Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kezia Radtu Shania
"Profil Perusahaan Lassy Beauty adalah salah satu brand jasa kecantikan di Jakarta yang didirikan sejak 2018. Lassy Beauty berada dalam klasifikasi salon dengan layanan lengkap. Brand ini menawarkan sekitar 78 jenis jasa, yang terdiri dari perawatan rambut, kulit kepala, bulu mata, wajah, badan, kuku, dan penghilang bulu. Penggunaan jasa tersebut dapat dilakukan konsumen dengan cara mendatangi langsung lokasi studio atau dengan melakukan layanan panggilan ke rumah. Bentuk pemasaran yang dilakukan oleh Lassy Beauty sampai saat ini adalah pengelolaan media sosial, pemasangan Instagram Ads, dan penggunaan promosi diskon. Analisis Situasi Hasil analisis internal menunjukkan bahwa Lassy Beauty menawarkan jasa kecantikan yang sangat lengkap dan memberikan opsi untuk konsumen dalam menggunakan jasanya, namun Lassy Beauty belum mengomunikasikan keunikan tersebut secara maksimal pada kanal komunikasinya. Sedangkan, dari analisis eksternal, Lassy Beauty sebagai salah satu brand jasa kecantikan memiliki peluang yang tinggi pada pasar perempuan Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena perempuan Indonesia telah memiliki kebiasaan menggunakan jasa kecantikan sejak remaja. Namun, Lassy Beauty dihadapkan dengan sebuah tantangan terkait kekhawatiran penggunaan jasa kecantikan akibat keadaan pandemi COVID-19. Rumusan Masalah Lassy Beauty memiliki permasalahan utama terkait komunikasi pemasaran dalam bentuk rendahnya brand awareness oleh khalayak sasaran. Khalayak sasaran juga belum mengetahui diferensiasi Lassy Beauty dari brand lainnya pada kategori jasa sejenis. Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran khalayak sasaran mengenai keberadaan Lassy Beauty; 2. Menciptakan positioning untuk Lassy Beauty pada benak khalayak sasaran dengan cara mengomunikasikan diferensiasi Lassy Beauty dari kompetitor. Khalayak Sasaran 1. Demografis: perempuan berusia 18 sampai 25 tahun, mahasiswa dan pegawai, dan tergolong dalam SEC Middle-Upper. 2. Geografis: berdomisili di Jadetabek, khususnya Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan. 3. Psikografis: peduli dengan penampilan fisik, senang bersosialisasi, beauty-enthusiast, dan experience-seeker. 4. Perilaku: menggunakan jasa kecantikan sebagai rutinitas dalam merawat diri maupun sebagai hiburan, menggunakan media online dan media sosial secara aktif, dan melakukan variety-seeking. Program Program kampanye ‘Cherish Beauty Without Worries’ telah disusun berdasarkan model perilaku konsumsi AISAS untuk menjawab masalah yang dimiliki Lassy Beauty terkait brand awareness. Program kampanye ini memiliki beberapa kegiatan, yaitu: pemasangan iklan pada media sosial, pengadaan kerja sama dengan KOL, pengoptimalan media sosial dengan tiga konten utama (konten “Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, dan hygiene), peluncuran website, pemanfaatan WhatsApp Business, dan pengadaan giveaway untuk mendorong produksi ulasan. Pesan Kunci “Lassy Beauty menyediakan pengalaman tanpa rasa khawatir dimanapun dan kapapun dalam menjaga dan menghargai kecantikan luar dan dalam dirimu.” Jadwal Januari – Juni 2022. Anggaran Rp23.539.371 untuk enam bulan. Evaluasi Input: memastikan setiap kegiatan terlaksana sesuai dengan perencanaan; Output: memantau dan memastikan secara rutin setiap pelaksanaan kegiatan; Outcome: memeriksa dan mengevaluasi hasil dan dampak dari setiap pelaksanaan kegiatan.

Profil Perusahaan
Company Profile Lassy Beauty is a beauty service brand from South Jakarta that was founded in 2018. Lassy Beauty is classified as a full-service salon. This brand has around 78 kinds of services, from hair, scalp, eyelash, face, body, nail, to hair removal treatments. Consumers can use these services by going directly to the studio location or by ordering home service. The channels of marketing used by Lassy Beauty are social media, Instagram Ads, and discount promotions. Situation Analysis The result of the internal analysis shows that Lassy Beauty offers a variety of beauty services and provides location options for consumers, but Lassy Beauty has not communicated this uniqueness optimally on its communication channel. Meanwhile, from external analysis, Lassy Beauty as a beauty service brand has a high opportunity in the Indonesian women's market. It is because Indonesian women have had the habit of using beauty services since a young age. However, Lassy Beauty faced a challenge related to concerns about using beauty services due to the COVID-19 pandemic. Problem Statement Lassy Beauty has a problem related to marketing communication in the form of low brand awareness by the target audience. The target audience also does not know the uniqueness of Lassy Beauty compared to brands with similar services. Goals 1. Increasing awareness from the target audience regarding the existence of Lassy Beauty; 2. Creating a positioning for Lassy Beauty in the target audience's mind by communicating Lassy Beauty's differentiation from competitors. Target Audience 1. Demographic: women aged 18 to 25 years old, students and employees, and belonging to the SEC Middle-Upper. 2. Geographic: domiciled in Greater Jakarta, particularly South Jakarta and South Tangerang. 3. Psychographic: cares about physical appearance, likes to socialize, beauty-enthusiast, and experience-seeker. 4. Behavior: using beauty services as a self-care routine and as an entertainment, using online media and social media actively, and do variety-seeking. Program The 'Cherish Beauty Without Worries' campaign program has been developed based on the AISAS consumption behavior model to answer Lassy Beauty's problem related to brand awareness. This campaign program has several activities, i.e.: advertising on social media, establishing cooperation with KOL, optimizing social media with three main contents (“Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, and hygiene content), website launch, use of WhatsApp Business, and perform giveaway activity to encourage review production. Key Message “Lassy Beauty provides a worry-free experience anywhere and anytime to cherish your inner and outer beauty.” Schedule January – June 2022. Budget Rp23.539.371 for six months. Evaluation Input: ensure that every activity is executed according to the plan; Output: monitor and ensure routinely every activity implementation; Outcome: examine and evaluate the results and impacts of each activity implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Radtu Shania
"Profil Perusahaan Lassy Beauty adalah salah satu brand jasa kecantikan di Jakarta yang didirikan sejak 2018. Lassy Beauty berada dalam klasifikasi salon dengan layanan lengkap. Brand ini menawarkan sekitar 78 jenis jasa, yang terdiri dari perawatan rambut, kulit kepala, bulu mata, wajah, badan, kuku, dan penghilang bulu. Penggunaan jasa tersebut dapat dilakukan konsumen dengan cara mendatangi langsung lokasi studio atau dengan melakukan layanan panggilan ke rumah. Bentuk pemasaran yang dilakukan oleh Lassy Beauty sampai saat ini adalah pengelolaan media sosial, pemasangan Instagram Ads, dan penggunaan promosi diskon. Analisis Situasi Hasil analisis internal menunjukkan bahwa Lassy Beauty menawarkan jasa kecantikan yang sangat lengkap dan memberikan opsi untuk konsumen dalam menggunakan jasanya, namun Lassy Beauty belum mengomunikasikan keunikan tersebut secara maksimal pada kanal komunikasinya. Sedangkan, dari analisis eksternal, Lassy Beauty sebagai salah satu brand jasa kecantikan memiliki peluang yang tinggi pada pasar perempuan Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena perempuan Indonesia telah memiliki kebiasaan menggunakan jasa kecantikan sejak remaja. Namun, Lassy Beauty dihadapkan dengan sebuah tantangan terkait kekhawatiran penggunaan jasa kecantikan akibat keadaan pandemi COVID-19. Rumusan Masalah Lassy Beauty memiliki permasalahan utama terkait komunikasi pemasaran dalam bentuk rendahnya brand awareness oleh khalayak sasaran. Khalayak sasaran juga belum mengetahui diferensiasi Lassy Beauty dari brand lainnya pada kategori jasa sejenis. Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran khalayak sasaran mengenai keberadaan Lassy Beauty; 2. Menciptakan positioning untuk Lassy Beauty pada benak khalayak sasaran dengan cara mengomunikasikan diferensiasi Lassy Beauty dari kompetitor. Khalayak Sasaran 1. Demografis: perempuan berusia 18 sampai 25 tahun, mahasiswa dan pegawai, dan tergolong dalam SEC Middle-Upper. 2. Geografis: berdomisili di Jadetabek, khususnya Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan. 3. Psikografis: peduli dengan penampilan fisik, senang bersosialisasi, beauty-enthusiast, dan experience-seeker. 4. Perilaku: menggunakan jasa kecantikan sebagai rutinitas dalam merawat diri maupun sebagai hiburan, menggunakan media online dan media sosial secara aktif, dan melakukan variety-seeking. Program Program kampanye ‘Cherish Beauty Without Worries’ telah disusun berdasarkan model perilaku konsumsi AISAS untuk menjawab masalah yang dimiliki Lassy Beauty terkait brand awareness. Program kampanye ini memiliki beberapa kegiatan, yaitu: pemasangan iklan pada media sosial, pengadaan kerja sama dengan KOL, pengoptimalan media sosial dengan tiga konten utama (konten “Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, dan hygiene), peluncuran website, pemanfaatan WhatsApp Business, dan pengadaan giveaway untuk mendorong produksi ulasan. Pesan Kunci “Lassy Beauty menyediakan pengalaman tanpa rasa khawatir dimanapun dan kapapun dalam menjaga dan menghargai kecantikan luar dan dalam dirimu.” Jadwal Januari – Juni 2022. Anggaran Rp23.539.371 untuk enam bulan. Evaluasi Input: memastikan setiap kegiatan terlaksana sesuai dengan perencanaan; Output: memantau dan memastikan secara rutin setiap pelaksanaan kegiatan; Outcome: memeriksa dan mengevaluasi hasil dan dampak dari setiap pelaksanaan kegiatan.

Profil Perusahaan
Company Profile Lassy Beauty is a beauty service brand from South Jakarta that was founded in 2018. Lassy Beauty is classified as a full-service salon. This brand has around 78 kinds of services, from hair, scalp, eyelash, face, body, nail, to hair removal treatments. Consumers can use these services by going directly to the studio location or by ordering home service. The channels of marketing used by Lassy Beauty are social media, Instagram Ads, and discount promotions. Situation Analysis The result of the internal analysis shows that Lassy Beauty offers a variety of beauty services and provides location options for consumers, but Lassy Beauty has not communicated this uniqueness optimally on its communication channel. Meanwhile, from external analysis, Lassy Beauty as a beauty service brand has a high opportunity in the Indonesian women's market. It is because Indonesian women have had the habit of using beauty services since a young age. However, Lassy Beauty faced a challenge related to concerns about using beauty services due to the COVID-19 pandemic. Problem Statement Lassy Beauty has a problem related to marketing communication in the form of low brand awareness by the target audience. The target audience also does not know the uniqueness of Lassy Beauty compared to brands with similar services. Goals 1. Increasing awareness from the target audience regarding the existence of Lassy Beauty; 2. Creating a positioning for Lassy Beauty in the target audience's mind by communicating Lassy Beauty's differentiation from competitors. Target Audience 1. Demographic: women aged 18 to 25 years old, students and employees, and belonging to the SEC Middle-Upper. 2. Geographic: domiciled in Greater Jakarta, particularly South Jakarta and South Tangerang. 3. Psychographic: cares about physical appearance, likes to socialize, beauty-enthusiast, and experience-seeker. 4. Behavior: using beauty services as a self-care routine and as an entertainment, using online media and social media actively, and do variety-seeking. Program The 'Cherish Beauty Without Worries' campaign program has been developed based on the AISAS consumption behavior model to answer Lassy Beauty's problem related to brand awareness. This campaign program has several activities, i.e.: advertising on social media, establishing cooperation with KOL, optimizing social media with three main contents (“Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, and hygiene content), website launch, use of WhatsApp Business, and perform giveaway activity to encourage review production. Key Message “Lassy Beauty provides a worry-free experience anywhere and anytime to cherish your inner and outer beauty.” Schedule January – June 2022. Budget Rp23.539.371 for six months. Evaluation Input: ensure that every activity is executed according to the plan; Output: monitor and ensure routinely every activity implementation; Outcome: examine and evaluate the results and impacts of each activity implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faradita Dwilifia Maizar
"ABSTRAK
Beyond merupakan sebuah brand yang memproduksi produk kecantikan dan perawatan tubuh asal Korea Selatan yang terbentuk pada tahun 2005. Hingga saat ini, Beyond sudah membuka cabangnya di 7 negara lain, termasuk di Indonesia. Beyond resmi hadir di Indonesia pada bulan Juni 2014. Meskipun sudah memiliki 9 Cabang di Indonesia dan tersebar di 5 kota, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 53 wanita berumur 17 hingga 35 tahun, hanya 32.1% yang mengetahui keberadaan Beyond sebagai brand kecantikkan dan perawatan tubuh asal Korea Selatan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Beyond membutuhkan program special event untuk meningkatkan brand awareness khalayak sasarannya. Program yang ditawarkan adalah special event yang berisi beauty workshop dan mini exhibition, lomba pada Instagram agar lebih dekat dengan publik, melakukan publikasi acara (melalui media sosial, adlibs radio, e-banner beauty blogger, penempelan poster ke beberapa universitas), mengundang media massa untuk hadir dan meliput acara, serta memberikan press release kepada media massa.

ABSTRACT
Beyond is brand of beauty and body care product from South Korea that established in 2005. Until now, Beyond already established in other 7 countries, including Indonesia. Beyond came to Indonesia in June 2014. Although Beyond already has 9 branches that spread out in 5 cities in Indonesia, based on a survey of 53 people with a range of age from 17th to 35th years old, only 32.1% that knew Beyond as a brand of beauty and body care product that exist in Indonesia. Therefore, Beyond needs special event program in order to increase their target audiences brand awareness. Programs that offered to Beyond are special event that consist of beauty workshop and mini exhibition, Instagram contest to engage the public, event publication (through social media, adlibs radio, e-banner beauty blogger, attachment of posters at some universities), inviting mass media to come and cover the event, also spread the press release to the mass media."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Farhana Soebroto
"Studi ini menguji brand loyalty terhadap brand kecantikan yang dimiliki oleh selebriti dan peran brand love. Brand yang dimiliki oleh selebriti telah populer karena konsumen mengaitkannya dengan selebriti favoritnya. Namun, masih sedikit yang diketahui tentang faktor-faktor yang mendukung brand loyalty dan mekanisme brand love. Untuk mengatasi kesenjangan penelitian ini, studi ini menggunakan metode deskriptif dan survei kuantitatif, dengan 279 responden, untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu brand loyalty terhadap brand kecantikan yang dimiliki oleh selebriti. Studi ini mengeksplorasi pengaruh dukungan selebriti dan kualitas yang dirasakan terhadap brand loyalty, serta memeriksa peran mediasi brand love. Temuan studi ini menunjukkan bahwa brand love berperan signifikan sebagai mediator antara dukungan selebriti, kualitas yang dirasakan, brand loyalty, dan e-word of mouth. Penelitian ini memiliki implikasi bagi dunia akademik dan industri kecantikan, memberikan wawasan bagi para sarjana dan pemasar untuk mengembangkan strategi pemasaran yang efektif dan memupuk brand loyalty jangka panjang melalui hubungan emosional dengan konsumen.

This study examines brand loyalty towards celebrity-owned beauty brands and the role of brand love. Celebrity-owned brands have gained popularity as consumers associate them with their favorite celebrities. However, little is known about the factors supporting brand loyalty and the mechanism of brand love. To address this research gap, this study used a descriptive method and quantitative survey, gathering 279 valid respondents, to identify determinants of brand loyalty towards celebrity-owned beauty brands. It explores the impact of celebrity endorsement and perceived quality on brand loyalty, and examines the mediating role of brand love. The findings indicate that brand love acts as a significant mediator between celebrity endorsement, perceived quality, brand loyalty, and e-word of mouth. This research has implications for academia and the beauty industry, providing insights for scholars and marketers to develop effective marketing strategies and foster long-term brand loyalty through emotional connections with consumers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Ghaisani Pertiwi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi untuk meningkatkan kesadaran merek brand awareness pada UKM XYZ Cake Bakery, sebagai Usaha Kecil dan Menengah, melalui penerapan Integrated Marketing Communication sehingga UKM dapat memaksimalkan pemasaran offline dan juga pemasaran online. Pelaksanaan Business Coaching melalui serangkaian wawancara tidak terstruktur dengan pemiliknya untuk mengetahui proses bisnis dan kegiatan pemasarannya. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui situasi sebenarnya aktual antara pelanggan dan perusahaan. Hasil dari wawancara dan observasi tidak terstruktur dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuan menunjukkan bahwa penjualan offline belum maksimal. Pada proses bisnis di toko, pelanggan tidak mendapat kesan khusus karena UKM tidak melakukan promosi secara maksimal. Oleh karena itu, ini akan menjadi perhatian utama dala penelitian untuk memaksimalkan promosi toko yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran merek. Adapun batasan dalam penelitian ini, penelitian ini hanya dilakukan untuk promosi di dalam toko XYZ Cake and Bakery, Cakung - Jakarta Timur pada penjualan roti dan kue. Makalah ini akan menambah literatur kesadaran merek dan strategi integrated marketing communication pada Usaha Kecil-Menengah UKM dalam industri roti di Indonesia.

Purpose ndash The purpose of this research is to know the strategy to increase brand awareness for Small Medium Enterprise SME through implementing Integrated Marketing Communication IMC so the SME can maximizing offline and also online marketing.Design methodology approach ndash Business coaching methods, through a series of unstructured interview with the owner to know their business process and marketing activities. Observation also used to know the real situation between customer and the enterprise. The results from the unstructured interviews and observation were analyzed using qualitative descriptive method to know gaps between the ideal and actual conditions of the SME or company, then the results were also used to find the IMC to be implemented in order to increasing brand awareness. Findings ndash The findings shows that offline marketing was not maximal yet. In store, customers did not get special experience because SME did not do promotion maximally. Brand awareness for current situation was still at the level of brand recognition, which is the limit of brand awareness. Hence, it is going to be a major attention to maximizing promotion to increase brand awareness.Research limitations implications ndash There are also limitation of this paper, this study was only conducted to in store promotion, for self manufactured products by SME.Originality value ndash The paper will adds to the literature of brand awareness, and integrated marketing strategy in Small Medium Enterprises SMEs rsquo s business to consumer in Indonesian bakery industries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Avelia Widarma
"Peningkatan persaingan dalam industri kosmetik di Indonesia membuat brand perlu memiliki daya tarik tersendiri dibanding kompetitor lainnya. Beberapa merek terdorong untuk mengangkat konsep ramah lingkungan sebagai nilai yang diusung dalam produknya atau dapat disebut sebagai green product, salah satunya adalah innisfree. Menjuluki brand-nya sebagai eco conscious beauty brand, innisfree berfokus menyediakan kecantikan alami dari hidup berdampingan dengan alam sambil mempertahankan keasriannya yang terdapat pada green product-nya. Namun, kelebihan green product masih belum dikenal secara luas karena kurang dikomunikasikan secara efektif. Maka dari itu, diperlukan strategi komunikasi yang baik dalam pesan yang dikomunikasikan brand untuk meningkatkan minat beli konsumen terhadap green product. Makalah ini disusun untuk mengidentifikasi strategi komunikasi dalam menyampaikan pesan yang efektif untuk meningkatkan minat beli terhadap green product serta mengetahui penerapannya pada merek innisfree. Teori dan konsep yang digunakan dalam makalah ini meliputi green product, consumer behavior, communication strategies, brand messages, dan purchase intention yang didukung oleh penggunaan metode pengumpulan data berupa data sekunder serta analisis masalah menggunakan metode analisis konten. Hasil analisis menemukan bahwa terdapat beberapa pesan yang harus dikomunikasikan brand sebagai strategi untuk meningkatkan minat beli terhadap green product dan innisfree telah menerapkan sebagian besar strategi pesan tersebut.

Increased competition in the cosmetic industry in Indonesia makes brands need to have their own charm compared to other competitors. Some brands are encouraged to promote the concept of being environmentally friendly as a value that is carried in their products or what can be called green products, one of which is innisfree. Calling its brand an eco conscious beauty brand, innisfree focuses on providing natural beauty from living side by side with nature while maintaining the beauty found in its green products. However, the advantages of green products are still not widely known because they are not communicated ef ectively. Therefore, a good communication strategy is needed in the messages communicated by the brand to increase consumer buying interest in green products. This paper is structured to identify a communication strategy in conveying an ef ective message to increase buying interest in green products and to find out its application to the innisfree brand. The theories and concepts used in this paper include green products, consumer behavior, communication strategies, brand messages, and purchase intention which are supported by the use of data collection methods in the form of secondary data and problem analysis using content analysis methods. The results of the analysis found that there are several messages that must be communicated by the brand as a strategy to increase buying interest in green products and innisfree has implemented most of these message strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika Widharini Widyaka
"Museum merupakan organisasi non-profit yang membutuhkan pengunjung sehingga perlu melakukan kegiatan pemasaran. Museum kini bukan lagi sekadar tempat penyimpanan benda-benda kuno yang pasif, melainkan sebagai sarana bermain dan belajar interaktif bagi semua kalangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesenjangan (gap analysis) antara persepsi konsumen dan persepsi manajemen terkait kesadaran merek (brand awareness) museum yang dilihat dari enam elemen komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication), yaitu: periklanan (advertising), hubungan masyarakat (public relations), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), pemasaran langsung (direct marketing), pemasaran internet (internet marketing).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar mampu memahami secara mendalam mengenai strategi komunikasi pemasaran terpadu dengan terlibat langsung dengan museum sebagai subjek penelitian. Paradigma post-positivism juga digunakan untuk mengungkapkan asumsi mengenai adanya gap pada strategi komunikasi pemasaran museum, antara pihak manajemen dan pengunjung museum. Gap-gap tersebut ditemukan dari hasil triangulasi dalam melakukan analisis data, yang dilakukan dengan cara melakukan korelasi dengan teori dan konsep yang digunakan, kemudian disajikan dalam bentuk narasi deskriptif agar lebih mudah dipahami. Setelah itu, dianalisis menggunakan open, selective, axial coding. Gap yang ditemukan dalam strategi komunikasi pemasaran dapat diminimalisir dengan cara melakukan evaluasi terbuka, demi menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Museum is a non-profit organization that needs visitors so it needs to do marketing activities. The museum is now no longer just a passive storage of ancient objects, but as a means of interactive learning and play for all people. This research was conducted to analyze the gap between consumer perceptions and management perceptions related to brand awareness seen from six elements of integrated marketing communication, namely: advertising, public relations, personal selling, sales promotion, direct marketing, internet marketing.
This study uses a qualitative approach to be able to understand deeply about integrated marketing communication strategies by directly engaging with museums as research subjects. The post-positivism paradigm is also used to express assumptions about gaps in the museum's marketing communication strategy, between management and museum visitors. These gaps are found from the results of triangulation in conducting data analysis, which is done by correlating with the theories and concepts used, then presented in the form of descriptive narrative to make it easier to understand. After that, analyzed using open, selective, axial coding. The gap found in marketing communication strategies can be minimized by conducting open evaluations, in order to reach the wider community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pita Cindriyani Utami
"Pesatnya perkembangan Korean Wave di Indonesia menjadi kesempatan baru bagi industri kecantikan dalam membangun strategi pemasaran. Salah satunya adalah Whitelab, yang telah menjadikan Sehun–seorang anggota boyband EXO asal Korea Selatan–sebagai Brand Ambassador mereka. Whitelab berusaha memanfaatkan ketertarikan dan loyalitas penggemar Sehun untuk menyebarkan brand awareness, membangun engagement, dan menaikkan angka penjualan melalui pengadaan merchandise serta event. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena commodity fetishism pada penggemar EXO dimanfaatkan melalui strategi komunikasi pemasaran merek produk kecantikan lokal Whitelab. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur dan qualitative content analysis. Hasil analisis menemukan bahwa fenomena commodity fetishism terbentuk melalui penerapan strategi komunikasi pemasaran Whitelab yang ditandai dengan pengadaan merchandise serta event. Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai yang diberikan penggemar Sehun EXO terhadap merchandise serta event, yang kemudian dapat menggiring penggemar pada sebuah kesadaran dan kebutuhan palsu (false consciousness).

The rapid development of the Korean Wave in Indonesia has become a new opportunity for the beauty industry to develop marketing strategies. One of them is Whitelab, which has made Sehun – a member of the boy band EXO from South Korea – as their Brand Ambassador. Whitelab tries to gain benefits from fans' loyalty to build brand awareness, intensify engagement, and increase sales figures by procuring merchandise and events. This study seeks to find out how Whitelab utilizes the phenomenon of commodity fetishism among EXO fans through a marketing communication strategy. By combining literature studies and qualitative content analysis, the study finds that Sehun fans are highly interested in merchandise and events related to the idol. Thus, leading to false consciousness and need."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Iman Chairunnisa
" Profil Perusahaan: MUAQ Beauty merupakan merek kosmetik lokal yang menjual alat kosmetik dan produk kosmetik. Merek ini berdiri secara resmi sebagai perusahaan pada tahun 2019. MUAQ memiliki 8 karyawan dengan divisi 8 divisi yang berbeda-beda. Merek yang memiliki Head Quarter di Jakarta ini menjual produknya melalui platform daring, yaitu melalui Website dan E-Commerce. Harga dari produk-produk yang dijual oleh MUAQ Beauty berada di kisaran Rp50.000-Rp150.000 dengan pengecualian pada harga produk brush. Melihat promosi sebelumnya, merek ini kerap menggunakan media sosial, di mana media sosial yang paling sering digunakan adalah Instagram. Analisis Situasi: Sebagai produk lokal, MUAQ Beauty dapat menunjukkan produk- produknya yang sangat baik dan memanfaatkan ruang digital. Memanfaatkan peningkatan daya beli masyarakat untuk melakukan promosi sehingga dapat meningkatkan brand awareness yang mungkin dapat berubah menjadi penjualan Menyampaikan keuggulan-keunggulan dari MUAQ Beauty dibandingkan merek lain. Mengoptimalkan pemasaran ke pengguna make-up yang menggunakan make-up bukan hanya untuk kegiatan sehari-hari dan menguatkan penyampaian positioning. Tujuan: Meningkatkan brand awareness sebesar 20% di segmentasi terpilih, yaitu segmentasi penggemar make-up. Khalayak Sasaran: Geografis: Tinggal di Jakarta Raya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) Demografis: Perempuan, berumur 18-27 tahun, ekonomi menengah- menengah atas Psikografis: VALS experiencers Perilaku: Penggemar make-up, Digital-Savvy, Multiple Bases (Keller & Kotler, 2015): Unaware, Aware, not tried, negative opinion Pesan Kunci: Pentingnya produk dari MUAQ Beauty dan MUAQ Beauty sebagai merek yang menjual produk tersebut dalam meningkatkan kualitas pengalaman khalayak dan hasil saat melakukan kegiatan make-up, sehingga menunjukkan bahwa MUAQ Beauty juga cocok digunakan oleh para penggemar make-up. Program: Program "Next Level Make-Up” merupakan program pemasaran digital dengan tagline #LevelUpWithMUAQBeauty. Rute dari program ini disesuaikan berdasarkan model AISAS. Kekhasan program ini terletak pada penyesuaian program terhadap masalah di segmentasi pengguna make-up dan pendekatan program yang didasarkan oleh khalayak sasaran, baik dari penyesuaian strategi dan taktik hingga penyusunan rute yang digunakan. Jadwal: Januari 2022 – Juni 2022 Anggaran Rp48.070.000 Evaluasi: Sebanyak 55% target konsumen menyadari keberadaan MUAQ Beauty dilihat dari lima elemen, yaitu nama merek, logo dan simbol, karakter, dan kemasan. (meningkat sebanyak 20% dari hasil survei pada riset pendahuluan).

Company Profile MUAQ Beauty is a local cosmetic brand that sells cosmetic tools and cosmetic products. This brand was officially established as a company in 2019. MUAQ has 8 employees with 8 different divisions. This brand, which has a Head Quarter in Jakarta, sells its products through online platforms, namely through the Website and E-Commerce. The prices of the products sold by MUAQ Beauty are in the range of Rp. 50,000-Rp. 150,000 with the exception of the price of brush products. Looking at the previous promotion, this brand often uses social media, where the most frequently used social media is Instagram. Situation Analysis: As a local product, MUAQ Beauty can showcase its excellent products and take advantage of the digital space. Utilize the increase in people's purchasing power to carry out promotions so as to increase brand awareness which may lead into sales. Presenting the advantages of MUAQ Beauty compared to other brands. Optimizing marketing to make-up users who use make-up not only for daily activities and strengthening the delivery of positioning. Goal Increase brand awareness by 20% in the selected segment, namely the make-up enthusiast segment. Target Audiences Geographic: Lives in Greater Jakarta Area (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi) Demographic: Female, 18-27 years old, middle-middle class economy Psychographic: VALS experiencers Behavior: Make-up enthusiast, Digital-Savvy, Multiple Bases (Keller & Kotler, 2015): Unaware, Aware, not tried, negative opinion Key Message The importance of products from MUAQ Beauty and MUAQ Beauty as brands that sell these products in improving the quality of the audience's experience and results when carrying out make-up activities, thus showing that MUAQ Beauty is also suitable for use by make-up enthusiast. Program: The "Next Level Make-Up" program is a digital marketing program with the tagline #LevelUpWithMUAQBeauty. The route of this program is adjusted based on the AISAS model. The uniqueness of this program lies in the adjustment of the program to problems in the segmentation of make- up users and the of this program approach that is based on the target audience, both from the adjustment of strategy and tactics to the route that is used. Schedule: January 2022 – June 2022 Budget: Rp48.070.000 Evaluation: As much as 55% of target consumers are aware of the existence of MUAQ Beauty seen from five elements, namely brand name, logo and symbol, character, and packaging. (an increase of 20% from survey results in preliminary research)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hastri Dwi Kencana Putri Beno
"Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, Ayam Ulbid menawarkan ukuran saji yang lebih beragam (250 gr, 500 gr, 1 kg, bulk order). Dibandingkan dengan kompetitor langsung, Ayam Ulbid menawarkan varian rasa yang lebih beragam dan menjangkau berbagai selera (western, nusantara, dan oriental).
Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, Ayam Ulbid menerima pesanan jumlah besar (bulk order) melalui sistem pre-order.
Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, harga produk lebih murah dengan jumlah sajian yang lebih banyak. Weaknesses (Kelemahan)
Sumber daya manusia terbatas sehingga maksimum pesanan hanya 10 kilogram per hari (tidak termasuk pesanan pre-order) dan tidak memungkinkan untuk menerima pesanan dengan jumlah besar dalam waktu singkat
Belum memanfaatkan media digital dengan maksimal Masih mengandalkan word-of-mouth dari konsumen yang pernah membeli Belum terdaftar sebagai mitra/seller di berbagai platform pesan-antar makanan sehingga konsumen sulit menjangkau Ayam Ulbid jika dibandingkan dengan kompetitor yang sudah terdaftar di platform tersebut.

Compared to direct and indirect competitors, Ayam Ulbid offers wider variety of serving sizes Compared to direct and indirect competitors, Ayam Ulbid offers more variety of flavors that covers various taste (western, Indonesian, oriental) Ayam Ulbid receives bulk orders through pre-order system Ayam Ulbid’s product prices are cheaper Weaknesses
The number of human resources is limited. Unoptimized use of digital media as marketing channel Still rely on word-of-mouth from past costumers
Not yet registered as seller on e-hailing platformOpportunities There are many digital media features that can be used to promote products The increase of buying food daringhabit Changes in people’s lifesyles that prioritize cleanliness and hygiene Threats There are many competitors who provide similar producst and have more resources
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>