Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanwirotun Ni`mah
"Sampai saat ini diagnosis standar untuk Soil-transmitted Helminth (STH) termasuk A. lumbricoides dan N. americanus di Indonesia masih mengandalkan teknik mikroskopis Kato-katz. Metode ini memiliki sensitivitas yang kurang terutama jika infeksi rendah dan tidak dapat membedakan spesies cacing tambang. Untuk mencapai eliminasi STH, dibutuhkan metode yang lebih sensitif dan spesifik untuk menilai indikator prevalensi dan intensitas infeksi yaitu real time PCR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi dan intensitas infeksi A. lumbricoides dan N. americanus dari sampel tinja yang berasal Nangapanda menggunakan metode mikroskopis Kato-katz dan real time PCR. Sebanyak 212 sampel tinja diperoleh dari anak umur 5-14 tahun. Sampel tinja diperiksa dengan teknik Kato-katz sesuai prosedur WHO untuk melihat ada tidaknya telur A. lumbricoides dan N. americanus dan menghitung intensitas infeksi dalam per gram tinja. Deteksi DNA spesifik dari A. lumbricoides dan N. americanus menggunakan primer dan probe yang spesifik secara multiplex real time PCR. Penentuan prevalensi dan intensitas infeksi sampel menggunakan Kato-katz berdasarkan Eggs per Gram dan real time PCR berdasarkan nilai Ct. Prevalensi infeksi A. lumbricoides menggunakan Kato-katz adalah 12,7% dengan intensitas infeksi ringan (48,2%), sedang (44,4), dan berat (7,4%); sedangkan prevalensi cacing tambang 4,3%; dengan intensitas infeksi ringan. Prevalensi infeksi A. lumbricoides menggunakan real time PCR adalah 17,2% dengan intensitas infeksi yang ditentukan dengan persamaan y=4,4411-0,0334x dan diperoleh 97,1% intensitas ringan (Ct 24,3-36,6) dan 2,9% dengan intensitas sedang (Ct 22,05). Prevalensi infeksi N. americanus menggunakan real time PCR adalah 17,2% dengan intensitas infeksi belum dapat ditentukan. Real time PCR memiliki nilai sensitivitas 88,9%, spesifisitas 93,8%, nilai duga positif 68,6%, dan nilai duga negatif 98,2% dalam mendiagnosis A. lumbricoides; serta nilai sensitivitas 55,6%, spesifisitas 84,6%, nilai duga positif 14,3%, dan nilai duga negatif 97,6% dalam mendeteksi N. americanus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan real time PCR dalam diagnosis infeksi A. lumbricoides dan N. americanus menghasilkan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan Kato-katz.

A standard diagnosis of Soil-transmitted Helminth (STH), A. lumbricoides and N. americanus in Indonesia still relies on microscopic technique Kato-katz. This method has poor sensitivity in detecting low infection and it cannot be used to identify the species of hookworm. To achieve STH elimination, a sensitive and specific method, real time PCR is needed to assess the prevalence and intensity infection. The aim of this study was to determine the prevalence and intensity infection of A. lumbricoides and N. americanus from stool samples using the Kato-katz microscopic method and real time PCR. A total of 212 stool samples were collected from school children aged from 5-14 years old. Kato-katz method, WHO procedure, was used to detect for the presence of A. lumbricoides or N. americanus eggs. Real time PCR was carried out to detect specific DNA of A. lumbricoides and N. americanus. The prevalence and intensity infection using Kato-katz was based on Eggs per Gram while real time PCR was based on Ct values. The prevalence of A. lumbricoides infection using Kato-katz was 12.7% with the intensity of infection being mild (48.2%), moderate (44.4%), and severe (7.4%); while the prevalence of hookworm was 4.3% with mild infection intensity. The prevalence of A. lumbricoides infection using PCR was 17.2% with the intensity of A. lumbricoides​can be estimated by using the equation y=4.4411-0.0334x. There were 97.1% samples with low intensity (Ct 24.3-36.6) and 2.9% samples with moderate intensity (Ct 22.05). The prevalence of N. americanus using PCR was 17.2% with the intensity infection could not be estimated. Real time PCR had a sensitivity value of 88.9%, specificity 93.8%, positive predictive value 68.6%, and negative predictive value 98.2% in diagnosing A. lumbricoides; and a sensitivity value of 55.6%, a specificity of 84.6%, a positive predictive value of 14.3%, and a negative predictive value of 97.6% in detecting N. americanus. The results showed that the prevalence of A. lumbricoides and N. americanus detected by a multiplex real time PCR method is high compared to Kato-katz method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Roswenda
"Infeksi Necator amerikanus adalah salah satu infeksi yang paling prevalen di daerah tropis seperti Indonesia. Kota Ende di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki prevalen 20 -49.9%. infeksi cacing tambang sering di asosiasikan dengan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan pada anak serta anemia defisiensi besi dan hipoalbuminemia. Riset mengenai status nutrisi dan hubungannya dengan infeksi N. americanus masih minimal, terlebih di Indonesia. Sebuah studi oleh Sumanto et al. membahas tentang factor resiko dari infeksi N. americanus. Tujuan dari studi ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang korelasi infeksi N. americanus dan status nutrisi. Infeksi ditentukan dengan real-time PCR dari sampel sebesar 185 anak-anak Ende, Nusa Tenggara Timur. Status nutrisi partisipan ditentukan oleh indeks massa tubuh (IMT).
Data yang didapatakan dianalisa menggunakan SPSS 22 untuh mencari korelasi usia dan seks dengan infeksi serta infekse dengan IMT. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistic dan chi-square. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa korelasi sex dan infeksi tidak signifikan, serta infeksi dan IMT juga tidak signifikan. Namun, hasil signifikan didapatkan pada korelasi usia (dibagi menjadi 2 kategori: dibawah dan diatas 10 tahun) dengan infeksi N. americanus dengan infeksi yang lebih prevalen di subjek yang berusia diatas 10 tahun. Karena riset ini merupakan cross-sectional, hubungan sebab-akibat langsung dari infeksi N. americanus dan IMT tidak dapat ditentukan dan harus dilakukan riset lebih lanjut.

Necator americanus infection is one of the most prevalent hookworm infection affecting tropical regions such as Indonesia. East Nusa tenggara including Ende, has a prevalence of 20 to 49.9%. Hookworm infection is closely linked to malnutrition and impaired growth as well as iron deficiency anemia and hypoalbuminemia. The aim of this study is to explore the relationship between N. americanus infection and nutritional status. Infection was determined using real-time PCR from stool samples of 185 children in Ende, Nusa Tenggara Timur. Nutritional status was determined based on body mass index of participants.
The data were analyzed using SPSS 22 to find the relationship between age or sex and N.americanus infection and between infection and BMI. Logistic regressions and chi-square tests were used. The result showed there were no signnificant relationship between sex and infection, and between infection and BMI. However, children aged above 10 years old had significantly higher prevalence of N. americanus infection compared to younger children. Due to being a cross-sectional research, the direct cause and affect relationship of N.americanus infection and BMI cannot be determined and further research should be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Ratna Palupi
"Prevalensi A.lumbricoides dan T.trichiura tertinggi pada usia sekolah dasar dan menurun pada usia dewasa. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan prevalensi infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura terhadap usia dan jenis kelamin pada anak. Penelitian yang bertempat di SD Kalibaru (Jakarta Utara) dan MI Batu Ampar (Jakarta Timur) ini menggunakan desain cross-sectional berdasarkan data kuisioner dan pemeriksaan sampel tinja.
Metode Kato-Katz digunakan untuk memeriksa sampel tinja. Dari 182 responden, didapatkan prevalensi infeksi A.lumbricoides di Kalibaru dan Batu Ampar adalah 34,8% dan 6,8%. Lokasi Kalibaru merupakan faktor risiko infeksi A.lumbricoides {OR 7,289 (95% CI 2,144-24,775)}. Prevalensi infeksi T.trichiura di Kalibaru adalah 34,1%.
Secara statistik terdapat hubungan bermakna (p=0,000) antara infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura dengan lokasi penelitian. Di Kalibaru, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,656) dan T.trichiura (p=0,885) di Kalibaru. Secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,987) dan T.trichiura (p=0,523) di Kalibaru. Di Batu Ampar, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,57).
Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan infeksi A.lumbricoides (p=0,544) di Batu Ampar. Anak di Batu Ampar tidak mengalami infeksi T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin anak dengan infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura.

The highest prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection are at the age of Elementary School and will decrease at the age of adult. The aim of this research is to find out the correlation of the prevalence of A.lumbricoides and T.trichiura infection toward the age and the gender of Children. This research carried out at SD Kalibaru (North Jakarta) and MI Batu Ampar (East Jakarta). This research used cross sectional design based on the questionnaires data analyzing and fecal sample examining.
Kato-Katz method is used to examined the fecal sample. From 182 respondents, it was found that prevalence of A.lumbricoides infection in Kalibaru and Batu Ampar were 34.8% and 6.8%. The location of Kalibaru constitutes as risk factor of A.lumbricoides infection {OR 7.289 (95% CI 2.144-24.775)}. The prevalence of T.trichiura infection in Kalibaru were 34.1%.
Statistically, there was a significant correlation (p=0.000) between the A.lumbricoides and T.trichiura infection with the research location. In Kalibaru there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.656) and T.trichiura infection (p=0.885).
Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides (p=0.987) and T.trichiura infection (p=0.523). In Batu Ampar, statistically, there was no significant correlation between gender and A.lumbricoides (p=0.57) infection. Statistically, there was no significant correlation between age and A.lumbricoides infection (p=0.544). Children in Batu Ampar were not infected by T. Trichiuria. There was no significant correlation between the age of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection. There was no significant correlation between the gender of children and the A.lumbricoides and T.trichiura infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Rouli Alodia
"Infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) merupakan salah satu dari Neglected Tropical Disease (NTD) yang menginfeksi sekitar 1,5 miliar orang di dunia, termasuk wilayah Asia Tenggara. Spesies yang paling umum menginfeksi manusia adalah Ascaris lumbricoides. Anak usia pra-sekolah dan anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang rentan terinfeksi STH karena tinggal pada wilayah penyebaran STH. Infeksi STH, khususnya Ascaris lumbricoides, pada anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan kognitif serta obstruksi usus halus pada infeksi berat. Penyebaran infeksi Ascaris lumbricoides pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor kebiasaan higiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan higiene dengan kejadian infeksi Ascaris lumbricoides pada anak. Desain studi yang digunakan adalah kajian sistematis. Penelusuran artikel dilakukan pada empat database, yaitu PubMed, EMBASE, Scopus, dan ProQuest, kemudian artikel diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak lima artikel didapatkan dari hasil penelusuran. Dari kelima artikel tersebut, didapatkan bahwa kebiasaan mencuci tangan, penggunaan jamban, dan kebiasaan mencuci buah sebelum dikonsumsi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian infeksi Ascaris lumbricoides. Sebaliknya, kebiasaan mencuci sayur sebelum dikonsumsi dan memotong kuku tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian infeksi Ascaris lumbricoides pada anak.

Soil-Transmitted Helminth (STH) infection is one of the Neglected Tropical Diseases (NTDs) that affects around 1.5 billion people worldwide, including regions like Southeast Asia. The most common species infecting humans is Ascaris lumbricoides. Preschool-age and school-age children are particularly vulnerable to STH infection due to their living environments in areas where STH is prevalent. Infection of STH, especially Ascaris lumbricoides, can hinder physical and cognitive development and, in severe cases, cause obstruction of the small intestine. Various factors, such as hygiene practices, can influence the transmission of Ascaris lumbricoides infection in children. This study aims to explore the association between hygiene practices and the occurrence of Ascaris lumbricoides infection in children. A systematic review was carried out, and articles were searched in four databases: PubMed, EMBASE, Scopus, and ProQuest. Subsequently, the articles were selected based on specific criteria. Five articles were identified during the search. These articles revealed a significant association between handwashing habits, toilet usage, and washing fruits before consumption with the occurrence of Ascaris lumbricoides infection. On the other hand, there was no significant association found between washing vegetables before consumption and trimming nails and the occurrence of Ascaris lumbricoides infection in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Alsakina Qurotuain
"Nangapanda merupakan salah satu kecamatan di Flores, Indonesia yang memiliki prevalensi kecacingan usus sebesar 87,2 . Terdapat tiga jenis spesies cacing usus yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, serta cacing tambang. Infeksi cacing usus akan menimbulkan respon imun tipe 2, sehingga menghasilkan respon imun humoral berupa pembentukan Immunoglobulin E IgE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status infeksi kecacingan usus dengan kadar IgE Total dan IgE spesifik terhadap Ascaris lumbricoides pada penduduk Nangapanda. Status infeksi kecacingan usus ditentukan dengan menggunakan metode Kato Katz, dimana dilakukan pencarian terhadap telur cacing pada sampel tinja pasien secara mikroskopis. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran antibodi IgE total dan spesifik terhadap Ascaris dalam sampel plasma dengan menggunakan metode ELISA. Didapatkan peningkatan kadar antibodi IgE Total yang bermakna pada kelompok terinfeksi oleh setidaknya satu jenis cacing usus P

Nangapanda is one of the endemic areas in Indonesia with a very high STH prevalence 87,2 . Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworms are the most prevalent etiologies of helminth infection. When helminth infects the body, it will enhance the type 2 immune response which will lead to the production of humoral immunity such as Immunoglobulin E. This research aimed to identify the relationship between STH infection status with the Total IgE and Ascaris specific IgE levels. The STH infection status was determined by Kato Katz method to identify the presence of STH rsquo s eggs in the stool sample microscopically. In this research, the levels of total and specific IgE in the plasma samples were detected by ELISA. The levels of Total IgE was increased significantly in helminth infected group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonita Ariesti Putri
"Pengetahuan mengenai A. lumbricoides berperan penting dalam menanggulangi askariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan responden mengenai morfologi dan siklus hidupA. lumbricoides. Penelitian dilaksanakan di Jakarta dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Sampel penelitian merupakan Guru SD di Jakarta yang diambil dengan metode total populasi. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides. Jumlah total responden 67 orang dengan responden laki-laki 21 orang (31,3%) dan responden perempuan 46 orang (68,7%). Pada pengambilan data yang diperoleh sebelum penyuluhan, terlihat responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 4 orang (6%), cukup 7 orang (10,4%), dan kurang 56 orang (83,6%). Sesudah penyuluhan diperoleh data responden dengan pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 39 orang (58,2%), cukup 10 orang (14,9%), dan kurang 18 orang (26,9%). Pada uji marginal homogeneity didapatkan nilai p<0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil uji sebelum dan setelah penyuluhan. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam peningkatan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides.

The acknowledgement of A. lumbricoides plays important role inpreventing ascariasis. The main objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary school teachers’ knowledge in Jakarta about morphology and life cycle of A. lumbricoides. This research was held in Jakarta. The data was collected on October 12th 2011 by handing out questionnaires to the respondents. Total population sampling method was applied to pick out the samples. The questionnaires given consisted of questions about the morphology and life cycle of A. lumbricoides. There are 67 respondents in total with 21 male respondents (31,3%) and 46 female respondents (68,7%). Before the health promotion was given, there were 4 good-knowledge respondents (6%), 7 fair-knowledge respondents (10,4%), and 56 poor-knowledge respondents (83,6%). After the health promotion was given there were 39 good-knowledge respodents (58,2%), 10 fair-knowledge respondents (14,9%), and 18 poor-knowledge respondents (26,9%). By using marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,001) between the elementary school teachers’ knowledge before and after the health promotion was given. In conclusion, the health promotion is effective to improve knowledge about morphology and life cycle of A. Lumbricoides on elementary school teachers in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suriptiastuti
"Prevalensi STH pada anak di Jakarta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan dilakukan pengobatan masal dan penyuluhan kesehatan. Beberapa obat telah dicoba untuk pengobatan masal, namun prevalensi STH masih tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar kemungkinan kontribusi anak Sekolah Dasar dalam transmisi A. lumbricoides setelah pemberian antelmintik. Telah diperiksa 861 tinja anak dari 3 SD Kalibaru, Jakarta Utara dengan Cara Kato Katz. Sebanyak 636 anak yang terinfeksi A.lumbricoides dibagi secara acak menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri dari 318 anak, kelompok I diobati albendazol dan kelompok II diobati pirantel pamoat. Tinja anak yang tidak sembuh setelah pengobatan diblak dalam larutan kalium bikromat 2%, untuk melihat pertumbuhan telur menjadi bentuk Infektif. Prevalensi askarlasis ditemukan di Sekolah Dasar ini adalah 66,36%-78,74%, dengan Intensitas Infeksi sangat ringan (RTPG 4495 sampai 5959). Setelah pengobatan prevalensi askariasis pada kelompok I menjadi 3,59% dan pada kelompok II menjadi 6,02%. Terdapat penurunan jumlah telur dibuahi dan tidak dibuahi sesudah pengobatan albendazol maupun pirantel pamoat. Perbandingan jumlah telur dibuahi dan tidak dibuahi sesudah pengobatan dengan albendazol menjadi besar sedangkan dengan pirantel pamoat menjadi kecil. Pada pengamatan biakan telur ternyata pada kelompok yang diobati albendazol belum ditemukan telur yang berubah menjadi bentuk infektif sampai hari ke 26. Sedangkan pada kelompok pirantel pamoat, bentuk infektif telah ditemukan pada hari ke 19 (15,25%). Kesimpulan kontribusi anak yang belum sembuh dengan pirantel pamoat adalah 15,25% dari jumlah telur yang dikeluarkan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wahyu Wardhana
"Latar Belakang: Warga Desa Panimbangjaya sulit mendapat air bersih dan memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan yang merupakan faktor risiko transmisi soil-transmitted helminth (STH). STH dapat menyebabkan anemia, namun hubungan STH dan anemia belum diketahui di Desa Panimbangjaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi STH serta hubungannya dengan anemia pada anak SD.
Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di SDN 01 dan SDN 03 Panimbangjaya, Pandeglang pada bulan Juli–Agustus 2018. Sampel feses dikumpulkan menggunakan pot feses yang dibagikan dan diperiksa dengan metode Kato-Katz. Sampel darah diambil dari darah vena 0,5–3 mL, kemudian diproses dengan hematology analyzer Sysmex untuk mendapatkan nilai Hb. Subyek positif STH diberi albendazol 400 mg tiga hari berturut-turut.
Hasil: Subyek penelitian berjumlah 150 anak, terdiri atas 68 laki-laki dan 82 perempuan yang berasal dari kelas 1–2 (28 anak), 3–4 (54 anak), dan 5–6 (68 anak). Prevalensi infeksi STH adalah 81,3%: A. lumbricoides 58,7%, T. trichiura 48%, dan infeksi campur 25,3%. Intensitas infeksi A. lumbricoides umumnya ringan dan T. trichiura seluruhnya ringan. Prevalensi anemia adalah 16,7%.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara anemia dan intensitas infeksi STH (uji chi-square, p>0,05). Perlu dilakukan pemberian obat pencegahan massal setiap enam bulan karena prevalensi STH > 50% serta suplementasi tablet tambah darah untuk anak yang anemia.

Introduction: The inhabitants of Panimbangjaya Village have difficulty getting clean water and still practices open defecation, which is a risk factor for the transmission of soil-transmitted helminth (STH). STH can cause anemia, however, in Panimbangjaya Village, the relation between STH and anemia were unknown. This study aimed to determine the prevalence and infection intensity of STH and its relation with anemia in elementary school children.
Methods: This cross-sectional study was conducted at SDN 01 and SDN 03 Panimbangjaya, Pandeglang in July–August 2018. Stool samples were collected using feces pots and examined using the Kato-Katz method. Blood samples were taken from 0.5–3 mL venous blood and then processed with a Sysmex hematology analyzer to obtain Hb values. STH positive subjects were given albendazole 400mg for three consecutive days.
Results: Subjects were 150 children, consisted of 68 boys and 82 girls from grades 1–2 (28 children), 3–4 (54 children), and 5–6 (68 children). The prevalence of STH infection was 81.3%: A. lumbricoides 58,7%, T. trichiura 48%, and mixed infections 25.3%. The infection intensity of A. lumbricoides was generally mild and T. trichiura was entirely mild. The prevalence of anemia was 16.7%.
Conclusion: There was no relationship (chi-square test, p> 0.05) between STH infection intensity and anemia. Mass drug administration needs to be done biannually because the prevalence of STH is > 50%. Iron and folic acid supplementation need to be given to anemic children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celestina Apsari H.
"Askariasis memiliki angka prevalensi yang masih tinggi di Indonesia terutama pada anak yang tinggal di daerah padat penghuni. Pengetahuan akan A. lumbricoides merupakan kunci pencegahan askariasis. Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan mengenai A. lumbricoides. Penelitian experimental (pre-post study)dilakukan di panti asuhan X di Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data diambil pada tanggal 10 Juni 2012dengan mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan.Semua anak yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian (total population). Kuesioner berisi pertanyaan tentang siklus hidup A.lumbricoides.Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil penelitian menunjukkan 59 (41.5%) responden adalah laki-laki dan 83 responden (58.5%) perempuan; terdiri dari 78 murid(54.9%) SD, 55 murid (38.7%) SMP, dan 9murid (6.4%) SMA. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan baik, sedang, dan kurang adalah 1 responden (0.7%), 11 responden (7.7%), dan 130 responden (91.6%). Setelah penyuluhan, jumlah responden dengan pengetahuan baik dan sedang meningkat menjadi 8 responden (5.6%) dan 50 responden (35.2%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang menurun menjadi 84 responden (59.2%). Uji marginal homogeneitymemberikan p<0.001, berarti ada perbedaan bermakna dalam hasil sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahun responden mengenai A. lumbricoides.

The prevalence of ascariasis in Indonesia remains high, especially in children who live in crowded area. Knowledge on A. lumbricoides is the key in preventing ascariasis. The purpose of this research is to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge on the life cycle of A. lumbricoides among the orphans. This experimental study (pre-post study) was conducted at orphanage in Lubang Buaya Village, East Jakarta. The data was taken on June, 12th 2012 by handing out questionnaires about the life cycle of A.lumbricoides to the subjects before and after health education. All orphans who gathered were becoming the research subjects. Data was processed using SPSS 11.5 and tested with marginal homogeneity.
The results show the numbers male subjects and female subjects are 59 (41.5%) and 83 (58.5%), 78 primary school (54.9%), 55 junior highschool (38.7%), and 9 senior highschool students(6.4%). Before health education, the numbers of respondents with good, fair, and poor knowledge level of A. lumbricoides were 1 (0.7%), 11 (7.7%), 130 subjects (91.6%). After education, the number of subjects with good and fair knowledge increased to 8 (5.6%) and 50 subjects (35.2%), while poor knowledge decreased to 84 (59.2%). Marginal homogeneity test showed a significant difference (p<0.001) between the orphans? knowledge before and after health education. In conclusion, health education is effective to increase knowledge of A. lumbricoides in orphans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana
"Salah satu strategi eliminasi infeksi Soil transmitted Helminth (STH) adalah pemberian antelmintik seperti albendazol secara massal. Tetapi penggunaan antelmintik secara luas dalam jangka waktu lama dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya terjadi penurunan efikasi obat. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan penurunan efikasinya adalah single nucleotide polymorphism (SNP) kodon 200 gen beta tubulin cacing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui susunan basa kodon 200 pada A. lumbricoides dan T. trichiura yang bisa menyebabkan adanya perbedaan efikasi albendazol. DNA dari telur dan jaringan cacing diisolasi, diamplifikasi dengan PCR kemudian dilakukan proses sekuensing. Setelah itu pada hasil sekuensing dilakukan alignment dengan sekuens referensi untuk mengetahui susunan basa pada kodon 200 gen beta tubulin. Hasilnya pada dua cacing A. lumbricoides dan satu cacing T. trichiura didapatkan susunan basa TTC pada kodon 200.

One of the Soil transmitted Helminth (STH) infection elimination strategy is mass administration of anthelmintic such as albendazol. But the anthelmintic widespread use in a long term can cause decrease in efficacy. One of the factor that can cause decrease in efficacy is single nucleotide polymorphism (SNP) codon 200 beta tubulin gene of the worm.
This study aimed to determine codon 200 in A. lumbricoides and T. trichiura that can cause a difference in albendazol efficacy. DNA from worm eggs and tissue were isolated, amplificated by PCR and sequenced. Sequencing result were also aligned with the reference sequence to get the bases in codon 200 beta tubulin gene. The bases on codon 200 beta tubulin gene from two A. lumbricoides and one T. trichiura is TTC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>