Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vita Nuramanah
"Kerusakan DNA dalam tubuh seseorang dapat kita lihat dari kandungan 8-OHdG dalam urin sebagai biomarker utama. Kerusakan DNA bisa terjadi karena berbagia faktor, diantaranya karena paparan zat adiktif logam berat, rokok, dlsb. Behel saat ini merupakan alat orthodontik yang paling banyak digunakan dengan tujuan untuk merapihkan struktur gigi yang tidak beraturan dan masalah pada gigi lainnya, dengan kompisisi berupa campuran logam. Pemakaian behel yang cukup lama dan adanya gesekan akibat mengunyah makanan maupun kondisi yang tidak stabil, menyebabkan beberapa jenis logam akan larut ke dalam saliva dan masuk ke dalam tubuh akibat faktor kegiatan mengunyah makanan maupun kondisi yang tidak stabil. Penelitian ini telah berhasil membentuk 8-OHdG secara in vitro dengan mereaksikan DNA murni dan berbagai variasi logam seperti logam nikel (II), tembaga (I), dan tembaga (II) serta penambahan H2O2 dalam variasi pH dan inkubasi 37oC selama 24 jam. Secara in vivo penelitian ini juga telah dapat melakukan uji 8-OHdG dalam urin pengguna behel. Analisis dilakukan dengan menggunakan instrument HPLC dan LC-MS/MS. Senyawa 8-OHdG lebih mudah terbentuk dengan adanya penambahan H2O2, dan dengan merekasikan lebih dari satu logam memberikan efek sinergis terhadap pembentukan 8-OHdG. Pembentukan 8-OHdG secara maksimum terbentuk dalam pH 8,4 ini terjadi karena dekomposisi H2O2 optimal dalam suasana basa. Pada penelitian secara in vivo, konsentrasi 8-OHdG pengguna behel terdeteksi lebih tinggi 1,7 kali dibandingkan dengan sampel urin kontrol, ini menandakan adanya logam dalam behel yang larut dan turut berkontribusi dalam pembentukan 8-OHdG. Lama penggunaan behel turut serta berpengaruh terhadap pembentukan 8-OHdG, semakin lama penggunaan behel semakin banyak logam yang larut menyebabkan pembentukan 8-OHdG semakin banyak. Pada penelitian ini penggunaan behel selama 5-7 tahun menunjukan konsentrasi 8-OHdG lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan selama 0,25 tahun.

We can see DNA damage in a person’s body from the content of 8-OHdG in urine as the main biomarker. As a major biomarker of DNA damage 8-OHdG can be identified in a person's urine. DNA damage can occur due to various factors, including exposure to heavy metal addictive substances, cigarettes, etc. Braces are currently the most widely used orthodontic appliance with the aim of straightening irregular tooth structure and other dental problems, with mixed metal composition. The use of stirrups is quite long and there is friction due to chewing food or unstable conditions. This research has succeeded in forming 8-OHdG in vitro reacting pure DNA and various metal such as nickel (II), copper (I) and copper(II) as well as the addition of H2O2 in various pH and incubation 37oC for 24 hours. Analysis was carried out using HPLC and LC-MS/MS instruments. The 8-OHdG compound is more easily formed by the addition of H2O2, and by reacting more than one metal it gives a synergistic effect on the formation of 8-OHdG. The formation of 8-OHdG is maximally formed at pH 8.4 this occurs because the optimal decomposition of H2O2 is optimal in an alkaline environment. In an in vivo research, the concentration of 8-OHdG in braces was detected 1,7 times higher than in control urine samples, indicating the presence of dissolved metals in the braces and contributing to the formation of 8-OHdG. The long use of the braces also affects the formation of 8-OHdG, the longer the use of the braces the more dissolved metal causes the formation of more 8-OHdG. In this research, the use of braces for 5-7 years showed a higher concentration of 8-OHdG when compared to the use for 0.25 years.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Azzahra
"Dimetil ftalat (DMP), salah satu jenis bahan aditif, umum ditambahkan untuk meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan kegunaan bahan polimer. BHA merupakan senyawa sintesis yang umum ditambahkan ke dalam bahan pangan dan produk lain yang mengandung minyak atau lemak. DMP dan BHA mampu menginduksi stres oksidatif dan meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis DNA adduct 8-OHdG (suatu biomarker kerusakan DNA) secara in vitro dan in vivo pada tikus. Studi in vitro dilaksanakan dengan melakukan inkubasi terhadap 2-deoksiguanosin (2-dG) dengan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) dengan variasi pH (7,4 dan 8,4) menggunakan suhu 37ºC. HPLC digunakan untuk menganalisis hasil 8-OHdG yang terbentuk. Studi in vivo dilaksanakan dengan menggunakan tikus yang diberikan paparan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) dengan lama periode 28 hari melalui jalur oral (ingesti). Sampel darah dikumpulkan sebanyak dua kali per satu minggu kemudian dianalisis dengan ELISA Kit untuk menguji tingkat 8-OHdG yang terbentuk. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa paparan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) menghasilkan pembentukan 8-OHdG yang lebih tinggi dibandingkan tanpa paparan. Pada kondisi pH 7,4 dalam studi in vitro, terjadi peningkatan kadar pembentukan 8-OHdG dibandingkan pH 8,4.

Dimethyl phthalate (DMP), a type of additive, is commonly added to enhance the flexibility, strength, and utility of polymer materials. BHA is a synthetic compound commonly added to food products and other items containing oil or fat. DMP and BHA are capable of inducing oxidative stress and increasing the risk of various diseases. This study aims to analyze the DNA adduct 8-OHdG (a biomarker of DNA damage) both in vitro and in vivo in rats. The in vitro study was conducted by incubating 2-deoxyguanosine (2-dG) with multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) with variations in pH (7.4 and 8.4) at 37ºC. HPLC was used to analyze the resulting 8-OHdG formation. The in vivo study was conducted using rats exposed to multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) for a period of 28 days via oral ingestion. Blood samples were collected twice per week and then analyzed using an ELISA Kit to test the levels of 8-OHdG formed. The results of this study indicated that exposure to multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) resulted in higher 8-OHdG formation compared to no exposure. Under pH 7.4 conditions in the in vitro study, there was an increase in 8-OHdG formation compared to pH 8.4."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustina
"Akrilamida merupakan monomer hasil depolimerisasi poliakrilamida akibat adanya pengaruh suhu, cahaya dan pH. Akrilamida juga dapat ditemukan pada produk pangan dengan pengolahan suhu tinggi. Akrilamida dapat menginduksi terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) seperti radikal hidroksil. Radikal hidroksil dapat berinteraksi dengan basa guanin membentuk DNA adduct 8-hidroksi 2'-deoksiguanin (8-OHdG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan 8-OHdG akibat paparan akrilamida yang berinteraksi dengan logam Cu (I). Penelitian ini dilakukan secara in vitro dan in vivo. Studi dilakukan secara in vitro melalui reaksi Fenton antara 2'- deoksiguanosin (2dG) dengan akrilamida dan Cu (I). Reaksi dilakukan pada suhu 37 °C, variasi pH 7,4 dan 8,4, serta variasi waktu inkubasi 4, 8, 12 dan 24 jam. Studi in vivo dilakukan pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley yang diberikan paparan akrilamida serta kombinasi akrilamida dan Cu (I) dengan dosis yang berbeda selama 21 hari. Hasil studi in vitro dianalisis menggunakan LC-MS/MS QTOF dan plasma darah hasil studi in vivo dianalisis menggunakan ELISA. Inkubasi pada pH 7,4, suhu 37 °C dan waktu inkubasi 24 jam memberikan konsentrasi 8-OHdG tertinggi sebesar 19,09 ng/mL. Konsentrasi tertinggi 8-OHdG dalam plasma darah terdapat pada kelompok paparan akrilamida 25 mg/kg BB dan Cu (I) 10 mg/kg BB sebesar 1,31 ng/mL. Berdasarkan hasil studi in vitro dan in vivo yang telah dilakukan, hal ini menunjukkan terdapat sinergisitas antara akrilamida dan Cu (I) dalam pembentukan 8-OHdG.

Acrylamide is a monomer as depolymerization results caused by the effect of temperature, light and pH. Acrylamide can be found on food products processed with high temperature. Acrylamide can induce the formation of reactive oxygen species (ROS), e.g. hydroxyl radical. Hydroxyl radical can interact with guanine to form DNA Adduct 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine (8-OHdG). The aim of this study is to investigate the formation of 8-OHdG due to co-exposure of acrylamide and copper (I). The study was carried out in vitro through the Fenton reaction and in vivo. In vitro study was undergone through Fenton reaction between 2'-deoxyguanosine and acrylamide at temperature 37 °C, various of pH 7,4 and 8,4, and time of incubation 4, 8, 12 and 24 hours. While in vivo study was carried out by administering orally of acrylamide single dose and combination of acrylamide and copper (I) to male rats (Rattus norvegicus) strain Sprague-Dawley for 21 days exposure. The results of in vitro study were analyzed by LC-MS/MS QTOF and plasma resulted from in vivo study were analyzed by ELISA to determine the concentration of 8-OHdG. Incubation on pH 7,4, 37 °C and time of incubation 24 hours gave highest concentration of 8-OHdG. Meanwhile the highest concentration of 8-OHdG in plasma found in group with the exposure of acrylamide 25 mg/kg BW and copper (I) 10 mg/kg BW. According to the results from in vitro and in vivo studies, it was shown that both acrylamide and copper (I) gave synergistic effect towards the formation of 8-OHdG."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Silva Putri Hindarsyah
"ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan formaldehida dan logam Cu (II). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan formaldehida (82 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urin diambil setiap minggunya. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan formaldehida, logam Cu (II), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada suhu 37°C dengan variasi pH (7,4 dan pH 8,4) serta waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG secara in vivo dan in vitro dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatogafi fasa terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran amonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gadien elusi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehida dan logam Cu (II) dapat menyebabkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG. Pada studi in vivo, ditemukan kadar 8-OHdG tertinggi pada kelompok paparan formaldehida dengan Cu (II). Pada studi in vitro, terbentuk 8-OHdG dengan konsentrasi paling tinggi pada kelompok variasi formaldehida, Cu (II) dan H2O2.

ABSTRACT
This research was conducted to analyze the formation of DNA Adduct 8-OHdG due to oxidative DNA damage caused by exposure formaldehyde and Cu (II). In vivo studies were conducted using a group of rat (Rattus norvegicus) which were exposed to formaldehyde (82 mg/kg BW) and Cu (II) (10 mg/kg BW) for 28 days. Urin samples were taken every week. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with formaldehyde, Cu (II) and H2O2 through a Fenton-like reaction. The reaction was carried out at 37°C with variation in pH (7,4 and 8,4) and incubation time (7 and 12 hours). Analysis of the formation DNA Adduct 8-OHdG with in vivo and in vitro studies using LC-MS/MS with reverse phase chromatogaphy. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gadient. The results of the study show that exposure of formaldehyde and Cu (II) can cause the formation of a DNA Adduct 8-OHdG. In vivo study showed that the highest levels of 8-OHdG were found in the group that exposed to formaldehyde with Cu (II). In vitro study showed that 8-OHdG was formed with the highest concentration in the formaldehyde, Cu (II) and H2O2 variation groups."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Delly Apriyarni
"Peningkatan DNA adduct yaitu 8-OHdG dipengaruhi oleh adanya xenobiotik yang bersifat toksik dan karsinogenik. Xenobiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah paraquat diklorida sebagaimana diketahui paraquat diklorida merupakan pestisida golongan II berdasarkan WHO yang memikili efek berbahaya karena dapat menyebabkan mutasi gen sehingga berdampak karsinogenik. Penambahan ion logam Cu(II) dan Ni(II) sebagai media yang dapat berekasi dengan hidrogen peroksida untuk mengahasilkan reaksi Fenton. Rekasi fenton akan menghasilkan hidroksil radikal yang dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif sehingga menghasilkan rekatif oksigen spesies (ROS) yang berakibat pada mutasi DNA.
Pada penelitian ini baik secara in vitro maupun in vivo diperoleh hasil bahwa dengan penambahan dua ion logam, Cu(II) dan Ni(II), menghasilkan efek yang supresif, artinya nilai konsentrasi 8-OHdG yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan nilai masing-masing logam. Hal itu disebabkan ion logam Ni(II) akan menekan oksidasi DNA sehingga oksidasi DNA dengan ion logam Cu(II) akan terganggu. 8-OHdG terbanyak diperoleh dengan pencampuran paraquat diklorida dan ion logam Cu(II). Kajian in viro ini menggunakan kondisi inkubasi pada suhu 370C mewakili kondisi tubuh dan pH 7,4 serta 8,4 dengan waktu inkubasi 24 jam dan 6 jam. Diperoleh untuk kadar 8-OHdG dari ion logam Cu(II) dan paraquat diklorida sebesar 101,48 ppb dan 134,60 ppb. Sedangkan nilai kadar urin dan serum dari proses in vivo hari 14 dan 28 adalah 6,76 ppb& 3,48 ppb dan 1,22 ppb dan 0,76 ppb.

Increased DNA adduct, which is 8-OHdG is influenced by the presence of xenobiotics which are toxic and carcinogenic. Xenobiotics used in this study are paraquat dichloride, known as paraquat dichloride, a group II pesticide based on WHO which has a dangerous effect because it can cause gene mutations, so it has a carcinogenic impact. Adding Cu(II) and Ni(II) metal ions as a medium can reject hydrogen peroxide to produce Fenton reactions. Fenton's reaction will produce radical hydroxyl, which can cause an increase in oxidative stress to have oxygen species (ROS), resulting in DNA mutations.
In this study, both in vitro and in vivo obtained the result that the addition of two metals, Cu(II) and Ni(II) ions, produced a suppressive effect, meaning that the 8-OHdG concentration value obtained was smaller than the respective values metal. That is because Ni(II) metal ions will suppress DNA oxidation, so DNA oxidation with Cu(II) metal will be disrupted. 8-OHdG is obtained by mixing paraquat dichloride and Cu(II). In vitro study uses incubation conditions at 370C, representing the condition of the body and pH of 7.4 and 8.4 with an incubation time of 24 hours and 6 hours. They obtained 8-OHdG levels of Cu(II) metal ions and paraquat dichloride of 101.48 ppb and 134.60 ppb. While the concentration of urine and serum from in Vivo process days 14 and 28 is 6.76 ppb & 3.48 ppb and 1.22 ppb and 0.76 ppb.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Karolina
"Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan dalam peralatan keseharaian. Penambahan zat tertentu pada alat berbahan plastik ini diketahui dapat menambah kualitas, yaitu lebih elastis, kuat dan tahan lama. Salah satu bahan aditif yang biasa digunakan yaitu ftalat. Senyawa ftalat dapat berpotensi menghasilkan terjadinya DNA adduct. Penelitian ini mempelajari mengenai pembentukan 8-OHdG akibat paparan senyawa ftalat dan logam Cu (II) secara in vitro dan in vivo pada tikus (Rattus novergicus). Pembentukan 8-OHdG dianalisa secara in vitro dengan menggunakan HPLC, dengan variasi pH, waktu inkubasi dan perbandingan konsentrasi. Sedangkan secara in vivo pada tikus, sampel darah dianalisa menggunakan ELISA Kit dan sampel urin menggunakan instrumen LC-MS/MS. Secara umum, konsentrasi 8-OHdG paling besar pada sampel 2-dG diinkubasi dengan kombinasi larutan H2O2, ftalat, dan Cu (II). Pada studi in vitro dengan variasi pH menunjukkan konsentrasi 8-OHdG yang lebih tinggi pada pH 7,4; pada variasi waktu inkubasi lebih besar kosentrasi 8-OHdG pada 32 jam; dan pada variasi konsentrasi lebih besar pada perbandingan 1:20. Hasil studi in vivo menggunakan ELISA Kit, konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk menunjukkan nilai paling besar pada sampel darah kelompok tikus terpapar ftalat kombinasi Cu (II) yaitu 5,26 ppb; kelompok tikus terpapar ftalat sebesar 4,29 ppb; dan kelompok tikus kontrol (tanpa paparan) sebesar 2,58 ppb. Sedangkan uji in vivo menggunakan LC-MS/MS pada sampel urin tikus juga menunjukkan konsentrasi 8-OHdG paling besar pada tikus kelompok ftalat kombinasi Cu (II) sebesar 174,1 ppb; dan tikus kelompok ftalat sebesar 156,5 ppb.

Plastic is a material that is widely used in everyday appliances. The addition of certain substances to plastic tools is known to add quality, namely more elastic, strong and durable. One of the additives commonly used is phthalate. Phthalate compounds can potentially produce DNA adducts. This research studies the formation of 8-OHdG due to exposure to phthalate compounds and Cu (II) metal in vitro and in vivo in rats (Rattus novergicus). The formation of 8-OHdG was analyzed in vitro using HPLC, with variations in pH, incubation time and concentration ratio. While in vivo in rats, blood samples were analyzed using ELISA Kit and urine samples using LC-MS/MS instrument. In general, the concentration of 8-OHdG was greatest in 2-dG samples incubated with a combination of H2O2, phthalate, and Cu (II) solutions. In vitro studies with variations in pH showed higher concentrations of 8-OHdG at pH 7.4; at variations in incubation time the concentration of 8-OHdG was greater at 32 hours; and at variations in concentration greater at a ratio of 1:20. The results of the In vivo study using ELISA Kit, the concentration of 8-OHdG formed showed the greatest value in the blood samples of the rat group exposed to phthalate combined with Cu (II), which was 5.26 ppb; the rat group exposed to phthalate was 4.29 ppb; and the control rat group (without exposure) was 2.58 ppb. While the In vivo test using LC-MS/MS on rat urine samples also showed the highest concentration of 8-OHdG in rats of the Cu (II) phthalate combination group at 174.1 ppb; and rats of the phthalate group at 156.5 ppb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awan Rahmadewi
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis formasi DNA adduct 8-OHdG baik secara in vitro maupun in vivo akibat paparan ion logam Bisphenol A (BPA) dan nikel (II). Penelitian in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan BPA, Ni (II), dan H2O2 pada berbagai pH (7,4 dan 8,4), suhu (37oC dan 60oC) dan waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Penelitian in vivo dilakukan dengan menggunakan Rattus norvegicus, terutama strain Sprague-Dawley. Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok A adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan apa pun, kelompok B terpapar BPA dengan dosis 2 mg/kg BB secara oral dan kelompok C terpapar BPA dengan dosis 2 mg/kg BB dan nikel (II) dengan dosis 0,1 μg/kg BB secara oral selama 28 hari. Sampel yang digunakan untuk penelitian in vivo adalah serum darah tikus yang diambil pada minggu pertama dan keempat. Analisis pembentukan 8-OHdG untuk studi in-vitro dilakukan menggunakan fase balik UHPLC dengan detektor UV-Vis pada 254 nm, sedangkan analisis 8-OHdG untuk studi in vivo dilakukan menggunakan metode Sandwich ELISA tidak langsung. Studi in vitro menunjukkan bahwa penambahan DNA 8-OHdG terbentuk pada pH 7,4 lebih tinggi dari pH 8,4. Selain itu, penambahan DNA 8-OHdG yang terbentuk pada 60oC lebih tinggi dari 37oC, dan waktu inkubasi 12 jam menghasilkan 8-OHdG lebih tinggi dari 7 jam. Studi in vivo menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan paparan BPA dan kelompok dengan paparan BPA dan nikel (II) menghasilkan 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

This study was conducted to analyze both in vitro and in vivo formation of the DNA adduct 8-OHdG due to exposure of Bisphenol A (BPA) and nickel (II) metal ions. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with BPA, Ni (II), and H2O2 at various pH (7.4 and 8.4), temperatures (37oC and 60oC) and incubation times (7 and 12 hours). In vivo studies were carried out using Rattus norvegicus, especially the Sprague-Dawley strain. The experimental animals were divided into three groups. Group A was the control group without any treatment, group B was exposed by BPA with a dose of 2 mg/kg BW orally and group C was exposed by BPA with a dose of 2 mg/kg BW and nickel (II) with a dose of 0.1 μg/kg BW orally for 28 days. The sample used for in vivo study was rat blood serum taken at the first and fourth week. Analysis of 8-OHdG formation for in vitro studies was carried out using a reverse-phase UHPLC with UV-Vis detector at 254 nm, meanwhile the 8-OHdG analysis for in vivo studies was carried out using the Indirect Sandwich ELISA method. In vitro studies showed that the DNA adduct 8-OHdG was formed at pH 7.4 was higher than pH 8.4. In addition, the DNA adduct 8-OHdG formed at 60oC was higher than 37oC, and the incubation time of 12 hours produced higher 8-OHdG than 7 hours. The in vivo study showed that the experimental group with BPA exposure and group with BPA and nickel (II) exposure produced higher 8-OHdG compared to the control group."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Lindasari
"Bisphenol A (4,4’-isopropildenadifenol atau 2,2-bis(4-hidroksifenil)-propana) adalah senyawa kimia yang digunakan untuk produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. BPA berpotensi mengakibatkan kerusakan DNA oksidatif akibat terjadinya stres oksidatif dengan membentuk spesies oksigen reaktif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan 8-OHdG sebagai biomarker kerusakan DNA/gen yang disebabkan paparan senyawa kimia BPA. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2’-deoksiguanosin dengan BPA, logam Ni (II), logam Pb (II), dan hidrogen peroksida melalui reaksi fenton-like dengan variasi pH (7,4 dan 8,4), suhu (37°C dan 60°C), dan waktu inkubasi (24 jam dan 30 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG pada studi ini dilakukan menggunakan instrumen HPLC kromatografi fase terbalik dengan detektor UV. Pada studi biomonitoring, dilakukan d pengambilan sampel urin balita pengguna botol susu plastik. Analisis pembentukan 8-OHdG pada studi biomonitoring ini dilakukan dengan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Hasil studi in vitro menunjukkan bahwa paparan BPA, Pb (II), Ni (II), dan hidrogen peroksida terhadap 2-deoksiguanosin dapat memicu pembentukan 8-OHdG, sementara pada studi biomonitoring, konsentrasi senyawa 8-OHdG terdeteksi lebih banyak pada urin balita pengguna botol susu plastik berbahan polikarbonat (PC), mengindikasikan terkandung BPA dalam botol susu plastik tersebut.

Bisphenol A (4,4'-isopropyldenadiphenol or 2,2-bis(4-hydroxyphenyl)-propane) is a chemical compound used for the production of polycarbonate plastics and epoxy resins. BPA has the potential to cause oxidative DNA damage due to oxidative stress by forming reactive oxygen species. This study was conducted to analyze the formation of 8-OHdG as a biomarker of DNA/gene damage caused by exposure to BPA chemical compounds. In vitro studies were conducted by reacting 2'-deoxyguanosine with BPA, Ni (II), Pb (II), and hydrogen peroxide through Fenton-like reactions with pH variations (7.4 and 8.4), temperature (37°C and 60°C), and incubation time (24 hours and 30 hours). Analysis of 8-OHdG formation in this study was carried out using the reverse phase chromatography HPLC instrument with a UV detector. The biomonitoring study was carried out by taking urine samples of toddlers who use plastic milk bottles. Analysis of 8-OHdG formation in this biomonitoring study was carried out using the LC-MS/MS instrument. Results of in vitro studies showed that exposure to BPA, Pb (II), Ni (II), and hydrogen peroxide to 2-deoxyguanosine could trigger the formation of 8-OHdG. In the biomonitoring study, the concentration of 8-OHdG compounds was detected more in the urine of toddlers who used polycarbonate (PC) plastic milk bottles, indicating that BPA was contained in the plastic milk bottles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Endah Larasati
"Deteksi DNA adduct dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk mendeteksi dini risiko kanker. Salah satu produk kerusakan oksidatif DNA adalah 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG). Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi 8-OHdG secara in vitro dan in vivo. Studi in vitro dilakukan dengan inkubasi 2’-deoksiguanosin dengan H2O2 dan akrilamida pada variasi pH 7,4 dan 8,4 selama 24 jam dalam suhu 37 oC. Kemudian hasil inkubasi dianalisis menggunakan HPLC. Sedangkan secara in vivo dilakukan deteksi 8-OHdG dalam urin pasien kanker paru stadium III-IV, urin perokok, dan urin non perokok dengan menggunakan LCMS/MS. Pada validasi instrumen HPLC diperoleh nilai regresi linier 0,9985, nilai LOD dan LOQ sebesar 6,108 ppb dan 20,361 ppb. Sedangkan untuk LCMS/MS diperoleh nilai regresi linier sebesar 1, nilai LOD dan LOQ sebesar 1,819 ppb and 6,066 ppb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan H2O2 dan akrilamida dapat membentuk 8-OHdG. Konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk dari inkubasi 2-deoksiguanosin dan H2O2 serta 2-deoksiguanosin, H2O2, dan akrilamida maksimum pada pH 8,4 yakni sebesar 2,151 ppm dan 2,617 ppm. 8-Hidroksi-2’-Deoksiguanosin terdeteksi dalam urin pasien kanker paru, perokok, dan non perokok masing-masing sebesar 4,668 – 19,919 ppb, 6,873 – 12,111 ppb, -0,502 – 6,578 ppb. Nilai rata-rata konsentrasi 8-OHdG dalam sampel urin pasien kanker paru, perokok dan non perokok masing-masing sebesar 9,710 ppb, 10,226 ppb, dan 3,080 ppb.

DNA adduct detection could be an approach to early detection of risk cancer. One of oxidative DNA damage products is 8-hydroxy-2’-deoxyguanosine (8-OHdG). This study was conducted to detect DNA adduct 8-OHdG in vitro and in vivo. In vitro study was started to incubate 2’-deoxyguanosine added by H2O2 and acrylamide in various pH for 24 hours at 37 oC. Then the result was analyzed with HPLC. In vivo study was conducted detection 8-OHdG in urine of lung cancer patients with stage III-IV disease, smokers and non smokers using LCMS/MS. Instrument validation (HPLC) was yielded linear regression value 0,9985, LOD and LOQ as much as 6,108 ppb and 20,361 ppb as well as validation instrument of LCMS/MS was yielded linier regression value 1, LOD and LOQ as much as 1,819 ppb and 6,066 ppb.The results of study found exposure of H2O2 to 2-deoxyguanosine induced 8-OHdG formation and the addition of acrylamide increased 8-OHdG formation. The highest 8-OHdG level obtained by incubation of 2’-deoxyguanosine and H2O2 then 2’deoxyguanosine, H2O2 and acrylamide at pH 8,4 as much as 2,151 ppm and 2,617 ppm. 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosine was detected in urine of lung cancer patients, smokers and non smokers respectively 4,668 – 19,919 ppb, 6,873 – 12,111 ppb, -0,502 – 6,578 ppb. The mean value of 8-hydroxy-2’-deoxyguanosine in urine of lung cancer patients, smokers and non smokers as much as 9,710 ppb, 10,226 ppb, and 3,080 ppb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Proboningrum
"Metil paraben merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan sebagai pengawet karena aktivitas antimikrobanya yang tinggi dan efektif dalam melindungi produk terhadap ragi dan jamur. Namun paparan metil paraben yang terus menerus dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan dengan memproduksi spesi oksigen reaktif yang dapat memicu kerusakan oksidatif pada Asam Deoksiribonukleat (AND). Indikator biologis terjadinya kerusakan oksidatif DNA yang diamati pada penelitian ini adalah senyawa 8-Hidroksi-2'-Deoksiguanosin (8-OHdG). Melalui studi in vitro, diuji pengaruh penambahan metil paraben, waktu inkubasi 5 dan 7 jam, dengan dan tanpa radiasi sinar UVA pada kondisi pH 7,4 dan temperatur 37°C. Diperoleh hasil konsentrasi 8-OHdG tertinggi pada sampel 2-deoksiguanosin dengan penambahan metil paraben, waktu inkubasi yang lebih lama (7 jam), serta dengan paparan radiasi UVA. Sedangkan melalui studi in vivo, penambahan metil paraben pada pakan tikus menyebabkan terbentuknya senyawa 8-OHdG yang terdeteksi pada urin.

Methylparaben is considered as one of the most infamous material used as a preservative for its high and effective antimicrobe activity against yeast and fungi. Yet despite its advantages, being exposed to methyl paraben continuously can cause damaging effects towards health; which is caused by its contribution towards the production of Reactive Oxygen Species that may lead to Deoxyribonucleic Acid (DNA) damage through oxidative stress. The DNA Adduct 8-Hidroxy-2'-Deoxyguanosine (8-OHdG) is commonly used as a biological indicator for DNA oxidative damage in the body. Through in vitro studies, the amount of 8-OHdG production by methylparaben and Ultraviolet-A rays (UVA) exposure is analysed. In vitro analysis was conducted in physiological pH (7,4), with incubation time varied of 5 and 7 hours, temperature set to 37°C, with and without the exposure of UVA rays. The result was 8-OHdG formation peaked when 2'-deoxyguanosin was exposed to methylparaben and UVA rays for the longest period (7 hour). Meanwhile, through in vivo studies, known that rats exposed to methyl paraben will show an increase of 8-OHdG concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>