Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fadli Putera
"Tujuan: Kanker serviks merupakan keganasan wanita yang paling umum dan merupakan masalah kesehatan utama di Asia, khususnya Indonesia. Di Indonesia, kanker serviks sering terdeteksi pada stadium lanjut. Kemoradiasi merupakan terapi utama pada kasus kanker serviks stadium lanjut. Meskipun terapi yang diberikan memadai, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut hanya sekitar 40-70%. Lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh HPV dengan subtipe paling umum HPV 16 dan HPV 18. Infeksi dengan subtipe HPV risiko tinggi ini memperkuat kemampuan onkoprotein HPV E6 dalam menyebabkan karsinogenesis. Ekspresi onkoprotein HPV E6 yang tinggi, menyebabkan resistensi terhadap terapi, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan. Belum pernah ada penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai hubungan ekspresi onkoprotein HPV E6 dengan respon radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kadar ekspresi onkoprotein HPV E6 dengan respon radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang menjalani radiasi dan menghubungkannya dengan parameter prognostik. Metode: Kadar HPV E6 dievaluasi secara imunohistokimia dari spesimen blok parafin pra-radiasi menggunakan antibodi HPV 16 & HPV 18 E6. Respon radiasi akan dievaluasi menggunakan kriteria RECIST 1.1 minimal 2 bulan setelah penyinaran. Korelasi antara tingkat HPV dan respon radiasi akan dianalisis dengan SPSS versi 22. Hasil: Karakteristik dari 29 subjek penelitian menunjukkan sebagian besar berada pada stadium IIIC (48%), diikuti stadium IB3-IIB (28%), stadium IIIA-IIIB (14%), stadium IVA (10%). Hanya 28% subjek yang menerima kemoradiasi dan sisanya (72%) hanya menerima radiasi. Evaluasi berdasarkan RECIST 1.1 untuk respon radiasi menunjukkan bahwa 62% memiliki respon komplit, 27% respon parsial dan 11% memiliki penyakit yang stabil atau progresif. Pasien dengan kadar HPV E6 yang sedang (p=0.001) dan lemah (p=0.046), memiliki respon radiasi yang baik dibandingkan dengan kadar HPV E6 yang kuat. Kesimpulan: Kadar HPV E6 yang lemah, memiliki respon radiasi yang baik dibanding kadar HPV E6 kuat.

Objective: Cervical cancer is the most common female malignancy and is a major health problem in Asia, especially Indonesia. In Indonesia, cervical cancer is often detected at an advanced stage. Chemoradiation is the main therapy in cases of advanced cervical cancer. Despite adequate therapy, the 5-year survival rate in patients with advanced cervical cancer is only about 40-70%. High expression of HPV E6 oncoprotein, causes resistance to therapy, thus leading to treatment failure. There has never been a previous study in Indonesia regarding the relationship between HPV E6 oncoprotein expression and response. The purpose this study to explore the relationship between HPV E6 oncoprotein expression levels with radiation response in cervical cancer locally advance who underwent radiation, correlate it with prognostic parameters. Methods: HPV E6 levels were evaluated immunohistochemically from paraffin block specimens using HPV 16 & HPV 18 E6 antibodies. Radiation response will be evaluated using RECIST 1.1 criteria at least 2 months after irradiation. The correlation between HPV level and radiation response will be analyzed with SPSS version 22. Results: The characteristics of 29 subjects showed that most of them were in stage IIIC (48%), followed by stage IB3-IIB (28%), stage IIIA-IIIB (14%), stage IVA (10%). Only 28% of the subjects received chemoradiation and the rest (72%) received radiation only. Evaluation by RECIST 1.1 for radiation response showed that 62% had a complete response, 27% had a partial response and 11% had stable or progressive disease. Patients with moderate (p=0.001) and weak HPV E6 levels (p=0.046), had a good radiation response compared to those with strong HPV E6 levels. Conclusion: Compared to strong HPV E6 level, weak HPV E6 levels have a better radiation response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Adi Nugroho
"Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil Treg (ditunjukkan oleh Foxp3), CD4, dan CD8 pada kanker serviks stadium lanjut lokal dan dampaknya terhadap progresivitas tumor dan respons radiasi.
Metode. Setelah disetujui oleh komite penelitian, kami mengumpulkan data pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang menjalani radioterapi, di RSCM, Jakarta, pada Januari 2018 – Desember 2020. Subjek penelitian harus memiliki pencitraan pra dan paska radiasi dan spesimen blok parafin untuk memenuhi syarat dalam penelitian ini. Profil Foxp, CD4, dan CD8, akan dianalisis dengan imunohistokimia dengan penghitungan jumlah sel. Respons radiasi akan dianalisa dengan kriteria RECIST 1.1. Semua informasi klinis pasien yang diperlukan akan dikumpulkan dari rekam medis elektronik.
Hasil. Kami menemukan bahwa sebagian besar pasien memiliki karsinoma sel skuamosa (93%), stadium IIIC (48%), dan menjalani radiasi saja (72%). Evaluasi RECIST menunjukkan 62% pasien memiliki respons lengkap, 28% respons parsial, dan 10% respons buruk (penyakit stabil dan progresif). Kami dapatkan median jumlah sel CD4 =29 (7 – 154), CD8 = 30 (6 – 227), dan Foxp3 = 36 (2 – 156). Tidak ada hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan volume tumor, dengan p = 0.858; p = 0.975, dan p = 0.723 masing masing. Tidak ada hubungan bermakna dengan dimensi terbesar tumor dengan p = 0.481, p = 0.480, dan p = 0.792 masing masing. Tidak ada pula hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan respons radiasi dengan p = 0.964, p = 0.296, dan p = 0.787 masing masing. Namun kami mendapatkan korelasi positif yang kuat dan bermakna pada jumlah sel tumor pada stroma, CD 4 - CD8 (r = 0.580, p=0.001); CD4 - Foxp3 (r = 0.699, p < 0.001), dan CD8 - Foxp3 (r = 0.652, p < 0.001).
Kesimpulan. Sebagian besar pasien kanker stadium lanjut lokal yang menjalani radiasi memiliki respons lengkap. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan volume tumor, dimensi terbesar tumor, dan respons radiasi. Terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar sel imun (CD4-CD8, CD4-Foxp3, dan CD8-Foxp3) pada lingkungan stroma.

Aims: This study aims to determine profile of Treg (shown by Foxp3), CD4, and CD8 in locally advanced cervical cancer and the impact to tumor progressivity and radiation response.
Method. After been approved by the institution research committee, we collect data of locally advanced of cervical cancer patients who underwent radiotherapy, at RSCM, Jakarta, in January 2018 – December 2020. Studies subjects must have pre and post irradiation imaging and paraffin block specimen to be eligible in this study. Profile of Foxp, CD4, and CD8, will be analyzed by immunohistochemistry, by counting the number of cells, and radiation response will be analyzed by RECIST 1.1 criteria. All necessary patient’s clinical information will be collected from electronic medical record.
Result. We found that most of the patients had squamous cell carcinoma (93%), stage IIIC (48%), and underwent radiation alone (72%). RECIST evaluation showed 62% of patients had a complete response, 28% a partial response, and 10% had a poor response (stable and progressive disease). We found median CD4 cell counts = 29 (7 – 154), CD8 = 30 (6 – 227), and Foxp3 = 36 (2 – 156). There was no significant relationship between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with tumor volume, with p = 0.858; p = 0.975, and p = 0.723 respectively. There was no significant relationship with the dimensions of the largest tumor with p = 0.481, p = 0.480, and p = 0.792, respectively. There was no significant relationship between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with radiation response with p = 0.964, p = 0.296, and p = 0.787, respectively. However, we found a strong and significant positive correlation in the number of tumor cells in the stroma, CD4 - CD8 (r = 0.580, p = 0.001); CD4 - Foxp3 (r = 0.699, p < 0.001), and CD8 - Foxp3 (r = 0.652, p < 0.001).
Conclusion. Most locally advanced cancer patients who undergo radiation have a complete response. There are no significant relationships between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with tumor volume, largest tumor dimensions, and radiation response. There is a strong and significant correlation between immune cells (CD4-CD8, CD4-Foxp3, and CD8-Foxp3) in the stromal environment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mardhatillah Syafitri
"Kanker serviks merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dengan angka kasus baru, morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi kesintasan lima tahun pasca radioterapi pasien KSS serviks stadium IIB-IIIB dan hubungannya dengan infeksi HPV serta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort. Populasi terjangkau adalah pasien karsinoma serviks stadium IIB dan IIIB dengan hasil biopsi serviks KSS yang telah menjalani radioterapi di RSCM dan dilakukan pemeriksan DNA HPV pre dan pasca radiasi pada penelitian terdahulu. Analisis statistik digunakan dengan uji prognostik Kaplan Meier. Dari 31 sampel penelitian pendahuluan, hanya 27 subjek yang dapat didata. Angka kesintasan lima tahun adalah sebesar 35,5%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kesintasan dengan infeksi HPV, infeksi HPV yang menetap, lama radiasi, LVSI, stadium, diferensiasi, ukuran tumor dengan masing-masing nilai p 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, dan 0,139. Terdapat hubungan yang bermakna antara respon radiasi dengan kesintasan, dengan median time survival 2 tahun (p 0,016).

Cervical cancer is the third most common cancer in the world with high number of new cases, morbidity and mortality rates. The objective of this research is to know the proportion of five year survival rate after radiation of cervical cancer stage IIB-IIIB patient and its relationship with HPV infection and other influencing factors. This research method was cohort study. Research population was patients with biopsy result squamous cell carcinoma stage IIB-IIIB who underwent radiation therapy and have been examined for HPV DNA before and after radiation on previous study. Overall survival was assessed and the relationship between prognosis with HPV infection and other factors was calculated. Statistical analysis was calculated using Kaplan Meier to determine prognostic factors of cervical cancer, as well as the median survival rate. From 31 samples on previous study, only 27 patients has been documented. The five year overall survival rate was 35,5%. There were no statistically significant relationship between cervical cancer survival rate with HPV infection, HPV persistence after radiation, duration of radiation, LVSI, staging, grading, tumor size with p result 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, and 0,139 respectively. There was significant relationship between radiation response and survival rate with median 2-year survival (p 0,016)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Taufika Yuhedi
"Latar Belakang : Kanker serviks stadium awal dapat ditatalaksana dengan baik, namun pada stadium lanjut lokal memiliki prognosis yang buruk. Terapi standar yang tersedia masih kurang optimal dan memiliki efek samping yang mengganggu. Pada keadaan tertentu tumor dapat mengalami metastases atau progresif, salah satunya karena adanya ikatan PD-L1 dengan sel limfosit T sehingga kanker serviks terhindar dari respon imun. Pemberian anti PD-L1 menjadi bagian yang penting dalam pengobatan imunoterapi kanker. Di Indonesia belum tersedia data empirik profil karakteristik yang berkaitan dengan ekspresi PD-L1 serta respon tumor terhadap radiasi pada kanker serviks. Metode: Penelitian ini memeriksa ekspresi PD-L1 intratumoral pada jaringan biopsi karsinoma sel skuamosa serviks pre dan paska radiasi eksterna dengan menggunakan metode ELISA dan IHK, pemeriksaan IHK menggunakan antibodi clone 28-8 dari Abcam. Pemeriksaan CT scan evaluasi sebelum radiasi dan 2 bulan setelah radiasi dipakai sebagai alat untuk menilai respon terapi radiasi. Hasil : Dari 31 pasien yang ikut serta, terdapat 29 pasien yang telah dilakukan pemeriksaan ekspresi PD-L1 sebelum dan sesudah radiasi, selanjutnya hanya 22 pasien yang telah menjalani CT scan evaluasi. Ekspresi PD-L1 ELISA paska radiasi eksterna berbeda bermakna pada tumor berukuran ≥5cm (p=0,015) dan ekspresi PD-L1 IHK berbeda bermakna pada sel tumor berkeratin (p=0,023), pada pasien dengan grade IHK yang difus (+3) resiko relatif untuk respon komplit 0,5 kali dibandingkan dengan grade IHK yang  tidak difus. Uji korelasi perbedaan selisih ekspresi (delta) dan rasio PD-L1 ELISA menunjukkan tidak ada korelasi (R2= 0,217) dan (R2= 0,194) terhadap respons, begitu juga hasil pada hasil pemeriksaan ekspresi PD-L1 IHK tidak ada perbedaan bermakna pada kategori kenaikan, tetap dan penurunan, tetapi ketika kategori dirubah menjadi penurunan dan tidak ada penurunan didapatkan nilai p yang lebih baik (p=0,161 vs p=.0,613).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi PD-L1 pre dan paska radiasi terhadap respon, akan tetapi terdapat tren penurunan kadar PD-L1 IHK berkaitan dengan respon terapi.

Correlation of Intratumoral PD-L1 Expression Before and After External Radiation to The Radiation Response in Locally Advanced Cervical Cancer.
Background: Early-stage cervical cancer can be managed properly, but at a locally advanced stage it has a poor prognosis. The standard therapy available is still suboptimal and has disturbing side effects. In certain circumstances, tumors can undergo metastases or progressives, one of which is due to the binding of PD-L1 with T lymphocyte cells so that cervical cancer is protected from the immune response. In Indonesia, there is no available empirical data on the characteristic profiles related to PD-L1 expression and tumor response to radiation in cervical cancer.
Method: This study examined intratumoral PD-L1 expression in biopsy tissue of squamous cell carcinoma of cervical cells pre and post external radiation using ELISA and IHC methods, IHC examination using antibody clone 28-8 from Abcam. CT scan evaluation before radiation and 2 months after radiation are used as a tool to assess the response of radiation therapy.
Results: Of the 31 patients who participated, there were 29 patients who had examined the expression of PD-L1 before and after radiation, then only 22 patients who had undergone a CT scan evaluation. Expression of PD-L1 ELISA after external radiation was significantly different in tumors of ≥5cm (p=0.015) and expression of PD-L1 IHC was significantly different in keratinous tumor cells (p = 0.023), in patients with diffuse IHC grade (+3) relative risk to complete response of 0.5 times compared to the grade of IHC which is not diffuse. Correlation test difference in expression difference (delta) and PD-L1 ELISA ratio showed no correlation (R2=0.217) and (R2=0,194) to the response, as well as results on the examination results of PD-L1 IHC expression there was no significant difference in the increased category, constant and decrease, but when the category is changed to decrease and there is no decrease, a better p-value is obtained (p=0.161 vs p=0.613).
Conclusion: There was no significant difference between the expression of PD-L1 pre and post-radiation to the response, but there was a trend of decreasing PD-L1 IHC levels concerning therapeutic response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Taufika Yuhedi
"Latar Belakang: Kanker serviks stadium awal dapat ditatalaksana dengan baik, namun pada stadium lanjut lokal memiliki prognosis yang buruk. Terapi standar yang tersedia masih kurang optimal dan memiliki efek samping yang mengganggu. Pada keadaan tertentu tumor dapat mengalami metastases atau progresif, salah satunya karena adanya ikatan PD-L1 dengan sel limfosit T sehingga kanker serviks terhindar dari respon imun. Pemberian anti PD-L1 menjadi bagian yang penting dalam pengobatan imunoterapi kanker. Di Indonesia belum tersedia data empirik profil karakteristik yang berkaitan dengan ekspresi PD-L1 serta respon tumor terhadap radiasi pada kanker serviks.
Metode: Penelitian ini memeriksa ekspresi PD-L1 intratumoral pada jaringan biopsi karsinoma sel skuamosa serviks pre dan paska radiasi eksterna dengan menggunakan metode ELISA dan IHK, pemeriksaan IHK menggunakan antibodi clone 28-8 dari Abcam. Pemeriksaan CT scan evaluasi sebelum radiasi dan 2 bulan setelah radiasi dipakai sebagai alat untuk menilai respon terapi radiasi.
Hasil: Dari 31 pasien yang ikut serta, terdapat 29 pasien yang telah dilakukan pemeriksaan ekspresi PD-L1 sebelum dan sesudah radiasi, selanjutnya hanya 22 pasien yang telah menjalani CT scan evaluasi. Ekspresi PD-L1 ELISA paska radiasi eksterna berbeda bermakna pada tumor berukuran ≥5cm (p=0,015) dan ekspresi PD-L1 IHK berbeda bermakna pada sel tumor berkeratin (p=0,023), pada pasien dengan grade IHK yang difus (+3) resiko relatif untuk respon komplit 0,5 kali dibandingkan dengan grade IHK yang  tidak difus.Uji korelasi perbedaan selisih ekspresi (delta) dan rasio PD-L1 ELISA menunjukkan tidak ada korelasi (R2 = 0,217) dan (R2 = 0,194) terhadap respons, begitu juga hasil pada hasil pemeriksaan ekspresi PD-L1 IHK tidak ada perbedaan bermakna pada kategori kenaikan, tetap dan penurunan, tetapi ketika kategori dirubah menjadi penurunan dan tidak ada penurunan didapatkan nilai p yang lebih baik (p=0,161 vs p=.0,613)
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi PD-L1 pre dan paska radiasi terhadap respon, akan tetapi terdapat tren penurunan kadar PD-L1 IHK berkaitan dengan respon terapi.

Background: Early-stage cervical cancer can be managed properly, but at a locally advanced stage it has a poor prognosis. The standard therapy available is still suboptimal and has disturbing side effects. In certain circumstances, tumors can undergo metastases or progressives, one of which is due to the binding of PD-L1 with T lymphocyte cells so that cervical cancer is protected from the immune response. In Indonesia, there is no available empirical data on the characteristic profiles related to PD-L1 expression and tumor response to radiation in cervical cancer.
Method: This study examined intratumoral PD-L1 expression in biopsy tissue of squamous cell carcinoma of cervical cells pre and post external radiation using ELISA and IHC methods, IHC examination using antibody clone 28-8 from Abcam. CT scan evaluation before radiation and 2 months after radiation are used as a tool to assess the response of radiation therapy.
Results: Of the 31 patients who participated, there were 29 patients who had examined the expression of PD-L1 before and after radiation, then only 22 patients who had undergone a CT scan evaluation. Expression of PD-L1 ELISA after external radiation was significantly different in tumors of ≥5cm (p=0.015) and expression of PD-L1 IHC was significantly different in keratinous tumor cells (p = 0.023), in patients with diffuse IHC grade (+3) relative risk to complete response of 0.5 times compared to the grade of IHC which is not diffuse. Correlation test difference in expression difference (delta) and PD-L1 ELISA ratio showed no correlation (R2 =0.217) and (R2=0,194) to the response, as well as results on the examination results of PD-L1 IHC expression there was no significant difference in the increased category, constant and decrease, but when the category is changed to decrease and there is no decrease, a better p-value is obtained (p=0.161 vs p=0.613)
Conclusion: There was no significant difference between the expression of PD-L1 pre and post-radiation to the response, but there was a trend of decreasing PD-L1 IHC levels concerning therapeutic response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Mikhael
"Latar belakan: Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua dan tingkat kematian terbesar ketiga di Indonesia. Sebagian besar pasien datang dengan stadium lanjut (IIB-IIIB), sehingga terapi pilihan untuk pasien adalah radioterapi atau kemoradiasi. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa terdapat perbedaan respon tumor antara pasien yang dilakukan radiasi di pagi hari dibandingkan sore hari. Terlepas dari hal tersebut, kualitas dan kuantitas tidur dihubungkan dengan peningkatan faktor karsinogenik yang dapat menyebabkan imunosupresi. Penelitian juga menunjukkan bahwa gangguan tidur merupakan faktor prognostik independen dalam memengaruhi overall survival pasien kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas dan kuantitas tidur terhadap respon klinis pada pasien kanker serviks stadium lokal lanjut yang menjalani radioterapi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada pasien kanker serviks stadium IIB – IIIB yang telah menjalani radioterapi di IPTOR RSCM. Data pola dan kebiasaan tidur didapatkan dari wawancara yang telah dilakukan kepada pasien kanker serviks dari penelitian terdahulu oleh Ramli dkk., berupa durasi, kualitas, dan jam mulai tidur malam, serta frekuensi, durasi, kualitas, dan jam mulai tidur siang. Data hasil terapi didapatkan dari pencatatan hasil pemeriksaan fisik di rekam medik.
Hasil : Rerata usia dari 43 sampel adalah 50 tahun dengan jenis karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin diferensiasi sedang. Pada analisis regresi logistik univariat, didapatkan adanya hubungan antara jam mulai tidur malam dengan respon klinis (p=0.032), dengan pengaruh yang cukup kuat (OR: 3,13, 95%CI; 1,10-8,88). Pada analisis multivariat, variabel jam mulai tidur malam masih memberikan signifikansi 0,032, dengan pengaruh terhadap respon yang cukup kuat (OR: 3,14,95%CI; 1,10-8,94), dimana jam mulai tidur yang lebih malam akan meningkatkan kemungkinan terjadinya respon tidakkomplit pada pasien.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur dan respon klinis pada pasien kanker serviks stadium lokal lanjut yang menjalani radioterapi. Terdapat hubungan antara jam mulai tidur dan respon klinis pada pasien kanker serviks stadium lokal lanjut yang menjalani radioterapi. Semakin telat pasien tidur akan meningkatkan kemungkinan respon klinis yang lebih buruk. Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain, dapat diketahui bahwa jam mulai tidur pasien mempengaruhi secara independen terhadap respon klinis pada pasien kanker serviks stadium lokal lanjut yang menjalani radioterapi

Background: Cervical cancer is the second most common cancer and the third largest cause of mortality due to cancer in Indonesia. Definitive chemoradiotherapy is the main modality in treating locally advanced cervical cancer patient. Previous studies have shown that there is a difference in tumour response between patients who received radiation in the morning compared to the afternoon. It is known that the quality and quantity of sleep is associated with an increase in carcinogenic factors, and may cause immunosuppression. Research also shows that sleep disturbance is an independent prognostic factor in influencing overall survival. The aim of this study is to determine the relationship between sleep quality and quantity on clinical response in locally advanced cervical cancer patients undergoing radiotherapy.
Methods: This is a cross-sectional study in cervical cancer patients treated with definitive chemoradiotherapy in Radiotherapy Department, Ciptomangunkusumo Hospital. Quality and quantity of sleep data was extracted from previous interview done with study subjects by Ramli et al, which include the duration, quality, and night bedtime schedule, and also the frequency, duration, quality, and nap time. Clinical response was assessed by physical examination by the end of radiotherapy treatment.
Results: Mean age of 43 patients were 50 years with non-keratinizing, moderate differentiation squamous cell carcinoma. From univariate logistic regression, there was an association between bedtime schedule and clinical response (p=0.032) with a good strength (OR: 3.13; 95% CI: 1.1-8.88). Multivariate analysis also showed that with a late bedtime schedule, there was a higher chance of incomplete clinical response in patients (p=0.035, OR: 3.14; 95% CI: 1.1-8.94)
Conclusion: There was no relationship between quality of sleep and clinical response for locally advanced cervical cancer who underwent radiotherapy. Meanwhile, bedtime yield a significant association with cervical cancer clinical response. After further adjustment with other factors, bedtime was an independent factor for locally advanced cervical cancer clinical response. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ivolay Walasi Margret Dachi
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker terbanyak ketiga diderita oleh perempuan dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Tatalaksana kanker serviks stadium lanjut dengan radiasi baik itu radiasi saja maupun kemoradiasi. Overall survival (OS)dan disease free survival (DFS) pada kanker serviks stadium lanjut dengan histologi karsinoma sel skuamosa (KSS) dan adenokarsinoma (AK) berbeda pada beberapa penelitian. Begitu juga dengan terjadinya kekambuhan
Tujuan: (1) Mengetahui OS pada jenis histologi KSS dan AK kanker serviks stadium lanjut (2) Mengetahui DFS kanker serviks stadium lanjut
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien kanker serviks stadium IIB hingga IVA dengan histologi KSS dan AK pada tahun 2008 hingga 2013. Pengamatan dilakukan saat subjek pertama kali didiagnosis kanker ovarium hingga terjadi peristiwa hidup, meninggal, atau hilang dari pengamatan dalam waktu 120 bulan.
Hasil: Dari 518 pasien yang memenuhi kriteria, 426 pasien dengan jenis histologi KSS, 92 pasien dengan jenis AK. Hasil dari uji log rank p value=0,07 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna OS KSS dan AK dengan probabilitas kumulatif 42% pada bulan ke 120 Uji chi square didapati perbedaan bermakna p=0,042 terjadinya relaps pada AK dan KSS sbesar 26,1% dan 16,4%.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna antara karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma secara overall survival pada kanker serviks stadium lanjut dan terdapat perbedaan bermakna disease free survival pada kedua jenis histologi tersebut.

Background: Cervical cancer is the third most common cancer among women with high morbidity and mortality. Management of advanced stage cervical cancer with radiation be it radiation alone or chemoradiation. Overall survival (OS) and disease free survival (DFS) in advanced cervical cancer with histology of squamous cell carcinoma (KSS) and adenocarcinoma (AK) differ in several studies. Likewise with recurrence Objectives: (1) Knowing OS in the type of histology of SCC and AK in advanced cervical cancer (2) Knowing DFS in advanced cervical cancer
Method: This study used a retrospective cohort using data from medical records of stage IIB to IVA cervical cancer patients with histology of SCC and AK in 2008 to 2013. Observations were made when the subject was first diagnosed with ovarian cancer until a life event, death, or disappear from observation in time 120 months
Results: Of the 518 patients who met the criteria, 426 patients with type of KSS histology, 92 patients with type AK. The results of the log rank test p value = 0.07 showed no significant difference in OS KSS and AK with a cumulative probability of 42% in the 120th month 16.4%.
Conclusion: There was no significant difference OS between SCC and AC in advanced stage of cervical cancer and there were significant differences in disease free survival in the two types of histology"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Andrianto
"Tujuan: PD-L1 merupakan protein yang berperan dalam pengaturan respon imun terhadap tumor. Peningkatan ekspresi PD-L1 mengakibatkan antigen atau sel kanker dapat terhindar dari sistem imun. Hubungan ekspresi PD-L1 dengan penggunaan imunoterapi dan radioterapi secara bersamaan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, saat ini masih belum diketahui hubungan antara ekspresi tersebut dengan toksisitas akut radiasi. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara ekspresi PD-L1 dengan toksisitas akut selama radiasi dan 2 bulan paska radiasi. Metoda: 30 pasien kanker serviks lanjut local yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen radioterapi RSCM. Pasien dilakukan biopsy 2 kali yaitu pra radiasi eksterna dan paska radiasi eksterna untuk dilakukan pemeriksaan ELISA & IHK PD-L1. Selama menjalani radiasi eksterna dan 2 bulan paska radiasi, pasien dievaluasi toksisitas akut dengan kirteria CTCAE versi 5. Hasil: Ekspresi PD-L1 pada kanker serviks lanjut lokal yang mendapatkan radiasi tidak memengaruhi pada toksisitas akut selama radiasi eksterna dan 2 bulan paska radiasi (p>0,05). Akan tetapi, IHK PD-L1 dengan intesitas ≥ 2 dan ELISA PD-L1 yang mengalami penurunan dari pra radiasi ke paska radiasi, menunjukkan ada kecenderungan memiliki toksisitas yang lebih rendah yaitu ≤ Grade 1. Kesimpulan: Ekspresi PD-L1 tidak menurunkan toksisitas akut radiasi selama radiasi dan 2 bulan paska terapi pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal. Akan tetapi, pada toksisitas akut 2 bulan paska terapi menunjukkan kecenderungan mendapatkan toksisitas radiasi yang lebih rendah pada pasien yang memiliki ekspresi PD-L1.

Objectives: PD-L1 is a protein that controls the immune response to tumors. Increased PD-L1 expression results in immune system not detecting cancer cells. There was a correlation between the expression of PD-L1 and the combined use of immunotherapy and radiotherapy. At this time, however, there is no established association between these expression and radiation acute toxicity.
Methods: Totally 30 locally advanced cervical cancer patients receiving radiation therapy in the Department of Radiotherapy of RSCM. Biopsy was performed twice, pre-external radiation and post-external radiation for PD-L1 ELISA & IHC tests. The patient was evaluated for radiation of acute toxicity with CTCAE version 5 during external radiation and 2 months post-radiation.
Results: The expression of PD-L1 in local advanced cervical cancer which received radiation did not affect acute toxicity during external radiation and 2 months post radiation (p > 0.05). However, PD-L1 CPI with intensity ≥ 2 and PD-L1 ELISA which decreased from pre-radiation to post-radiation, showed a tendency to have lower toxicity, namely ≤ Grade 1. Conclusion: PD-L1 expression in local advanced cervical cancer patients did not reduce the acute toxicity of radiation during external radiation and 2 months post-treatment. Nonetheless, 2 months post-therapy, acute toxicity showed a propensity to lower toxicity in patients with expression of PD-L1.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Andrianto
"Tujuan: PD-L1 merupakan protein yang berperan dalam pengaturan respon imun terhadap tumor. Peningkatan ekspresi PD-L1 mengakibatkan antigen atau sel kanker dapat terhindar dari sistem imun. Hubungan ekspresi PD-L1 dengan penggunaan imunoterapi dan radioterapi secara bersamaan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, saat ini masih belum diketahui hubungan antara ekspresi tersebut dengan toksisitas akut radiasi. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara ekspresi PD-L1 dengan toksisitas akut selama radiasi dan 2 bulan paska radiasi. Metoda: 30 pasien kanker serviks lanjut local yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen radioterapi RSCM. Pasien dilakukan biopsy 2 kali yaitu pra radiasi eksterna dan paska radiasi eksterna untuk dilakukan pemeriksaan ELISA & IHK PD-L1. Selama menjalani radiasi eksterna dan 2 bulan paska radiasi, pasien dievaluasi toksisitas akut dengan kirteria CTCAE versi 5. Hasil: Ekspresi PD-L1 pada kanker serviks lanjut lokal yang mendapatkan radiasi tidak memengaruhi pada toksisitas akut selama radiasi eksterna dan 2 bulan paska radiasi (p>0,05). Akan tetapi, IHK PD-L1 dengan intesitas ≥ 2 dan ELISA PD-L1 yang mengalami penurunan dari pra radiasi ke paska radiasi, menunjukkan ada kecenderungan memiliki toksisitas yang lebih rendah yaitu ≤ Grade 1. Kesimpulan: Ekspresi PD-L1 tidak menurunkan toksisitas akut radiasi selama radiasi dan 2 bulan paska terapi pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal. Akan tetapi, pada toksisitas akut 2 bulan paska terapi menunjukkan kecenderungan mendapatkan toksisitas radiasi yang lebih rendah pada pasien yang memiliki ekspresi PD-L1.

Objectives: PD-L1 is a protein that controls the immune response to tumors. Increased PD-L1 expression results in immune system not detecting cancer cells. There was a correlation between the expression of PD-L1 and the combined use of immunotherapy and radiotherapy. At this time, however, there is no established association between these expression and radiation acute toxicity. Methods: Totally 30 locally advanced cervical cancer patients receiving radiation therapy in the Department of Radiotherapy of RSCM. Biopsy was performed twice, pre-external radiation and post-external radiation for PD-L1 ELISA & IHC tests. The patient was evaluated for radiation of acute toxicity with CTCAE version 5 during external radiation and 2 months post-radiation. Results: The expression of PD-L1 in local advanced cervical cancer which received radiation did not affect acute toxicity during external radiation and 2 months post radiation (p > 0.05). However, PD-L1 CPI with intensity ≥ 2 and PD-L1 ELISA which decreased from pre-radiation to post-radiation, showed a tendency to have lower toxicity, namely ≤ Grade 1. Conclusion: PD-L1 expression in local advanced cervical cancer patients did not reduce the acute toxicity of radiation during external radiation and 2 months post-treatment. Nonetheless, 2 months post-therapy, acute toxicity showed a propensity to lower toxicity in patients with expression of PD-L1."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Novirianthy
"Pendahuluan Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakaPendahuluan: Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakan sel normal. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif. Catalase (CAT) adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke-15 dengan menggunakan spektrofotometer. Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG.
Hasil: Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 ? 1,36) U/mL. Pasca 15 kali RE didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9,5 +/- 1,9 nmol/mL (p<0,001) dan penurunan aktivitas CAT menjadi 0,82 (0,71 ? 0,96) (p<0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar MDA dan aktivitas CAT awal serta perubahannya terhadap kejadian toksisitas akut radiasi (p>0,05).
Kesimpulan: Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa radiasi maupun kemoradiasi terbukti menyebabkan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas CAT pada kanker serviks stadium lanjut lokal, akan tetapi kadar MDA dan aktivitas CAT tidak dapat menjadi prediktor terhadap toksisitas akut radiasi.n sel normal Malondialdehyde MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif Catalase CAT adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal Metode penelitian Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013 Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke 15 dengan menggunakan spektrofotometer Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG Hasil Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7 6 1 2 nmol mL dan median aktivitas CAT sebesar 0 95 0 80 1 36 U mL Pasca 15 kali RE didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9 5 1 9 nmol mL p.

Introduction: Acute radiation toxicity was a process which caused by irradiation and initiated by normal cell damage. Malondialdehyde (MDA) is the end product of lipid peroxidation, and is usually used as a biomarker to assess oxidative stress. Catalase (CAT) is an enzymatic antioxidant that catalyzes H2O2 into water and oxygen. The purpose of this study was to determine whether the levels of MDA and CAT activity can be used as a predictor of acute radiation toxicity in locally advanced cervical cancer.
Methods: This is a prospective cohort study to 30 locally advanced cervical cancer patients who meet the inclusion criteria in the Radiotherapy Department of Cipto Mangunkusumo Hospital from July to September 2013. We measure MDA level and CAT activity before irradiation and on 15th fractions using sphectrophotometry. Degree of acute radiation toxicity assessed every week during external beam radiotherapy using RTOG criteria.
Results: The mean of serum MDA levels is 7.6 + / - 1.2 nmol /mL, and the median of CAT activity is 0.95 (0.80 to 1.36) U /mL. We found elevated of serum MDA level to 9.5 +/ - 1.9 nmol /mL (p <0.001) and CAT activity decreased to 0.82 (0.71 to 0.96) U /mL (p <0.001) on the 15th fraction of external beam irradiation. No statistically significant relationship is found between MDA level and CAT activity pre irradiation and its changes to the incidence of acute radiation toxicity.
Conclusion: This study showed that radiation or chemoradiation shown to cause an increase in MDA levels and decrease of CAT activity in locally advanced cervical cancer patients, but MDA levels and CAT activity cannot be a predictor of acute radiation toxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>