Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisrina Sajid Nurutami
"Merokok merupakan faktor risiko penting yang dapat dikendalikan dalam kejadian penyakit tidak menular. Pada tahun 2016, WHO memperkirakan bahwa penyakit tidak menular menyumbang 73% kematian di Indonesia dan data Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter adalah 8,36%. Untuk mengurangi konsumsi rokok, terdapat salah satu indikator dalam PHBS rumah tangga yaitu perilaku tidak merokok di dalam rumah. Indikator ini menjadi indikator PHBS rumah tangga dengan cakupan terendah yaitu 36,6% di wilayah kerja Puskesmas Cibodasari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok di dalam rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Cibodasari Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode multistage sampling. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dengan jumlah responden yaitu 106 kepala keluarga. Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square untuk menguji hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yang merokok di dalam rumah, merokok di ruang tamu dan ruang keluarga ketika santai, setelah makan, dan saat menonton televisi. Terdapat hubungan signifikan antara sikap kepala keluarga terhadap perilaku merokok di dalam rumah (p=0,001). Untuk kedepannya Puskesmas diharapkan terus memberikan penyuluhan dan memperbanyak media informasi serta memberikan akses yang lebih luas mengenai informasi bahaya paparan asap rokok dan bahaya merokok di dalam rumah.

Smoking is an important risk factor that can be controlled in the incidence of non-communicable diseases. In 2016, WHO estimated that non-communicable diseases accounted for 73% of deaths in Indonesia and the 2018 Riskesdas data stated that the prevalence of hypertension in Indonesia based on doctor's diagnoses was 8,36%. To reduce cigarette consumption, there is one indicator in household PHBS, namely non-smoking behavior in the house. This indicator was the indicator with the lowest coverage, which is 36.6% in the working area of the Cibodasari Health Center. This study aimed to explore the relationship of factors related to smoking behavior in the house in the work area of the Cibodasari Community Health Center in 2021. This study used a cross-sectional design with a multistage sampling method. The data was collected through the distribution of questionnaires to 106 heads of families. In this study, univariate analysis was used to see the frequency distribution and bivariate analysis used the chi-square test to examine the relationship between each independent variable and the dependent variable. The results of this study indicate that a small proportion of respondents smoke in the house, smoke in the living room and family room when relaxing, after eating, and while watching television. There is a significant relationship between the attitude of the head family towards smoking behavior in the house (p = 0,001). In the future, Community Health Center are expected to continue provide counselling, increase information media, and provide wider access to information on the dangers of exposure to cigarette smoke and smoking in the house."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
"Perilaku merokok mahasiswa keperawatan menjadi isu penting bagi pelaksanaan peran dan fungsi tenaga kesehatan di masa datang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan 252 responden diperoleh secara stratified random sampling.
Hasil menunjukkan terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, stres, pengaruh orang tua, saudara, dan teman sebaya, pengetahuan bahaya rokok, sikap, dan iklan rokok dengan perilaku merokok (α < 0.05). Sikap merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku merokok. Program antisipasi pencegahan perilaku merokok perlu dikembangkan di institusi pendidikan keperawatan.

Smoking behavior of nursing students becomes issue for future implementation of health personnel?s roles and functions. This study aimed to identify factors associated to smoking behavior of nursing students in South Kalimantan. It applied cross-sectional design to 252 respondents.
The results indicate the presence of significant relationship between parental education and income, stress, influence of parents, siblings, and peers, knowledge of the dangers of smoking, attitudes, and cigarette ads to smoking behavior (α < 0.05). Attitude is the most dominant factor influencing smoking behavior. The prevention anticipation program of smoking in nursing education institutions need to be developed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31785
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Hilmar
"Di SLTP Swasta Kecamatan Tapos, proporsi tindakan merokok siswa laki-laki (30,4%) dibandingkan pada siswa perempuan (1,5%) pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran prilaku merokok pada siswa SLTP Swasta Kecamatan Tapos dan juga faktor-faktor yang berhubungan. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pemilihan sample menggunakan cluster random.
Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku merokok siswa SLTP Swasta di Kecamatan Tapos adalah Fakor pengetahuan terhadap bahaya rokok (p value=0,00) faktor sikap responden terhadap prilaku merokok sebesar (p value=0,02), faktor keluarga terhadap prilaku merokok (p value=0,01), dan faktor pertemanan berkelompok (peer group) dengan prilaku merokok siswa (p value=0,01).

Private Junior High School District in Tapos, measures the proportion of male students smoked (30.4%) than among female students (1.5%) in 2012. The purpose of this study to know the description of smoking behavior in junior high school students as well as Private Sub Tapos related factors. Design used in this study was cross sectional with a selection of sample using a random cluster.
The results of the study are the factors associated with smoking behavior of junior high school students in District Private Tapos is Fakor knowledge of the dangers of smoking (p value = 0.00) respondents' attitudes factor for smoking behavior (p value = 0.02), family factors on smoking behavior (p value = 0.01), and the friendship factor group (peer group) with student smoking behavior (p value = 0.01).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dianthi Nidaul Hasanah
"Hasil Survei YLKI pada tahun 2013 juga menunjukkan bahwa, pelanggaran merokok di wilayah KTR paling banyak adalah supir dan kernet angkutan umum di Jakarta. Terdapat 57% supir dan kernet yang tetap merokok di dalam angkutan umum meskipun sudah ada Pergub No. 88 Tahun 2010 mengenai Kawasan Dilarang Merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok di angkutan umum pada supir angkot di kawasan Terminal Kampung Rambutan tahun 2014.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional dan pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling yang dilakukan pada 90 orang responden, yaitu supir angkot perokok aktif di kawasan Terminal Kampung Rambutan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 61,1% supir angkot yang merokok di dalam angkutan umumnya dalam kondisi sedang ngetem maupun menyetir. Faktor sikap dan kriteria tipe perokok adalah faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok di angkutan umum pada supir angkot. Oleh sebab itu, untuk kedepannya perlu dilakukan promosi kesehatan terkait rokok dan KDM yang lebih gencar dari pengelola terminal dan penegasan peraturan KDM yang perlu ditingkatkan lagi.

YLKI survey results in 2013 showed that smoking violations in the KTR most is precisely by th drivers and conductors of public transport in Jakarta. There are 57% of drivers and conductors who continue to smoke in public transport although there was Pergub No. 88 Tahun 2010 regarding Smoking Area Prohibitation. The purpose of this study was to determine what factors are associated with smoking behavior in public transport on public transportation drivers in Kampung Rambutan Terminal in 2014.
This quantitative study with cross-sectional design using purposive sampling conducted on 90 respondents, which is active smoking minivan drivers in Kampung Rambutan Terminal. The instrument used in this study was a questionnaire.
The results of this study indicate that there are 61.1% minivan drivers who smoke in public transport in the condition of waiting their passengers and driving. Attitude and type of smoking are the associated factors with smoking behavior in public transport on public transportation drivers. Therefore, for the future needs to be done related to health promotion and smoking area prohibitation more intensively by terminal’s superintendents. And Smoking Area Prohibitation regulation needs to be improved again.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S57841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Kurniawati
"Perilaku merokok adalah salah satu perilaku yang menyebabkan penurunan kesehatan tubuh pada lansia. Perilaku merokok dapat dipengamhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Penelitian deskriptlif sederhana ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok lansia dan pralansia. Penelitan ini dilakukan secara cross sectional.
Hasil penelitian ini menunjukkan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku merokok pada pralansia dan Iansia adlah faktor emosi (stres) sebanyak 77%. Penelitian ini merekomendasikan pralansia dan lansia agar mengenali faktor-faktor yang dapat mengurangi kebiasaan merokok sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatannya di hari tua.

Smoking in elderly people is one of cause of health condition decreasing. It is affected by several factors like predisposition factor, enabling factor; and reinforcing factor. The goal ofthe simple descriptive research is identify description of factors which afffect smoking in elderly people.
The result of this research show that emotion (stress) is the biggest one of predisposition factor (7 7%). In addition the biggest of enabling factor is available facilitation for smoking. The biggest of reinforcing factor is behavior of health worker. This research recommended identify factors which affect smoking in elder in the research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5657
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Sampekalo
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dari fenomena perilaku merokok pada pekerja konstruksi di kantor pusat Jakarta dan dermaga pelabuhan Tanjung Priok menggunakan teori Health Belief Model. Informan di pilih yang merokok, pernah mencoba berhenti merokok dan mantan perokok. Saturasi data dicapai pada pertemuan manajemen 2 kali dan buruh 4 kali melalui diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam pada 33 orang. Data direkam dan dianalisa secara induktif serta validitas menggunakan metode triangulasi. Enam tema sentral meliputi faktor modifikasi, persepsi kerentanan dan keparahan sakit akibat rokok, persepsi hambatan, persepsi manfaat dan self efficacy. Mantan perokok pada manajemen mampu menolak rokok disebabkan (1) kuatnya dukungan keluarga; (2) merasakan sendiri ancaman sakit akibat rokok; (3) tingginya self efficacy. Informan buruh yang merokok tidak pernah berpikir menolak rokok karena (1) rendahnya persepsi ancaman sakit akibat rokok karena baru saja merasakan nikmatnya rokok; (2) rendahnya pengawasan perusahaan. Perokok yang pernah mencoba berhenti merokok dan akhirnya gagal disebabkan tingginya persepsi hambatan. Role model akan berpengaruh pada suatu kelompok jika memiliki kesamaan kelas sosial. Penerapan reward lebih bermanfaat dibandingkan punishment. Institusi pendidikan dapat berperan pada faktor modifikasi melalui promosi kesehatan dan preventif.

ABSTRACT
This study was aimed to obtain information from phenomenon smoking behavior of construction workers in central office at Jakarta and Tanjung Priok harbor using Health Belief Model theory. Informants selected were current smokers, smokers who have tried quitting, and former smokers. Data saturation was obtained on two-times management meeting and four-times labor focus group discussions and in-depth interviews in 33 people. Data were recorded and analyzed inductively and validated using triangulation method. Six central themes including modification factors, perceptions of vulnerability and severity of illness because of smoking, perceived barriers, perceived benefits and self efficacy. Former smokers from the management group was able to refuse due to (1) good family support; (2) self perceiveness of illness due to tobacco menace; (3) high self-efficacy. Labor who smoke never thought of quitting because (1) low perception of illness due to tobacco because of ?feel good? sensation; (2) lack of company supervision. Smokers who had tried to quit smoking and ultimately were usually failed because of high perceived barriers. Role model will have an effect with similar social classes. Implementation of reward was more helpful than punishment. Educational institutions can play role in the modification factor through health promotions and preventives. ;This study was aimed to obtain information from phenomenon smoking behavior of construction workers in central office at Jakarta and Tanjung Priok harbor using Health Belief Model theory. Informants selected were current smokers, smokers who have tried quitting, and former smokers. Data saturation was obtained on two-times management meeting and four-times labor focus group discussions and in-depth interviews in 33 people. Data were recorded and analyzed inductively and validated using triangulation method. Six central themes including modification factors, perceptions of vulnerability and severity of illness because of smoking, perceived barriers, perceived benefits and self efficacy. Former smokers from the management group was able to refuse due to (1) good family support; (2) self perceiveness of illness due to tobacco menace; (3) high self-efficacy. Labor who smoke never thought of quitting because (1) low perception of illness due to tobacco because of ?feel good? sensation; (2) lack of company supervision. Smokers who had tried to quit smoking and ultimately were usually failed because of high perceived barriers. Role model will have an effect with similar social classes. Implementation of reward was more helpful than punishment. Educational institutions can play role in the modification factor through health promotions and preventives. , This study was aimed to obtain information from phenomenon smoking behavior of construction workers in central office at Jakarta and Tanjung Priok harbor using Health Belief Model theory. Informants selected were current smokers, smokers who have tried quitting, and former smokers. Data saturation was obtained on two-times management meeting and four-times labor focus group discussions and in-depth interviews in 33 people. Data were recorded and analyzed inductively and validated using triangulation method. Six central themes including modification factors, perceptions of vulnerability and severity of illness because of smoking, perceived barriers, perceived benefits and self efficacy. Former smokers from the management group was able to refuse due to (1) good family support; (2) self perceiveness of illness due to tobacco menace; (3) high self-efficacy. Labor who smoke never thought of quitting because (1) low perception of illness due to tobacco because of ”feel good” sensation; (2) lack of company supervision. Smokers who had tried to quit smoking and ultimately were usually failed because of high perceived barriers. Role model will have an effect with similar social classes. Implementation of reward was more helpful than punishment. Educational institutions can play role in the modification factor through health promotions and preventives. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurmanah
"ABSTRAK
Remaja usia 15-17 tahun merupakan masa kritis dari tahap tumbuh kembang
remaja yang rentan terhadap perilaku merokok. Pola asuh orang tua merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku remaja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok siswa
SMA. Penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik
melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
ialah simple random sampling dengan responden penelitian sebanyak 276 orang di
SMA Negeri 38 Jakarta. Hasil riset menjelaskan 58.3% perempuan, 59.4% berusia
16 tahun, 56 responden perokok aktif kebanyakan laki-laki, merokok 1-10
batang/hari. Pada uji chi square didapatkan hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku merokok siswa SMA (p= 0.000) dan didapatkan hubungan antara
jenis kelamin dengan perilaku merokok siswa SMA (p=0.000, OR= 8.766).
Peneliti merekomendasikan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai korelasi
pola asuh orang tua dengan perilaku merokok siswa SMA.

ABSTRACT
Adolescents aged 15-17 years is a critical period of adolescent growth and
development stages that are susceptible to smoking behavior. Parenting style is
one of the factors that influence adolescent behavior. This study aims to determine
the relationship of parenting style with high school students' smoking behavior.
This research is a quantitative research survey design with cross sectional analytic
approach. The sampling technique used is simple random sampling with survey
respondents as much as 276 people in SMA Negeri 38 Jakarta. The results of
research to explain 58.3% female, 59.4% aged 16 years, 56 respondents active
smokers mostly male, smoking 1-10 cigarettes / day. In the chi square test found
the relationship between parenting parents with high school students smoking
behavior (p = 0.000) and obtained relationships between the sex with a high
school student smoking behavior (p = 0.000, OR = 8766). The researcher
recommends further research on the correlation parenting style with high school
student smoking behavior."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43417
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sapariah
"Merokok merupakan masalah kesehatan yang dapat menirnbulkan berbagai penyakit bahkau kematian, penyakit yang berkaitan dengan merokok merupakan permasalahan kesehatan terbesar yang menyebabkan 8,4 juta kematian pertahun (Depkes RI, 2004). Penelitian dilakukau di RSPG Cisarua Bogor untuk mengideutifikasi faktor-falctor yang rnempengamhi perilaku merokok pada penunggu pasien.Metode penelitian deskriflif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dari 116 oramg, teridentiiikasi sebanyak 71,6% merokok. Hasil uji statistik chi square, dengan P value sebesar 0,003 dan 0,005 terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dan perilaku petugas dengan perilaku merokok. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan, sikap dan peraruran dengan perilaku merokok. Untuk menindaklanjuti diharapkan adanya pengawasan secara Iangsung dari pimpinan rumah sakit berupa teguran atau pemberian sanksi kepada setiap perokok."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5795
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kurniawati
"Salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular adalah perilaku merokok. Penyebab seseorang merokok antara lain kurangnya pengetahuan, pengaruh orangtua, teman dan juga iklan.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran dan hubungan antara pengetahuan, sikap, keluarga, teman dekat dan keterpaparan iklan rokok terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2010.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder survei perilaku sehat 2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang mewakili 12 fakultas, sedangkan sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang termasuk kedalam rentang umur remaja akhir (18-21 tahun) yang berjumlah 2.108 responden.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 263 (12.5%) responden adalah merokok. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara jenis kelamin, rumpun, pengetahuan, sikap dan pengaruh keluarga terhadap perilaku merokok.

Smoking behavior is one of the factors that risk the infections diseases. The reason why someone smokes can be because of lacking of knowledge, family influence, friends and advertisement.
The objectives of this research are to know the description and connections among knowledge, attitude, family, close friends and exposition of cigarette advertisement toward smoking behavior of the students university of Indonesia year 2010.
Research design that is used is cutting across using secondary data survey of healthy behavior 2010.
Population of this research is from all student represent 12 faculties, while the sample that is used is from students within range of late teenages (18-21 years old) consist of 2108 respondents. The research shows that 263 (12.5%) respondents are smokers.
Result test statistically shows the connections among gender, faculty asociation, knowledge, attitude and family influence to wand smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Saria Diah Ayu Gufronika
"Bahaya asap rokok merupakan penyebab utama pencemaran udara di dalam ruangan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menyadari perlunya adana kebijakan yang memberikan perlindungan terhadap para perokok pasif. Lahirnya PERDA Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang mengatur tentang KDM, menempatkan pemerintah Prpvinsi DKI Jakarta sebagai pemerintah provinsi pertama di Indonesia yang mengatur tentang KDM.
Tesis inimembahas tentang implementasi kebijakan KDM di Provinsi DKI Jakarta khususnya di pusat perbelanjaan Senayan City, Plaza Semanggi dan Blok M Mall. Penelitian ini bermaksud melihat bagaiman implementasi kebijakan KDM di pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Pertanyaan penelitian pada tesis ini adalah bagaimana implementasi kebijakan KDM di pusat perbelanjaan dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan ini.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data gabungan. Hasil penelitian ini menyarankan perlunya pengawasan secara rutin dengan keterlibatan berbagai pihak terkait. Selain itu, perlu peningkatan kerjasama yang baik antara stakeholder terkait sehingga implementasi kebijakan ini dapat mencapai hasil yang optimal.

The dangers of cigarette smoke is a major cause of indoor air pollution. The Jakarta Provincial government was really sure that they need a policy to provides protection for passive smoker. Local Regulation Policy (PERDA) of Jakarta Provincial Government Number 2/2005 about air pollution control, include No Smoking Area Policy, put they as the first provincial government that regulated the No Smoking Area Policy.
This thesis discusses about implementation of No Smoking Area Policy in Jakarta, especially in shopping center in jakarta selatan: Senayan City, Plaza Semanggi and Blok M Mall.
This research is a quantitative study using mixed data collection techniques between quantitative and qualitative. The result of the study suggests the need for regular monitoring of the provincial government of the Jakarta, consistent law enforcement for violators policy and the need to involve the community in monitoring this implementation policy."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>