Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priskila Kintan Safira
"Fokus penelitian ini adalah menganalisis apakah terdapat penggunaan gaya bahasa perbandingan di seluruh lima belas iklan Bite Back yang mengampanyekan hak asasi hewan, serta mendeskripsikan bagaimana makna kontekstual dan fungsi gaya bahasa perbandingan yang terkandung pada iklan tersebut. Sumber data yang digunakan diambil dari akun Twitter milik Bite Back. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendapat Moeliono (1989) untuk mengetahui gaya bahasa perbandingan dan menafsirkan makna yang terkandung dalam lima belas iklan Bite Back, serta menggunakan pendapat Wiertzema dan Jansen (2011) untuk menganalisa fungsi gaya bahasa perbandingan yang ada pada iklan Bite Back. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat sepuluh iklan yang menggunakan gaya bahasa perbandingan dan personifikasi merupakan gaya bahasa yang paling banyak digunakan. Gaya bahasa perbandingan pada iklan ini memiliki berbagai fungsi untuk menyampaikan makna dan pesan. Iklan tersebut mengandung makna kontekstual mengenai penganiayaan, eksploitasi, dan perlakuan tidak adil yang kerap dialami oleh hewan, sekaligus mengandung pesan agar publik memperlakukan hewan dengan baik dan mengonsumsi tanaman nabati sebagai upaya penurunan industri hewan ternak.

The focus of this research is to analyze whether there is the use of comparative figurative language in all fifteen Bite Back advertisements campaigning for animal rights, as well as to describe how the contextual meaning and function of comparative figurative language between each of them. The data sources used are taken from Bite Back's Twitter account. The method used in this research is a descriptive-qualitative method with Moeliono’s opinion (1989) to understand the comparative figurative language and interpret meanings contained from the fifteen of the Bite Back’s advertisements and Wiertzema and Jansen’s opinion (2011) used to analyze the function of figurative language in Bite Back advertisements. The result of the analysis shows that ten advertisements use comparative figurative language, and personification is the most used figurative language. The comparative figurative language in these advertisements has various functions to convey meaning and message. The advertisements contain contextual meanings about animal abuse, exploitation, and unfair treatment, as well as contain a message that the public should treat animals well and consume vegetable plants in order to reduce the livestock industry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Hisaanah Adhwa
"Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan produk perawatan pria tumbuh cukup signifikan. Fenomena ini menarik banyak investor yang mendorong industri periklanan untuk membuat iklan baru dan inovatif yang menarik perhatian publik dan menjual produk dengan lebih baik. Pantene sebagai merek besar yang berspesialisasi dalam produk perawatan rambut juga telah membuat beberapa iklan progresif terkait dengan isu gender terkini. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menyelidiki bagaimana gagasan tentang gender diekspresikan melalui aspek multimodal yang digunakan dalam iklan Pantene Australia dan Indonesia menggunakan teori Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen Visual Grammar (2006), dan Anstey and Bull's multimodal semiotic system (2010). Data yang digunakan adalah dari iklan Pantene Australia “DareToDoXtra” dan Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” yang dikumpulkan dari YouTube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantene Australia dan Indonesia sama-sama mengindikasikan upaya untuk mempromosikan ide fluiditas gender melalui iklan mereka. Namun, analisis lebih lanjut pada aspek multimodal mengungkapkan adanya beberapa pendekatan bahasa berbasis gender yang umumnya dikaitkan dengan ideologi feminitas. Karena sifatnya yang kontradiktif, kehadiran pendekatan bahasa berbasis gender dalam bentuk apapun akan mengurangi makna utama dari pesan fluiditas gender yang ingin disampaikan oleh kedua iklan tersebut.

In recent years, the demand for male grooming products have been growing quite significantly. This phenomenon attracts a large number of investors prompting the advertising industry to create fresh and innovative advertisements that draw public attention and sell products better. Pantene as a global brand that specializes in hair care products has also made several progressive ads in association with current gender issues. In this research, the researcher aims to investigate how ideas about gender are expressed through the multimodal aspects being employed in Pantene Australia and Indonesia ads by means of Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen's Visual Grammar (2006), and Anstey and Bull's multimodal semiotic system theory (2010). The data used are from Pantene Australia “DareToDoXtra” ad and Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” collected from YouTube. The results suggest that Pantene Australia and Indonesia both indicate an attempt to promote the idea of gender fluidity through their ads. However, further analysis on its multimodal aspects reveals the presence of numerous gender-based approaches typically linked with the prevalent ideologies of femininity. Due to its contradictory nature, the presence of a gendered language in any form, negates/diminishes the focal message of gender fluidity that both ads try to convey."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adlia Nazila
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana döner kebab dapat membentuk wacana politik di Jerman dalam iklan kampanye Angela Merkel dan membentuk wacana gaya hidup di Jerman dalam iklan Dönerbox dan iklan Beauty Döner Kebap. Ketiga Iklan tersebut menampilkan döner kebab dan dipublikasi di Jerman. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan menggunakan teori wacana dari Michel Foucault.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga iklan yang menampilkan döner kebab membentuk wacana-wacana di dalam relasi kekuasaan, sehingga dapat membentuk wacana-wacana lain seperti wacana politik dan wacana gaya hidup.

This thesis discusses how döner kebab could forms the political discourse in Germany in Angela Merkel?s campaign advertising and forms the lifestyle discourses in Dönerbox advertising and Beauty Döner Kebap advertising. Those three advertises displayed döner kebab and were published in German. The literature based methodology was applied in this research, together with discourse analysis theory from Michel Foucault.
Results confirm that three advertises, which displayed döner kebab, form discourses on power relations, then they could form the other discourses such as political and lifestyle discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Sari
"Iklan merupakan sebuah sarana media komunikasi sekaligus menyebarkan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan persamaan dan perbedaan unsur indeks, ikon, dan simbol pada iklan keju di Beemster, Uniekaas dan Old Amsterdam di majalah Dirk. Penelitian ini menggunakan teori semiotik dari Charles Sander Peirce (1839-1914). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif dengan mengamati tanda-tanda indeks, ikon, dan simbol pada sebelas iklan produk keju dalam majalah Belanda Dirk. Selanjutnya dibandingkan hasil analisis tanda-tanda pada ketiga merek iklan keju itu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik setiap merek keju ditunjukkan dengan penggunaan unsur-unsur tanda dalam bentuk kalimat dan ilustrasi gambar masing-masing iklan. Indeks ditunjukkan melalui ilustrasi seperti sapi, kambing dan keju, serta dalam bentuk deiksis persona, ruang, dan waktu. Ilustrasi gambar pada setiap iklan yang diteliti berperan sebagai ikon yang menggambarkan ciri khas produk yang ditawarkan. Sedangkan simbol pada iklan ditunjukkan melalui penggunaan logo, warna latar belakang dan gambar bendera Belanda.

Advertisement is a medium of communication as well as disseminating information. This research aims to describe the similarities and differences of index, icon and symbol on each display of cheese advertisement in Beemster, Uniekaas and Old Amsterdam in Dirk magazine. This research uses the semiotic theory of Charles Sander Peirce (1839-1914). The method used in this research is a qualitative-descriptive method by observing the signs of indexs, icons and symbols on eleven cheese product advertisements in the Dutch magazine Dirk. Furthermore, the results of the analysis of signs on the three brands of cheese advertisements were compared. The results of this research suggests that the characteristics of each cheese brand are indicated by the use of sign elements in the form of image illustrations and sentences of each advertisement. The index is shown through illustrations such as cows, goats and cheese, as well as in the form of person, space and time deixis. The illustration of the image in each advertisement acts as an icon that describes the characteristics of the product being offered. The symbol in the advertisement is shown through the use of logo, background color and the image of the Dutch flag."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Indah Permata Sari
"Dalam skripsi ini penulis menganalisis sembilan iklan dari empat produk makanan dan minuman organik di Jerman, yaitu Adelholzener Bioschorle, Ökoland, Hipp, dan Bionade. Teks dan gambar dianalisis dari aspek semantis, dan semiotic, khususnya aspek makna pada unsur verbal dan nonverbal. Analisis pada penelitian ini menggunakan dasar pemikiran Nina Janich.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra hidup sehat dibentuk melalui permainan kata, alat retorika, penggunaan kata bermakna asosiasi dan afektif positif serta penggunaan warna-warna alam dan gambar yang mencirikan kesegaran, alami, kemurnian, kesehatan, kebaikan, dan kualitas dari alam.

The focus of this study is the analysis of nine advertisements from four products of Germany's organic foods and beverages, which are Adelholzener Bioschorle, Ökoland, Hipp, and Bionade. The analysis of advertisement based on Nina Janich's theorie and from the perpectives of semantics and semiotic studies.
This research shows that the healthy life concept in both text and pictures of advertisement are built through words play, rhetoric tools, the meaning of positive affective and associative words, and also the use of colors that characterize sanity, natural things, purity, health, and quality of nature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1649
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Chairani
"Skripsi ini membahas struktur wacana iklan advertorial pembalut wanita dalam majalah wanita remaja dari segi suprastruktur, kohesi, dan makrostruktur. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah iklan advertorial berjudul "Grab Your Moment Anywhere" yang diambil dari agenda bonus majalah bulanan wanita remaja Gogirl! edisi Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suprastruktur iklan advertorial tersebut terdiri atas judul atau kepala iklan, subjudul, badan iklan, elemen visual, foto produk, dan baseline. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia nonformal dan bahasa Inggris. Di samping itu, ditemukan alat-alat kohesi, yaitu referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, repetisi, sinonimi, hiponimi atau hiperonimi, antonimi, dan kolokasi. Hasil penelitian makrostruktur menunjukkan bahwa wacana iklan ini tidak padu karena antara bagian eksplanasi iklan dan bagian persuasi iklan terbukti tidak berkorelasi sehingga bagian persuasi iklan terkesan sebagai "wacana tempelan".

This thesis discusses about the discourse structure of woman napkin advertorial advertisement on woman?s teen magazine from its superstructure, cohesion, and macrostructure. The data that is used in this research is an advertorial advertisement titled "Grab Your Moment Anywhere" which was taken from monthly woman?s teen magazine Gogirl! printed on January 2011. The summary of this research shows that the superstructure of this advertisement consists of headline, subheadline, bodycopy, visual elements, product shot, and baseline. This advertisement uses nonformal Indonesian and English language. Moreover, the summary also shows several cohesions in this advertisement: reference, substitution, elipsis, conjunction, repetition, synonym, hyponym or hyperonym, antonym, and collocation. Furthermore, macrostructure anylise shows that this advertisement discourse is not compact because there is no correlation between the explanation part and the persuation part so that the persuation part looks as "the patch discourse"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42047
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Putri Dewayanthi
"Penelitian ini membahas representasi parisienne dalam iklan cetak dari 24 Sèvres. Pada umumnya, iklan produk pakaian perempuan menampilkan sosok perempuan yang menarik dengan pakaian yang dijual ataupun logo di dalamnya, tetapi dalam iklan ini ditampilkan secara eksplisit stereotip mengenai suatu kelompok tertentu, yaitu parisienne. Dengan menggunakan teori semiotika dari Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk melihat citra parisienne masa kini yang ditampilkan melalui tanda dalam iklan, lalu dikaitkan dengan konsep parisienne dari Banville. Dari tanda tersebut, ditemukan perbedaan makna dalam tulisan dan gambar. Melalui gambar, 24 Sèvres menunjukkan bentuk kritik terhadap stereotip yang diberikan kepada parisienne. Dari kritik ini, terlihat usaha 24 Sèvres untuk menampilkan representasi parisienne masa kini yaitu yang berbeda dari stereotip yang ada sebelumnya. Citra parisienne yang ditemukan dalam iklan berkaitan dengan status sosial, kecantikan serta karakter parisienne. Dalam iklan ini, status sosial parisienne yang diperlihatkan tidak berubah sejak awal sebutan parisienne muncul yaitu dari status sosial atas. Berbeda dengan status sosial yang masih sama, dalam iklan terlihat adanya perluasan kriteria kecantikan dan penambahan karakter parisienne yang ditunjukkan melalui gambar. Perluasan dan penambahan yang ada ini menunjukkan bahwa konsep parisienne memiliki keterbukaan dan modern karena sosok parisienne terus berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu.

This research discusses the representation of parisienne on the print advertisement of 24 Sèvres. Generally, women’ clothing product advertisement shows an attractive woman figure with clothes to sell or the product’ logo on it, but in this advertisement stereotypes are shown explicitly about a certain group, namely parisienne. By using a semiotic method of Roland Barthes, this research aims to show the image of today’ parisienne in the advertisement, then connected to the concept of parisienne from Banville. From these signs, the differences of meaning between the text and the picture are found. 24 Sèvres shows a form of criticism for the stereotypes given towards parisienne through the pictures. This critique displays the attempt of 24 Sèvres to show the representation of today’s parisienne that is different from the existing stereotypes. The image of parisienne found is related to the social status, beauty and character of parisienne. In this advertisement, shown that parisienne’ social status hasn’t changed since the beginning of it’s appelation, which is from the upper social status. In contrast to the social status, there is an expansion of the criteria for beauty and the addition of the character of parisienne shown through the images. These expansion and additions show that the concept of parisienne is open and modern because she continues to evolve and adapt over time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Fitriana Putri
"CoolBlue adalah salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Belanda. Sebagai perusahaan dengan banyak pesaing, Coolblue harus membuat perusahaannya lebih menarik bagi pelanggan dibandingkan perusahaan sejenis yang lain. Oleh karena itu Coolblue menjadikan iklan sebagai teknik marketing-nya. Karya ilmiah ini membahas mengenai ikon, indeks, dan simbol dalam tiga iklan Coolblue. Selain itu karya ilmiah ini juga memaparkan makna kontekstual dalam ketiga iklan Nederlandse Coolblue yang diunggah di Youtube. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Teori semiotika milik Charles Sanders Peirce digunakan untuk mengkaji ikon, indeks dan simbol dalam iklan Coolblue. Selanjutnya dipaparkan makna kontekstual yang terkandung dalam video-video iklan itu. Hasil analisis menunjukkan bahwa, indeks, ikon, simbol dan makna kontekstual dihadirkan pada ketiga iklan Coolblue untuk memperkenalkan perusahaan Coolblue kepada pelanggan, memberikan informasi produk yang dijual, dan informasi layanan Coolblue yang lain. Analisis makna kontekstual juga menemukan bahwa Coolblue menayangkan iklan dalam konteks humor sebagai identitas dan ciri khasnya untuk menarik pelanggan.

CoolBlue is one of the largest e-commerce companies in the Netherlands. As a company with many competitors, Coolblue must make its company more attractive to customers than other similar companies. Therefore Coolblue makes advertising as its marketing technique. This paper discusses the icons, indexes, and symbols in three Coolblue advertisements. In addition, this scientific work also describes the contextual meaning in the three Nederlandse Coolblue advertisements uploaded on Youtube. This research is a qualitative research, using descriptive research methods. Charles Sanders Peirce's semiotic theory is used to study icons, indexes and symbols in Coolblue advertisements. Furthermore, the contextual meaning contained in the advertising videos is explained. The results of the analysis show that indexes, icons, symbols and contextual meanings are presented in the three Coolblue advertisements to introduce the Coolblue company to customers, provide information on products sold, and other Coolblue service information. The contextual meaning analysis also found that Coolblue served advertisements in the context of humor as its identity and characteristics to attract customers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Glady Yudha A.
"Iklan sangat erat peranannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain menyajikan informasi yang dibutuhkan masyarakat, disebut juga iklan layanan masyarakat, iklan juga merupakan sarana untuk menjual suatu produk komersil dan biasa disebut iklan komersil. Iklan komersil ini dibuat sedemikian rupa agar menarik minat konsumen agar membeli produk yang diiklankan. Di setiap iklan, terdapat unsur-unsur iklan yang membangun iklan tersebut menjadi sebuah kesatuan. Unsur-unsur iklan ini menarik untuk ditelti, karena masing-masing iklan mempunyai bentuk unsur-unsur iklan yang berbeda-beda. Fungsi unsur-unsur iklan ini pun bermacam-macam. Jadi, ketika kita menganalisis unsur-unsur iklan, kita dapat menemukan maksud dan tujuan yang sebenarnya di balik iklan tersebut.

Advertising is very close to our daily life. It is not only providing information that people need, known as public service advertisement, but there is also commercial advertising that has function to sell a product. Commercial advertisements are made to get consumer’s interest, so that consumer will buy a product. There are some elements that build an advertising. The components of this are interesting and should be analysed more, because each advertisement has different elements. The function of these elements are various. Thus, when we analyse the elements of advertisements, we can find out the aims and purposes of those advertisements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Josua
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak penggunaan iklan humor dengan emosi takut terhadap sikap terhadap iklan karena terdapat potensi akan penggunaan keduanya secara bersamaan, namun masih sedikitnya penelitian terkait. Sebanyak 120 partisipan, berusia 18 hingga 56 tahun berpartisipasi dalam eksperimen daring. Partisipan dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok berdasarkan jenis iklan (humor, humor dengan emosi takut, dan netral) dan diminta untuk memberikan penilaian terhadap iklan tersebut. Alat ukur attitude toward the ad scale, perceived humor scale, dan fear tension scale digunakan untuk mengukur sikap terhadap iklan dan keberhasilan manipulasi humor serta rasa takut.
Hasil analisis statistik dengan oneway ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor sikap terhadap iklan yang signifikan pada ketiga kelompok [F(2, 118)=1,101, p=0,336, ω= 0,001]. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan emosi takut dalam iklan humor terhadap sikap konsumen terhadap iklan. Hal ini disebabkan daya tarik emosi takut yang dinilai terlalu kuat dibandingkan dengan daya tarik humor. Tingkat kekuatan daya tarik, stimulus yang kurang realistis, dan karakteristik partisipan yang kurang dikontrol menjadi limitasi dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penggunaan daya tarik humor dan emosi takut yang setara serta ilustrasi iklan yang realistis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

This study aims to see how to use humor advertisements with a fear of attitudes towards advertising because they contain the potential to be used at the same time, but they are still discussing related research. As much 120 participants, 18 to 56 years old, approved in online trials. Participation is randomly divided into 3 groups based on the type of advertisement (humor, humor with fear, and neutral) towards the ad. Measuring attitudes toward advertising scales, perceived humor scales, and fear tension scales are used to measure attitudes toward advertising and the struggle for manipulation of humor and fear.
The results of statistical analysis with oneway ANOVA show no difference in score was shown Significant advertising in group three [F (2, 118) = 1,101, p = 0.336, ω = 0.001]. Thus, it can be concluded that it cannot be used. Using humor to consumer attitudes towards advertising. This is contrary to attractiveness humor appeal. The level of tensile strength, unrealistic stimulus, and the characteristics of the participants who were less controlled became limitation in this study. Therefore, the use of humor and fear of fear in accordance with the advertisements taken into account is an important thing to consider.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>