Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilham Dwi Hatmawan
"Fenomena infanticide seringkali ditanggapi dengan mengabaikan pengalaman serta perasaan anak perempuan dan perempuan untuk melindungi masa depan anak yang mereka sayangi. Studi ini dilakukan terhadap KH, RH, dan AL yang merupakan tiga perempuan dewasa dimana pada usia anak mereka melakukan infanticide, telah menyelesaikan vonis hukuman penjara, dan memiliki latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Selain itu, studi ini juga melibatkan orang di lingkungan terdekat mereka untuk mengakomodasi sudut pandang dari lingkungan sosial KH, RH, dan AL. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara telepon dan percakapan dalam jaringan. Dengan menggunakan kerangka kerja social-ecological model (SEM), studi ini menemukan bahwa tekanan berlapis dari individu, lingkungan pertemanan dan keluarga, komunitas, dan negara telah menempatkan anak perempuan pada kerentanan untuk melakukan infanticide. Keterlibatan anak perempuan dalam proses hukum telah  memperkuat label serta stigma yang diberikan kepada mereka sebagai sosok yang tidak patuh, jahat, dan amoral tanpa mempertimbangkan konteks pemaknaan dan kemampuan tanggung jawab mereka yang berbeda. Studi ini juga menemukan bahwa perbedaan latar belakang keluarga turut memengaruhi pengalaman reintegrasi anak ke masyarakat. Akhirnya, hasil studi ini diharapkan dapat menjadi counter-narative agar memandang anak perempuan yang melakukan infanticide bukan sebagai pelaku, melainkan korban atas tekanan struktural sehingga memerlukan perlindungan khusus secara kolektif dari lingkungannya.

Infanticide is often responded to by the society without accommodating the experiences and feelings of girls and women to protect the future of their beloved children. This study involved KH, RH, and AL, three adult women who did infanticide when they were children, had completed their prison sentences, and came from diverse socio-economic backgrounds. In order to accommodate the viewpoints of KH, RH, and AL's social circle, this study also involved people in their immediate environment. The data collection was carried out through telephone interviews and online conversations. From the social-ecological model (SEM) framework, this study found that multiple stresses from individuals, peers and family, community, and the state have placed girls at risk for infanticide. The involvement of girls in the legal process also strengthens the label and stigma given to them as disobedient, evil, and immoral figures without considering the context of their different meanings and responsibilities. The study also found that the difference in the family background also influenced children's experience of reintegration into society. Finally, the results of this study are expected to be a counter-narrative to view girls who commit infanticide not as perpetrators, but as victims of structural pressures that require special collective protection from their environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Dea Prameswari
"ABSTRAK
Tesis ini menyajikan secara lebih dalam pengalaman empat perempuan sebagai korban konstruksi hukum maskulin dalam kasus infantisida, yaitu Anna 25 tahun , Betty 17 tahun , Cecil 28 tahun , dan Diana 19 tahun . Keempat perempuan tersebut sebagai individu yang terlahir berjenis kelamin perempuan telah memperlihatkan bahwa sistem seks gender dalam masyarakat patriarki nyatanya menghasilkan simbol identitas feminin bagi perempuan, yaitu perempuan harus memiliki moralitas relasional dalam bentuk kepedulian akan kebahagiaan dan kebutuhan orang-orang di sekitar mereka, terutama keluarga dan pasangan. Moralitas relasional yang merugikan perempuan tersebut mengakibatkan perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan dan berujung pada jeratan kasus hukum pembunuhan bayi. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan perspektif feminis feminis radikal, etika feminis, dan yurisprudensi feminis . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus berperspektif feminis yang memungkinkan peneliti untuk mengetengahkan pengalaman perempuan di dalam fenomena infantisida. Pada akhirnya, penelitian ini menemukan bahwa sistem seks gender adalah akar masalah dari ketidakadilan dalam moralitas relasional kebijakan penghukuman terhadap perempuan dalam kasus infantisida. Studi feminisme adalah suatu studi yang juga menghadirkan langkah advokasi sebagai bentuk pemberdayaan terhadap perempuan. Melalui tulisan ini, saya dapat mengatakan bahwa saya telah melakukan suatu advokasi, yaitu menghadirkan narasi suara perempuan dan ikut serta dalam mendampingi kasus hukum infantisida para subyek penelitian.

ABSTRACT
This thesis presents more deeply the experiences of four women as victims in masculine law constructions in the case of infanticide, called Anna 25 years , Betty 17 years , Cecil 28 years , and Diana 19 years . These four women as individuals born as female have shown that the gender sex system in patriarchal society produces a symbol of feminine identity for women, that women must have a relational morality in the form of concern for the happiness and needs for people around them, especially their family and partner. Relational morality that oppress woman resulted in women experiencing an unwanted pregnancy and led to the bondage of legal cases of infanticide. This study was written using a feminist perspective radical feminist, feminist ethics, and feminist jurisprudence . This study used a qualitative approach with a case study method with a feminist perspective that allows researchers to illustrate the experience of women in the phenomenon of infanticide. Ultimately, this study found that gender sex system is the root cause of inequity in the relational morality of women 39 s punishment policies in infanticide cases. Feminism studies is a study which also presents advocacy as a form of empowerment of women. Through this thesis research, I can say that I have done an advocacy, which is to present the voice narration of women and participate in accompanying the case of infanticide law of the research subjects."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Rolan Parulian
"ABSTRAK
Penolakan terhadap mahasiswa Papua yang mencari kos atau kontrakan di Yogyakarta, disebabkan oleh stereotip dan diskriminasi yang merupakan komponen dari stigma. Meski banyak penelitian terkait hal ini telah berhasil menunjukkan gambaran stigmatisasi terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta, namun masih sedikit penelitian yang menggambarkan bagaimana proses dari destigmatisasi terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta dapat terjadi. Berdasarkan kajian yang mendalam terkait teori kapital sosial, penelitian ini mencoba menemukan adanya peranan kapital sosial melalui komponen kedekatan dengan tetangga, jaringan sosial dan partisipasi masyarakat Li, Pickles, Savage, 2005 terhadap proses destigmatisasi mahasiswa Papua di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 13 informan yang didapatkan melalui penggunaan teknik snowball sampling. Setelah seluruh data temuan lapangan dianalisis dengan menggunakan software analisis data qualitative RQDA, ditemukan bahwa kapital sosial dapat berperan terhadap proses destigmatisasi. Cara-cara atau strategi yang dapat digunakan destigmatisasi terjadi adalah dengan mendorong partisipasi aktif mahasiswa Papua dalam kegiatan masyarakat sehingga dapat menyebabkan adanya hubungan yang akrab dengan masyarakat. Ditemukan juga aktor sosial dalam wujud beberapa orang kenalan yang menjembatani hubungan kedua belah pihak, yang kemudian dapat menghasilkan suatu keadaan dimana mahasiswa Papua mendapatkan kepercayaan dan penerimaan oleh masyarakat Yogyakarta.

ABSTRACT
The rejection of Papuan students whilst seeking a home stay in Yogyakarta is a result of stereotypes and discrimination which are component of stigma. Although many studies have been conducted relate to this phenomenon, unfortunately there is only less research which focus on how exactly the destigmatization process can occur to Papuan students in Yogyakarta. Based on the in depth study of social capital theory, this research aims to find the role of social capital for stigma reduction through the components of neighborhood attachment, social networks and civic participation Li, Pickles, Savage, 2005 . This research uses qualitative research methods and in depth interviews of 13 informants found by using snowball sampling technique. The data findings then were analyzed using a qualitative data analysis software, RQDA. The result shows social capital can contribute to the destigmatization process. Way or strategy that can be used is to encourage the active participation of Papuan students in community life which will result a strong and close relationship with the surrounding neighborhood. Social actors are also found in the form of several acquaintances who bridge the relationship of both parties, which then can produce a situation where Papuan students gain trust and acceptance fromthe community."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T49475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Pribadi
"ABSTRAK
Pasar merupakan salah satu sarana umum yang amat penting kedudukannya sebagai salah satu sub sistem penggerak perekonomian kota, juga berfungsi sebagai infrastruktur kota yang melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihan secara teratur. Pedagang kaki lima sebagai salah satu bentuk kesempatan kerja sector informal berperan mewujudkan ekonomi rakyat yang mandiri, tercermin dalam keteraturan sosial pada kegiatan perdagangannya.
Dalam kehidupan pedagang kaki lima di lingkungan Pasar Kramat Jati, Kodya Jakarta Timur, terdapat corak keteraturan sosial yang terjadi dari hasil interaksi hubungan-hubungan sosial antara individu-individu atau kelompok yang berkepentingan sebagai pengguna fasilitas pasar, yang dipengaruhi oleh adanya hubungan patron klien yang dijadikan pedoman, diyakini dan disepakati untuk dipatuhi dan dioperasionalkan dalam kegiatan perdagangan kaki lima.
<
Metodologi yang digunakan adalah etnografi yang dilakukan dengan Tara, pengamatan yang terlibat, pengamatan dan wawancara dengan pedoman untuk mengungkapkan pola-pola keteraturan sosial yang terjadi dan dilakukan oleh para. pedagang kaki lima dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara sederhana didefinisikan sebagai gambaran sebuah kebudayaan yaitu sebuah gambaran kebudayaan dan sebuah masyarakat atau komunitas yang merupakan hasil konstruksi dan interpretasi yang ditunjang oleh berbagai informasi yang diperolehnya sehingga didapat sebanyak mungkin dimensi dan ciri dari gambaran tersebut. Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisa kualitatif. Hasil wawancara diolah, kemudian ditarik hubungan-hubungannya yang berkaitan dan diinterpretasikan berdasarkan konsep-konsep dan literatur yang ada, serta digunakan sebagai acuan untuk memperkuat analisa kualitatif ditambah dengan berbagai acuan yang relevan dengan permasalahan.
Corak keteraturan sosial yang terdapat dalam kehidupan pedagang kaki lima adalah persaingan sehat, kerja sama dan tolong menolong. Keteraturan mengenai tempat/lokasi/lapak untuk berdagang disepakati bahwa kepemilikan lapak atau lokasi pedagang kaki lima yang lain, tidak akan ditempati atau direbut tanpa seijin pemilik lapak/lokasi dagang. Keteraturan dalam pembayaran pungutan baik resmi maupun tidak resmi diartikan sebagai jaminan keamanan dan ketenangan dalam berusaha. Waktu yang digunakan untuk berdagang menyesuaikan dengan jenis dagangan dan tempat atau lokasi berdagang. Untuk sistem penawaran harga barang menggunakan sistem harga luncur yang memungkinkan pembeli mendapatkan barang dengan mutu yang sebaik-baiknya dan harga yang terjangkau. Budaya tawar menawar ini juga dapat dijadikan petunjuk bagi pedagang kaki lima untuk mengetahui daya beli konsumen terhadap barang dagangan yang ditawarkan.
Kehidupan pedagang kaki lima memiliki corak keteraturan sosial yang dipengaruhi oleh bentuk-bentuk patron dalam lingkungan pedagang kaki lima yang mencari bentuknya sebagai koordinator, ketua kelompok, juragan/majikan atau sekaligus sebagai ketua kelompok dan juragan. Seseorang yang menduduki salah satu peran seperti tersebut diatas dapat disebut sebagai seorang patron, sedangkan anakbuahnya dapat dikatakan sebagai klien.
Sebuah komunitas yang mampu mengatur keteraturan sosial dalam kehidupannya melalui pranata yang diyakini kebenarannya dan dipatuhi, tidak akan memerlukan pelayanan tugas polisi. Sebaliknya komunitas yang cukup kompleks dimana pranata yang berlaku tidak fungsional lagi, digunakan sebagai acuan dalam mengatur dan menjaga berlakunya keteraturan sosial, akan memerlukan petugas kepolisian dalam mengatasi berbagai masalah sosial.
Untuk menyusun strategi pembinaan masyarakat yang profesinya sebagai pedagang kaki lima dan corak keteraturan sosialnya dipengaruhi oleh para patron. Matra Program Pembinaan Kamtibmas ditingkat Polsek (Kepolisian Sektor), dapat menyertakan peranan para patron, dalam penciptaan situasi keamanan yang kondusif.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Nurdiah
"ABSTRAK
Meskipun sudah tidak menggunakan narkoba, mantan pecandu narkoba masih memiliki
sejumlah permasalahan, diantaranya adalah relapse (kekambuhan) dan reintegrasi. Studi
ini melihat adanya agen sosial yang berperan penting, yaitu komunitas. Penelitian ini
berlokasi di sebuah komunitas mantan pecandu Yayasan Sahabat Rekan Sebaya (SRS),
Kalibata Jakarta TImur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi.
Pemilihan informan dilakukan secara snowball. Hasil penelitian memperlihatkan
bagaimana modal sosial bekerja dalam membantu permasalahan mantan pecandu. Nilai
dan norma komunitas SRS berperan sebagai kontrol sosial terhadap pencegahan relapse.
Nilai dan norma yang diajarkan komunitas mengarahkan pada proses diterima kembali
mantan pecandu di masyarakat. Jaringan sosial komunitas SRS membantu mantan pecandu
memiliki pekerjaan. Sedangkan kepercayaan dalam komunitas terlihat sangat tinggi
sehingga mampu merekatkan hubungan para anggotanya. Modal bonding yang begitu kuat
menjadi modal sosial paling menonjol di komunitas ini. Modal bridging yang dimiliki
komunitas juga telah banyak membuka kesempatan bagi mantan pecandu untuk mengakses
pendidikan informal dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

ABSTRACT
Although no longer using drugs, former drugs addicts still have some problems such as
relapse and reintegration. This study focus on the existance of community that play an
important role to help their problems. This study is located in community of ex-drugs addict
community Sahabat Rekan Sebaya (SRS) foundation, Kalibata, East Jakarta. This study used
a qualitative method with case-study approach. Data collected through in-depth interviews
and field observation. Informants selected by snowball. The research shows how social
capital works in helping ex-drugs addict problems. The norms of the community as a social
control agent to their relapse prevention. Values and norms of the community taught to
reintegration process. Social network of SRS community help ex-drugs addicts to have a job,
which is an indicator of the successfull reintegration in society. While trust in the SRS
community is very high between members. SRS community has strong bonding capital.
Brigding capital of SRS community also provide opportunities for ex-drugs addicts in
accessing to informal education and directly interact with the society."
2015
S60955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
N. Daldjoeni
Bandung: Alumni, 1992
307.76 DAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudharto P. Hadi
Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1997
304.2 SUD a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sudharto P. Hadi
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2009
304.2 SUD a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Bill Robby
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kapital sosial dan ketiadaan korban pada aksi terorisme di masa lalu dapat meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap mantan pelaku terorisme. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa kepemilikan pada kapital sosial dan kondisi ketiadaan korban dapat meningkatkan persepsi bahwa pelaku dapat menjadi individu yang lebih baik di masa depan, meminimalkan stigma negatif, dan memperbesar persepsi reintegrasi bagi mantan pelaku kejahatan. Penelitian ini menggunakan metode population-based survey experiment (P-BSE) dengan vignette treatment, serta melibatkan 398 partisipan dengan rentang usia 18 hingga 29 tahun untuk membandingkan persepsi partisipan terhadap kondisi mantan pelaku terorisme dengan kapital sosial tinggi vs. rendah serta ada vs. tidak adanya korban. Hasilnya, tidak ada perbedaan persepsi partisipan terhadap kondisi mantan pelaku terorisme dengan kapital sosial tinggi vs. rendah ataupun ada vs. tidak adanya korban. Penelitian ini turut menganalisis faktor demografis partisipan terhadap persepsi mengenai reintegrasi mantan pelaku terorisme. Hasilnya, faktor demografis juga tidak berpengaruh terhadap perbedaan persepsi partisipan mengenai mantan pelaku terorisme.

This study aims to prove that social capital and the absence of victims of past acts of terrorism can contribute to the increase of people's positive perceptions on ex-terrorists. Previous research show that the ownership of social capital and the absence of victims could contribute positively on the increase of belief in redeemability, minimizing negative stigma, and increasing the perception of reintegration. This study uses population-based survey experiment (P-BSE) method with vignette treatment, and involved 398 participants with age range from 18 to 29 years old in order to compare participants' perceptions on the conditions of ex-terrorists with the characteristics of high vs. low social capital and visible vs. invisible victims. As a result, there is no difference in participants' perceptions of the condition of former terrorists with either high vs. low social capital or visible vs. invisible victims. Apart from that, this study also analyzes participants' demographic factors on perceptions of the reintegration ex-terrorists. As a result, It is found that demographic factors also do not affect the differences in participants' perceptions of ex-terrorists"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>