Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Fatiya Fawwaz
"Selada merupakan tanaman yang sensitif terhadap cekaman kekeringan karena membutuhkan lebih banyak air dalam budidaya. Salah satu cara untuk mengurangi dampak kekeringan adalah penggunaan kaolin, sebagai antitranspiran. Namun, pengaruh pemberian kaolin  terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kaolin terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan. Pemberian kaolin (2%, 3%, dan 5%) secara foliar application diuji pada kelompok yang terdiri dari 5 tanaman selada yang ditanam pada kondisi kekeringan di rumah kaca. Jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, panjang dan lebar daun, berat segar dan kering tanaman, serta kandungan klorofil daun diamati sebagai parameter pertumbuhan. Pemberian kaolin meningkatkan pertumbuhan selada hampir di seluruh parameter dibandingkan dengan kontrol negatif (kondisi kekeringan, tanpa kaolin). Pemberian kaolin 3% memberikan perlakuan terbaik untuk meningkatkan parameter pertumbuhan. Sementara itu, perlakuan kaolin tidak mempengaruhi kandungan klorofil secara signifikan pada kondisi kekeringan. Namun, pemberian kaolin 5% menunjukkan kandungan klorofil tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi kaolin lainnya. Berdasarkan penelitian ini, kaolin berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan serta kaolin 3% menunjukkan hasil yang paling baik.

 


Lettuce is a crop sensitive to drought stress as it needs more water in cultivation. Kaolin reduce the impact of drought stress in plants, as an antitranspirant. However, the effect of kaolin to growth of lettuce under drought condition has not been reported yet. In this study, the effect of kaolin on the growth of lettuce under drought condition was investigated. Kaolin foliar application (2%, 3%, and 5%) was tested on a group consisted of 5 lettuce plants grown under drought condition in a greenhouse. Number of leaves, plant height, root length, leaf length and width, fresh and dry weight of plant, and leaf chlorophyll content were observed as the growth parameters. Kaolin applications increased the growth of lettuce in most parameters compared to negative control (drought condition, without kaolin). Kaolin 3% application presented the best treatment to increase growth parameters. All kaolin applications did not affect the chlorophyll content significantly under drought condition. However, kaolin 5% application presented the highest chlorophyll content compared to the application of other kaolin concentrations. In this study, kaolin application effect significantly on the growth of lettuce under drought and kaolin 3% show the best results.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silfia Nurliana
"Kekeringan merupakan salah satu cekaman abiotik yang paling sering dijumpai dalam bidang agrikultur. Cekaman kekeringan dapat diatasi dengan penggunaan senyawa antitranspiran. Kitosan sebagai salah satu senyawa antitranspiran dapat meningkatkan pertumbuhan berbagai tanaman hortikultura. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap pertumbuhan tanaman selada pada kondisi kekeringan. Penelitian ini mengggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan. Tiga variasi konsentrasi kitosan yang diuji yaitu (0,1; 0,2 dan 0,3 g/L). Parameter penelitian yang diteliti meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, ukuran daun, berat segar dan berat kering tanaman serta kandungan klorofil daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 0,1 dan 0,2 g/L memberikan efek signifikan dalam meningkatkan jumlah daun, ukuran daun dan berat segar serta berat kering tanaman. Sementara itu, kitosan 0,3 g/L hanya memberikan efek signifikan terhadap lebar daun. Berdasarkan hasil tersebut, konsentrasi kitosan 0,1 g/L dan 0,2 g/L menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman selada, sehingga dipilih konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1 g/L sebagai konsentrasi yang paling optimal.

Drought stress is one of the most common abiotic stress in agriculture. The use of antitranspirant agents to reduce the effect of drought stress on crops has been considered as a potential method. Application of chitosan as an antitranspirant agent has been reported to be effective in several crops. This study was aimed to analyze the effect of chitosan application on growth of lettuce under drought condition. This experiment used Randomly Block Design with 5 treatments and 5 replicants. Three concentrations of chitosan (0.1 g/L; 0.2 g/L; 0.3 g/L) were tested in this study. The parameter observed were the height of the lettuce, number of leaves, leaf size, root length, the fresh and dry weight, as well as chlorophyl content on the leaves. The results showed that chitosan 0.1 and 0.2 g /l gave significant effect in increasing the number of leaves, leaf size and fresh weight as well as dry weight of plants. Meanwhile, chitosan 0.3 g/L only has a significant effect on the width of the leaves. Based on these results, chitosan concentrations of 0.1 and 0.2 g/L showed equally good results in improving the growth of lettuce, so lower concentration of 0.1 g/L was chosen as the most optimal concentration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ambarwati
"Cekaman genangan merupakan kondisi pori-pori tanah terisi oleh air sehingga menurunkan pasokan oksigen. Penurunan pasokan oksigen menghambat pertumbuhan akar sehingga menurunkan serapan unsur hara. Hasilnya, daun klorosis dan gugur serta pertambahan tinggi tanaman terhambat. Cekaman genangan juga menyebabkan akumulasi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga terjadi cekaman oksidatif pada tanaman. Asam salisilat secara eksogen merupakan solusi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada cekaman genangan melalui peningkatan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian asam salisilat dengan konsentrasi 0,1 mM, 0,5 mM, dan 1 mM terhadap pertumbuhan dan aktivitas antioksidan selada (Lactuca sativa L.) yang mengalami cekaman genangan setinggi dua cm di atas permukaan media tanam selama tiga hari. Perlakuan asam salisilat diberikan dua hari sebelum cekaman genangan dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas lima perlakuan dan lima ulangan. Pertumbuhan tanaman yang diukur antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan asam salisilat 0,1 mM, 0,5 mM dan 1 mM belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan aktivitas antioksidan selada pada cekaman genangan.

Waterlogging stress is a condition in which the soil pores are filled with water, thereby reducing the supply of oxygen. Decreased oxygen supply inhibits root growth thereby reducing nutrient uptake. As a result, chlorosis and fall leaves and stunted plant height increase. Waterlogging stress also causes the accumulation of Reactive Oxygen Species (ROS) resulting in oxidative stress in plants. Salicylic acid exogenously is a solution to increase plant growth in waterlogging stress by increasing antioxidant activity. The aim of the study was to determine the effect of salicylic acid application at concentrations of 0.1 mM, 0.5 mM, and 1 mM on the growth and antioxidant activity of lettuce (Lactuca sativa L.) which was subjected to waterlogging stress as high as two cm above the surface of the planting medium for three days. Salicylic acid treatment was given two days before waterlogging stress in a randomized block design consisting of five treatments and five replications. Plant growth measured includes plant height and number of leaves. Antioxidant activity was tested using the 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. The results showed that the administration of 0.1 mM, 0.5 mM and 1 mM salicylic acid solution had no effect on plant height, number of leaves and antioxidant activity of lettuce under waterlogging stress."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Septiyani
"Keterbatasan lahan dan kualitas panen menjadi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya selada merah (Lactuca sativa var. crispa L.). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) dan penggunaan elisitor berupa asam salisilat. Asam salisilat berpotensi digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tanaman selada merah yang ditumbuhkan pada sistem hidroponik NFT. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian asam salisilat terhadap pertumbuhan dan organoleptik selada merah. Perlakuan asam salisilat (0, 50 dan 100 ppm) diberikan dengan cara disemprotkan pada tiga plot tanaman dengan sembilan ulangan. Penyemprotan dilakukan selama tiga periode (31, 32 dan 37 Hari Setelah Tanam). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah daun, kandungan klorofil relatif, berat segar dan berat kering dari selada merah. Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan pada perlakuan asam salisilat 100 ppm terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan uji organoleptik, selada merah yang diberi perlakuan elisitor asam salisilat 100 ppm memiliki skor penampilan, rasa dan tekstur yang lebih baik. Terdapat indikasi pemberian asam salisilat kurang optimal terhadap pertumbuhan selada merah karena nilai kelembapan udara saat penelitian lebih rendah dibandingkan dengan nilai POD (Point of Deliquescence) dari asam salisilat yang dilarutkan. Selain itu, diduga asam salisilat tidak optimal diserap oleh daun karena berkaitan dengan umur fisiologis daun.

Land limitation and harvest quality are problems faced by red lettuce (Lactuca sativa var. crispa L.) farmers. Nutrient Film Technique (NFT) hydroponic system and the use of salicylic acid as an elicitor are alternatives to solve the problems. The use of salicylic acid has the potential to increase the quantity and quality of red lettuce. This study aimed to examine the effect of salicylic acid on the growth and organoleptic of red lettuce. Three concentrations (0, 50, and 100 ppm) of salicylic acid were applied to three plots of plants with nine replications. Salicylic acid spraying was carried out at three time periods (31, 32, and 37 Days After Planting). The results showed that there was no significant difference in the number of leaves, total chlorophyll content, fresh and dry weight of red lettuce. However, there was a significant difference in plant’s height after foliar application with 100 ppm of salicylic acid. Organoleptic test showed the application of 100 ppm salicylic acid elicitor gave a higher score for the appearance, taste, and texture. There were indications that the effects of foliar application of salicylic acid was less than optimal for the growth of red lettuce because the humidity value was lower compared to the POD (Point of Deliquescence) value of the salicylic acid. In addition, there is a possibility that salicylic acid is not optimally absorbed by the leaves because it is related to the physiological age of the leaves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Ashidiqi
"Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh temperatur kalsinasi dan jenis aktivasi kimia pada kaolin belitiung sebagai bahan baku zeolit. Tujuan dari aktivasi kaolin adalah untuk menjadi bahan baku pembuatan zeolit sebagai katalis proses hydrocracking minyak bumi. Pada penelitian ini menggunakan metode literature review. Penelitian ini mengambil hasil karakterisasi literatur dengan perbedaan media penukar kation NaOH, KOH, NH4Cl, NH4NO3, dan HNO3. Selain data perbedaan media penukar kation, perbedaan temperatur yang diambil pada suhu 500, 550, 600, 650, 700, 750°C. sampel- sampel yang didapatkan dari literatur merupakan karakterisasi Fourier transform infrared (FTIR) Spectroscopy dan X-Ray Diffraction Spectroscopy (XRD), dan X-Ray Diffraction Spectroscopy (XRF). Hasil yang diperoleh adalah dengan pemberian media penukar kation yang bersifat asam merupakan metode yang cocok untuk membuat zeolit sebagai cangkang katalis, sementara perlakuan pemberian media penukar kation KOH merupakan metode yang baik untuk membuat zeolit secara efisien.

In this study to determine the influence of calcination temperature and type of chemical activation in kaolin Belitiung as the raw material of zeolite. The purpose of kaolin activation is to be the raw material of zeolite manufacture as a catalyst for petroleum hydrocracking processes. In this study used the literature method of review. This research took the results of the characterization of literature with the difference of media exchanger of NaOH, KOH, NH4Cl, NH4NO3, and HNO3. In addition to the difference data of cation exchangers, temperature difference taken at 500, 550, 600, 650, 700, 750°C. The samples obtained from literature are characterization of Fourier transform infrared (FTIR) Spectroscopy and X-Ray Diffraction Spectroscopy (XRD), and X-Ray Diffraction Spectroscopy (XRF). The results obtained is with the medium administration of cation of cations of acid is a suitable method to make zeolite as a catalyst shell, while the treatment of the media giving KOH cation exchanger is a good method to make zeolite efficiently."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herninta Fadhilah Novrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu kalsinasi terhadap karakteristik kimia dan fisik dari kaolin alam. Kaolin sebagai bahan baku pembuatan zeolit untuk katalis hydrocracking minyak bumi diaktivasi menggunakan larutan asam sulfat dengan variasi konsentrasi 1, 5, dan 10 M untuk meningkatkan kadar SiO2 dan menurunkan kadar pengotor, seperti K2O, CaO, dan TiO2. Sampel kaolin dari berbagai daerah juga dikalsinasi dengan variasi waktu selama 10, 30, 45, 60, 90, 100, 120, 180, 240, 300, dan 900 menit pada range suhu kalsinasi 500-800 ºC. Sampel kaolin dikarakterisasi menggunakan XRF, FTIR, SEM, dan BET. Hasil percobaan menunjukkan adanya pengaruh dari variasi konsentrasi larutan media pertukaran ion yang digunakan. Terdapat kenaikan kadar SiO2 seiring bertambahnya konsentrasi asam sulfat hingga mencapai 87,46% pada konsentrasi 10 M. Perubahan morfologi kaolin menjadi metakaolin pada pengamatan SEM serta hilangnya gugus-gugus khas kaolinit pada pengamatan FTIR tidak dipengaruhi waktu kalsinasi. Sedangkan peningkatan waktu kalsinasi akan meningkatkan luas permukaan kaolin.

The goal of this study is to understand the effects of calcination time on chemical and physical characteristics of kaolin. Kaolin is used as a raw material for zeolites synthesis as petroleum catalysts support to modify the structure of hydrocarbon compunds into lighter fractions. Kaolin was treated using sulfuric acid 1, 5, and 10 M solution with the aim to increase its SiO2 content and decrease the impurities of kaolin, specifically K2O, CaO, dan TiO2. Kaolin samples from different regions were converted into metakaolin in order to increase its reactivity and properties through the calcination process for 10, 30, 45, 60, 90, 100, 120, 180, 240, 300, dan 900 minutes at temperatures range of 500-800 ºC. Samples were characterized using XRF, FTIR, SEM, and BET. Treated kaolin produces an increase in SiO2 levels to reach 87,46% at a concentration of 10 M sulfuric acid solution. Changes in morphology of kaolin to metakaolin on SEM observations and loss of typical kaolinite groups on FTIR observation were not affected by calcination time. However, increase in calcination time will increase the surface area of kaolin and also its reactivity. Calcined kaolin produces an optimum surface area at the time of calcination for 120 minutes with a 52% increase compared to the raw kaolin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Kekeringan merupakan bencana alam yang terjadi secara perlahan-lahan hasil dari berkurangnya curah hujan dalam jangka waktu yang lama. Bencana ini dapat berdampak sangat besar dan mencakup daerah yang luas. Mitigasi untuk menanggulangi bencana ini adalah dengan mengetahui karakteristik wilayah yang terpapar kekeringan, melalui indikator durasi, intensitas dan frekuensi kekeringan. Penilaian kekeringan menggunakan data curah hujan dari 32 stasiun hujan di Kabupaten Kebumen selama periode 1985 - 2015 menggunakan metode de Boer.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keterpaparan kekeringan tinggi di Kabupaten Kebumen cenderung berada di wilayah bagian tengah mengarah ke timur laut kabupaten, yang meliputi 15 kecamatan, yang sebagian besar berada di Kecamatan Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng dan Kebumen. Wilayah yang paling terpapar kekeringan di Kabupaten Kebumen merupakan wilayah dengan penggunaan tanah sawah irigasi 2x padi/tahun, kepadatan penduduk 500-1249 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk agraris 51-250 jiwa/km2.

Drought is natural disaster that occurs gradually, resulted from long term declines in rainfall rate. The disaster would not be realized at first, but the impacts caused could be severe. One example of countermeasure efforts is to understand the regional characteristics of the drought exposed regions. Indicators used to assess levels of exposure are the duration, intensity and frequency of droughts. Drought assessment used rainfall rate data from 32 rain stations in Kebumen during 1985-2015 period with de Boer method.
The results obtained from this study indicate that high level of exposures to drought in Kebumen are distributed in the center part to the northeast part of the region. The high level of exposures covered 15 districts, and concentrated in Subdistrict Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng and Kebumen. In Kebumen, the region that most exposed to drought is attributed with the paddy rice fields land use that harvested 2 times a year, a population density of 500-1249 inhabitants/km2 and peasant population density of 51-250 inhabitants/km2.;
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dwika Ratri
"Pertanian adalah sektor yang rentan terhadap perubahan iklim, salah satunya padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak kekeringan meteorologis terhadap pola tanam padi sawah saat terjadinya El Nino secara spasial. Dalam hal ini dikaitkan dengan kondisi fisik wilayah di wilayah kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kekeringan meteorologis saat tahun El Nino, dan dampaknya terhadap pola tanam sehubungan dengan kondisi fisik wilayah. Kekeringan meteorologis diukur menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index), sementara pola tanam diperoleh melalui citra Landsat menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan penajaman citra untuk kelembaban. Kondisi fisik wilayah yang dikaji adalah penggunaan lahan sawah, relief, bentuk lahan, dan pola drainase yang dibuat dalam satuan lahan sawah.
Hasil yang didapatkan adalah kekeringan meteorologis pada tahun 2015 lebih lemah dibanding tahun 1997. Proporsi luas wilayah dengan klasifikasi kering pada tahun 1997 mencapai 48 %, sedangkan tahun 2015 hanya 31%. Kekeringan mengakibatkan perubahan pola tanam padi sawah di kabupaten Pringsewu. Kondisi lahan sawah banyak yang bera saat El Nino menyebabkan mundurnya musim tanam utama di bulan November bergeser menjadi Desember. Kekeringan mempengaruhi persediaan air pada satuan lahan tertentu. Musim tanam lebih cepat terjadi pada satuan lahan untuk sawah berupa aluvial dan dataran dengan relief datar hingga bergelombang.

Agriculture is the sector most vulnerable to climate change, one of which paddy rice. This study examines the impact of meteorological drought on paddy rice cropping pattern when El Nino spatially. In this case associated with the physical condition of the area in the district Pringsewu. The purpose of this study is to identify meteorological drought when the El Nino and its impact on cropping patterns with respect to the physical condition of area. Meteorological drought measured using SPI (Standardized Precipitation Index) method, while the cropping pattern obtained through Landsat imagery using NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and image enhancement for moisture. The physical condition of the area studied is the use of wetland, relief, landform and drainage patterns are made in units of paddy field.
The results obtained are meteorological drought in 2015 was weaker than in 1997. The proportion of an area with dry classification in 1997 reached 48%, whereas in 2015 only 31%. Drought resulted in changes in cropping pattern paddy rice in the district Pringsewu. Wetland conditions much fallow when El Nino led to the withdrawal of the main planting season in November shifted to December. Drought affects water supplies in certain land units. The planting season occurs faster in the form of paddy land units for alluvial plains with flat to undulating relief.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banjarnahor, Irwin Marlundu
"Metakaolin telah berhasil dibuat menggunakan kaolin Pulau Bangka dengan proses kalsinasi. Pada penelitian ini proses kalsinasi menggunakan lima variabel temperatur: 600, 650, 700, 750, dan 800°C selama 4 jam. Pada penelitian ini, kaolin juga diberikan perlakuan mekanik berupa milling untuk mempelajari pengaruh perlakuan milling terhadap produk hasil kalsinasi. Kaolin di-milling menggunakan planetary ball mill selama 15 menit dengan kecepatan milling sebesar 20rad/min dan kemudian dikalsinasi dengan masing-masing variabel temperatur. Sebagai material pembanding, metakaolin komersial dengan produk dagang MetaStar digunakan untuk dibandingkan karakteristiknya dengan metakaolin yang dihasilkan pada setiap temperatur.
Hasil perlakuan milling kaolin, beserta kaolin dan MetaStar dikarakterisasi distribusi ukuran partikelnya menggunakan instrumen Particle Size Distribution. Kemudian, setiap metakaolin dan juga MetaStar akan dikarakterisasi menggunakan instrumen X-Ray Diffraction XRD dan Scanning Electron Microscope SEM . Pengujian Simultaneous Thermal Analysis STA juga dilakukan untuk mempelajari perilaku pemanasan kaolin dan kaolin dengan perlakuan milling.
Hasil karakterisasi XRD menunjukkan kemiripan antara metakaolin Bangka dengan MetaStar, pengecualian untuk metakaolin MK800-MT. Hasil pengujian STA menunjukkan adanya pergeseran temperatur dimana kaolin mengalami dehidroksilasi dan rekonstruksi setelah kaolin diberi perlakuan milling. Dan kemudian, hasil pengujian SEM menunjukkan keberadaan struktur kaolinite berbentuk lapisan lamelar-laminate. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan struktur yang terlihat setelah kaolin dikalsinasi.

Metakaolin has been successfully made using Pulau Bangka rsquo s kaolin through calcination process. In this study, the calcination process used five temperature variables 600, 650, 700, 750, and 800°C for 4 hours. In this study, kaolin is subjected to mechanical treatment to study the effect of the treatment on the product of calcination. Kaolin is milled using a planetary ball mill for 15 minutes at a milling speed of 20rad min and then calcined with each temperature variable. As a comparison material, commercial metakaolin MetaStar products is used to compare its characteristic to the metakaolin produced at each temperature.
The results of milling treatment, along with kaolin and MetaStar is characterized using the particle size distribution instrument to determine the particle size. Then, each metakaolin and MetaStar will be characterized using X Ray Diffraction XRD and Scanning Electron Microscope SEM instruments. Simultaneous Thermal Analysis STA was also conducted to study the heating behavior of kaolin and kaolin after milling treatment.
The results of XRD characterization show similarities between metakaolin Bangka and MetaStar, except to MK800 MT metakaolin. The STA test results showed a temperature shift in which the kaolin was dehydroxylated and reconstructed after kaolin was treated with milling. And then, the SEM test results show the existence of kaolinite structures in the form of lamellar laminate layers. It can be concluded that there is no structural changes happened after the kaolin is calcined.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya
"Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu kecamatan sering dilanda kekeringan. Kekeringan yang melanda kecamatan ini cenderung semakin parah apabila terjadi fenomena iklim yang menyebabkan bulan kering semakin panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap kekeringan yang ada di Kecamatan Babakan Madang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah terpapar kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara dan ke selatan semakin tinggi indeks keterpaparannya sedangkan pada bagian tengah wilayah indeks keterpaparannya rendah dikarenakan penggunaan tanah pada bagian utara adalah dominan sawah sedangkan pada bagian selatan dominan hutan. Wilayah sensitif kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke selatan semakin tinggi indeks sensitivitasnya dikarenakan jenis batuan yang berada di selatan yaitu andesit dan vulkan tidak bisa menyimpan air. Wilayah kapasitas adaptif di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara semakin tinggi indeks kapasitas adpatifnya dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak adanya pelatihan bencana. Wilayah rentan terhadap kekeringan di Kecamatan Babakan Madang didominasi oleh tingkat kerentanan sangat tinggi, semakin ke selatan indeks kerentanan wilayahnya pun semakin tinggi dan dominasi dari kelas sangat tinggi mencakup luas 6577.8 ha atau 66.63% dari luas wilayah total.

Babakan Madang subdistrict is one of the districts are often hit by drought. The drought that hit this district tend to be more severe in case of climate phenomenon that causes dry months getting longer. The purpose of this study was to determine the vulnerability of meteorological drought in Subdistrict Babakan Madang. This research method approach, Fuzzy Logic and methods of spatial analysis and descriptive. The results showed that the area exposed to drought in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the north and to the south the higher the index whereas exposure to long fetches in the middle area of lower exposure to long fetches index due to the use of land in the northern part is the dominant fields while in the southern part of the dominant forest. Drought sensitive regions in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the south the higher the index the sensitivity is due to the type of rock that is located in the southern volcanic andesite and can not store water. Territory adaptive capacities in Babakan Madang subdistrict patterning Further north the higher the index adpatifnya capacity due to high level of education but no disaster training. Region prone to drought in Babakan Madang subdistrict is dominated by a very high degree of vulnerability, the vulnerability of the region to the south of the index was higher and the dominance of very high class covers a total area 6577.8 ha or 66.63% of the total land area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>