdapat peran moderasi yang signifikan dari strategi koping pada hubungan antara IPV dan depresi (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05).

Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs among emerging adulthood intimate relationships, IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many negative consequences, one of them is the risk of depression. However, the negative impact of depression can be minimized by using the right coping strategies. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating role of coping strategies on the relationship between IPV and depression. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Brief COPE. This study involved 196 participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta. The findings demonstrated a positive correlation between IPV and depression (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), and there is negative correlation between IPV and coping strategies (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). However, there is no significant correlation between coping strategies and depression (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Even so, coping strategies have a substantial moderation role between IPV and depression (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fonataba, Anthon Gamaliel
"Latar Belakang: Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan tindak kekerasan yang terjadi pada pasangan maupun pada seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan rumah tangga. Tindakan KDRT mencangkup kekerasan fisik, kekerasan seksual, pelecehan psikologis, penelantaran, penyalahgunaan finansial dan tindakan lain yang bertujuan untuk mengontrol korban. Angka pelaporan kasus KDRT di Papua lebih rendah jika dibandingkan dengan pelaporan kasus KDRT di provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Rendahnya kasus KDRT ini memiliki dua arti, angka kasus KDRT di Papua rendah, atau berarti rendahnya pelaporan oleh korban karena berbagai alasan. Hal yang mungkin berpengaruh pada rendahnya pelaporan kasus ini diantaranya adalah rendahnya ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan dan budaya patriarki.
Tujuan: Mengetahui persepsi istri Papua terkait KDRT dan faktor yang memengaruhi pelaporan kasus KDRT di Papua.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam kepada perempuan asli Papua yang sudah menikah baik yang belum/pernah mengalami KDRT atau pernah menyaksikan kejadian KDRT.
Hasil: Sebagian besar subjek yang di wawancara pernah mendengar dan mengalami KDRT setidaknya sekali sejak menikah. Pemahaman atas KDRT masih terbatas pada kekerasan fisik dan verbal. Sebanyak 9 subjek yang di wawancara memilih tidak melaporkan kasus KDRT dengan alasan berupa menganggap masalah keluarga yang tidak perlu diceritakan, keadaan finansial keluarga yang bergantung pada suami, sayang kepada suami, takut akan keluarga suami dan tindakan KDRT yang dianggap masih ringan.
Kesimpulan:  Persepsi istri-istri Papua tentang KDRT masih terbatas pada kekerasan fisik dan verbal. Budaya Patriarki menjadi faktor sosiokuktural yang paling mempengaruhi pelaporan. Tingkat Pendidikan dan ketergantungan ekonomi menjadi faktor berikut yang paling sering dikemukakan oleh istri-istri Papua

Background: Domestic violence is an act of violence that occurs against a partner or all family members who live in the same household environment. Domestic violence includes physical violence, sexual violence, psychological abuse, neglect, financial abuse, and other actions aimed at controlling the victim. The reporting rate of domestic violence cases in Papua is lower compared to provinces of West Java and DKI Jakarta. The low number of domestic violence cases has two meanings, the number of domestic violence cases in Papua is truly low or it means low reporting by victims for various reasons. Factors that might influence the low reporting of these cases include low economic conditions, low levels of education and patriarchal culture.
Purpose: To find out the perceptions of Papuan wives regarding domestic violence and the factors that influence reporting of domestic violence cases in Papua.
Method: This research was conducted qualitatively using a phenomenological approach through in-depth interviews with married native Papuan women who had not/had experienced domestic violence or had witnessed incidents of domestic violence.
Result: Most of the subjects had heard of and experienced domestic violence at least once since getting married. Subjects’ comprehensions of domestic violence are still limited to physical and verbal violence. There where 9 subjects chose not to report cases of domestic violence for reasons such as considering it is a family problems that did not need to be discussed, the financial situation of the family being dependent on the husband, love for the husband, fear of the husband's family and acts of domestic violence that were considered minor.
Conclusion: Papuan wives' perceptions of domestic violence are still limited to physical and verbal violence. Patriarchal culture is the sociocultural factor that most influences reporting. Education level and economic dependence are the following factors most often mentioned by Papuan wives.
Conclusion: Papuan wives' perceptions of domestic violence are still limited to physical and verbal violence. Patriarchal culture is the sociocultural factor that most influences reporting. Education level and economic dependence are the following factors most often mentioned by Papuan wives.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Inayah Agna
"Laporan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya dan didominasi oleh kasus kekerasan dalam pacaran (KDP). Saat berada dalam hubungan intim seperti pacaran, cara individu berperilaku didasari oleh gaya kelekatan yang terbentuk dari hubungan individu dengan pengasuhnya di masa kecil ataupun hubungan intim lain yang pernah dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gaya kelekatan individu dan pasangannya memengaruhi dinamika hubungan pacaran berkekerasan. Pendekatan kualitatif dan pengambilan sampel dengan prinsip homogenitas digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai pengalaman partisipan yang memiliki gaya kelekatan cemas. Wawancara dilakukan terhadap tujuh perempuan dengan rentang usia 19-28 tahun yang telah keluar dari hubungan pacaran berkekerasan. Penelitian ini menemukan bahwa gaya kelekatan individu dan pasangannya menimbulkan interaksi yang beragam dan berdampak terhadap proses terjadinya KDP serta bertahannya siklus KDP. Individu juga membutuhkan proses yang panjang untuk mengakhiri hubungan pacaran berkekerasan akibat adanya hambatan dari pasangan dan perubahan pandangan diri individu.

Reports of violence against women in Indonesia are increasing every year and are dominated by cases of dating violence. An individual’s behavior in intimate relationships such as dating is influenced by attachment styles formed in their early relationships with caregivers or previous relationships. This study aims to understand how the attachment styles of individuals and their partners influence the dynamics of dating violence. A qualitative approach and homogeneous sampling were used to gain an in-depth understanding of the experiences of participants with anxious attachment styles in facing violent dating relationships. Interviews were conducted with seven female participants aged 19-28 years who had left violent dating relationships. The findings indicate that the attachment styles of individuals and their partners creates interactions that impact the occurrence and persistence of the violence cycle. Individuals also went through a long process to end their relationship due to the impact of violence on self-perception which makes it difficult for them to get out of their relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Adi Satriani
"Perempuan yang mengalami KDRT hidup dalam situasi penuh konflik dan stress sehingga menimbulkan berbagai respon dan koping. Tujuan penelitian mengembangkan konsep tentang respon dan koping perempuan Bali yang mengalami KDRT dan faktor sosial budaya Bali yang mempengaruhinya di kecamatan Bebandem kabupaten Karangasem Bali. Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Sepuluh partisipan dalam penelitian ini direkrut dengan tehnik teoritical sampling.
Hasil penelitian menunjukan respon perempuan Bali yang mengalami KDRT adalah respon emosional dan respon kognitif. Partisipan menggunakan mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Respon dan koping ini dipengaruhi oleh faktor internal, dukungan sosial serta peran dan posisi wanita Bali dalam rumah tangga/keluarga. Hasil penelitian memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan asuhan keperawatan klien KDRT dengan memperhatikan sosial budayanya.

Women that experience an abuse will life in a conflict and stress situation so that there will be some responses and coping strategies. The aim of thesis research is to develop concept of response and coping that used by Balinese women the experience of domestic violence and the influence of Bali's social-culture in Karangasem Bali. The grounded theory method is used with 10 participants that selected by theoretical sampling.
The results showed that the Balinnese women will response emotionally and cognitively, They use adaptive coping as well as maladaptif. This situation was strongly influenced by the value and social culture in Bali, same intemate dan social support. This research give an overview to the health provider to aware of social culture in providing care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T33690
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>