Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sheryl Querida Rachmayanto
"Penuaan dini pada kulit dapat dicegah dengan produk kosmetik dengan bahan-bahan natural. dicegah dengan produk kosmetik dengan bahan-bahan natural. Asiatikosida adalah salah satu zat aktif yang dapat mencegah penuaan dini dan terkandung di dalam ekstrak Centella asiatica. Namun, asiatikosida memiliki berat molekul yang besar sehingga sulit terpenetrasi ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan mengandung asiatikosida ke dalam sistem pembawa mixed micelles. Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula mixed micelles dengan metode direct dissolution, yaitu formulasi F1-F3 dengan konsentrasi campuran surfaktan dan kosurfaktan yang berbeda. Formula di atas selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel, nilai zeta potensial dan efisiensi penjerapannya. Hasil yang diperoleh kemudian akan dikembangkan dalam masker anti-aging dan dievaluasi dari aspek organoleptis, homogenitas, stabilitas dan uji penetrasi secara in vitro. Hasil menunjukkan bahwa F1 dengan konsentrasi surfaktan-kosurfaktan total 29,2% merupakan formula terbaik dengan morfologi yang sferis, Zaverage 128,3±9,19 nm, nilai rata-rata indeks polidispersitas 0,36±0,05, nilai rata-rata zeta potensial -23,03±0,28 mV, dan nilai efisiensi penjerapan sebesar 96,91±3,09%. Pengembangan F1 sebagai masker menunjukkan jumlah kumulatif asiatikosida sebesar 3772,50 µg/cm2, persentase jumlah asiatikosida terpenetrasi sebesar 42,51% dan memberikan nilai fluks sebesar 480,77 µg/cm2/jam. Dapat disimpulkan bahwa sediaan mixed micelle memiliki daya penetrasi yang lebih baik dibandingkan sediaan blanko dan memiliki potensi sebagai produk kosmetik anti-aging.

Premature aging of the skin could be prevented by using anti-aging cosmetic products with natural ingredients. One of the active ingredients to prevent aging of the skin is asiaticoside in Centella asiatica extract. However, it has a large molecular weight, which could make it difficult to penetrate into the skin. This study aims to formulate and characterized asiaticoside from into mixed micelles system which could increase the penetration rate. In this study, the optimization of the mixed micelles formulas with direct dissolution method, formulating F1 – F3 which containing different concentrations of the surfactants-cosurfactants. Furthermore, these formulas will be characterized based on their morphology, particle size, zeta potential value and encapsulation efficiency. Formula with the best result, will be selected and will be developed for anti-aging mask, then evaluated from the aspects of organoleptic, homogeneity, stability and in vitro penetration test using Franz diffusion cells. The results show F1 with 29,2% of surfactant is the best formula with spherical morphology, Zaverage 128,3±9,19 nm, average value of polydispersity index 0,36±0,05, average value of zeta potential is -23,03±0,28 mV, and encapsulation efficiency value of 96,91±3,09%, thus it shall use for the development of anti-aging mask. In the next evaluation, F1 also showed the cumulative amount of asiaticoside was 3772,50 μg/cm2, the percentage of asiaticoside penetrated in the mixed micelles solution was 42,51% and flux value of 480,77 μg/cm2/hour. Based on these results, mixed micelles solution has better penetration than the non-mixed micelles solution and has the potential to be used as an anti-aging cosmetic product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geavani Widya Feronica
"ABSTRAK
Permasalahan-permasalahan seperti penuaan kulit, kulit kering, hiperpigmentasi, kulit berjerawat membutuhkan produk perawatan yang sesuai. Produk-produk seperti krim siang, krim malam, tabir surya, serum, essence, masker dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Masker merupakan salah satu produk perawatan kulit yang dapat meningkatkan hidrasi, memiliki kadar zat aktif lebih banyak dan memberi efek lebih cepat dibanding produk lainnya serta lebih praktis digunakan. Centella asiatica merupakan salah tanaman yang memiliki banyak khasiat. Manfaat utama dari ekstrak Centella asiatica adalah sebagai agen antiaging, antiinflamasi, antioksidan, meningkatkan produksi kolagen dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam pemanfaatannya, terdapat masalah dari zat aktif terkandung terkait penetrasi ke kulit. Penghantaran seperti nanopartikulat lipid dapat diterapkan untuk meningkatkan penetrasi dari asiatikosida dan madekasosida. Review artikel ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam terkait penerapan nanopartikulat lipid dalam masker mengandung ekstrak Centella asiatica. Nanopartikulat lipid yang dapat diterapkan dalam masker antaralain adalah liposom, nanoemulsi, Solid Lipid Nanoparticles (SLN) dan Nanostructured Lipid Carriers (NLC). Penerapan nanopartikulat lipid tersebut dapat dipadukan dengan produk masker guna meningkatkan hidrasi, efektivitas dan penetrasi melalui kulit dari asiatikosida dan madekasosida.

ABSTRACT
Skin problems such as skin aging, dry skin, hyperpigmentation, acne prone skin require skin treatment products. Skincare products that could be applied are day or night cream, sunscreen, serum, essence, and facemask. Facemask or mask is one of many treatment choices, that could hydrating the skin, has more active substances levels, and give faster effect than the other products, also easier to use. Centella asiatica is one beneficial plant. Centella asiaticas extract has anti-aging, antioxidant and anti-inflammation activity, also increase collagen production, and accelerate wound healing. But there are problems in contained active substances penetration through the skin. Lipid nanoparticulates delivery system can be applied to increase penetration of asiaticoside and madecassoside. This review article aims to study about the application of lipid nanoparticulates in Centella asiatica masks. Lipid nanoparticulates that could be applied in the mask are nanoemulsion, liposoms, solid lipid nanoparticles, and nanostructured lipid carriers. This combination of lipid nanoparticulates in masks can maximize skin hydration and improve penetration of asiaticoside and madecassoside through the skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bheta Sari Dewi
"Centella asiatica L dan Aloe vera L mengandung berbagai jenis senyawa yang dapat memberikan efek anti aging yang dapat menghambat enzim kolagenase. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek anti kolagenase secara in vitro, keamanan dan anti penuaan masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak C. asiatica dan ekstrak A. vera. Aktivitas anti kolagenase ditentukan berdasarkan Collagenase Activity Colorimetric Assay Kit. Masker mata hidrogel mengandung ekstrak C. asiatica 5% b/b dan ekstrak A. vera 3% b/b. Kemudian uji klinis buta ganda dilakukan untuk menyelidiki efek anti-penuaan berdasarkan serat kolagen, hidrasi dan elastisitas kulit pada 30 sukarelawan wanita sehat. Masker mata hidrogel secara bersamaan ditempelkan di bawah mata kanan dan plasebo ditempatkan di bawah mata kiri atau sebaliknya. Keamanan formulasi dievaluasi dengan Hen's Egg Test-Chorioallantoic Membrane (HET-CAM) dan uji tempel. Kemanjuran formulasi dievaluasi dengan Skin Analyzer EH-900U. Hasil: Kombinasi ekstrak C. asiatica dan ekstrak A. vera menunjukkan nilai lC50 lebih tinggi 21,912 µg/mL dibandingkan dengan ekstrak C. asiatica dan A. vera saja. Hasil uji HET-CAM pada masker mata hidrogel 300 mg tidak menunjukkan tanda perubahan pada CAM. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa masker mata hidrogel tidak menyebabkan iritasi kulit dan meningkatkan serat kolagen, elastisitas dan kelembaban (p <0,05) setelah pemakaian selama 4 minggu. Kesimpulannya masker mata hidrogel memiliki karakteristik yang baik, aman dan efektif sebagai kosmetik penuaan kulit.

Centella asiatica L and Aloe vera L contain various types of compounds that can provide anti-aging effects which inhibit collagenase enzyme. The aim of this research is to evaluate the in vitro anti collagenase, safety and anti-aging effects of hydrogel eye mask containing C. asiatica extract and A. vera extract. The anti collagenase activity was determined based on Collagenase Activity Colorimetric Assay Kit. Hydrogel eye mask containing 5% w/w C. asiatica extract and 3% w/w A. vera extract. Then a double blind clinical trial was carried out to investigate its anti-aging effect based on collagen fiber, hydration and skin elasticity in 30 healthy women volunteers. The hydrogel eye mask simultaneously applied under the right eye and the placebo was placed under the left eye. The safety of the formulation was evaluated with Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Membrane (HET-CAM) and patch test. The efficacy of the formulation was evaluated with a Skin Analyzer EH-900U. The combination of C. asiatica extract and A. vera extract showed an lC50 value was 21.912 µg/mL higher than C. asiatica and A. vera extract alone. The HET-CAM test results on 300 mg Hydrogel eye mask showed no sign of alteration on CAM. The irritation test results indicated that the hydrogel eye mask did not cause any skin irritation and increased collagen fiber, elasticity and moisture (p<0.05) after 4 weeks of use. Hydrogel eye mask had good characteristics, safe and effective as skin aging cosmetics."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fissilmi Khansa
"Mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki kandungan biomassa bervariasi, salah satunya protein. Hidrolisis protein menghasilkan peptida dan asam amino sehingga meningkatkan bioaktivitas dari protein. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta mengetahui keamanan dan efektivitasnya sebagai produk kosmetik anti-aging. Protein hidrolisat mikroalga Nannochloropsis sp. (PHMN) diperoleh dari proses hidrolisis menggunakan enzim alkalase. PHMN dievaluasi perolehan rendemen, derajat hidrolisis, kandungan proksimat, asam amino serta aktivitas anti-elastasenya. PHMN diformulasikan menjadi sediaan emulgel, kemudian dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitasnya. Uji keamanan produk kosmetik PHMN dilakukan dan efektivitas produk kosmetik PHMN sebagai anti-aging dievaluasi dengan mengukur serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit relawan. Protein hidrolisat yang diperoleh memiliki nilai rendemen sebesar 25,77%±3,16% (b/b), derajat hidrolisis sebesar 36,73%, dan mengandung asam amino yang didominasi oleh asam glutamat, asam aspartat, dan leusin. Nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) PHMN sebagai anti-elastase yaitu 244,43 mg/mL. Produk kosmetik PHMN menunjukkan stabilitas yang baik yaitu homogen dan kadar yang stabil setelah 24 minggu. Penggunaan produk kosmetik PHMN tidak menyebabkan iritasi dan meningkatkan serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit setelah 28 hari. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa diperoleh protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta produk kosmetik PHMN memiliki karakteristik yang baik, aman, dan efektif sebagai anti-aging

Microalgae Nannochloropsis sp. contain various biomass composition including protein. Protein hydrolysis generate peptide and amino acids so that protein bioactivity improves. The purpose of study was to obtain protein hydrolysate from Nannochloropsis sp. microalgae, also assess its safety and efficacy as anti-aging cosmetic product. Nannochloropsis sp. protein hydrolysate (NPH) was obtained from microalgae through enzymatic hydrolysis using alcalase enzyme and characterized for yield, degree of hydrolysis (DH), proximate content, amino acids composition, and anti-elastase activity. NPH was formulated as emulgel, then evaluated for physical characteristics and stability. NPH cosmetic product was evaluated for safety and efficacy as anti-aging by measuring collagen fibers, elasticity, and moisture in volunteers. NPH was obtained with yield of 25.77±3.16% (w/w), DH value of 36.73%, and amino acids dominated by glutamic acid, aspartic acid, and leucin. Half-maximum inhibitory concentration (IC50) value as anti-elastase was 244.43 µg/mL. NPH cosmetic product showed good stability which homogenous and had stable protein content after 24 weeks storage. NPH cosmetic product usage did not cause skin irritation and increased collagen fiber, elasticity and moisture after 28 days. In conclusion, protein hydrolysate was obtained from Nannochloropsis sp. microalgae and NPH cosmetic product had good characteristic, safe, and effective as anti-aging."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Mumtaza Hadi
"Salah satu upaya untuk mengatasi penuaan kulit adalah dengan antioksidan yang dapat menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) penyebab kerutan kulit. Salah satu sumber alami antioksidan adalah dari mikroalga Spirulina sp. Spirulina sp. mengandung senyawa berbagai antioksidan, salah satunya pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Ekstraksi antioksidan Spirulina sp. dapat diaplikasikan dalam kosmetika berbentuk esens yang dapat digunakan dalam bentuk patch. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasonikasi dengan variasi jenis pelarut air dan etanol, lalu durasi sonikasi selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit, identifikasi jenis antioksidan, analisis senyawa fikosianin ekstrak Spirulina sp. dan pembuatan formulasi esens, uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, dan uji fisik (pH, viskositas, dan organoleptik selama 4 minggu). Waktu sonikasi terbaik untuk menghasilkan fikosainin dihasilkan selama 15 menit pada suhu 30°C menggunakan pelarut air yaitu 15,55mg/g pada ekstrak Spirulina sp., 9,20mg/g pada formulasi esens, dengan uji aktivitas antioksidan IC50 sebesar 64,5. Pada uji fisik dihasilkan hasil yang stabil yaitu pH antara 5,0-5,9, viskositas 0,7-1,4 dPa.s, berwarna hijau tua, berbau khas alga, tekstur cair tidak lengket, dan homogen.

One effort to overcome skin aging is with antioxidants that can counteract the Reactive Oxygen Species (ROS) that cause skin wrinkles. One natural source of antioxidants is from the microalgae Spirulina sp. Spirulina sp. contains various antioxidant compounds, one of which is the blue pigment phycocyanin about 20% dry weight. Antioxidant extraction of Spirulina sp. can be applied in cosmetics in the form of essences that can be used in patches. Extraction was carried out by ultrasonication with variations in the type of water and ethanol solvent, then the duration of sonication for 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes, identification of antioxidant types, analysis of phycocyanin compounds Spirulina sp. and making essence formulations, antioxidant activity tests with DPPH, and physical tests (pH, viscosity, and organoleptics for 4 weeks). The best sonication time to produce phycocyanin was produced for 15 minutes at 30°C with a water solvent of 15.55 mg/g in Spirulina sp. Extract, 9.20 mg/g in the essence formulation, with an IC50 antioxidant activity test of 64.5. On physical tests, stable results were obtained, ie pH between 5.0-5.9, viscosity of 0.7-1.4 dPa.s, dark green, characteristic of algae, non-sticky liquid texture, and homogeneous.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Danastri
"ABSTRACT
Biji markisa ungu (Passiflora edulis) diketahui mengandung polifenol yang dapat mengatasi tanda penuaan. Kandungan polifenol biji markisa ungu diekstraksi menggunakan etanol 80%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula masker mata hidrogel dengan kestabilan dan karakteristik fisik yang baik. Masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak biji markisa ungu 0,1% diformulasikan dengan alginat 3% dan xanthan gum 0,5%, selanjutnya dibiarkan dalam larutan kalsium klorida 0,5% selama 60 menit. Kestabilan dan karakteristik fisik masker mata hidrogel dievaluasi melalui pengamatan organoleptis, daya mengembang, konsistensi, kekuatan peregangan, dan persen elongasi. Hasil evaluasi menunjukkan masker mata hidrogel tidak mengalami perubahan organoleptis selama 12 minggu dan memiliki kemampuan menahan air yang baik. Selain itu, masker mata hidrogel memiliki kekuatan peregangan sebesar 4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 dan persen elongasi sebesar 200%. Masker mata hidrogel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakteristik dan stabilitas fisik yang baik sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sediaan perawatan kulit nutrakosmesetika.

ABSTRACT
Purple passion fruit (Passiflora edulis) seed had known containing polyphenol which could prevent aging. Polyphenol content were extracted using 80% ethanol. The aim of this research was to obtain a hydrogel eye patch formula with good physical characteristic and stability. Hydrogel eye mask which contains 0.1% purple pasion fruit seeds extract was formulated with 3% alginate, 0.5% xanthan gum, and immersed at 0.5% calcium chloride solution for 60 minutes. Hydrogel eye mask physical characteristic and stability was evaluated by organoleptic observation, swelling index, consistency, tensile stregth, and elongation rate. The results showed that hydrogel eye mask was stable in colour and odour for 12 weeks and showed a good water holding capacity. In addition, hydrogel eye mask had tensile strength at 4.0823 ± 0.6879 kgf/cm2 and elongation rate at 200%. This research demonstrated that hydrogel eye mask formula has good physical characteristic and stability. Thus, it had potential to be used as nutracosmeceutical skin care product."
2014
S55278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Voni Anjelina
"Ekstrak pegagan diketahui berkhasiat sebagai antikeloid karena kandungan kimia utamanya adalah asiatikosid. Pada penelitian ini, ekstrak pegagan pada konsentrasi 2% dan 4% diformulasikan dalam sediaan krim. Adanya penambahan ekstrak pegagan dengan konsentrasi yang berbeda8 beda pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik krim. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui cycling test ,uji mekanik dan pengamatan pada penyimpanan selama 10 minggu di suhu kamar (280830°C), suhu dingin (2088°C) dan suhu panas berlebih (suhu di atas 40°C). Parameter kestabilan di ketiga suhu yaitu organoleptis, pH, diameter globul rata8rata, konsistensi dan viskositas yang di ukur dalam periode waktu tertentu. Kedua krim menunjukkan kestabilan berdasarkan organoleptis, pH, diameter globul rata8 rata, konsistensi, viskositas, cycling test dan uji mekanik.
Centella asiatica extract is known as antikeloid because it's primary contents of the chemical is asiaticosside. In this research. Centella asiatica extract with 2% and 4% concentration were formulated in cream. The addition of Centella asiatica extract in different concentration was predicted to influence the physical stability of the cream. The physical stability test include cycling test, mechanical test and the storage for ten weeks at room temperature; (2088°C); (more than 40°C). Stability parameters in the three temperature were the organoleptics observation, pH, globul's diameter, consistency and viscosity, measured during a set period. Those two creams formula shown good stability in organoleptic, pH, Globul's diameter, consistency, viscosity, cycling test and mechanical test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Oktaviani
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pegagan mengandung asiatikosid yang berkhasiat terhadap gangguan kulit seperti selulit, bekas luka, bahkan dapat mengobati luka terbuka. Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengaruh penambahan propilenglikol terhadap penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz. Pada penelitian ini dibuat gel yang mengandung ekstrak etanol pegagan sebanyak tiga formula. Dua formula dengan penambahan propilenglikol 5% (formula 1) dan 10% (formula 2), sedangkan formula 3 sebagai kontrol tidak mengandung propilenglikol.
Evaluasi fisik dilakukan terhadap ketiga formula gel yang meliputi uji organoleptis, sineresis, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik, selain itu dilakukan penentuan kadar zat aktif, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz.
Hasil penelitian ini menunjukkan ketiga gel bersifat homogen, berwarna coklat dan tidak terjadi sineresis dan. Kadar zat aktif dalam ketiga formula gel yang diukur dengan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan 88,06 - 89,92%. Secara keseluruhan ketiga formula gel memenuhi persyaratan secara fisik, akan tetapi untuk penetrasi secara in vitro tidak dapat dideteksi, karena asiatikosid tidak larut di dalam buffer fosfat pH 7,4 dan pH 5,6. Dapat disimpulkan secara fisik gel yang dihasilkan memenuhi persyaratan akan tetapi sukar berpenetrasi pada kulit.

Pegagan (Centella asiatica L.) is a medicinal plant which familiar to Indonesian people. Pegagan contains asiaticoside which efficacious against skin disorders such as cellulite, scars, and even to treat open wounds. The purpose of this study was to observe the effect of propylene glycol addition against in vitro penetration using Franz diffusion cells. In this research, ​​gel containing ethanolic extract of Pegagan was made into three formulas. Two formula contained propyilene glycol, 5% (formula 1) and 10% (formula 2), while the third as a control formula which was not containing propylene glycol.
Physical evaluation performed on all gel formula that included organoleptic test, syneresis, viscosity, consistency, and physical stability, besides that also performed determination of the levels of the active substance and in vitro penetration test using Franz diffusion cells.
The results of this study suggest that all gel formula is homogeneous, brown, and no syneresis. Levels of the active substance in the three gel formula that measured by thin layer chromatography method showed 88.06 to 89.92%. Overall, gel formula meets the physical requirements, but for the in vitro penetration can not be detected, because asiaticoside was insoluble in phosphate buffer pH 7.4 and pH 5.6. It could be concluded that all gel physically qualified but difficult to penetrating the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Hanifah
"ABSTRAK
Pegagan Centella asiatica mengandung senyawa asiatikosida yang dapat dimanfaatkan dalam penggunaan pada penderita striae dengan meningkatkan sintesis kolagen. Asiatikosida memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga menyebabkan sulit berpenetrasi melalui kulit. Teknologi nanopartikel seperti nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang kecil sehingga zat aktif dapat dihantarkan berpenetrasi ke dalam lapisan kulit. Penelitian ini bertujuan memformulasikan dan menguji stabilitas losio nanoemulsi yang mengandung ekstrak pegagan. Nanoemulsi mengandung ekstrak pegagan diformulasikan ke dalam bentuk losio menggunakan High Pressure Homogenizer. Sediaan tersebut kemudian dievaluasi dan diuji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz. Ukuran partikel nanoemulsi yang didapat adalah 19,88 2,3 nm dan losio nanoemulsi memiliki ukuran partikel 198,4 11,52 nm, nilai indeks polidispersitas 0,329 0,065, dan zeta potensial -30,9 mV. Sediaan losio nanoemulsi stabil terhadap penyimpanan selama 8 minggu pada suhu dingin, suhu ruang, dan suhu tinggi 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . Jumlah kumulatif asiatikosida yang terpenetrasi adalah 1558,645 66,93 ?g/cm2 untuk losio nanoemulsi dan 1260,364 71,42 ?g/cm2 untuk losio non nanoemulsi. Persentase jumlah asiatikosida terpenetrasi dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi secara berturut-turut adalah 65,38 2,11 dan 58,77 2,93 . Fluks dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi berturut-turut 2,1255 0,31 ?g/cm2/jam dan 1,4506 0,49 ?g/cm2/jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan losio nanoemulsi berpenetrasi lebih banyak dibandingkan dengan losio non nanoemulsi.

ABSTRACT
Pegagan Centella asiatica contains asiaticoside compounds that can be utilized in the treatment of striae patients by increasing the synthesis of collagen. Asiaticoside has a large molecular weight and are hydrophilic, causing difficult penetration through the skin. Nanoparticle technology such as nanoemulsion has a small droplet size so that the active substance can be delivered into the skin layer. This study aims to formulate and test the stability of nanoemulsion lotion containing pegagan extract. Nanoemulsion contains pegagan extract formulated into the form of lotion using High Pressure Homogenizer. Nanoemulsion lotion were then evaluated and tested for penetration in vitro using the Franz diffusion cell. The result of particle size of nanoemulsion was 19.88 2.3 nm and nanoemulsi lotion had particle size 198.4 11.52 nm, polydispersity index value 0.329 0.065, and zeta potensial 30.9 mV. Nanoemulsion lotion was stable against storage for 8 weeks at cold, room, and high temperature 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . The cumulative amount of the penetrated asiaticoside was 1558.645 66.93 g cm2 for nanoemulsion lotion and 1260.364 71.42 g cm2 for non nanoemulsion lotion. The percentage of asiaticocide penetrated of nanoemulsion lotion and non nanoemulsion lotion were 65.38 2.11 and 58.77 2.93 , respectively. Flux of nanoemulsion lotions and non nanoemulsion lotion were 2.1255 0.31 g cm2 hr and 1.4506 0.49 g cm2 hr, respectively. Based on these results it can be concluded that nanoemulsion lotion can penetrate more than the non nanoemulsion lotion."
2017
S70057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Undiah Hasanah
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Xerosis atau kulit kering merupakan masalah
kesehatan yang sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi xerosis pada usia
lanjut berkisar antar 30 ? 58%. Salah satu faktor yang dijumpai pada kulit kering
adalah penurunan ekspresi aquaporin-3 (AQP3). Bahan herbal pegagan atau
Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan (CAEENPK) secara in
vitro diketahui dapat meningkatkan ekspresi AQP3 pada keratinosit yang berperan
dalam hidrasi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dan
keamanan krim pelembap yang mengandung Centella asiatica ekstrak etanol
dalam nanopartikel kitosan 1%, Centella asiatica ekstrak etanol (CAEE) 1%, dan
krim pelembap dasar pada populasi geriatri dengan kulit kering.
Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar buta ganda dilakukan pada 43 orang
penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi skin capacitance (SCap), specified
symptom sum score (SRRC), derajat gatal, dan efek samping dilakukan pada awal
terapi, minggu kedua, dan keempat. Setelah prakondisi selama satu minggu, setiap
subjek penelitian mendapatkan tiga pelembap yang berbeda secara acak pada tiga
lokasi di tungkai bawah.Hasil: Tidak didapatkan peningkatan nilai SCap yang berbeda bermakna antara
ketiga kelompok pengobatan. Penurunan nilai SRRC setelah empat minggu tidak
berbeda bermakna antara ketiga kelompok perlakuan. Derajat gatal pada minggu
kedua menurun pada ketiga kelompok, hingga menjadi tidak gatal pada seluruh
SP (100%) setelah minggu keempat. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan
objektif pada ketiga kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Efektivitas krim pelembap yang mengandung CAEENPK 1% tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan krim pelembap yang mengandung CAEE 1%
atau krim pelembap dasar, serta memiliki keamanan yang sama dalam mengatasi
kekeringan kulit pada populasi geriatri.
Kata kunci: Centella asiatica, nanopartikel, aquaporin-3, hidrasi kulit, geriatri

ABSTRACT
Background and objectives: Xerosis or dry skin is a common health issue found
in the elderly. The prevalence rate of xerosis in the elderly ranges between 30 -
58%. One of the factors found on dry skin is decreased expression of aquaporin-3
(AQP3). The herbal plant Centella asiatica ethanol extract in chitosan
nanoparticle (CAEENPK) has been found to increase the expression of AQP3 on
keratinocytes in vitro which plays a role in skin hydration. This study aims to
compare the effectiveness and safety of moisturizing cream containing 1%
Centella asiatica ehanol extract in chitosan nanoparticle, 1% Centella asiatica
ethanol extract (CAEE), and moisturizing cream base in geriatric population with
dry skin.
Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted on 43
residents of a nursing home in Jakarta. The evaluation of skin capacitance (SCap),
specified symptom sum score (SRRC), pruritic degree, and side effects were
measured at baseline, week-2, and week-4 after therapy. After a week of
preconditioning, each test subject received three different randomized
moisturizing creams to be applied on three separate locations on the lower limbs.Results: There was no significant increase in SCap value among the three
treatment groups. The decrease in SRRC value after four weeks did not differ
among the three treatment groups. The pruritic degree decreased at the second
week of treatment in all three groups and completely diminished after the fourth
week among all the test subjects (100%). No objective and subjective side effects
were found among the three treatment groups.
Conclusion: The efectiveness of moisturizing cream containing 1% CAEENPK is
not higher when compared to moisturizing cream containing 1% CAEE or
moisturizing cream base. It is also as safe in treating dry skin of geriatric
population;;ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Xerosis atau kulit kering merupakan masalah
kesehatan yang sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi xerosis pada usia
lanjut berkisar antar 30 ? 58%. Salah satu faktor yang dijumpai pada kulit kering
adalah penurunan ekspresi aquaporin-3 (AQP3). Bahan herbal pegagan atau
Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan (CAEENPK) secara in
vitro diketahui dapat meningkatkan ekspresi AQP3 pada keratinosit yang berperan
dalam hidrasi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dan
keamanan krim pelembap yang mengandung Centella asiatica ekstrak etanol
dalam nanopartikel kitosan 1%, Centella asiatica ekstrak etanol (CAEE) 1%, dan
krim pelembap dasar pada populasi geriatri dengan kulit kering.
Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar buta ganda dilakukan pada 43 orang
penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi skin capacitance (SCap), specified
symptom sum score (SRRC), derajat gatal, dan efek samping dilakukan pada awal
terapi, minggu kedua, dan keempat. Setelah prakondisi selama satu minggu, setiap
subjek penelitian mendapatkan tiga pelembap yang berbeda secara acak pada tiga
lokasi di tungkai bawah.Hasil: Tidak didapatkan peningkatan nilai SCap yang berbeda bermakna antara
ketiga kelompok pengobatan. Penurunan nilai SRRC setelah empat minggu tidak
berbeda bermakna antara ketiga kelompok perlakuan. Derajat gatal pada minggu
kedua menurun pada ketiga kelompok, hingga menjadi tidak gatal pada seluruh
SP (100%) setelah minggu keempat. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan
objektif pada ketiga kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Efektivitas krim pelembap yang mengandung CAEENPK 1% tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan krim pelembap yang mengandung CAEE 1%
atau krim pelembap dasar, serta memiliki keamanan yang sama dalam mengatasi
kekeringan kulit pada populasi geriatri.
Kata kunci: Centella asiatica, nanopartikel, aquaporin-3, hidrasi kulit, geriatri

ABSTRACT
Background and objectives: Xerosis or dry skin is a common health issue found
in the elderly. The prevalence rate of xerosis in the elderly ranges between 30 -
58%. One of the factors found on dry skin is decreased expression of aquaporin-3
(AQP3). The herbal plant Centella asiatica ethanol extract in chitosan
nanoparticle (CAEENPK) has been found to increase the expression of AQP3 on
keratinocytes in vitro which plays a role in skin hydration. This study aims to
compare the effectiveness and safety of moisturizing cream containing 1%
Centella asiatica ehanol extract in chitosan nanoparticle, 1% Centella asiatica
ethanol extract (CAEE), and moisturizing cream base in geriatric population with
dry skin.
Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted on 43
residents of a nursing home in Jakarta. The evaluation of skin capacitance (SCap),
specified symptom sum score (SRRC), pruritic degree, and side effects were
measured at baseline, week-2, and week-4 after therapy. After a week of
preconditioning, each test subject received three different randomized
moisturizing creams to be applied on three separate locations on the lower limbs.Results: There was no significant increase in SCap value among the three
treatment groups. The decrease in SRRC value after four weeks did not differ
among the three treatment groups. The pruritic degree decreased at the second
week of treatment in all three groups and completely diminished after the fourth
week among all the test subjects (100%). No objective and subjective side effects
were found among the three treatment groups.
Conclusion: The efectiveness of moisturizing cream containing 1% CAEENPK is
not higher when compared to moisturizing cream containing 1% CAEE or
moisturizing cream base. It is also as safe in treating dry skin of geriatric
population.
Keywords: Centella asiatica, nanoparticle, aquaporin-3, skin hydration,geriatrics"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>