Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widia Bela Oktaviani
"T-box 15 (Tbx15) merupakan faktor transkripsi yang mempengaruhi ekspresi gen Uncoupling protein 1 (Ucp1). Interaksi antara protein Tbx15 dan gen Ucp1 telah dilaporakan terlibat dalam aktivasi termogenesis adaptif dan pencoklatan jaringan adiposa putih, yang menawarkan pendekatan baru dalam mengobati obesitas. Paparan static magnetic field (SMF) meningkatkan Ca2+ sitosol yang dapat menghambat adipogenesis in vitro. Studi eksperimental untuk menganalisis efek SMF pada pencoklatan belum banyak dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pajanan SMF secara in vivo pada jaringan adiposa mencit obesitas yang ditinjau dari ekspresi protein Tbx15, gen Ucp1, serta ukuran sel adiposa inguinal. Mencit C57BL/6J diinduksi obesitas melalui pemberian pakan tinggi lemak (HFD). Mencit dipajan SMF selama 21 hari diferensiasi adiposit, durasi pajanan 1 jam/hari dengan intensitas 2 mT. Indeks Lee, protein Tbx15, gen Ucp1 dan ukuran sel adiposa dianalisis. Ekspresi Tbx15 meningkat secara signifikan (p<0,05) setelah 2 dan 7 hari pajanan SMF dan indeks Lee menurun sejak 2-21 hari pajanan SMF. Ekspresi gen Ucp1 meningkat setelah pajanan SMF walaupun secara statistik tidak ada perbedaan signifikan. Ukuran sel adiposa lebih kecil setelah 14-21 hari pajanan. Oleh karena itu, pajanan SMF dengan intensitas 2 mT durasi 1 jam/hari sudah optimal mempengaruhi proses pencoklatan melalui ekspresi Tbx15 dan Ucp1 yang meningkat setelah 2-7 hari pajanan dan secara fenotip ukuran sel adiposa mengecil dihari 14-21.

T-box 15 (Tbx 15) is a transcription factor that regulates the expression of the Uncoupling protein 1(Ucp1) gene. Tbx15 protein and Ucp1 gene interaction has been reported to be involved in thermogenesis and browning process of white adipose tissue, which offers a novel approach to treat obesity. Increased Ca2+ cytosolic concentrations caused by static magnetic field (SMF) exposure inhibit adipogenesis in vitro. Experimental studies to determine effect of SMF on the browning process have not been widely reported. Hence, we investigated its effect towards Lee index, Tbx15 and Ucp1 expression, as well as adipose cell size in obese mice inguinal adipose tissue. We generated C57BL/6J obese mice by inducing high fat diet (HFD). Mice were exposed to SMF at a 2 mT intensity for one hour per day for 21 days of adipocyte differentiation. Lee index, Tbx15 protein, Ucp1 gene, and histological inguinal adipose histology were all investigated. Tbx15 expression increased after 2-7 days of SMF exposure and Lee index decreased significantly since 2- 21 days of SMF exposure. Ucp1 gene expression increased after SMF exposure, however there was no significant change following SMF exposure. After 14-21 days of exposure, adipose cell size was slightly reduced. Therefore, we can conclude that the SMF exposure at 2 mT intensity for one hour per day could improve browning process by increasing Tbx15 dan Ucp1 expression after 2-7 days and adipose cell size phenotypically reduced at 14-21 days of SMF exposure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Nur Istiqomah
"Dislipidemia menyebabkan abnormalitas pada lemak darah seperti peningkatan Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). Pajanan SMF berpengaruh pada membran untuk memodulasi jumlah Ca2+ intraseluler melalui jalur calmodulin sehingga mempengaruhi ekspresi gen yang memodulasi degradasi LDL-c. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) merupakan protein yang berperan dalam regulasi kolesterol dan sebagai faktor transkripsi dari gen Low Density Lipoprotein Receptor (LDLR) untuk berikatan dengan LDL-c yang ada di plasma darah, sehingga berkaitan dengan kadar LDL-c. Tujuan peneitian ini melihat efek pajanan SMF dengan Bmax=2mT selama 1 jam/hari dalam mempengaruhi efek biologis sel sehingga mempengaruhi kadar kalsium, Ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Mencit C57BL/6J jantan dibagi menjadi kelompok pakan normal dan High Fat Diet (HFD). Kelompok HFD dibagi menjadi kelompok Obes (0,2,7,14,dan21) berdasarkan hari pajanan. Kemudian diambil plasma untuk untuk melihat Kolesterol dan LDL-c dan organ hati untuk analisis kalsium dan ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Terdapat perubahan kadar kolesterol dan LDL-c pada plasma darah secara signifikan P<0.05 dan cenderung mengalami peningkatan kadar kalsium, ekspresi LDLR, dan SREBP-2, pada kelompok pajan dibandingkan dengan kontrol P>0.05. Oleh karena itu, pajanan SMF berpengaruh terhadap kadar total kolesterol dan LDL-c pada sirkulasi darah serta mempengaruhi kadar kalsium, ekspresi protein SREBP-2, dan ekspresi gen LDLR. Efek pajanan SMF terhadap total kolesterol, LDL-c, kadar kalsium, ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Bergantug pada lama pajanan, dimana pada penelitian ini lama pajanan optimal adalah 7 har

Dyslipidemia causes abnormalities in blood lipids, such as an increase in Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). SMF exposure affects the membrane to modulate the amount of intracellular Ca2+ through the calmodulin pathway, thereby affecting the expression of genes that modulate LDL-c degradation. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) is a protein that plays a role in cholesterol regulation. As a transcription factor of the Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) gene binds to LDL-c in blood plasma, it is related to LDL-c levels. This study aimed to look at the effect of exposure to SMF with Bmax=2mT for 1 hour/day in influencing the biological effects of cells, thereby affecting calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Male C57BL/6J mice were divided into standard and high-fat diet (HFD) groups. The HFD group was divided into obese groups (0,2,7,14, and 21) based on the day of exposure. Then plasma was taken to see Cholesterol and LDL-c and liver for calcium analysis and SREBP-2 and LDLR expression. There were significant changes in blood plasma cholesterol and LDL-c levels P<0.05 and tended to have increased calcium levels, LDLR expression, and SREBP-2 in the exposure group compared to controls P>0.05. Therefore, SMF exposure affects total cholesterol and LDL-c levels in the blood circulation and affects calcium levels, SREBP-2 protein expression, and LDLR gene expression. Effect of SMF exposure on total cholesterol, LDL-c, calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Depending on the length of exposure, in this study, the optimal exposure time was 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Nur Aeni Pratiwi
"Obesitas merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh akumulasi lemak berlebih di jaringan adiposa. Obesitas memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan kelainan metabolik yang mengakibatkan resistensi insulin seperti penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mencit obes yang berisiko DMT2 setelah dipajan oleh Static Magnetic Field (SMF). Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium secara in vivo dengan menggunakan sampel penelitian berupa mencit jantan galur C57BL/6J berumur 12 hingga 18 minggu yang diberi pakan standar dan pakan tinggi lemak (HFD) lalu dipajan SMF 2 mT selama 2, 7, 14, dan 21 hari dengan durasi waktu 1 jam/hari. Penelitian ini menganalisis pengaruh pajanan SMF terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, GLUT4 dan kalsium. Analisis statistik untuk uji glukosa darah dan kadar HbA1c menggunakan Paired sample t test atau Wilcoxon. Analisis statistik untuk selisih glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, gen GLUT4, kadar kalsium menggunakan One way ANOVA atau Kruskal-Wallis. Apabila berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan Uji Post Hoc atau Mann-Whitney. Uji korelasi antara ekspresi protein DPP4 dengan Ekspresi Gen Caveolin-1 dan GLUT4 dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (p>0,05). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pemberian pajanan SMF pada mencit obes berpengaruh terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4 dan kalsium (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi gen Caveolin-1 dan GLUT4 setelah diberikan pajanan SMF (p>0,05). Pajanan SMF yang terbaik ditunjukkan pada kelompok mencit obes yang dipajan SMF selama 7 hari dapat mempengaruhi glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1 dan GLUT4 menurun serta peningkatan dalam kadar kalsium.

Obesity is one of the metabolic disorders caused by the accumulation of excess fat in adipose tissue. Obesity has risk factors associated with metabolic disorders resulting in insulin resistance, such as Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study aimed to examine the effect of static magnetic field (SMF) exposure on obesity-prone mice with T2DM susceptibility. The research design involved an in vitro laboratory experimental stuy using  C57BL/6J male mice aged 12 to 18 weeks, fed standard and high-fat diets (HFD), followed by exposure to a 2 mT SMF for duration of 2, 7, 14, and 21 days, with each exposure lasting 1 hour per day. This study  observed the effects of SMF exposure on blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium level. Statistical analysis for blood glucose and HbA1c levels used paired sample t-test or Wilcoxon. Differences in blood sugar, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium levels were analyzed using One-way ANOVA or Kruskal-Wallis. If significant differences are found, Post Hoc or Mann-Whitney tests were conducted. The correlation test between DPP4 protein with Caveolin-1 and GLUT4 genes expression were conducted using Pearson correlation (p>0,05). The research indicated that SMF exposure in obese mice significantly influences blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, and calcium (p<0.05). There were no significant differences observed in the expression of Caveolin-1 and GLUT4 genes after SMF exposure (p>0.05). The most effective SMF exposure duration was observed in the obese mice group exposed to SMF for 7 days, resulting in decreased blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, as well as increased calcium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diniwati Mukhtar
"ABSTRAK
Overweight dan obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan salah satu risiko untuk terjadinya gangguan kardiometabolik. Adanya polimorfisme gen UCP1, menyebabkan bervariasinya respons terhadap olahraga teratur SALI.Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh senam aerobik low impact SALI pada perempuan obes abdominal yang memiliki polimorfisme gen UCP1 terhadap parameter kardiometabolik lingkar pinggang LP , kadar trigliserida TG dan penanda inflamasi Monocyte Chemmoattractant Protein-1 MCP1 .Desain penelitian adalah non randomized controlled trial. Intervensi 12 minggu terhadap 55 orang wanita obes abdominal, terdiri dari 32 orang kelompok intervensi SALI dan 23 orang kelompok kontrol. Sebelum dan sesudah program dilakukan pemeriksaan parameter kardiometabolik LP, kadar TG dan MCP1. Pemeriksaan polimorfisme -3826 A>G gen UCP1 menggunakan teknik PCR diikuti teknik RFLP.Ditemukan frekuensi genotip AA 21 orang 38,2 , genotip AG 27 49,1 dan genotip GG 7 12,7 , dengan frekuensi alel G 0,40 . Subjek dengan kadar TG ge; 130 mg/dL kelompok SALI 100 responders, Kontrol 55 , dan kelompok kadar TG < 130 mg/dL, 22 . Subjek genotip GG polimorfisme gen UCP1 dengan kadar TG ge; 130 mg/dL high responders. genotip AA low responders. Temuan ini diperkirakan terkait jumlah langkah per hari kelompok genotip GG dengan TG ge; 130 mg/dL lebih tinggi dibandingkan kelompok nonresponders.

ABSTRACT
Overweight and obesity were the accumulation of excessive fat that could harm health. Obesity was a risk for cardiometabolic disorders. The polymorhism of UCP1 gene, caused variations in response to regular exercise. This study aims to investigate the influence of low impact aerobics exercise LIAE in abdominal obes women who had the polymorphism of UCP1 gene on cardiometabolic parameters, waist circumference WC , levels of triglyceride TG and inflammatory markers Monocyte Chemoattractant Protein 1 MCP1 . The study design was non randomized controlled trial. A total of 55 women subjects moderately obes women were divided into two groups on the basis of location. Thirty two subjects of LIAE group and 23 a non LIAE control group. Subjects were not restricted in foods consumed. The study period was 12 weeks. Outcome assessments for analyses were completed at baseline and 12 weeks for cardiometabolic parameters WC, TG and MCP1. Examination of the polymorphism 3826 A G UCP1 gene using PCR technique followed by RFLP technique. The frequencies of three genotypes of 3826 A G polymorphism of UCP1 gene were AA, AG, and GG were of 21 38.2 , 27 49.1 and 7 12.7 respectively with the G allele frequency of 0.40 . Post study obtained the subjects with TG baseline TG ge 130 mg dL 100 LIAE responders group, Control 55 , while TG "
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Diah Noviati
"Obesitas menyebabkan resistensi FGF21 yang berperan dalam proses pencokelatan dan termogenesis. Resistensi FGF21 disebabkan karena penurunan ekspresi reseptor, sehingga berkurangnya ikatan antara FGF21 dan reseptornya di jaringan adiposa. Penurunan ekspresi reseptor tersebut dipengaruhi oleh miR-34a yang meningkat pada kondisi obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa miR-34a dapat menghambat persinyalan FGF21 yang berperan pada proses pencokelatan. Pendekatan terapetik berbasis FGF21 telah banyak diteliti namun potensi ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa)terhadap miR-34a belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak H. sabdariffa terhadap ekspresi miR-34a dan FGF21 di jaringan adiposa putih. Penelitian eksperimen ini menggunakan dua puluh empat tikus jantan (Rattus norvegicus L) jantan galur Sprague-Dawley usia 6-10 minggu yang diinduksi diet tinggi lemak (19,09% lemak, 24,00% protein). Tikus dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu kelompok kontrol normal (N), kelompok kontrol obese (Ob), kelompok perlakuan dosis 200 mg/kgBB/hari (Ob-hib200), dan kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB/hari (Ob-hib4000). H. sabdariffa diberikan setiap hari selama 5 minggu. Pemeriksaan ekspresi miR-34a menggunakan qRT-real time PCR dan protein FGF21 dari jaringan adiposa putih menggunakan uji ELISA. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan ekspresi miR-34a lebih rendah pada kelompok tikus obese yang diberikan ekstrak dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) sehingga kadarnya tidak berbeda bermakna dengan keadaan normal (p>0,05). Di samping itu,  kadar FGF21 pada tikus obese yang diberikan ekstrak H. sabdariffa dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) lebih tinggi bahkan berbeda bermakna dibandingkan keadaan normal (p < 0,001). Dengan demikian, ekstrak H. sabdariffa berpengaruh terhadap penurunan ekspresi miR-34a diikuti dengan peningkatan kadar FGF21 jaringan adiposa putih yang berpotensi memperbaiki resistensi FGF21.

Obesity increase  FGF21 in circulation and caused the FGF21 resistance. This resistant lead to decrease expressions of FGF21 receptor in white adipose tissue of obese rats. The downregulation its receptor and co-receptor is altered by miR-34a which elevate in obesity. Several studies show miR-34a can inhibit signal cascade of beiging process. The therapeutic approach using FGF21 has been approved to improve obesity but the potential natural extracts of  Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa) has an effect to miR-34a and FGF21 remains unclear. This study aimed to determine alteration of miR-34a expressions of white adipose tissue and FGF21 of obese rats given to H. sabdariffa extracts. In vivo experimental study using twenty-four males of Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L), age 6-10 weeks. Rats is administered high fat diet (19,09% lemak, 24,00% protein) to induce obesity. Rats divided by four groups as follows : normal control group (N), obese control group (Ob), obese group is given 200 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib200), and obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib4000). H. sabdariffa extracts is given daily for five weeks. Quantification of miR-34a expressions using qRT-real time PCR and  FGF21 levels of white adipose using ELISA assay. Statistical analysis using ANOVA showed  miR-34a expressions of white adipose tissue decrease in obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) but not significantly differ from normal control group (p>0,05). In addition, FGF21 levels in white adipose tissue of obese rats given H. sabdariffa 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) increase differ from normal control group (p < 0,001). In brief,  H. sabdariffa extracts can alter the decrease of miR-34a expressions and increasing FGF21  levels in white adipose tissue of obese rats that has potential improve FGF21 resistance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Nabila Putri
"Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan kematian terbanyak kedua di dunia. Penyebab utama kematian penderita kanker payudara adalah metastasis sel kanker ke jaringan lain. Salah satu penanganan kanker payudara adalah pemberian pengobatan kemoterapi. Namun kemoterapi seringkali menimbulkan efek samping pada pasien. Salah satu jenis kemoterapi umum, Doxorubicin mampu meningkatkan resiko toksisitas jantung. Karakteristik kultur eksplan yang dapat mempertahankan kondisi sel secara in vivo dapat digunakan untuk memprediksi respons kemoterapi. Namun demikian, penggunaan kultur eksplan untuk memprediksi respon kemoterapi belum banyak diterapkan. Gen MYCN memiliki peran dalam mendorong keganasan sel kanker dan banyak terekspresi pada kanker payudara dengan prognosis buruk, sehingga dapat digunakan sebagai biomarker untuk memastikan respon antara jaringan asal dan kultur eksplan relatif sama. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi gen MYCN pada jaringan asal dan kultur eksplan serta menganalisis tingkat ekspresi gen MYCN pada kultur eksplan terhadap treatment Doxorubicin dengan metode one-step semi-kuantitatif Reverse Transcriptation - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Perlakuan treatment dilakukan untuk mendukung kemampuan kultur eksplan dalam mempertahankan in vivo. Hasil yang diperoleh menunjukkan ekspresi relatif gen MYCN pada jaringan asal dan kultur eksplan relatif sama serta adanya ekspresi gen MYCN setelah pemberian treatment pada kultur eksplan. Hal tersebut menandakan kultur eksplan dapat mempertahankan ekspresi dari jaringan asalnya. Selain itu, adanya ekspresi gen MYCN setelah pemberian agen kemoterapi mengkonfirmasi bahwa kultur eksplan memiliki respons yang relatif sama setelah pemberian treatment sehingga dapat digunakan untuk memprediksi respon kemoterapi.

Breast cancer is one type of cancer with the second most deaths in the world. The main cause of death for breast cancer patients is the metastasis of cancer cells to other tissues. One of the treatments for breast cancer is chemotherapy treatment. However, chemotherapy often causes side effects in patients. One of the common types of chemotherapy, Doxorubicin can increase the risk of cardiac toxicity. Characteristics of explant cultures that can maintain cell conditions in vivo can be used predicting chemotherapy response. However, the use of explant cultures to predict chemotherapy response has not been widely applied. The MYCN gene has a role in promoting cancer cell malignancy and is widely expressed in breast cancer with a poor prognosis, so it can be used as a biomarker to ensure that the response between the tissue of origin and explant cultures is relatively similar. Therefore, this study aims to analyze MYCN gene expression in the original tissue and explant culture and to analyze the expression level of the MYCN gene in explant culture against Doxorubicin treatment using a one-step semi-quantitative Reverse Transcriptation - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) method. The treatment was carried out to support the ability of the explant culture to maintain in vivo. The results obtained showed that the relative expression of the MYCN gene in the original tissue and the explant culture was relatively the same as well as the expression of the MYCN gene after the treatment was given to the explant culture. This indicates that the explant culture can maintain the expression of the original tissue. In addition, the presence of MYCN gene expression after administration of chemotherapeutic agents confirmed that explant cultures had relatively the same response after treatment, so that they could be used to predict chemotherapy responses."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Sandrian Hadi
"Cedera saraf perifer, seperti cedera saraf skiatik dapat mengakibatkan disabilitas. Metode pengobatan dalam memicu regenerasi saraf yang mengalami cedera dapat dilakukan melalui terapi berbasis sel punca mesenkimal (SPM) dengan potensi regenerasi dan memicu efek parakrin. Regenerasi saraf skiatik dianalisis secara histologi melalui analisis deskriptif otot gastroknemius tikus galur Sprague– Dawley dengan pewarnaan hematoksilin–eosin dan jumlah kluster neuromuscular junction (NMJ) pada serat otot dengan pewarnaan Palmgren silver. Analisis secara molekuler juga dilakukan untuk mengamati tingkat ekspresi gen esensial yang mampu meregulasi regenerasi dari saraf skiatik dengan qRT-PCR. Kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok kontrol (sehat) dan kelompok perlakuan cedera saraf skiatik yang diinjeksikan dengan SPM adiposa manusia. Penelitian dilakukan untuk mengamati pengaruh injeksi SPM adiposa manusia terhadap regenerasi saraf skiatik dari aspek histologi dan mengamati pengaruh injeksi SPM adiposa manusia melalui ekspresi gen Agrin dan PROM1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi SPM adiposa manusia menunjukkan aspek regenerasi histologi pada otot gastroknemius dengan mengurangi tingkat atrofi otot, tetapi belum adanya regenerasi jumlah kluster NMJ yang terbentuk pada serat otot. Ekspresi gen Agrin menurun sebesar 1,1 kali lipat, sedangkan gen PROM1 menurun sebesar 2,1 kali lipat. Uji statistik pada jumlah kluster NMJ dan ekspresi gen Agrin tidak menunjukkan perbedaan nyata antarkelompok, sedangkan ekspresi gen PROM1 menunjukkan adanya perbedaan nyata antarkelompok. Berdasarkan hasil penelitian, injeksi SPM adiposa manusia belum menunjukkan aspek regenerasi pada saraf skiatik.

Peripheral nerve injury, such as sciatic nerve injury, can result in disability. Treatment to induce nerve regeneration can be conducted with mesenchymal stem cells (MSC) therapy, which has regenerative potential and triggers paracrine effects. Sciatic nerve regeneration is analyzed histologically through descriptive analysis of the gastrocnemius muscle of Sprague–Dawley strain rat with hematoxylin-eosin staining and the number of neuromuscular junction (NMJ) clusters in muscle fibers with Palmgren silver staining. Molecular analysis is conducted to observe the expression levels of essential genes that can regulate the regeneration of the sciatic nerve using qRT-PCR. The groups used are the control group (healthy) and the treatment group of injection with human adipose tissue derived MSC. This study aims to observe the effect of human adipose tissue derived MSC injection on sciatic nerve regeneration with histological perspective and to observe its effect through the expression of Agrin and PROM1 genes. Results showed that the injection of human adipose tissue derived MSC demonstrates histological regeneration in the gastrocnemius muscle by reducing muscle atrophy. However, there is no regeneration in the number of NMJ clusters formed on muscle fibers. The expression of the Agrin gene decreased by 1.1-fold, while the PROM1 gene decreased by 2.1-fold. Statistical analysis revealed no significant differences in NMJ clusters and Agrin gene expression between groups, but a significant difference was found in PROM1 gene expression. Based on the results, the injection of human adipose tissue derived MSC has not yet shown aspects of regeneration in the sciatic nerve."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafly Atthariq
"Latar Belakang Prevalensi obesitas dunia maupun Indonesia terus meningkat. Pada obesitas, terjadi peningkatan sintesis kolesterol hati dan dislipidemia yang berisiko menyebabkan kematian. Ketumbar diduga memiliki efek anti dislipidemia dengan menginhibisi enzim HMG-KoA reduktase. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti pengaruh ekstrak biji ketumbar pada ekspresi HMG-KoA reduktase dalam sintesis kolesterol hati tikus obesitas. Metode Studi eksperimental melibatkan 29 tikus Wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok: pakan standar, pakan standar yang diberi ekstrak ketumbar, pakan standar yang setelahnya diberi pakan tinggi lemak sekaligus ekstrak ketumbar, pakan tinggi lemak, dan pakan tinggi lemak yang diberi ekstrak ketumbar. Ketumbar diberi dengan dosis 100 mg/kgBB selama 12 minggu. Selajutnya, jaringan hati dinekropsi dan RNA diekstraksi. Kemudian, dilakukan analisis RNA menggunakan quantitative real time reverse transcriptase polymerse chain reaction (qRT-PCR) dan ekspresi relatif HMG-KoA reduktase dihitung dengan metode Livak. Hasil Tidak terdapat peningkatan signifikan (p > 0.05) ekspresi relatif mRNA HMG-KoA reduktase pada hati kelompok kontrol obes dibandingkan kontrol normal. Penurunan tidak signifikan (p > 0.05) dari ekspresi relatif enzim juga terlihat pada kelompok normal yang diberi ekstrak ketumbar (dibanding kontrol normal) maupun obes yang diberi ekstrak ketumbar (dibanding kontrol obes). Kesimpulan Efek ekstrak etanol biji ketumbar dosis 100 mg/kgBB selama 12 minggu tidak memiliki dampak signifikan kuratif maupun preventif) dalam menurunkan sintesis kolesterol de novo hati melalui inhibisi ekspresi mRNA HMG-KoA reduktase pada tikus obesitas pasca pemberian pakan tinggi lemak.

Introduction The global prevalence of obesity, including in Indonesia, continues to increase. In obesity, there is an increase in hepatic cholesterol synthesis and dyslipidemia which carries the risk of causing death. Coriander is thought to have anti-dyslipidemic effects by inhibiting the HMG-CoA reductase enzyme. Therefore, researcher wants to analyze the effect of coriander seed extract on HMG-CoA reductase expression in liver cholesterol synthesis in obese rats. Method 29 Wistar rats are involved in this experimental study and divided into 5 groups: standard feed, standard feed given coriander extract, standard feed which was then changed to a high-fat diet and simultaneously given coriander extract, high-fat feed, and high-fat diet given coriander extract. Coriander was given at a dose of 100 mg/kgBW for 12 weeks. Next, the liver tissue was necropsied and RNA was extracted. RNA analysis was carried out using quantitative real time reverse transcriptase polymerse chain reaction (qRT-PCR). The relative expression of HMG-CoA reductase was calculated by the Livak method. Results There is no significant increase (p > 0.05) in the relative expression of HMG-CoA reductase mRNA in the liver of obese controls compared to normal controls. Non-significant decrease (p > 0.05) in the enzyme relative expression was also observed in the normal group given coriander extract (100 mg/kgBW) when compared to normal controls, as well as in the obese group given coriander extract when compared to obese controls. Conclusion The effect of coriander seed ethanol extract at a dose of 100 mg/kgBW for 12 weeks does not have a significant impact (curative or preventive) to reduce hepatic de novo cholesterol synthesis, particularly through the inhibition of HMG-CoA reductase mRNA expression in obese mice following the consumption of a high-fat diet."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifudin
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui variasi bunga Hibiscus rosa-sinensis L. bentuk crested di alam, serta hubungannya dengan ekspresi gen MADS-box. Sebanyak 200 sampel bunga crested diamati secara morfologi melalui pengukuran panjang staminal column, perhitungan perhiasan bunga, dan pengamatan visual permukaan luar ovarium. Sebanyak 137 sampel bunga crested diamati secara anatomi melalui pengamatan visual struktur internal ovarium. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi menunjukkan tingginya variasi bunga H. rosa-sinensis bentuk crested. Salah satu karakter yang menentukan tingginya variasi bunga crested di alam adalah keberadaan petal tambahan yang diduga tumbuh di lokasi keberadaan stamen dan petal akibat gejala homeosis. Homeosis pada bunga crested diduga karena tidak terekspresikannya gen C yang merupakan salah satu kelas dari gen MADS-box. Untuk membuktikan dugaan tersebut, dilakukan pengamatan molekular melalui analisis gen MADS-box yang berperan dalam proses pembungaan. Dari kelima kelas gen MADS-box yang diamati, hanya gen C yang berhasil diamplifikasi. Hasil menunjukkan bahwa gen C terekspresi di semua bagian bunga crested. Berdasarkan hasil tersebut, homeosis pada bunga crested bukan disebabkan karena tidak terekpresikannya gen C. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat ekspresi tiap kelas gen MADS-box terhadap variasi bunga crested di alam.

The aim of this study is to know the variation of Hibiscus rosa-sinensis L. crested flower in nature, and to know its correlation against MADS-box gene expression. The study was conducted through morphological, anatomical, and molecular observation. Morphological sections were carried out on 200 samples of flowers by measuring the length of staminal column, counting the number of perianthium, and observing the external structure of ovaries. Anatomical sections were carried out on 137 samples of flowers by observing the internal structure of ovaries. The results showed that H. rosa-sinensis crested flower has a high variety in the shape of flower. Two main parts of crested flower that effecting its variety in nature are staminodium petaloid and stamen-petal intermediate that lied in the position of stamen and petal. This phenomenon is assumed as homeotic due to the absence of C gene expression that belong to MADS-box gene family. Based on molecular observation, AGAMOUS gene (MADS-box class C) expressed in all of crested flower parts, including staminodium petaloid and stamen-petal intermediate. This results is on contradiction with the assumption that homeosis in H. rosa-sinensis caused by the absence of gene C. Further research is needed to know the expression of others MADS-box class genes expression, including their level of expression in each parts of crested flower."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Radhina
"Prevalensi obesitas meningkat dan menjadi masalah kesehatan global yang perlu mendapatkan perawatan yang tepat. Pengobatan obesitas menggunakan Hibiscus sabdariffa Linn. telah banyak digunakan. Namun, potensinya untuk proses pencoklatan jaringan adiposa sebagai penanganan obesitas masih belum diketahui. Proses pencoklatan yang diupregulasi gen UCP1 ditandai oleh jalur pensinyalan faktor transkripsi PRDM16. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi H. sabdariffa dalam PRDM 16 sebagai faktor transkripsi untuk gen UCP1. Penelitian eksperimental menggunakan 24 tikus Sprague Dawley jantan berusia 6-10 minggu dengan berat badan antara 110-160 g yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol (C), obes (O), obes dengan H. sabdariffa 200mg/KgBW (O -200) dan obes dengan H. sabdariffa 400mg/KgBW (O-400). Tikus obes diinduksi dengan pemberian pakan tinggi lemak (19%) selama 17 minggu dilanjutkan dengan pemberian ekstrak H. sabdariffa selama 5 minggu. Kadar PRDM16 diukur pada jaringan adiposa menggunakan teknik ELISA.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan indeks Lee pada kelompok obes yang diberikan H. sabdariffa O-200 dan O-400, mencapai level di bawah 310, meskipun hasil tes ANOVA oneway menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kelompok dengan kelompok obes (p> 0,05). Penurunan indeks Lee diikuti oleh peningkatan PRDM 16 pada kelompok O-200 dan O-400 bila dibandingkan dengan kelompok obes (p <0,05). H. sabdariffa berpotensi menurunkan berat badan pada tikus obes. Mekanisme pengurangan ini adalah melalui peningkatan kadar PRDM16. Pemberian dosis H. sabdariffa 400mg/kg/hari meningkatkan kadar PRDM16 lebih baik daripada kadar 200mg/kgBB.

The obesity prevalency is increasing and becoming a global health problem which needs to get the right treatment. Obesity treatment using Hibiscus sabdariffa Linn. has been widely used. However, its potential for browning process for treatment of obesity is still unknown. Browning process by UCP1 gene upregulation characterized by PRDM16 transcription factor signaling pathway. Therefore, this study aims to determine the potential of H. sabdariffa in PRDM 16 as transcription factor for UCP1 gene. The experimental study used 24 male Sprague Dawley rats aged 6-10 weeks with body weight between 110-160 g which were divided into 4 groups, namely control (C), obese (O), obese with H. sabdariffa 200mg/KgBW (O-200) and obese with H. sabdariffa 400mg/KgBW (O-400). Obese rats induced by giving high-fat diet (19%) for 17 weeks continued with administration of H. sabdariffa for 5 weeks. PRDM16 levels were measured from adipose tissue using ELISA technique. The results showed a decrease in Lee index in the obese group given H. sabdariffa O-200 and O-400, reaching levels below 310, although oneway ANOVA results test showed no difference in group with the obese group (p> 0.05). The decrease in Lee index was followed by an increase in PRDM 16 in the O-200 and O-400 groups when compared to obese group (p <0.05). H. sabdariffa has potential to lose weight in obese rat. The mechanism of this reduction is through increasing PRDM16 level. The administration of H. sabdariffa dose of 400mg/kg/day increases PRDM16 levels better than the levels of 200mg/kgBW."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>