Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fika Febria
"Senyawa yang mengandung nitrogen banyak ditemukan di alam dan memiliki peranan penting dalam obat-obatan. Salah satunya adalah 2,4,6-triarilpiridin yang memiliki aktivitas antibakteri, anti inflamasi, anti jamur, antioksidan, dan anti malaria. Senyawa 2,4,6-triarilpiridin disintesis menggunakan katalis TiO2.TfOH. TiO2 menjadi katalis yang diminati karena aman, ramah lingkungan, dan tidak menyebabkan toksik. Katalis TiO2.TfOH dikarakterisasi menggunakan uji FTIR, XRD, SEM-EDX, TEM, dan BET. Hasil karakterisasi SEM-EDX menunjukkan bentuk katalis yang berupa polihedral dan atom penyusun utama katalis yaitu Ti, O, C, F, dan S yang mengidentifikasi keberadaan TiO2 dan TfOH. Selain itu dari hasil uji BET menunjukkan adanya penurunan luas permukaan menunjukkan bahwa asam triflat telah mengisi pori (ruang) dari TiO2 dan katalis TiO2.TfOH berhasil terbentuk. Prekursor yang digunakan dalam sintesis 2,4,6-triarilpiridin adalah benzaldehid dan 4-metoksibenzaldehid yang mengandung gugus aldehid, serta asetofenon dan amonium asetat dengan metode reaksi multikomponen. Identifikasi senyawa 2,4,6-tririlpiridin dilakukan dengan menggunakan uji karakterisasi FT IR, UV-Vis, dan GC-MS. Dari hasil GC-MS diperoleh berat molekul masing-masing produk yaitu 2,4,6-trifenilpiridin dengan m/z 307 dan 4-(4-methoxyphenyl)-2,6-diphenylpyridine dengan m/z 337. Senyawa 2,4,6-triarilpiridin telah berhasil disintesis dengan menggunakan katalis TiO2.TfOH sebagai katalis heterogen, dimana jumlah optimum katalis yang diperoleh adalah (w/w) 5% berat katalis dengan persen yield 46,63%.

There are so many compounds which are containing nitrogen widely we can found in the nature and they have important role for medicine. 2,4,6-triarylpiridines have antibacterial, antiinflammatory, antifungal, antioxidant and antimalarial activities. 2,4,6-triarylpiridine compound was synthesized by using TiO2.TfOH catalyst. It has been became a great demand because of it is safe, environmentally friendly, and does not cause toxicity. TiO2.TfOH catalyst was characterized by using FTIR, XRD, SEM-EDX, TEM and BET tests. The result of SEM-EDX characterization informed that the catalyst was polyhedral and the main constituent atoms of the catalyst were Ti, O, C, F and S which are identified the presence of TiO2 and TfOH. Then, characterization by using BET informed a decrease in surface area indicating that triflic acid had filled up the pores (spaces) of TiO2 and TiO2.TfOH catalyst was successfully formed. The precursors used in the synthesis of 2,4,6-triarylpiridine were benzaldehyde and 4-methoxy benzaldehyde, which are containing aldehyde, acetophenone and ammonium acetate by using the multicomponent reaction method. Identification of 2,4,6-triarylpyridine compounds were carried out by using the FT-IR, UV-Vis, and GC-MS characterization. The result of GC-MS, the molecular mass of each product were 2,4,6-triphenylpyridine with m/z 307 and 4-(4-methoxyphenyl)-2,6-diphenylpyrydine with m/z 337. The 2,4,6-triarylpyridine compound have been succesfully synthesized by using TiO2.TfOH as a heterogeneous catalyst. The optimum amount of catalyst obtained (w/w) 5% by mass of catalyst with %yield 46.63%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanny Natasya
"Penggunaan Amonia boran sebagai salah satu metode yang dapat memproduksi hidrogen dilakukan dengan bantuan katalis dan penyangga. Amonia boran digunakan karena memiliki kandungan hidrogen yang besar sehingga menjanjikan untuk aplikasi pembentukan hidrogen. Pada penelitian ini katalis trimetalik RuNiAg dengan penyangga karbon nanosphere berhasil disintesis melalui impregnasi basah lalu dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, XRF, Raman, SEM, HRTEM, FESEM, dan SAA. Pengaruh dari variasi komposisi logam, suhu, penambahan NaOH, dan keberulangan pemakaiannya dievaluasi serta dipelajari ditinjau dari aktivitas katalitik serta nilai Turn Over Frequency (TOF). Katalis Ru0.05Ni0.73Ag0.21/CNS memberikan performa aktivitas katalitik terbaik dalam dekomposisi senyawa amonia boran dibandingkan variasi lainnya pada suhu ruang yaitu sebesar 990,91 h-1 serta energi aktivasi (Ea) dihasilkan sebesar 23,36 kJ/mol. Pada penambahan NaOH serta suhu, memberikan peningkatan pada nilai TOF yang dihasilkan pada aktivitas katalitiknya yang menunjukkan efek sinergis dari logam Ru, Ni, dan Ag pada penyangga karbon nanosphere.

The use of Ammonia borane as a method to produce hydrogen is carried out with the help of catalysts and supports. Ammonia borane is used because it has a large hydrogen capasity, making it promising for hydrogen forming applications. In this study the trimetallic RuNiAg catalyst with carbon nanosphere support was successfully synthesized via wet impregnation and then characterized by FTIR, XRD, XRF, Raman, SEM, HRTEM, FESEM, and SAA. The effects of variations in metal composition, temperature, addition of NaOH, and reusability were evaluated and studied in terms of catalytic activity and Turn Over Frequency (TOF) values. The catalyst Ru0.05Ni0.73Ag0.21/CNS gave the best performance of catalytic activity in the decomposition of ammonia boranes compared to other variations at room temperature which was 990.91 h-1 and activation energy (Ea) was 23.36 kJ/mol. The addition of NaOH and temperature increases the TOF value resulting in its catalytic activity which indicates a synergistic effect of the metals Ru, Ni, and Ag on the carbon nanosphere support.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudrika
"Penelitian ini mengembangkan katalis heterogen menggunakan MgO dengan katalis pendukung Fe3O4 dan biopolimer selulosa digunakan dalam sintesis metil ester pada reaksi transesterifikasi dari minyak kelapa. Nanopartikel magnetik Fe3O4 yang dibuat dengan metode ko-presipitasi dilapisi dengan berbagai rasio MgO (1:1, 1:2, 1;3) membentuk komposit Fe3O4/MgO dengan metode prespitasi kemudian diimpregnasi ke permukaan selulosa. Nanokomposit Selulosa-Fe3O4/MgO yang telah disintesis didukung dengan karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM-mapping dan TEM. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transesterifikasi meliputi waktu reaksi, rasio minyak kelapa terhadap metanol dan jumlah katalis. Kondisi optimum diperoleh pada pada waktu reaksi 2 jam, rasio minyak kelapa metanol (1: 6), jumlah katalis 2% dan rasio Fe3O4 terhadap MgO yang terbaik (1:2) mencapai yield biodiesel sebesar 89,723%. Selanjutnya, metil ester yang berhasil disintesis diuji dengan menggunakan instrumen GC-MS dan kelimpahan terbesar berada pada waktu retensi 8.801 menit yang menunjukan senyawa asam dodekanoat metil ester (asam laurat metil ester). Hasil analisis sifat fisik dari metil ester yang diperoleh sesuai dengan standar SNI dan ASTM, dengan massa jenis (40°C) 0.885 g/ml, Asam Lemak Bebas (FFA) 0,154 % dan bilangan asam 0,443 mg KOH/g. Studi kinetika reaksi transesterifikasi mengikuti orde pseudo pertama dan diperoleh konstanta laju reaksi yang kecil yaitu 0.0156 menit-1 dibandingkan dengan beberapa penelitian yang serupa

This research developed a heterogeneous catalyst using MgO with Fe3O4 as support catalyst and cellulose biopolymer used in the synthesis of methyl esters in the transesterification reaction of coconut oil. Nanoparticles magnetic Fe3O4 prepared by the co-precipitation method were coated with various MgO ratios (1: 1, 1: 2, 1: 3) to form Fe3O4/ MgO composites using the prespitation method and then impregnated onto the cellulose surface. The synthesized Cellulose- Fe3O4 / MgO nanocomposites were supported by characterization using FTIR, XRD, SEM-mapping and TEM. The factors that influence the transesterification process include reaction time, the ratio of coconut oil to methanol and the amount of catalyst. The optimum conditions were obtained at a reaction time of 2 hours, the ratio of coconut oil to methanol (1: 6), the amount of catalyst 2% and the best ratio of Fe3O4to MgO (1: 2) to achieve a biodiesel yield of 89.723%. The methyl ester that was successfully synthesized was tested using the GC-MS instrument and the greatest abundance was at the retention time of 8.801 minutes which indicated that dodecanoic acid methyl ester (lauric acid methyl ester). The results of the analysis of the physical properties of the methyl ester obtained were in accordance with SNI and ASTM standards, with a density (40 ° C) of 0.885 g / ml, Free Fatty Acid (FFA) 0.154% and an acid number of 0.443 mg KOH / g. The study of the transesterification reaction kinetics followed the first pseudo-order and obtained a small reaction rate constant of 0.0156 minutes-1 compared to several similar studies"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Ramadhani
"Methyl orange (MO) merupakan bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. MO sering digunakan dalam industri tekstil dan menghasilkan limbah dalam jumlah berbahaya yang perlu didegradasi. Salah satu cara yang efisien untuk mendegradasi MO adalah dengan cara fotokatalitik. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis Cu/TiO2 nanosheet dan Cu/TiO2 flakes sebagai katalis untuk fotodegradasi MO. TiO2 nanosheet memiliki kemampuan fotokatalitik terbaik karena dapat mendegradasi 98,815% MO selama 210 menit. Sementara persentase degradasi Cu/TiO2 nanosheet, Cu/TiO2 flakes, dan Cu/TiO2 flakes masing-masing sebesar 96,644 %, 91,272 %, dan 62,554 % dengan konstanta laju untuk TiO2 nanosheet, TiO2 flakes, Cu/TiO2 nanosheet, dan Cu/TiO2 flakes berturut-turut adalah 2,238 × 10-2, 4,718 × 10-3, 1,646 × 10-2, dan 1,172 × 10-2 menit-1. Bentuk TiO2 nanosheet terbukti memiliki kemampuan fotokatalitik yang lebih baik dibandingkan bentuk TiO2 flakes. Katalis yang terbentuk dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Spektroskopi Raman, Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Scanning Electron Miscroscopy - Energy Dispersion X-Ray (SEM-EDX), Surface Area Analyzer – Brunauer–Emmett–Teller (SAA–BET), dan Spektroskopi UV – Diffuse Reflectance Spectroscopy (DRS). Hasil uji fotokatalis diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis.

Methyl orange (MO) is a coloring agent that harms health and the environment. MO is frequently used in the textile industry and generates hazardous amounts of waste that need to be degraded. One of the efficient ways to degrade MO is by photocatalytic method. In this research, synthesis of Cu/TiO2 nanosheet and Cu/TiO2 flakes was carried out as catalysts for MO photodegradation. TiO2 nanosheet has the best photocatalytic ability because it can degrade 98.815% MO for 210 minutes. While the percentage of degradation of Cu/TiO2 nanosheet, Cu/TiO2 flakes and Cu/TiO2 flakes were 96.644 %, 91.272 % and 62.554 % respectively, with rate constants for TiO2 nanosheet, TiO2 flakes, Cu/T TiO2 nanosheet and Cu/TiO2 flakes were 2.238 × 10-2, 4.718 × 10-3, 1.646 × 10-2, and 1.172 × 10-2 min-1 respectively. The TiO2 nanosheet form is proven to have better photocatalytic abilities than the TiO2 flakes form. The formed catalysts were characterized by X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Raman Spectroscopy, Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersion X-Ray (SEM-EDX), Surface Area Analyzer-Brunauer–Emmett–Teller (SAA–BET), and UV–Diffuse Reflectance Spectroscopy (DRS). The results of the photocatalyst test were measured with a UV-Vis Spectrophotometer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabiq Mufarrid
"Dengan semakin menipisnya pasokan bahan bakar fosil, bahan baku baru untuk memproduksi bahan bakar dan bahan baku industri petrokimia dibutuhkan. Bahan baku tersebut haruslah dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Biomassa lignoselulosa dapat menjadi alternatif bahan baku yang menjanjikan karena diperoleh dari tanaman dan merupakan zat yang netral karbon. Salah satu jenis biomassa lignoselulosa yang menjanjikan karena jumlahnya yang banyak di Indonesia adalah jerami padi. Jerami padi dapat diubah menjadi bahan bakar dan bahan baku industri petrokimia melalui reaksi pirolisis. Hanya saja, hasil reaksi pirolisis masih mengandung senyawa hidrokarbon oksigenat yang beragam jenisnya. Senyawa oksigenat ini perlu dikonversi menjadi senyawa hidrokarbon non-oksigenat agar dapat digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri petrokimia.
Penggunaan katalis asam seperti katalis berbasis zeolit (ZSM-5) telah terbukti mampu untuk melakukan reaksi deoksigenasi dan perengkahan katalitik untuk meningkatkan produksi senyawa hidrokarbon non-oksigenat pada reaksi pirolisis katalitik. Pada penelitian ini, rasio umpan katalis per jerami padi akan divariasikan untuk melihat dampak dari rasio tersebut terhadap hasil senyawa hidrokarbon non-oksigenat. Suhu reaksi juga akan divariasikan untuk melihat pengaruh suhu terhadap produksi senyawa hidrokarbon non-oksigenat. Selain itu, waktu pengambilan sampel juga akan divariasikan untuk melihat komposisi produk pirolisis dari waktu ke waktu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio katalis per biomassa yang semakin besar dapat meningkatkan produksi senyawa hidrokarbon non-oksigenat dengan rasio katalis per biomassa yang menghasilkan senyawa hidrokarbon non-oksigenat tertinggi adalah 1:1. Kenaikan suhu reaksi pirolisis pun mampu meningkatkan produksi senyawa hidrokarbon non-oksigenat dengan suhu yang menghasilkan senyawa hidrokarbon non-oksigenat tertinggi adalah 550°C. Pada kondisi reaksi tersebut, total peak area senyawa hidrokarbon non-oksigenat yang terlihat adalah 1,50×109 dengan peak area senyawa olefin yang terlihat sebesar 4,33×108 dan konsentrasi senyawa aromatik sebesar 0,7 g mL. Namun, komposisi produk pirolisis berubah dan berkurang seiring waktu yang diakibatkan oleh deaktivasi katalis akibat pembentukan kokas di permukaan katalis.

With the declining of fossil fuel, a new raw material to produce fuels and petrochemical industry feedstock is needed. Such material should be renewable and eco-friendly. Lignocellulosic biomass could be a promising alternative for it is obtained from plants and is carbon-neutral. One of the promising lignocellulosic biomass for its abundance in Indonesia is rice straw. Rice straw could be converted into fuels and petrochemical feedstock via pyrolysis pathway. However, its pyrolysis reaction products still contains a variative amount of oxygenate hydrocarbons. These oxygenates have to be converted into non-oxygenate hydrocarbons before it can be used as fuels and petrochemicals feedstock.
The usage of zeolites based acid catalysts (ZSM-5) has been proven to perform deoxygenation and catalytic cracking reaction to enhance the production of nonoxygenates in catalytic pyrolysis reaction. In this research, catalyst rice straw feed ratio would be varied to see its effect on non-oxygenate hydrocarbons production. Reaction temperature would also be varied to see its effect on non-oxygenate hydrocarbons production. Moreover, sampling time would also be varied to see the pyrolysis product composition through time.
The result showed that increase in catalyst biomass ratio will increase the non-oxygenate hydrocarbons production with the highest amount of nonoxygenates was produced by 1:1 catalyst biomass ratio. Rise in reaction temperature also showed the increase in non-oxygenate hydrocarbons with the highest amount of nonoxygenates was produced in 550°C reaction temperature. The highest total peak area of non-oxygenates produced under those reaction condition was 1,50×109 with the highest peak area of olefins was 4,33×108 and the highest concentration of aromatics was 0,7 g mL. However, the products composition was shifting and decreasing through time due to catalyst deactivation by coke formation on its surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Adi Nugroho
"Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil yang berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dan dampak lingkungan yang serius. Meskipun pemerintah telah berkomitmen untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060, namun pendanaan untuk mendukung transisi energi tetap menjadi tantangan besar. Sektor swasta, terutama lembaga keuangan, memainkan peran penting dalam mendukung proyek-proyek transisi energi melalui mekanisme inovatif seperti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak penggunaan green bonds, dalam mendanai proyek pembangunan PLT EBT. Metodologi penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa adanya transisi energi, emisi CO2 dalam sektor pembangkit listrik akan terus meningkat hingga tahun 2060 dengan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan. Biaya sosial dari emisi karbon (SCC) pada tahun 2060 mencapai triliunan rupiah. Berdasarkan analisis kelayakan investasi, pendanaan proyek energi terbarukan melalui green bonds memiliki tingkat pengembalian Ekonomi (EIRR) lebih tinggi dari biaya modal untuk jenis pembangkit PLTA dan PLTM. Sedangkan PLTS dan PLTB masih kurang layak karena faktor kurang optimal nya jenis pembangkit tersebut dalam menhasilkan laba pasca pembangunan. Selama fase konstruksi proyek energi terbarukan, peningkatan produksi berkontribusi pada pertumbuhan sektor produksi, peningkatan nilai tambah bruto (NTB), dan pendapatan masyarakat. Selama fase operasional dan komersial, penjualan listrik dan peningkatan permintaan berkontribusi secara signifikan pada NTB dan pendapatan rumah tangga. Penelitian ini menekankan pentingnya green bonds dalam mendukung pemerintah dalam mencapai target Nol Emisi tahun 2060 di Indonesia.
Indonesia still relies heavily on fossil energy which contributes to increased carbon emissions and serious environmental impacts. Although the government has committed to achieving a zero emissions target by 2060, funding to support the energy transition remains a major challenge. The private sector, especially financial institutions, plays an important role in supporting energy transition projects through innovative mechanisms such as green bonds. This research aims to evaluate the impact of using green bonds in funding environmentally friendly power source development projects. This research methodology is descriptive quantitative using secondary data from various sources. The research results show that without an energy transition, CO2 emissions in the power generation sector will continue to increase until 2060 with negative impacts on the environment and health. The social costs of carbon emissions (SCC) in 2060 will reach trillions of rupiah. Based on the investment feasibility analysis, renewable energy project funding through green bonds has a higher economic rate of return (EIRR) than the capital costs for hydroelectric and micro-hydroelectric power plants. Meanwhile, solar and wind powered are still not feasible due to the fact that these types of generators are less than optimal in generating post-development profits. During the construction phase of renewable energy projects, increased production contributes to the growth of the production sector, increased gross value added (NTB), and community income. During the operational and commercial phases, electricity sales and increased demand contribute significantly to NTB and household income. This research emphasizes the importance of green bonds in supporting the government in achieving the Zero Emissions target by 2060 in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyayu Aisyah
"

Dalam beberapa tahun terakhir, pembahasan mengenai kebutuhan akan energi yang terus meningkat yang disertai dengan dampak penggunaan energi terhadap lingkungan, terutama energi fosil meliputi perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Upaya untuk menjaga ketersediaan energi dalam batas aman serta mengurangi permasalahan lingkungan akibat penggunaan energi disebut sebagai tantangan yang harus dihadapi menuju masa depan yang berkelanjutan. Hingga saat ini sistem refrigerasi dan heat pump yang ramah lingkungan dinilai dapat menjadi salah satu teknologi yang menjanjikan untuk dikembangkan agar dapat mengatasi kedua persoalan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan suatu kajian dan pemodelan serta studi eksperimental sistem refrigerasi dan heat pump dengan menggunakan refrigeran yang ramah lingkungan dan menggunakan solar kolektor sebagai energi input. Refrigeran yang digunakan pada penelitian ini adalah R1224yd. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software Matlab 2017b dan REFPROP versi 10. Kemudian dilakukan analisis terhadap nilai energi, exergy, ekonomi dan dampak sistem terhadap lingkungan. Selanjutnya dilakukan optimisasi dengan menggunakan multi objective genetic algorithm untuk memperoleh kondisi optimum dari sistem yang dimodelkan.

 


In recent years, energy issues related to the use of fossil energy sources and renewable energy, as well as their impact on the environment which includes climate change, ozone layer depletion and global warming become hot topics to be discussed. Maintaining energy availability within the safe limits and reducing the contribution of energy use to environmental problems is a big challenge that must be faced towards a sustainable future. The use of environmentally friendly refrigeration technology could be an option in order to solve the energy and environmental problem. In this research, a modeling and an experimental study of refrigeration system are proposed. Modeling conducted by using Matlab 2017b and REFPROP version 10 software. Refrigerant used in this study is an environmentally friendly refrigerant R1224yd and solar collector as the energy input. Then analyses of energy, exergy, economic and the environmental impact are conducted. Further, optimization procedure is conducted by using multi objective genetic algorithm to obtain optimum condition from the modeled system.

"
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Mutmainnah Halim
"Quinoline merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen pada cincin heterosikliknya. Derivat quinoline telah dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti antioksidan, antibakteri, antifungi, antimalaria, dan anti-inflamatory. Banyaknya aktivitas biologis penting yang dimiliki oleh senyawa quinoline sehingga pada penelitian ini dilakukan sintesis derivat quinoline-4-carboxylic acid menggunakan metode Doebner dengan komponen asam piruvat, derivat anilin, dan derivat aldehid. Tujuan penelitian ini yaitu sintesis turunan quinoline-4-carboxylic acid berbasis ramah lingkungan dengan menggunakan metode Multicomponent Reaction (MCR), Microwave-Assisted Organic Synthesis (MAOS) dan menggunakan katalis reusable Fe(OTf)3 serta melakukan uji aktivitas antioksidan dan antimikroba. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan katalis Fe(OTf)3 disertai karakterisasi menggunakan FT-IR dan TEM. Tahap kedua adalah skrining kondisi optimum reaksi pada sintesis turunan quinoline-4-carboxylic dengan komponen prekursor benzaldehid, anilin dan asam piruvat dengan variasi kondisi jenis pelarut, waktu reaksi dan jumlah katalis. Hasil reaksi diamati menggunakan TLC, produk yang dihasilkan direkritalisasi dan yield yang diperoleh dihitung. Tahap ketiga adalah investigasi ruang lingkup metode dengan memvariasikan prekursor derivat benzaldehid (4-hidroksibenzaldehid, 4-metoksibenzaldehid), anilin (kloroanilin), dan asam piruvat. Senyawa hasil sintesis yang diperoleh dikarakterisasi dengan menggunakan melting point, FT-IR, spektrofotometer UV-Vis, LC-MS. Tahap keempat adalah uji aktivitas antioksidan produk yang dihasilkan menggunakan metode DPPH dan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar. Kondisi Optimum yang diperoleh pada sintesis senyawa 1 yang menunjukkan yield paling tinggi (96%) adalah penggunaan 5% katalis Fe(OTF)3 selama 90 detik dan tanpa penggunaan pelarut. Kondisi optimum yang diperoleh pada sintesis senyawa 1 diterapkan pada sintesis senyawa 2,3 dan 4 dan menghasilkan yield senyawa 2(74%), senyawa 3(91%) dan senyawa 4 (68%). Adapun senyawa yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu senyawa 2 (IC50 6,76 ppm). Senyawa 3 menunjukkan aktivitas antimikroba paling tinggi, kategori kuat melawat bakteri Gram negatif E.Coli, dan kategori sedang melawan bakteri Gram positif S.Aureus.

Quinoline is a heterocyclic compound that contains nitrogen in its heterocyclic ring. Quinoline derivatives have been reported showing a wide range of biological activities such as antioxidant, antibacterial, antifungal, antimalarial, and anti-inflammatory. The number of important biological activities possessed by quinoline compounds so that in this study the synthesis of quinoline-4-carboxylic acid derivatives was carried out using the Doebner method with pyruvic acid components, aniline derivatives, and aldehyde derivatives. The purpose of this research is the synthesis of environmentally friendly quinoline-4-carboxylic acid derivatives using the Multicomponent Reaction (MCR) method, Microwave-Assisted Organic Synthesis (MAOS) and using a reusable Fe(OTf)3 catalyst as well as conducting antioxidant and antimicrobial activity tests. This research was carried out in four stages. The first stage was the synthesis and evaluation of catalytic activity of Fe(OTF)3 catalyst as well as its characterization using FT-IR and TEM. The second stage was the screening of optimum reaction condition of the synthesis of quinoline derivatives using substrates of benzaldehyde, aniline, and pyruvic acid, in a condition of different types of solvents, reaction time, and the amount of catalyst. The reaction was observed using TLC, the obtained products were recrystallized, and yield products were calculated. The third stage was to investigate the scope of the method by varying the substrate of aromatic aldehyde (4-hydroxy benzaldehyde, 4-metoxy benzaldehyde), aniline (chloroaniline), and pyruvic acid. The results of reactions were characterized by melting point, FT-IR, UV-Vis spectrophotometer, and LC-MS. The fourth stage is to evaluate the activity of the obtained product of quinoline-4-carboxylic acid derivatives as antioxidant by DPPH method and antibacterial by agar difusion method. The optimum conditions of compound 1 that show the highest yield (96%) is to use 5% of catalyst Fe(OTF)3 for 90 second in solvent-free. This optimum conditions also applied on synthesis of compounds 2, 3, and 4 producing poducts of compound 2(74%), compound 3 (91%) and compound 4 (68%). Compound 2 showed the strongest antioxidant activity (IC50: 6.76 ppm). Compound 3 showed a strong antibacterial activity against Gram-negative bacteria, E.Coli (13 mm); a moderate antibacterial activity against Gram-positive bacteria, S.Aureus (10 mm)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandira Siti Aisyah
"ABSTRAK
Senyawa turunan piridin merupakan senyawa yang cukup penting karena memiliki aplikasi dibidang bioaktivitas dan farmasi. Senyawa turunan piridin dapat disintesis dengan metode Hantzsch. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan aldehid, etil asetoasetat, dan amonium asetat dengan bantuan nanopartikel CuI sebagai katalis. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dua senyawa turunan piridin yang dilakukan dengan memvariasikan aldehid yang digunakan benzaldehid senyawa 1, sinamaldehid senyawa 2. Kondisi optimum yang didapatkan untuk sintesis senyawa ini yaitu dengan menggunakan pelarut etanol, menggunakan jumlah katalis 10 mol, dan dengan waktu reaksi 2 jam. Persen yield yang di hasilkan pada kondisi optimum tersebut yaitu produk dari benzaldehida sebesar 85,11, dan produk dari sinamaldehida sebesar 90,14. Karakterisasi produk hasil sintesis dikonfirmasi dengan KLT, FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan GC-MS. Dari uji antioksidan didapatkan nilai IC50 untuk produk dari benzaldehida sebesar 5.966,92 ppm dan produk dari sinamaldehida sebesar 7.905,45 ppm. Katalis CuI merupakan katalis heterogen dengan ukuran nano yang dapat digunakan kembali. Pada penelitian ini nanokatalis CuI berhasil disintesis dengan ukuran rata-rata 78,44 nm. Karakterisasi nanokatalis dilakukan dengan FTIR, SEM-EDX, dan XRD. Nanokatalis CuI dapat digunakan kembali untuk sintesis turunan piridin, namun dapat mengalami penurunan aktivitas katalitik

ABSTRACT
Pyridine derivative compounds is an important compound because it has applications in the field of bioactivity and pharmaceutical. The pyridine derivative compounds can be synthesized by Hantzsch method. Synthesis is carried out by reacting aldehyde, ethyl acetoacetate, and ammonium acetate with the help of CuI nanoparticles as catalysts. In this study, the synthesis of two pyridine derivative compounds was performed by varying the aldehyde benzaldehyde compound 1, cinnamaldehyde compound 2. The optimum condition obtained for the synthesis of this compound is by using ethanol solvent, using the amount of 10 mole catalyst, and with a reaction time of 2 h. Percent yield at the optimum condition from the product of benzaldehyde equal to 85.11, and from cinnamaldehyde equal to 90.14. Characterization of synthesis products with TLC, FTIR, UV Vis spectrophotometer, and GC MS. From the antioxidant test, IC50 value for the product from benzaldehyde was 5,966.92 ppm and product from cinnamaldehyde was 7,905.45 ppm. CuI catalysts are heterogeneous reusable catalysts with nano sizes. In this study, CuI nanocatalysts were successfully synthesized with an average size of 78.44 nm. Characterization of the nanocatalyst was performed with FTIR, SEM EDX, and XRD. The CuI nanocatalyst can be reused for synthesis of pyridine derivatives but may decrease catalytic activity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufalya Nur Azizah
"Pada dasarnya ide konsep fasad bioreaktor mikroalga ini muncul karena isu pemanasan global yang mengacu pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Diketahui sektor pembangunan mengkonsumsi hingga 40% dari total konsumsi energi dan berkontribusi hingga 30% dari emisi gas rumah kaca tahunan secara global, dan diperkirakan akan berlipat ganda selama 20 tahun kedepan. Mikroalga sebagai mikroorganisme penghasil biomassa, yang berpotensi untuk menghasilkan energi terbarukan dan kemampuannya dalam menyerap karbon dioksida (CO₂), diintegrasikan ke dalam bentuk fasad bangunan untuk menjadikan bangunan berkinerja tinggi yang tanggap iklim.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari fasad bioreaktor mikroalga dan bagaimana dampak yang dipengaruhinya, baik dalam bangunannya sendiri dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari penulisan ini dicapai melalui analisa studi kasus The BIQ House di Jerman, sebagai bangunan pertama di dunia yang menerapkan sistem fasad bioreaktor mikroalga. Secara umum, konsep dari bangunan The BIQ House ini didasarkan pada gagasan pemanfaatan proses biokimia fotosintesis dari mikroalga dalam bioreaktor untuk merancang bangunan hemat energi. Berdasarkan dari data penelitian yang ada, setelah hampir satu tahun bangunan ini beroperasi, sistem pada fasad ini telah mencapai efisiensi konversi dengan total 58%, dengan 10% untuk biogas dan 48% untuk pemanas. Dengan besar energi yang dihasilkan adalah sekitar 4.500 kWh listrik per tahun dan 6000 kWh energi panas per tahun, bangunan The BIQ House mampu mengoperasikan bangunannya dengan energi tersebut. Sistem fasad ini juga mampu mereduksi emisi karbon dioksida (CO₂) 6 ton per tahunnya. Dengan demikian fasad bioreaktor mikroalga ini tidak hanya memiliki peran penting bagi sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk operasional bangunannya, namun berperan penting juga sebagai skema percontohan untuk bangunan rendah karbon sebagai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Basically the idea of ​​the microalgae bioreactor facade concept arose because of the issue of global warming which refers to an increase in greenhouse gas emissions. It is known that the development sector consumes up to 40% of total energy consumption and contributes up to 30% of annual greenhouse gas emissions globally, and is expected to double over the next 20 years. Microalgae as biomass-producing microorganisms, which have the potential to produce renewable energy and their ability to absorb carbon dioxide (CO₂), are integrated into the form of building facades to make high-performance buildings that are climate responsive.
This writing aims to find out how the performance of the microalgae bioreactor facade and how the impact it affects, both in the building itself and environmental sustainability. The purpose of this paper is achieved through the analysis of a case study of The BIQ House in Germany, as the first building in the world to implement a microalgae bioreactor facade system. In general, the concept of The BIQ House is based on the idea of ​​utilizing the biochemical process of photosynthesis from microalgae in bioreactors to design energy-efficient buildings. Based on the existing research data, after almost a year of operation of this building, the system on this facade has achieved a total conversion efficiency of 58%, with 10% for biogas and 48% for heating. With the amount of energy produced is around 4,500 kWh of electricity per year and 6000 kWh of heat energy per year, The BIQ House building is able to operate its building with this energy. This facade system is also able to reduce carbon dioxide (CO) emissions by 6 tons per year. Thus the facade of this microalgae bioreactor not only has an important role for renewable energy sources that can be utilized for building operations, but also plays an important role as a pilot scheme for low-carbon buildings as a contribution to environmental sustainability.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>