Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nataya Rizky Alifa
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya unsur feminisme gelombang ketiga yang memberdayakan perempuan Jepang pasca Perang Dunia II dalam bentuk subkultur mode Harajuku Ama-Loli, dan menjelaskan pandangan pemakai mode Ama-Loli terhadap street fashion Lolita dan Ama-Loli itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku atau jurnal artikel yang membahas mengenai feminisme, pemberdayaan perempuan, dan mode Lolita secara umum maupun yang dilakukan oleh Jepang, majalah-majalah lawas Jepang yang secara khusus menampilkan mode Lolita yang sudah diarsipkan secara digital, serta data informan yang diperoleh melalui wawancara personal dengan beberapa model Ama-Loli Jepang melalui sosial media. Perlu diperhatikan bahwa informasi dan umpan balik yang diperoleh melalui beberapa informan tidak dapat mewakili seluruh komunitas subkultur mode Ama-Loli di Harajuku. Penelitian ini membuktikan adanya unsur feminisme gelombang ketiga yang mendefinisikan ulang femininitas melalui pandangan perempuan dan menekankan pilihan perempuan untuk diberdayakan dalam subkultur mode Harajuku Ama-Loli.

This study aims to explain the existence of third wave feminism that empowers Japanese women post World War II in the form of the Harajuku fashion subculture Ama-Loli, and to explain Lolita street fashion and Ama-Loli through the eyes of Japanese Ama-Lolis themselves. The method used in this research is a qualitative method. The data collection technique is done by collecting data from several books or journal articles that discuss feminism, women’s empowerment, and Lolita fashion in general as well as those carried out by Japan, Japanese old magazines that specifically feature Lolita fashion that has been digitally archived, as well as informant data obtained through personal interviews with Japanese Ama-Loli models through social media. It should be noted that the feedback and input obtained through a couple informants cannot represent the entire Ama-Loli fashion subculture community in Harajuku. This study proves that there is an element of third wave feminism, which redefines femininity through the women’s point of view and how it emphasizes the women’s choice to feel empowered in the Harajuku fashion subculture, Ama-Loli."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Restu Jandrio
"Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi pertempuran Kursk sebagai titik balik Perang Dunia II di front timur. Sumber diperoleh dari beberapa surat perintah pertempuran yang diambil dari arsip Uni Soviet dan buku-buku sejarah. Artikel ini menggunakan metode sejarah untuk menjelaskan unsur kekuatan pasukan Uni Soviet, kepemimpinan dan strategi mereka dalam pertempuran melawan pasukan Jerman. Artikel ini menyimpulkan bahwa dengan kekuatan pasukan Uni Soviet yang besar dan kepemimpinan yang baik, pasukan Uni Soviet mampu bertahan dan menyerang balik pasukan Jerman dalam pertempuran Kursk.

This article aimed to reconstruct the battle of the Kursk as a turning point of World War II on the eastern front. Sources obtained fromsome of the order of battles taken from Soviet Union`s archives and some history books.  This article uses historical methodology to explain the element of Soviet Union`s forces, leaderships and their strategy in the fight against German forces. This article concludes that the massive forces of the Soviet Union and good leaderships are able to defend and counter-attack the German Forces on the eastern front."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jeihan Farensyah
"Tulisan ini membahas praktik collaborationnisme yang terjadi di Prancis pada Perang Dunia II. Praktik tersebut dijalankan oleh kelompok-kelompok Prancis yang bekerja sama dengan Nazi Jerman pada periode Occupation 1940-1944. Tujuannya adalah untuk melihat sejarah pembentukan, aktor, dan kiprahnya. Metode yang dipakai adalah kualitatif melalui pemaparan deskriptif dengan menggunakan data-data kepustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa collaborationnisme dilakukan dalam dua tingkat : politik dan militer. Politik kolaborasi dilakukan oleh para tokoh berhaluan kiri, namun selama Perang Dunia II berlangsung, mereka bergeser ke kanan ekstrem. Selain itu ditemukan pula bahwa mereka tidak bersandar sepenuhnya pada gagasan rasis dan antisemitis, sebagaimana hal tersebut menjadi haluan yang digariskan Nazi Jerman. Pada praktiknya mereka menjadikan gagasan antikapitalis dan antikomunis sebagai titik temu dan mendukung antisemitisme untuk meraup dukungan. Gagasan dan ambisi pribadi juga merupakan faktor pendorong pergeseran haluan tersebut.

This paper discusses collaborative practices that occurred in France during World War II. Those practices were carried out by French groups working alongside Nazi Germany in the Occupation period of 1940-1944. The focus is to describe the foundation, actors, and their involvement. The method used is qualitative with descriptive elaboration using bibliographical sources. The study shows that collaborationnisme is practiced within two levels : political and military. The politics of collaboration was carried out by left-leaning figures, but during World War II, they shifted to the extreme right. It also is found that they did not rely entirely on racist and antisemitic ideas, as this became the direction outlined by Nazi Germany. In practice, they make anticapitalist and anticommunist ideas a meeting point and support antisemitism to gain support. Personal ideas and ambitions are also factors driving this turnaround."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Susanti
"Orang Korea yang tinggal di Jepang saat ini, sebagian besar adalah keturunan orang Korea yang datang ke Jepang pada saat penjajahan Jepang di Korea. Dalam bahasa Jepang mereka disebut Zainichi yang berarti ada (tinggal) di Jepang. Orang Korea melalui pengalaman historis penjajahan Jepang mengalami penderitaan termasuk diskriminasi, kemudian generasi mudanya mulai berbaur dengan masyarakat Jepang dan mereka mempunyai keinginan untuk terus tinggal di Jepang. Hal ini membuat identitas orang Korea menarik untuk dibahas, apakah masih sebagai orang Korea atau orang Jepang, atau tidak keduaya.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang identitas orang Korea yang majemuk. Untuk mendapatkan gambaran identitas orang Korea yang majemuk, skripsi ini menggunakan studi kasus pengalaman hidup tiga orang Korea generasi ketiga yang lahir dan dibesarkan di Jepang.
Skripsi ini menggunakan teori Stuart Hall yang melihat individu memiliki berbagai macam identitas (lebih dari satu) dalam berhubungan dengan dunia sosial yang berbeda yang ditinggali. Dari pengalaman hidup ketiga orang Korea, didapatkan bahwa mereka akan memposisikan dirinya sebagai orang Jepang jika berada dalam lingkungan masyarakat Jepang dan pada saat-saat tertentu mereka akan mengambil identitas sebagai orang Korea, misalnya dalam kehidupan keluarga, keikutsertaan dalam organisasi yang berhubungan dengan Korea, dan lain-lain. Jadi dalam kehidupannya mereka mengambil identitas yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Dalam kemajemukan identitas, ketiga orang Korea yang dibahas (Lee Jae-Soo, Tokumizu Mitsuo, dan Yu Hwa-Mi) memiliki kecenderungan yang berbeda. Lee Jae-Soo lebih merasa sebagai orang Korea Utara (Zainichi Chousenjin), Tokumizu Mitsuo lebih merasa sebagai orang Jepang, dan Yu Hwa-Mi lebih merasa sebagai orang Korea (kelompok etnis) yang tinggal di Jepang, Zainichi Korian (tidak sebagai orang Korea Utara atau Korea Selatan, dan juga tidak sebagai orang Jepang). Dalam hal ini orang Korea memiliki identitas sebagai orang Jepang, Zainichi Chousenjin (orang Korea Utara), Zainichi Kankokujin (orang Korea Selatan), dan Zainichi Korian (mengacu pada Korea sebagai kelompok etnis di Jepang). Pemuda Korea yang menamakan dirinya Zainichi Korian merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan identitas mereka sebagai kelompok etnis di Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Hamlyn, 1981
R 940.52 ALM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo : Japan Times, 2003
940.54 SOK c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Young, Peter
London: Bison Books, 1985
R 940.53 YOU w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Des Chandra
"Penilitian ini membahas tentanp propaganda yang dilakukan oleh Jepang melalui media kepada masyarakatnya sendiri. Perang Dunia Kedua adalah perang terdahsyat sepanjang sejarah modern. Perang tersebut lebih mematikan dari Perang Dunia Pertama karena melibatkan banyak warga sipil yang menjadi korban. Perang, tidak dapat dijauhkan dari propaganda. Propaganda adalah sebuah cara untuk memanipulasi fakta agar menimbulkan sebuah reaksi dari penerimanya untuk melakukan apa yang propagandis inginkan. Penerima dari propaganda tersebut biasanya adalah masyarakat luas. Karena propaganda memengaruhi banyak orang, propaganda dibutuhkan untuk memulai, melangsungkan, maupun mengakhiri perang. Selaras dengan hal tersebut, media cetak sebagai media informasi dan penyebaran juga tidak terlepas dari propaganda. Di Jepang, media cetak berpengaruh membentuk pandangan masyarakat Jepang terhadap perang pada masa Perang Dunia Kedua.
skripsi ini bertujuan menjelaskan tentang bagaimana media cetak mempengaruhi pandangan masyarakat Jepang pada masa Perang Dunia Kedua dan pada masa kapitulasi dengan menggunakan teori sejarah yaitu heuristik, verifikasi, eksplanasi dan historiografi. Dari pembahasan tentang propaganda dan media cetak di dalam skripsi ini, akan didapatkan sebuah kesimpulan bahwa propaganda di Jepang pada masa PD II dan masa kapitulasi mengalami perubahan-perubahan, dan media cetaknya pun ikut berubah, baik dari segi penyajian informasi, penggunaan kata, maupun teknik propaganda yang digunakan.

This research discusses the propaganda carried out by the Japanese through the media to its own people. The Second World War was the most devastating war in modern history. The war was more deadly than the First World War because it involved many civilians. War, can not be kept away from propaganda. Propaganda is a way of manipulating facts in order to generate a reaction from the recipient to do what the propagandist wants. The recipients of the propaganda are usually the wider community. Because propaganda affects many people, propaganda is needed to start, establish, or end the war. In harmony with this, the print media as a medium of information and dissemination is also inseparable from the propaganda. In Japan, print media shaped the Japanese society 39 s view of war in the Second World War.
This thesis aims to explain how the print media influenced the views of Japanese society during World War II and during the capitulation period with history research method, that is heuristic, verification, explanation, and historiography. From the discussion of propaganda and print media in this thesis, we can conclude that propaganda in Japan during World War II and capitulation period experienced changes, and the print media also changed, both in terms of information presentation, word usage, and technique propaganda used.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Rizky Moranta
"ABSTRAK
Serangan Jepang terhadap Pearl Harbor menandai pecahnya Perang Dunia Kedua di wilayah Asia Pasifik. Setelah Pertempuran Midway, Sekutu yang unggul atas Jepang yang semakin defensif terus maju ke wilayah utama Jepang dan mulai melaksanakan pengeboman terhadap seluruh wilayah utama Jepang. Pengeboman ini dikenal juga dengan sebutan Nihon Hondo Kuushuu atau Pengeboman Kepulauan Utama Jepang. Total 180 kota di seluruh Jepang dipilih menjadi target pengeboman oleh Sekutu termasuk wilayah Prefektur Shizuoka yang di dalamnya terdapat beberapa kota seperti Kota Shizuoka, Shimizu dan Hamamatsu. Pengeboman terhadap wilayah Shizuoka ini dikenal juga dengan sebutan Shizuoka Kuushuu atau Pengeboman Shizuoka dan dilakukan setelah mempertimbangkan target-target yang ada. Melalui data yang dikumpulkan dari catatan United States Strategic Bombing Survey, penelitian ini membahas proses jalannya pengeboman oleh Sekutu serta dampak setelah pengeboman terhadap wilayah Shizuoka khususnya di Kota Shizuoka, Kota Shimizu dan Kota Hamamatsu."
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>