Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jawahir
"Penelitian ini membahas perbandingan seniman pada masa kerajaan Mataram Akhir (Airlangga) dan masa kerajaan Panjalu/Kadiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan seniman yang berkembang pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri. Metode penelitian arkeologi yang digunakan dari Deetz yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data untuk mengungkapkan jenis seni pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri dan seniman apa saja yang terdapat di dalamnya, serta perkembangan dan penyebab perkembangan seniman pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa seniman yang ditemukan pada masa Airlangga berjumlah 24 seniman, kemudian seniman yang ditemukan pada masa Panjalu/Kadiri berjumlah 22 seniman. Perkembangan seniman dari masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri berbeda-beda setiap jenisnya, begitu pun dengan penyebab perkembangannya.

This study discusses the comparison of artists during the late Mataram kingdom (Airlangga) and the Panjalu/Kadiri kingdom. This study aims to compare the artists who developed during the Airlangga and Panjalu/Kadiri periods. The archaeological research method used from Deetz is data collection, data processing, and data interpretation to reveal the types of art during the Airlangga and Panjalu/Kadiri periods and what artists were in them, as well as the development and causes of the development of artists during the Airlangga and Panjalu periods. / Kadiri. Based on the results of the analysis carried out, it is known that the artists found during the Airlangga period amounted to 24 artists, then the artists found during the Panjalu/Kadiri period amounted to 22 artists. The development of artists from the Airlangga period and the Panjalu/Kadiri period was different for each type, as well as the causes of their development."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Revianur
"Skripsi ini membahas permasalahan mengenai sumber pendapatan kerajaan Bali Kuna pada masa pemerintahan Raja Jayapangus. Sumber pendapatan tersebut didapatkan dari sumber data berupa prasasti. Pada prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Jayapangus dijumpai bermacam-macam sumber pendapatan kerajaan yang disebut dengan dṛwya haji. Bermacam-macam dṛwya haji tersebut dibayarkan pada bulan-bulan tertentu dengan disertai besaran nilai pembayaran dṛwya haji.

This thesis addressed issues regarding Ancient Balinese royal revenue sources during the reign of King Jayapangus. Source of revenue is obtained from data sources such as inscriptions. In the inscriptions issued by King Jayapangus, it‘s found various sources of kingdom income called dṛwya haji. The assortment of the dṛwya haji paid certain months, accompanied by payment of the value of dṛwya haji. From the King Jayapangus inscriptions, we know that there are various sources of kingdom income."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galang Setiawan Fauzie
"Pada beberapa prasasti batu di Museum Nasional Jakarta dijumpai ornamen. Ornamen tersebut memiliki bentuk dan jenis yang bervariasi. Ornamen banyak ditemukan pada prasasti yang dikeluarkan oleh raja. Raja-raja tersebut antara lain raja yang memerintah pada masa Mataram Kuna. Setiap raja memiliki ciri khas ornamen yang berbeda-beda. Hal itu membawa persepsi bahwa setiap ornamen pada prasasti memiliki arti yang berbeda sesuai dengan tujuan raja pada waktu itu. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi arti ornamen pada prasasti yang dikeluarkan oleh raja, selain memiliki arti yang tampak juga memiliki arti lain berdasarkan fungsi dan keletakkannya.

AbstractIn some stone inscriptions in Jakarta National Museum found ornaments. The ornament has a variety of shapes and types. Ornaments are mostly found on inscriptions issued by kings. These kings include the kings who reigned during the time of Mataram Kuna. Each king has the distinctive characteristics of different ornaments. It brings the perception that every ornament on an inscription has a different meaning according to the purpose of the king at that time. This research tries to reconstruct the meaning of ornaments on the inscriptions issued by the king, in addition to having visible meanings also have other meanings based on their function and laying."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alexander Arifa
"Pada isi prasasti sima dari masa Jawa Kuna terdapat sapatha atau baris kutukan, yakni sebuah wacana yang berisikan seruan sumpah kepada dewa-dewa atau roh-roh agar memberikan perlindungan terhadap tanah sima yang ditetapkan oleh raja, beserta mantra kutukan bagi orang-orang yang berniat jahat terhadap tanah tersebut. Penelitian ini meneliti mengenai beberapa hewan yang disebutkan dalam sapatha prasasti sima sebagai ancaman bagi siapa yang melanggar, khususnya pada prasasti-prasasti sima yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuno pada awal abad X Masehi. Penyebutan hewan dalam sapatha merupakan fenomena yang tidak biasa, jarang ditemui, namun ada di beberapa prasasti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ragam hewan yang disebutkan dalam bagian sapatha prasasti sima awal abad X Masehi, mengetahui alasan dipilihnya hewan-hewan tersebut, dan mengetahui kemungkinan adanya keterkaitan antara kuasa raja dengan penghukuman melalui fauna dalam sapatha prasasti sima. Metode yang digunakan dalam penelitian: tahap pengumpulan data yang merupakan tahap pengumpulan semua sumber data yang dibutuhkan, tahap pemrosesan data yang merupakan tahap pemrosesan dan penganalisisan semua data, dan tahap interpretasi data yang merupakan tahap pengaitan semua data yang sudah diproses dengan konsep pengetahuan yang diusulkan, yakni teori kekuasaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa hewan dalam sapatha merupakan hewan buas serta dianggap suci. Tujuannya sebagai pemberat bahwa sapatha adalah alat kontrol sosial beserta cerminan kuasa raja yang dilakukan raja dengan menggunakan pendekatan ketakutan berbasiskan pengendalian pikiran atas lingkungan sekitar ditambah dengan pengetahuan beberapa binatang yang telah dikenal dalam konsep religi Hinduisme serta kebudayaan lokal yang dipakai agar tidak ada pihak yang berbuat diluar perintah raja.

On sima inscriptions from Ancient Javanese era, there is sapatha or cursing passage which is a small paragraph that consists of oaths to gods and deities to protect the land of sima that had been established by the king, along with spells or curse that was addressed to wrongdoers. This research discusses about some animals that were mentioned in sapatha of the sima inscriptions, especially incriptions that dated from Ancient Mataram Kingdom on early 10th Century AD. This was quite rare and uncommon phenomenon but were available in some inscriptions. Aims of this research are to identify the variety of animals that is mentioned on Sapatha of Sima Inscriptions from Ancient Mataram Kingdom on early 10th Century AD, to discover the reasons behind the chosen animals, and to know the possibility if there was a connection between the power of king and the chosen animals. Research method that is used: first, data-gathering step which collects all the data needed, data-processing step which analyzes all data that has been collected, data-interpreting step which all the data that has been analyzed be interpreted under the power-relation concept. The result of this research shows that animals are categorized as wild and sacred animals. The aim mentioning these animals is to emphasize that sapatha is a tool for controlling society and showing king’s power by using fear-based on mind-control over the environment approach added with the knowledge of the animals on Hinduisme and local belief concept so that no one will disobey the king"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
"ABSTRAK
Salah satu bagian Sejarah Nasional Indonesia yang belum tuntas ditulis adalah masa awal kerajaan Mataram setelah pusat pemerintahannya dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur dari Jawa Tengah. Sampai saat ini, penulisan Sejarah Nasional Indonesia (Jaman Kunonya) belum dapat dilakukan secara tuntas, Ada beberapa periode yang belum dapat diuraikan secara rinci. Masalahnya adalah sumber sejarah yang ditemukan kembali sampai sekarang sangat terbatas. Kalaupun sumber sejarah ada, tetapi tidak bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai suatu peristiwa. Jadi, dengan sendirinya gambaran yang menyeluruh dan jelas mengenai perjalanan sejarah bangsa Indonesia dengan segala aspeknya di masa lampau, tidak bisa diperoleh secara Iengkap. Salah satu di antara periode sejarah 'kuna' Indonesia yang bclum bisa diuraikan dengan jelas ialah bagian pcrmulaan kerajaan Matararn 'kuna' setelah pusat kerajaannya dipindahkan ke Jawa Timur.
Kerajaan Mataram 'kuna' berkembang sejak permulaan abad ke-8 sampai permulaan abad ke-1O, dengan pusatnya di daerah Mdang di wilayah Poh Pitu. Pada masa itu kerajaan Mataram 'kuna' mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan raja Balitung. Pengaruh atau wilayah kekuasaannya meliputi daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Namun, setelah kerajaan Mataram diperintah oleh raja
Dari sumber 23 prasasti Mpu Sindok dapat diketahui struktur pemerintahan kerajaan Mataram setelah pusatnya dipindahkan ke Jawa Timur, pada awalnya masih mengikuti struktur pemerintahan sebelumnya. Hal ini disebabkan Mpu Sindok pernah menjadi pejabat tinggi pada masa pemerintahan raja Rakai Layang Dyah Tulodhong dan raja Rakai Sumba Dyah Wawa. Demikian juga dengan sejumlah pejabat pada masa pemerintahan raja Wawa tetap dipakai sebagai pembantunya. Dalam perkembangannya kcmudian dilakukan perubahan, terutama pada pejabat yang menerima dan yang melaksanakan perintah raja, Serta pejabatan yang masuk dalam dewan penasehat raja.
Sementara itu stmktur perwilayahan juga mengalami pcrubahan. Jika pada masa pemerintahan Raja Wawa, wilayah dibagi menjadi wilayah pusat pemerintahan di mana raja dan para pejabat tinggi kerajaan tiuggal, dikenal dengan sebutan wanna i jro turns (wilayah di dalam tembok/benteng/pagar). Wilayah ini dibatasi dengan wilayah wanna yang ada di empat penjuru mata angin. Kemudian ada wilayah watak dengan para Rakai (bangsawan keluarga raja) sebagai penguasanya. Wilayah warak ini tidak selalu sama iuasnya. Ada wilayah walak yang membawahi 4 wanna (desa), tetapi ada juga yang membawahi lebih dari I2 wanna. Tiap wanua dipimpin oleh seorang rama (kepala desa), atau lebih. Selumh wilayah kerajaan yang terdiri dari sejumlah watalc dan wanna, di sebut bhumi (kerajaan atau negara). Pada masa Mpu Sindok, wilayah kerajaan tidak lagi terdiri dari walak dan wanna, tetapi terdiri dari rajya atau lingkungan disekitar raja/keraton, sejumlah thani (desa) yang dipimpin oleh seorang duwan (kepaia desa). Lalu ada wisaya yang terdiri dari sejumlah thani."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Chevyco
"Sebagai sumber data primer, prasasti-prasasti yang diterbitkan dari periode Kerajaan Majapahit pada abad XIV-XV memuat susunan jabatan dari para pejabat yang tergabung dalam struktur birokrasi kerajaan. Sebagai unsur dari kajian peradaban, dinamika yang terjadi pada struktur birokrasi memiliki keterkaitan juga dengan dinamika dari Kerajaan Majapahit. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas mengenai dinamika jabatan yang terjadi pada struktur birokrasi Kerajaan Majapahit melalui pengamatan terhadap kesinambungan dan perubahan susunan jabatan, penyebutan kelompok jabatan, dan juga penyematan gelar Epitheta Ornantia dari para pejabat Kerajaan Majapahit di tahap awal perkembangannya hingga masa akhir Kerajaan Majapahit.

According to inscriptions as primary textual data from Majapahit Kingdom period from XIV XV century, there was an arrangement of positions of officials from the royal bureaucratic structure. Dynamics of office in bureaucratic structure as an element of civilization studies have relevance to dynamics of Majapahit Kingdom. This scientific work will discuss dynamics of office that occur on the royal bureaucratic structure of Majapahit through observation of continuity and change of position structure, an appearance of the group of positions, and royal title Epitheta Ornantia from Majapahit Kingdom officials in the initial stage of establishment until the downfall of the Majapahit Kingdom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Ali
Jakarta : Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2014
899.221 RAH k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna Ilham Hidayatullah
"Kerajaan Mataram Kuna merupakan salah satu kerajaan yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur pada masa Klasik. Penemuan prasasti-prasasti yang meneurut de Casparis merupakan sumber sejarah utama membolehkan peneliti untuk melihat gambaran-gambaran masa lalu, dari dimensi budaya, politik ataupun sosial pada masa itu. Artikel ini mencoba untuk menjelaskan jenis-jenis kekuasaan yang ada pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung dan dampaknya pada tindakan yang raja tersebut lakukan. Metodologi yang dipakai untuk artikel ini berhubungan dengan mengumpulkan data-data yang ada tentang prasastiprasasti masa Dyah Balitung, klasifikasikan jenis-jenis kekuasaan sosial yang muncul di dalam prasasti; dan dari itu, mencoba menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam prasasti dari sisi jenis-jenis kekuasaan tersebut.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa ada setidaknya tiga jenis kekuasaan dari kajian prasasti-prasasti masa Dyah Balitung, yaitu Coercion, Reward dan Legitimacy. Ketiga jenis kekuasaan tersebut memengaruhi tindakan-tindakan yang terjadi di dalam prasasti-prasasti yang dikaji, seperti penetapan tanah sima, penghilangan hutang, perluasan tanah sawah, pengurangan pajak, dan pemberian tanah sima kepada orang berjasa kepada raja.

The Kingdom of Mataram Kuna is one of the many kingdoms that ruled Central and East Java during the Indonesian Classical Period. The findings of many steles which are the primary source of historical records in Indonesia according to de Casparis, would allow a researcher to see glimpses of the past, in either cultural, political, or social side of society during that time. This article attempts to explain kinds of power that is shown during the rule of King Dyah Balitung and its effects to the king’s actions. The methodology used to answer the issues involving within this article revolves around collecting any data of the steles issued during the king’s rule, classify the kinds of social power that is reflected within the steles itself; then attempts to explain the king’s actions with the previous knowledge of powers.
This research will explain that there is at least three kinds of power written in the steles during King Balitung’s rule; which were Coercion, Reward and Legitimacy. These three kinds of power effect the actions taken written on the stele, which are setting free lands (sima), debt absolvement, increasing size of farmland, tax reduction, giving free lands (sima) to individuals who helped the kingdom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang aksara Sunda Kuna pada prasasti masa kerajaan Sunda yang terdiri dari prasasti-prasasti Kawali dan Kebantenan, penelitian ini menggunakan metode dinamis yang menganalisis aksara dari segi bentuk, duktus dan ukuran aksara. Disamping itu dilakukan pula tinjauan terhadap bentuk, bahasa, isi, serta sumber pendukung lainnya. Penelitian ini mengungkapkan adanya pola dari aksara yang terdapat pada prasasti-prasasti Kawali dan Kebantenan berdasarkan duktus dan ukuran. Muncul pula karakteristik dari aksara Sunda Kuna yang jarang mempergunakan ligatur atau pasangan.

Abstract
This research focused on ancient Sunda's aksara at Sundanese kingdom insrcitions. There are two kinds of insciptions, which is Kawali and Kebantenan. Dinamic methods are used to analyses the aksara by form, duktus, and the measurement of aksara. Beside that, this research also reviewed about form, language, content, and another source. There is a variation of aksara inside the Kawali and Kebantenan inscriptions depend on the duktus and measurement, that we can foend from this research. There is also a characteristic from ancient Sunda's aksara which rarely used the ligature.
"
2012
S42389
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Nurhidayati
"Tanah sima adalah tanah yang tidak dapat diganggu gugat karena status keistimewaan dan kesakralannya. Kesakralan dari tanah sima didukung oleh adanya aturan berupa sanksi serta kutukan yang tertulis di dalam prasasti sima. Namun, pada kenyatannya masih terdapat beberapa perilaku atau tindakan yang bertentangan dari apa yang sudah diatur dalam prasasti sima dan dianggap sebagai sebuah penyimpangan yang terjadi pada isi dan ketetapan tanah sima masa Jawa Kuno. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari penyimpangan, faktor yang melatarbelakangi dan pelaku yang melakukan penyimpangan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masa Jawa Kuno diindikasikan terjadi empat penyimpangan yang kebanyakan dilatarbelakangi oleh faktor politik dan ekonomi. Penyimpangan dilakukan oleh berbagai macam kalangan, mulai dari raja hingga orang biasa. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa tingkat status sosial seseorang dapat mempengaruhi besar kecilnya bentuk penyimpangan yang dilakukan.

Sima is a particular part of an area that cannot be disturbed because of its status as a sima land. The sacred of a sima land is shown in s ma rsquo's inscriptions that narrate the sanctions and curses for those who defy it. However, some sanctions doesn rsquo t follow the rule that has been written in the inscriptions. These actions is considered a deviation towards the regulation of sima in Ancient Java. This research discuss about form of deviations, its causabilities, and prepetators.
Result of the study showed indications that in the times of Ancient Java occurred four deviations from the rule. These deviation caused by political and economic factors, prepetators origin varies from many social group, including the court and commoners. This study also showed that social status of a person also affecting the scale of the deviation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>