Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savira Rahmadanty
"
Kandidiasis sistemik adalah infeksi serius yang disebabkan oleh Candida sp. dengan tingkat kematian mencapai 40%. Pada pasien kandidiasis sistemik, Candida albicans adalah isolat klinis yang paling banyak ditemukan, sedangkan Candida krusei berhubungan dengan imunodefisiensi berat. Standar terapi kandidiasis sistemik adalah amfoterisin B, tetapi terdapat efek nefrotoksik yang signifikan. Flukonazol sering diberikan sebagai profilaksis pada kandidiasis sistemik, tetapi dapat menyebabkan timbulnya resistensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi senyawa baru yang memiliki potensi sebagai agen antijamur. Jamblang (Syzygium cumini Skeels) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) telah lama dimanfaatkan secara tradisional salah satunya sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% daun jamblang dan sambiloto dengan metode maserasi terhadap Candida albicans dan Candida krusei, serta mendapatkan data kadar fenol total pada jamblang dan andrografolid pada sambiloto. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Penetapan kadar fenol total pada jamblang dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dan kadar andrografolid pada sambiloto menggunakan KLT-densitometri. Hasil penapisan fitokimia dengan penyemprotan menggunakan penampak bercak pada KLT menunjukkan ekstrak etanol 70% daun jamblang mengandung golongan senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid, sedangkan sambiloto mengandung alkaloid, flavonoid, dan terpenoid. Hasil uji antijamur menunjukkan ekstrak etanol 70% daun jamblang dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan metode maserasi memiliki aktivitas yang lemah terhadap Candida albicans dan Candida krusei dengan konsentrasi hambat minimum lebih dari 4.062,5 μg/ml. Hasil penetapan kadar fenol total pada ekstrak etanol 70% daun jamblang sebesar 314,72 mgGAE/gr ekstrak dan kadar andrografolid pada ekstrak etanol 70% daun sambiloto sebesar 52,71 mg/g ekstrak.

Systemic candidiasis is a serious infection caused by Candida sp. with mortality rates of 40%. Clinical isolates obtained from patients with systemic candidiasis showed Candida albicans as the most common pathogen, whereas Candida krusei was associated with severe immunodeficiency. Amphotericin B is the gold standard for systemic candidiasis treatment. However, it has significant renal toxicity. Fluconazole has commonly given as prophylaxis in systemic candidiasis, but prolonged use resulting in resistance. Therefore, there is a demand to develop new antifungals agents. Jamun (Syzygium cumini Skeels) and green chiretta (Andrographis paniculata Nees) have been used in folk medicine to treat various diseases, including fungal infections. This study aimed to determine the antifungal activity of jamun and green chiretta leaves against Candida albicans and Candida krusei by disc diffusion and microdilution. Leaves extract was obtained by maceration method using 70% ethanol as solvent. Total phenolic content in jamun was determined by Folin-Ciocalteu method and andrographolide content by TLC- densitometry for green chiretta. The results of phytochemical screening using sprayed test method showed that the hydroalcoholic extract of jamun leaves contained phenolic, flavonoids, and terpenoids, while green chiretta contained alkaloids, flavonoids, and terpenoids. The antifungal test showed that the hydroalcoholic extract obtained by maceration method had weak activity against Candida albicans and Candida krusei, with minimum inhibitory concentration greater than 4.062,5 μg/ml. Total phenolic content in the hydroalcoholic extract of jamun leaves was 314.72 mgGAE/gr extract, while andrographolide content in green chiretta leaves was 52.71 mg/g extract."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Individu dengan faktor predisposisi tertentu dapat terserang infeksi Candida Spp. Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan sebagai penyebab kandidiasis sedangkan Candida krusei merupakan spesies yang menyerang individu dengan imunodefisiensi yang berat. Flukonazol merupakan terapi pilihan utama kandidiasis, akan tetapi sudah banyak ditemukan resistensi pada Candida albicans dan Candida krusei sendiri memiliki resistensi intrinsik terhadap flukonazol dengan angka resistensi global sebesar 78,3%. Amfoterisin B merupakan standar terapi kandidiasis sistemik, tetapi obat ini memiliki toksisitas yang tinggi terhadap ginjal. Oleh karena itu studi lebih lanjut mengenai agen antijamur alternatif pun diperlukan. Daun dan batang ketepeng cina (Senna alata L.) telah lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai agen antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina terhadap Candida albicans dan Candida krusei serta untuk mengetahui total kadar fenol dan flavonoid pada ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar dan mikrodilusi. Penetapan total kadar dilakukan secara kolorimetri, dengan reagen Folin- Ciocalteu untuk penetapan total kadar fenol dan aluminium klorida untuk penetapan total kadar flavonoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun ketepeng cina memiliki aktivitas antijamur Candida albicans yang lemah dan bergantung pada konsentrasi uji tetapi tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida krusei. Ekstrak batang tidak memiliki aktivitas antijamur baik terhadap Candida albicans maupun Candida krusei. Kuantifikasi total kadar fenol ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh hasil sebesar 94,08±0,36 dan 88,74±0,62 mgEAG/g ekstrak. Penetapan kadar total flavonoid ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh kadar sebesar 36,02±0,33 dan 21,39±0,11 mgEK/g ekstrak.

Individuals with certain predisposing factors can be infected by Candida Sp. Candida albicans is the species most found as the cause of candidiasis, while Candida krusei is the species that attacks individuals with severe immunodeficiency. Fluconazole is the main treatment of choice for candidiasis, however, currently resistance has been found in Candida albicans and Candida krusei itself has intrinsic resistance to fluconazole. Amphotericin B is the standard therapy for systemic candidiasis, but this drug has a high toxicity to the kidneys. Therefore, further studies are needed regarding alternative antifungal agents. The leaves and stems of Senna alata L. (ketepeng cina) have long been used traditionally as an alternative treatment of fungal infections. The aim of this study is to determine the antifungal activity of the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina against Candida albicans and Candida krusei and to determine the total phenolic and flavonoid content in the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina leaves and stems. The antifungal activity test was carried out by agar diffusion and microdilution methods. Determination of total phenol and flavonoid content was carried out by colorimetry using Folin-Ciocalteu reagent for determination of total phenol content and aluminium chloride for determination of total flavonoid content. The antifungal activity test results showed that the 70% ethanol extract of ketepeng cina leaf have antifungal that depends on the test concentration activity against Candida albicans, but not against Candida krusei.On the other hand, the 70% ethanol extract of ketepeng cina stem did not have antifungal activity against both Candida albicans and Candida krusei. Quantification of the total phenol content of 70% ethanol extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained results of 94.28 ± 0.36 and 88.79 ± 0.62 mgGAE/g extract, respectively. Determination of total flavonoid content of 70% ethanolic extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained levels of 36.02±0.33 and 21.39±0.11 mgQE/g extract, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aqliyah Indrika
"Kandidiasis adalah infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia. Salah satu masalah pada kandidiasis adalah resistensi obat yang meningkat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan obat antijamur baru seperti flukonazol. Salah satu simplisia bahan alami yang dapat digunakan sebagai antijamur adalah memanjat ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Pendakian ylang-ylang secara empiris diyakini digunakan sebagai obat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak dan fraksi pemanjatan daun kenanga terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daun panjat ylang-ylang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut heksana, kemudian bubur dibiarkan semalaman dengan amonia dan dimaserasi dengan pelarut diklorometana. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dan fraksi yang diperoleh dimonitor profilnya dengan kromatografi lapis tipis. Ekstrak dan fraksi yang diperoleh diidentifikasi senyawa fitokimia termasuk alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan pada Candida albicans menggunakan metode mikrodilusi. Uji aktivitas menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (MIC) dari pendakian ekstrak daun ylang-ylang pada Candida albicans adalah 200 μg/mL, sedangkan konsentrasi hambat minimum (MIC) pendakian fraksi daun ylang-ylang pada pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50 μg / mL untuk fraksi I ke fraksi II dan 100 μg/mL untuk fraksi III ke fraksi IX.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in humans. One problem with candidiasis is increased drug resistance. This fact led to the research and development of new antifungal drugs such as fluconazole. One of the simplistic natural ingredients that can be used as an antifungal is climbing the ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Climbing the ylang-ylang empirically is believed to be used as an antifungal drug. This study aims to determine the effectiveness of cananga leaf extracts and climbing fractions on the growth of Candida albicans. Ylang-ylang climbing leaves are extracted by maceration using hexane solvent, then the pulp is left overnight with ammonia and macerated with dichloromethane solvent. Extracts obtained were fractionated using column chromatography and the fractions obtained were monitored by thin layer chromatography. The extracts and fractions obtained identified phytochemical compounds including alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids. Antifungal activity testing was performed on Candida albicans using the microdilution method. The activity test showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf extract at Candida albicans was 200 μg / mL, while the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf fraction on the growth of the Candida albicans fungus was 50 μg/mL for the fraction I to fraction II and 100 μg/mL for fraction III to fraction IX."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu rempah-rempah di Indonesia yang digunakan sebagai bumbu dan juga sebagai obat tradisional adalah biji jinten putih (Cuminum cyminum) yang mengandung minyak atsiri Cumin oil) dan telah dilaporkan memiliki silat antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungal minyak atsiri biji jinten putih terhadap empat spesies khamir hasil isolasi dari produk pangan dan diidentifikasi pada daerah ITS yaitu Candida parapsilosis SS25, C. orthopsilosis NN14, C. metapsilosis MP27, C. etchellsii MP18. Pengujian aktivitas anti fungal dilakukan menggunakan metode difusi medium padat dengan cakram dan metode kontak langsung, nistatin digunakan sebagai kontrol positif. Minyak atsiri yang diperoleh dari distilasi uap biji jinten putih memiliki rendemen 2,5-3,0%, tidas berwarna atau berwarna kuning muda. Hasil analisis GC-MS dari minyak atsiri jinten putih menunjukkan 12 puncak yang terdiri dari benzaldehida/kuminaldehida (35,44%), ρ -simen (34,77%), β -pinen (15,08%), γ -terpinen (8,15%). Beberapa monoterpen lainnya terdeteksi sebagai α -thujen/ α -pelandren, α-pinen, trans-limonen, cis-limonen, dan senyawa golongan alkena seperti pentilsikloheksena dan sikloheksena serta eter (apiol). Hasil pengamatan uji antifungal menunjukkan bahwa seluruh khamir uji memberikan respon sensitif terhadap minyak atsiri jinten putih dengan radius zona hambat 13,4-16,5 mm. Minyak atsiri jinten putih dapat menghambat pertumbuhan khamir uji dengan nulai MIC 0,028-0,042% dan nilai MFC 0,09%-0,14%. Minyak atsiri jinten putih memiliki aktivitas antifungal yang mangat kuat dibandingkan dengan nistatin, nilai MIC dan MFC nistatin yaitu 0,40-0,50% dan 3,0-4,0%.

Many kinds of spices are used in Indonesia, one of them is white cumin seed. This spice is used not only for cooking, but also for traditional medicine. This study reported of antifungal activity from white cumin`s essential oil. Extraction and identification of Cumin oil were carried out. We obtained 2.5-3.0% of white essential oil which was colorless or light yellow color. GCMS analysis revealed that there were 12 peaks. Based on peak`s intensity the oil were dominated by 4 compound i.e. cuminaldehide (35.44%), ρ-cymene (34.77%), β-pynene (15.08 %) and γ-terpinene (8.15%). Growth inhibition zone determination has been carried out by diffusion disc and direct method against yeast i.e. C. parapsilosis SS25, C. orthopsilosis NN14, C. metapsilosis MP27, and C. etchellsii MP18. The results showed that all of the yeasts were sensitive to cumin oil. The inhibition zone radius were 13.4-16.5 mm. The cumin oil showed the inhibition of yeast growth with MIC values of 0.028%-0.042% and MFC values 0.09%- 0.14%, while nystatin had MIC values 0.40%-0.50% and MF C values 3.0%-4.0%. The activity of cumin oil was very strong as antifungal."
Depok: [Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian], 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wilzar Fachri
"NADPH Oksidase merupakan enzim yang bekerja dalam mengubah molekul NADPH menjadi NADP+ dengan mentransfer elektron ke oksigen dan mengubahnya menjadi radikal anion superoksida. Enzim ini menjadi aktif pada berbagai kondisi patologis terutama pada keadaan hiperglikemia atau pada kondisi diabetes melitus. Jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan telah lama digunakan dalam pengobatan diabetes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas ekstrak etanol daun Jamblang dan kulit batang Jamblang terhadap NADPH Oksidase, melalui pengukuran antioksidan dan produk akhir ROS serta rasio NADP+/NADPH. Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH terhadap ekstrak etanol dari daun (DJ) dan kulit batang jamblang (KJ) sangat kuat dengan konsentrasi IC50 3,08 ppm untuk DJ dan 3,34 ppm untuk KJ, sebanding dengan kadar total fenol yang cukup tinggi sebesar 34,01% (b/b) untuk DJ dan 29,17% (b/b) untuk KJ.
Pengujian ekstrak DJ secara in vitro dengan sel HUVEC dalam kondisi hiperglikemia menurunkan secara signifikan produksi ROS pada konsentrasi 15 ppm sebesar 90,9%. Ekstrak KJ dan DJ juga menurunkan kadar rasio NADP+/NADPH secara signifikan jika dibandingkan blanko positif pada konsentrasi 10 dan 15 ppm. Tetapi ekstrak KJ dan DJ juga menghambat viabilitas sel pada konsentrasi 15 ppm. Ekstrak etanol KJ dan DJ memiliki kemampuan dalam menghambat NADPH Oksidase dengan cara menghambat produksi ROS dan menurunkan rasio NADP+/NADPH dalam sel HUVEC.

NADPH oxidase is an enzyme that works to transform NADPH into NADP+ by transferring electrons to oxygen and convert it into anion superoxide radicals. This enzyme becomes active in a variety of pathological conditions, especially on the state of hyperglycemia in diabetes mellitus condition. Jamblang known to have antioxidant activity and have long been used in the treatment of diabetes.
This study is aimed to evaluate the activity of the leaves and bark of Jamblang against NADPH oxidase, through the measurement of antioxidants activity, ROS production inhibition and NADP+/NADPH ratio. The antioxidant activity with DPPH assay against ethanol extract of the leaves (DJ), and bark jamblang (KJ) is very strong with IC50 concentrations of 3.08 ppm to 3.34 ppm for the DJ and KJ, comparable to the levels of total phenols were quite high at 34,01% (w/w) for DJ and 29.17% (w/w) for KJ.
DJ extracts in vitro assay with cells HUVEC under conditions of hyperglycemia significantly reduce ROS production at a concentration of 15 ppm at 90.9%. Extract DJ and KJ also lowering the ratio of NADP+/NADPH significantly when compared to the positive blank at concentrations of 10 and 15 ppm. Therefore, KJ and DJ also inhibit cell viability at concentrations of 15 ppm. The ethanol extract KJ and DJ has the ability to inhibit NADPH oxidase by inhibiting the production of ROS and decreased the ratio of NADP+/NADPH in HUVEC cells."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T46770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jararizki Budi Subasira
"Indonesia adalah negara tropis yang memiliki kelembaban tinggi, kondisi ini memudahkan manusia untuk mengalami infeksi akibat jamur. Salah satu jamur yang dapat menginfeksi manusia adalah Candida albicans. C. albicans dapat menyebabkan kandidiasis yang merupakan infeksi jamur dengan insiden tinggi. Perawatan antijamur dapat dilakukan dengan menggunakan obat antijamur. Infeksi jamur sering terjadi yang menyebabkan penggunaan obat antijamur mengalami resistensi, oleh karena itu, kebutuhan untuk memeriksa senyawa aktif dari bahan alami yang memiliki aktivitas antijamur perlu ditingkatkan. Salah satu tanaman yang tersebar di Indonesia yang dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan adalah Tanduk Cananga (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari). Tanduk Cananga telah diketahui memiliki aktivitas antijamur dalam ekstrak metanol dari daun. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antijamur ekstrak dan fraksi diklorometana dari kulit tanduk Kanenanga. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi menggunakan pelarut heksana dan diklorometana. Diikuti dengan fraksinasi menggunakan metode kromatografi kolom. Tes aktivitas antijamur dilakukan secara in vitro dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak diklorometana kulit tanduk Cananga memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 200 μg/mL. Fraksi Dichloromethane I dan II memiliki aktivitas antijamur Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 50 μg/mL, fraksi diklorometana III, IV, V, VI, VII, dan VIII memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 100 μg/mL mL. Disimpulkan bahwa ekstrak dan fraksi diklorometana memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.

Indonesia is a tropical country that has high humidity, this condition makes it easy for humans to experience infections due to fungi. One fungus that can infect humans is Candida albicans. C. albicans can cause candidiasis which is a fungal infection with a high incidence. Antifungal treatment can be done using antifungal drugs. Fungal infections often occur causing the use of antifungal drugs to experience resistance, therefore, the need to examine active compounds from natural substances that have antifungal activity needs to be increased. One of the plants that are spread in Indonesia that is known to have various health benefits is the Cananga Horn (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari). Cananga horn has been known to have antifungal activity in methanol extracts from the leaves. This research was conducted to examine the antifungal activity of extracts and dichloromethane fraction from the horn bark of Kanenanga Horn. The extraction method used in this study is the maceration method using hexane and dichloromethane solvents. Followed by fractionation using column chromatography methods. Antifungal activity tests were carried out in vitro by the microdilution method. The results of this study indicate dichloromethane extracts of the skin of the Cananga Horn horn have antifungal activity against Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 200 μg/mL. Dichloromethane fractions I and II have antifungal activity Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 50 μg/mL, dichloromethane fractions III, IV, V, VI, VII, and VIII have antifungal activity against Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 100 μg/mL mL. It was concluded that dichloromethane extracts and fractions had antifungal activity against Candida albicans."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shuffa Chilla Mayhana
"Pendahuluan: Candida sp. Menyumbang 40.9% dari seluruh kasus di seluruh dunia. Namun, resistensi obat terus meningkat akibat kemampuan jamur ini untuk beradaptasi. Oleh karena itu, obat antijamur alternatif untuk melawan kandidiasis invasive sangat dibutuhkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa propolis, sebuah produk dari sarang lebah yang bertekstur seperti lilinn, memiliki sifat antijamut. Walaupun demikian, studi yang menyelidiki efektivitas Propolis Brunei (PB) sebagai obat antijamur alternatif masih langka. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efek PB terhadap pertumbuhan candida albicans (CA). Metode: Studi ini menggunakan metode difusi agar dan mikrodilusi. Melalui difusi agar, peneliti mengevaluasi zona inhibisi. Sedangkan, melalui mikrodilusi, peneliti mengevaluasi optical density difference (ODD), minimum inhibitory concentration (MIC), dan percentage of inhibition (%I). CA ATCC 90028 dipaparkan dengan ekstrak etanol propolis dengan tiga konsentrasi berbeda: 50 mg/ml, 70 mg/ml, dan 100 mg/ml. Flukonazole diguanakan sebagai control positif. Hasil: Rerata zona inhibisi PB 50 mg/ml (10 mm), 70 mg/ml (9 mm), dan 100 mg/ml (11,5 mm) lebih rendah daripada flukonazol (15,5 mm). ODD PB 100 mg/ml lebih tinggi dari tes sampel yang lainnya (0.0703 nm). %I PB 50 mg/ml (79.15%), 70 mg/ml (91.18%), dan 100 mg/ml (92.76%) lebih tinggi daripada flukonazol (21.82%). MIC adalah 50 mg/ml. Kesimpulan: PB memiliki efek antifungal terhadap pertumbuhan CA. Terdapat hubungan yang signifikan antaran zona inhibisi dan ODD PB jika dibandingkan dengan flukonazol. Terdapat korelasi negatif antara zona inhibisi dan ODD ketika membandingkan ketiga konsentrasi PB. Terdapat korelasi positif diantara konsentasi PB dan %I.

Introduction: Among all cases, candida species accounts for 40.9% cases worldwide. However, drug-resistance is rising due to its adaptive nature. Thus, an alternative anti-fungal drug to combat invasive candidiasis is needed. Studies have shown that propolis, a wax-like beehive product, possess anti-fungal properties. Still, studies investigating the effectiveness of Brunei propolis (BP) as an alternative anti-fungal drug are still scarce. This study aims to evaluate the effects of BP against the growth of Candida albicans (CA). Methods: Researcher conducted agar diffusion and micro-dilution method. Through agar diffusion, inhibition zone was evaluated. Meanwhile, through micro-dilution, the author evaluated the optical density difference (ODD), minimum inhibitory concentration (MIC), and percentage of inhibition (%I). CA ATCC 90028 was tested against Propolis extract in three different concentrations: 50 mg/ml, 70 mg/ml, and 100 mg/ml. Fluconazole was the positive control. Results: The mean inhibition zone of BP 50 mg/ml (10 mm), 70 mg/ml (9 mm), and 100 mg/ml (11.5 mm) are lower than fluconazole (15.5 mm). ODD of BP 100 mg/ml is higher than other test samples (0.0703). %I of BP 50 mg/ml (79.15%), 70 mg/ml (91.18%), and 100 mg/ml (92.76%) are higher than fluconazole (21.82%). MIC value is 50 mg/ml. Conclusion: BP possess anti-fungal effects towards CA. There is a significant association between inhibition zone and ODD of BP with respect to fluconazole. There is a negative association between all BP concentrations. There is a positive association between BP concentration and %I."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rosari Asty
"Penelitian untuk menemukan obat antijamur baru masih terus dilakukan. Asam lemak, khususnya asam risinoleat, menjadi senyawa yang menarik minat para peneliti dalam bidang ini. Pada penelitian ini dilakukan sintesis amida ester asam risinoleat teroksidasi-glisina dan amida ester asam risinoleat teroksidasi-fenilalanina melalui tiga tahapan reaksi yang meliputi reaksi esterifikasi Fischer, reaksi oksidasi pada ikatan rangkap, dan reaksi amidasi. Produk dari setiap tahap dikarakterisasi dengan KLT dan FT-IR. Hasil karakterisasi senyawa lipoamida dengan KLT menunjukkan penurunan spot yang mengindikasikan adanya senyawa lipoamida dalam produk hasil amidasi. Hasil karakterisasi produk amidasi dengan FT-IR menunjukkan senyawa amida terbentuk karena adanya gugus fungsi yang khas pada senyawa amida, yaitu gugus C=O amida, pada bilangan gelombang 1731 cm-1 untuk lipoamida-glisina dan 1733 cm-1 untuk lipoamida-fenilalanina. Hasil uji aktivitas antijamur produk amidasi menunjukkan lipoamida-glisina dan lipoamida-fenilalanina tidak mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.

Research to find new antifungal drugs is still ongoing. Ricinoleic acid in particular is a fatty acid that has drawn the attention of researchers in this area. In this research, the synthesis of glycine-oxidized ricinoleic acid amide ester and phenylalanine-oxidized ricinoleic acid ester amide was carried out through three reaction steps, which included Fischer esterification reaction, oxidation reaction of the double bond, and amidation reaction. The products of each stage were characterized by TLC and FT-IR. The results of the characterization of lipoamide compounds by TLC showed a decrease in the spot’s travel length, which indicated the presence of lipoamide compounds in the amidation product. The results of the characterization of the amidation product with FT-IR showed that the amide compound was formed due to the presence of a unique functional group on the amide compound, namely the C=O amide group, at wave numbers 1731 cm-1 for lipoamide-glycine and 1733 cm-1 for lipoamide-phenylalanine. The antifungal activity test results of amidation products showed that lipoamide-glycine and lipoamide-phenylalanine do not have antifungal activity against Candida albicans."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursinah
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemberian antijamur secara rasional berdasarkan sistem skoring infeksi Candida di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Data faktor risiko dan evaluasi penggunaan antijamur pada pasien berisiko kandidemia di RSCM belum tersedia. Data ini diperlukan untuk mengembangkan sistem skor yang sesuai dengan kondisi di RSCM. Penelitian retrospektif ini menggunakan desain kasus kontrol dari rekam medik pasien tahun 2011-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor prediktor kandidemia di RSCM adalah lama perawatan, sepsis berat dan pembedahan dengan nilai ambang batas 3,5. Skor modifikasi memiliki sensitifitas lebih tinggi sedangkan spesifisitas hampir sama dengan Candida score. Penggunan skor modifikasi ini menurunkan ketidaktepatan penggunaan antijamur sebesar 7%.

ABSTRACT
The aim of the study is to increase the rationality of antifungal usage based on Candida scoring system in Cipto Mangunkusuno hospital (RSCM). The data of risk factors and evaluation of antifungal usage in patient who have risk factors for candidemia in RSCM is not available yet. The data is important to develop a scoring system that suitable with RSCM condition. This retrospective case control study used patient medical record from 2011-2014. The result of this study showed that predictor of candidemia in RSCM are length of stay in hospital, severe sepsis and surgery, with cut off value 3.5. The modified score has higher sensitivity with equal specificity with Candida score. The modified score is able to decrease the inappropriateness of antifungal usage as high as 7%., The aim of the study is to increase the rationality of antifungal usage based on Candida scoring system in Cipto Mangunkusuno hospital (RSCM). The data of risk factors and evaluation of antifungal usage in patient who have risk factors for candidemia in RSCM is not available yet. The data is important to develop a scoring system that suitable with RSCM condition. This retrospective case control study used patient medical record from 2011-2014. The result of this study showed that predictor of candidemia in RSCM are length of stay in hospital, severe sepsis and surgery, with cut off value 3.5. The modified score has higher sensitivity with equal specificity with Candida score. The modified score is able to decrease the inappropriateness of antifungal usage as high as 7%.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alelda Rara Fatimah
"Pada penelitian ini, asam oleat diesterifikasi dengan dry metanol dan katalis HCl pekat dengan menggunakan refluks selama 6 jam pada suhu 60°C. Metil oleat yang terbentuk kemudian diamidasi dengan asam amino glisina dan fenilalanina yang dibantu dengan pelarut assetonitril. Selain itu, dilakukan juga amidasi langsung dari asam oleat dengan bantuan disikloheksilkarbodiimida (DCC) sebagai agen pengopling selama 2 jam pada suhu 0°C. Produk lipoamida yang terbentuk di identifikasi dengan KLT, di purifikasi dengan kromatografi kolom, dan di karakterisasi dengan FTIR. Aktivitas antifungi amida asam oleat juga ditentukan dengan metode difusi cakram terhadap Candida albicans. Hasil uji menunjukkan bahwa N-oleilglisina ACN memiliki aktivitas antifungi dengan kategori sedang, N-oleilfenilalanina ACN berkategori sedang, N- oleilglisina DCC tidak ada aktivitas, dan N- oleilfenilalanina DCC berkategori sedang.

In this study, oleic acid was esterified with dry methanol and concentrated HCl catalyst using reflux for 6 hours at 60oC. The methyl oleate formed then amidated by glycine and phenylalanine using acetonitrile as a solvent. In addition, direct amidation of oleic acid was also carried using dicyclohexylcarbodiimide (DCC) as a coupling agent for 2 hours at 0oC temperature. The formed lipoamide product was identified by TLC, purified by column chromatography, and characterized by FTIR. The antifungal activity of oleic acid amide was also determined by disc diffusion method against Candida albicans. The result showed that N- oleylglycine ACN has moderate antifungal activity, N-oleylphenylalanine ACN has moderate category, N-oleylglycine DCC has no activity, and N-oleylphenylalanine DCC has moderate category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>