Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201373 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gratia Emellie
"Tingginya implikasi dan tingkat sensitivitas pemberitaan seputar kasus bunuh diri membuat organisasi pemerhati kesehatan dunia, WHO dan lembaga pengawas pers di Indonesia, Dewan Pers, mengeluarkan seperangkat aturan yang memuat pedoman untuk melakukan reportase bunuh diri yang bertanggung jawab. Media daring yang saat ini menjadi opsi saluran media utama yang diminati oleh Masyarakat Indonesia, seharusnya mematuhi pedoman tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan penerapan pedoman bunuh diri tersebut dalam media daring dengan mengkajinya melalui ketersediaan unsur-unsur potensi helpful yang seharusnya ada dan potensi harmful yang seharusnya dihindari dalam penulisan artikel reportase bunuh diri. Berdasarkan kajian tersebut, penulis menemukan bahwa unsur harmful justru memiliki prevalensi yang lebih tinggi ketimbang ketersediaan unsur helpful dalam tulisan artikel media daring. Lebih jauh lagi, penulis menemukan bahwa tingginya ketidaksesuaian antara hasil reportase dengan pedoman pemberitaan bunuh diri ini, dilatarbelakangi oleh faktor tekanan ekonomi akibat semakin banyaknya media daring di Indonesia. Hal ini memunculkan iklim kompetitif antar media daring untuk mendapatkan atensi khalayak yang akhirnya membuat hasil reportase tidak sesuai dengan pedoman pemberitaan bunuh diri.

The high implication and sensitivity level of reporting on suicides has made the World Health Organization (WHO)
and the press watchdog agency in Indonesia, Dewan Pers, issued a set of rules containing guidelines for reporting
responsibly on suicide. Online news media, which is currently the main media channel Indonesians desired, should comply with these guidelines. Therefore, this paper will describe the application of these suicide guidelines in Indonesian online news media by examining the availability of potentially helpful elements that should be present and potentially harmful factors that should be avoided when writing about suicide. Based on this study, the author found that the harmful elements had a higher prevalence than the availability of helpful elements in online media articles. Furthermore, the authors found that the high discrepancy between those reportage and the guidelines on reporting suicide was caused by the economic pressure factor due to the increasing number of online news media in Indonesia. This has created a competitive climate among Indonesian online news media to get audience’s attention, which ultimately makes the reportage results not in accordance with the guidelines of reporting on suicide.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gratia Emellie
"Tingginya implikasi dan tingkat sensitivitas pemberitaan seputar kasus bunuh diri membuat organisasi pemerhati kesehatan dunia, WHO dan lembaga pengawas pers di Indonesia, Dewan Pers, mengeluarkan seperangkat aturan yang memuat pedoman untuk melakukan reportase bunuh diri yang bertanggung jawab. Media daring yang saat ini menjadi opsi saluran media utama yang diminati oleh Masyarakat Indonesia, seharusnya mematuhi pedoman tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan penerapan pedoman bunuh diri tersebut dalam media daring dengan mengkajinya melalui ketersediaan unsur-unsur potensi helpful yang seharusnya ada dan potensi harmful yang seharusnya dihindari dalam penulisan artikel reportase bunuh diri. Berdasarkan kajian tersebut, penulis menemukan bahwa unsur harmful justru memiliki prevalensi yang lebih tinggi ketimbang ketersediaan unsur helpful dalam tulisan artikel media daring. Lebih jauh lagi, penulis menemukan bahwa tingginya ketidaksesuaian antara hasil reportase dengan pedoman pemberitaan bunuh diri ini, dilatarbelakangi oleh faktor tekanan ekonomi akibat semakin banyaknya media daring di Indonesia. Hal ini memunculkan iklim kompetitif antar media daring untuk mendapatkan atensi khalayak yang akhirnya membuat hasil reportase tidak sesuai dengan pedoman pemberitaan bunuh diri.

The high implication and sensitivity level of reporting on suicides has made the World Health Organization (WHO)
and the press watchdog agency in Indonesia, Dewan Pers, issued a set of rules containing guidelines for reporting
responsibly on suicide. Online news media, which is currently the main media channel Indonesians desired, should comply with these guidelines. Therefore, this paper will describe the application of these suicide guidelines in Indonesian online news media by examining the availability of potentially helpful elements that should be present and potentially harmful factors that should be avoided when writing about suicide. Based on this study, the author found that the harmful elements had a higher prevalence than the availability of helpful elements in online media articles. Furthermore, the authors found that the high discrepancy between those reportage and the guidelines on reporting suicide was caused by the economic pressure factor due to the increasing number of online news media in Indonesia. This has created a competitive climate among Indonesian online news media to get audience’s attention, which ultimately makes the reportage results not in accordance with the guidelines of reporting on suicide.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"
Artikel ini berupaya mengulas urgensi dimensi resiliensi bagi para pemuda di Indonesia dalam keseharian hidup. Secara sederhana, resiliensi dapat diterjemahkan sabgai kemampuan individu untuk bertahan, beradaptasi berikut bangkit dari berbagai bentuk penderitaan hidup yang menderanya. Persoalan ni menjadi penting mengingat masa muda merupakan periode-periode transisi yang begitu berat bagi setiap individu, di mana ketidakstabilan emosi dan psikologis besar mempengaruhi di dalamnya. Lebih jauh, artikel ini mendiskusikan karakteristik pemuda da alas an diperlukannya dimensi resiliensi, maraknya aksi bunuh diri yang dilakukan pemuda dewasa ini sebagai implikasi lemahnya dimensi resiliensi, serta berbagai upaya yang dapat ditempuh dalam rngka memperkuat dimensi resiliensi pada diri pemuda guna mengatasi persoalan tersebut, Artikel diawali dengan uraia ihwal perkembangan studi resiliensi, baik menyangkut aspek konseptual maupun kemanfaatannya."
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prajitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/ 1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural, Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhirakhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian iniadalah suatu studi kasus kelola dengan Cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji x2 risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi Л(phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik, Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16--30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p < 0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri_dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan PungsI Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Tlmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (pastvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and sosiocultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relarively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular sociocultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested, involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and sociocultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between Л (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,01) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese). Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand - and on the other: Minimal Psysical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta. Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicides on the one hand - and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity. Muliple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors. Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D260
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Azizah
"Penelitian ini berusaha melihat penerapan peraturan dean pers dalam pembingkaian bunuh diri di media sebagai upaya pencegahan bunuh diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Objek yang diteliti yaitu berita terkait bunuh diri yang dipublikasikan melalui media daring dengan sampel lima berita dari lima media yang berbeda, diambil dari Maret 2020 hingga Agustus 2020. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media belum sepenuhnya menerapkan peraturan dewan pers terkait pemberitaan bunuh diri dan pemberitaan yang dilakukan belum berfokus pada upaya pencegaham bunuh diri.

This research tries to see the application of Press Council regulation about suicide coverage in media as suicide prevention. The method used is qualitative approach with framing analysis method developed by Robert N. Entman. The object under study is news articles about suicide published on online media with a sample of 5 news articles from 5 different media, taken from March 2020 to August 2020. The result of this study shows that media has not applied Dewan Pers regulation about suicide and the news coverage has not focused on suicide prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"Bunuh diri pada remaja merupakan salah satu persoalan serius dalam kesehatan masyarakat saat ini. Data Global School based student Health Survey tahun 2015 terhadap remaja sekolah yang berusia 13-17 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 5% remaja memiliki ide bunuh diri, 6% sudah merencanakan bunuh diri dan 4% sudah melakukan usaha bunuh diri. Keputusan remaja untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko maupun faktor protektif yang merupakan faktor pencegah munculnya risiko bunuh diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol faktor risiko dan meningkatkan faktor protektif terhadap risiko bunuh diri pada remaja dengan melibatkan peran serta perawat UKS, guru dan orang tua. Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu studi kualitatif dengan desain kualitatif deskriptif untuk mengetahui faktor protektif dan faktor risiko bunuh diri pada remaja. Partisipan pada tahap ini adalah remaja, guru, orang tua dan perawat UKS. Tahap ke dua adalah pengembangan model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja. Pada tahap ke tiga dilakukan uji coba model dengan menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain quasy experiment dan rancangan penelitian pre and post with control group. Intervensi diberikan kepada 212 remaja. Hasil penelitian tahap satu ditemukan dua tema pada faktor protektif terhadap risiko bunuh diri yaitu faktor individu dan faktor sosial, dua tema pada faktor risiko risiko yaitu faktor individu dan sosial. Tahap dua diperoleh model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja dan tahap tiga menunjukkan bahwa model meningkatkan mekanisme koping, dukungan sosial dan perilaku mencari bantuan serta menurunkan depresi dan ide bunuh diri pada remaja. Rekomendasi bagi pelayanan kesehatan disekolah bahwa model ini dapat diaplikasikan untuk pencegahan risiko bunuh diri di sekolah dengan melibatkan perawat UKS, guru, orang tua serta teman sebaya.

Suicide in adolescents is one of the serious problems in public health today. Data from the 2015 Global School based Student Health Survey on school adolescents aged 13-17 years in Indonesia showed that 5% of adolescents had suicidal ideation, 6% had planned suicide and 4% had attempted suicide. Adolescent's decision to commit suicide is influenced by various risk faktors and protective faktors which are faktors that prevent the emergence of suicide risk in adolescents. This study aims to control risk faktors and increase protective faktors against suicide risk in adolescents by involving the participation of school nurses, teachers and parents. This research method is divided into 3 stages. The first stage is a qualitative study with a descriptive qualitative design to determine the protective faktors and risk faktors for suicide in adolescents. Participants at this stage were teenagers, teachers, parents and UKS nurses. The second stage is the development of a school-based suicide risk prevention model in adolescents. In the third stage, a model trial was conducted using a quantitative study approach with a quasi-experimental design and a pre and post research design with a control group. The intervention was given to 212 adolescents. The results of the first phase of the study found two themes on protective faktors against suicide risk, namely individual faktors and social faktors, two themes on risk faktors, namely individual and social faktors. In the second stage, the model of school-based suicide risk prevention in adolescents showed that the model improved coping mechanisms, social support and help-seeking behavior and reduced depression and suicidal ideation in adolescents. Recommendations for health services in schools that this model can be applied to prevent the risk of suicide in schools by involving school nurses, teachers, parents and peers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Dike Widianto
"ABSTRAK
Kasus bunuh diri di Korea Selatan masih menjadi salah satu masalah yang dominan. Akan tetapi di antara bunuh diri yang terjadi, lansia adalah kelompok umur yang melakukan jumlah bunuh diri terbesar di Korea Selatan. Hal ini dikarenakan adanya pergeseran dari nilai hyo dalam masyarakat Korea Selatan dan mempengaruhi kohesivitas sosial masyarakat. Tujuan penulisan jurnal ini adalah mencari kaitan dari pergeseran nilai hyo dalam institusi keluarga dan bagaimana pergeseran tersebut mempengaruhi tingkat bunuh diri lansia di Korea Selatan dan peran kohesivitias sosial dalam rupa institusi keluarga dan institusi sosial dalam mencegah bunuh diri lansia di Korea Selatan. Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan sumber data melalui studi kepustakaan. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pergeseran nilai hyo terhadap peningkatan bunuh diri lansia di Korea Selatan.

ABSTRACT
The case of suicide in South Korea still remains as one of its most dominant issues. But among the suicides that occurred, the elderly were the age group that had the largest number of suicide cases in South Korea. This is due to the shift of the hyo value in South Korean society and its effect to the social cohesiveness in society. The purpose of writing this journal is to look for a connection between the shift in the hyo value in the family institution and how this shift affects elderly suicide rate in South Korea and the role of social cohesion in the form of families and social institutions in preventing elderly suicide in South Korea. Method used in the writing of this paper is the descriptive qualitative and the method of collecting the data source is through the study of literature. The findings of this study indicate that there is a correlation between the shift in the hyo value against an increase of elderly suicide in South Korea."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Alfarisi
"ABSTRAK
Bunuh diri merupakan masalah yang cukup serius dan kurang dibahas di Indonesia. Pelaku bunuh diri merasa terkurung dalam keadaan yang sangat buruk, tidak ada jalan keluar, dan berfikir bahwa mereka tidak dapat menyelamatkan diri. Oleh karena itu, mereka membunuh diri mereka sendiri. Mereka memilih untuk melakukan usaha bunuh diri karena bagi mereka tidak ada jalan keluar selain kematian atau mereka melihat bahwa dengan melakukan perbuatan yang membahayakan diri, apa yang ingin mereka sampaikan, seperti permintaan pertolongan, akan diketahui oleh orang lain. Usaha bunuh diri tersebut selalu terjadi di saat krisis bunuh diri yang diawali oleh pemikiran untuk bunuh diri, dan ketika mereka berencana untuk bunuh diri, mereka menggunakan wayfinding untuk mencapai alat dan tempat yang ideal untuk bunuh diri. Bunuh diri itu sendiri merupakan sebuah proses sequential, yang terdiri dari keadaan terjebak, usaha untuk bunuh diri, dan kematian, dan adanya sequence tersebut dapat dilihat sebagai proses berpindah dari suatu keadaan dan keadaan lain, atau yang bisa disebut rites of passage. Sebagai sebuah transisi, usaha bunuh diri memberikan pengalaman liminality terhadap pelaku bunuh diri. Melihat urgensi transisi pelaku bunuh diri dari keadaan terjebak tersebut ke keadaan yang lebih baik, urgensi komunikasi yang dimiliki oleh pelaku bunuh diri terhadap orang lain, dan wayfinding serta affordance yang digunakan pelaku untuk bunuh diri, maka pembentukan responsive dan memberi wujud pada batas ruang liminal secara temporer dan sistematis dapat menjadi alat komunikasi bagi pelaku bunuh diri kepada masyarakat, mencegah pelaku untuk mencapai alat dan tempat bunuh diri dengan memperpanjang liminality yang dialami pelaku, dan secara literal dan metaforikal membebaskan pelaku bunuh diri dari krisis bunuh diri yang ada

ABSTRACT
Suicide is a serious problem and less explored in Indonesia. Suicidal fell trapped in horrible state, with no way out, and thinking that they cannot save themselves. Thus, they end their own life. They choose to attempt suicide because for them the only way out is death or by doing self-harm acts, what they want to express, like cries for help, will be noticed by the others. The suicide attempts always happen while suicide crisis that is started by suicide thought, and when the suicidal planned to attempt suicide, they use wayfinding in order to reach the tools or places that was ideal for them to commit suicide. Suicide itself is a sequential process that consists of state of being trapped, attempting suicide, and death, and that sequence is a process of journey from a state to the other. As a transition, suicide attempt gives experience of liminality to the suicidal. Seeing the urgency for suicidal to transit from a condition of being trapped to a better state, urgency of the suicidal to communicate to the others, and wayfinding, affordance also, that is used to attempt suicide, thus responsive forming and temporary but systematically give shape to the threshold of the liminal space can be used as means of communication for the suicidal to the society, prevent the suicidal to reach the tools and place of suicide by prolong state of liminal that is experienced by the suicidal, and finally, literally and metaphorically, freed the suicidal from the suicide crisis.
"
Depok: 2019, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kwa Melvin Dikwan Bernaldi
"ABSTRAK
Gantung diri merupakan metode yang lumrah digunakan sebagai metode bunuh diri meskipun demikian tidak semua kasus kematian dengan jeratan pada leher merupakan kasus gantung diri. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik jejas jerat dengan kasus gantung diri. Karakteristik jejas jerat yang dimaksud adalah derajat suspensi, jumlah lilitan, bentuk jejas, titik tumpu jejas, dan lebar jejas jerat.Metode: Penelitian menggunakan 179 sampel yang berasal dari data sekunder dari rekam medis forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2009-2015.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri. Penelitian juga menemukan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara jumlah lilitan dengan kasus gantung diri. Hubungan bermakna juga ditemukan antara bentuk jejas dengan kasus gantung diri p=0,00 . Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna p>0,05 antara letak titik tumpu jejas dan lebar jejas dengan kasus gantung diri.Pembahasan: Hubungan yang bermakna antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri karena kelaziman bunuh diri dengan gantung diri tersuspensi komplet atau inkomplet . Jejas jumlah lilitan juga berhubungan juga sesuai dengan teori di mana gantung diri lebih lazim dengan satu lilitan. Bentuk jejas jerat pun memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus gantung diri karena jejas terbentuk akibat beban tubuh korban sehingga memiliki bentuk O dan V.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa beberapa karakteristik jejas jerat, yaitu: derajat suspensi, jumlah lilitan, dan bentuk jejas jerat, memiliki hubungan dengan kasus gantung diri.

ABSTRACT
Introduction Hanging oneself is a common method used as a method of suicide, though not all cases of death with strangulation wound is a case suicide. In this study aims to see the relationship between the characteristics of strangulation wound with cases of hanging caused by suicide. Characteristics of strangulation wound in question are the degree of suspension, the number of windings, the shape of the wound, the weight point of the wound, and the width of the strangulation wound.Methods The study used 179 samples derived from secondary data from Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo forensic medical record of 2009 2015.Results The result showed that there is significant correlation p 0,00 between suspension degree and self hanging. The study also finds a significant association p 0.00 between the number of loops with a self hanging case. A significant association was also found between the shape of the wound and the self hanging case p 0.00 . The results showed no significant relationship p 0.05 between the location of the weight point and width of the wound with the case of self hanging.Discussion A significant relationship between degree of suspension and hanging cases due to the prevalence of suicide by hanging oneself complete suspension or incomplete . Number of loops also corresponded also in accordance with the theory in which hanging ones more commonly with a single loop. The shape of the wound also has a meaningful relationship with the case of hanging himself because wound formed due to the victim 39 s body weight so it has the form of O and V.Conclusion It can be concluded that some characteristics of strangulation wound, such as degree of suspension, number of loops, and the shape of wound have associations with the self hanging case. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>