Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Andira Awantara
"Pengumpulan dan peninjauan penelitian - penelitian terbaru dari Family Communication Patterns Theory menghasilkan temuan mengenai kompleksitas dan perkembangan dari segi implementasi dan operasionalisasi conversation orientation dan conformity orientation. Kompleksitas terlihat ketika temuan – temuan terbaru mendukung adanya kumpulan hubungan diadik dalam pola komunikasi keluarga dan adanya interaksi antar pola komunikasi yang memberi bukti secara empiris bahwa pola komunikasi akan selalu berinteraksi dengan satu sama lain. Pengaruh sosiokultural juga memiliki peran dalam perbedaan persepsi dan definisi mengenai Family Communication Patterns Theory. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tiga aspek tersebut dapat berkontribusi sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya yang menggunakan Family Commuication Patterns Theory.

By collecting and reviewing newer research and literatures on Family Communications Patterns Theory, it is found that there’s complexity and development in terms of implementation and operationalization. Complexity is seen when the new foundings support the existence of a group of dyadic relationships within the family and there’s interaction between both patterns that empirically prove that both patterns interact with one another. The effect of sociocultural also plays a part resulting in differences of perception and definition in Family Communication Patterns Theory. Therefore, it can be concluded that the three aspects mentioned can contribute to be the references in further research on Family Communications Pattens Theory."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Asiila Ramadhina
"Komunikasi keluarga memberikan dampak dalam meningkatkan pemahaman kesetaraan gender kepada anak-anak. Komunikasi keluarga memiliki corak yang berbeda dalam berbagai masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Pada suku Minangkabau yang menganut sistem matriarki, corak tersebut bersifat istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan komunikasi keluarga pada beberapa suku lainnya seperti Batak, Korowai, dan Bugis. Posisi perempuan dan laki-laki dalam beberapa suku tersebut memberikan implikasi yang besar dalam adat kehidupan hingga turun temurun. Peran keluarga sebagai komunitas paling inti menjadi yang sangat berperan dalam pengarusutamaan gender. Peran keluarga tersebut perlu diperkuat agar dapat menjadi gerbang utama sebelum mencapai pengarusutamaan gender pada lapisan lainnya yaitu komunitas, organisasi, institusi, pemerintah, dsb.

Family communication has an impact in increasing gender understanding to children. Family communication has a different pattern in various societies according to their respective customs and cultures. In the Minangkabau tribe that adheres to a matriarchal system, this pattern is special. Particularly, when compared to family communication in several other tribes such as the Batak, Korowai, and Bugis. The position of women and men in some of these tribes has a great impact on traditional life for generations. The role of the family as the most core community has a very important role in gender mainstreaming. The role of the family needs to be achieved to become the main gate before gender mainstreaming in other layers, such as communities, organizations, institutions, government, etc."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Shaskara Siwi Andini
"Tulisan ini bertujuan untuk mengupas secara lebih dalam mengenai komunikasi keluarga dan pengaruhnya dalam perilaku anak. Konsep dan teori yang digunakan adalah konsep komunikasi keluarga dan teori pola komunikasi keluarga. Dalam proses pengumpulan datanya, karya ini menggunakan metode studi literatur dari beberapa artikel, jurnal, dan buku terdahulu yang berkaitan dengan komunikasi keluarga dan teori dan konsep pendukungnya. Berdasarkan penelitian dan jurnal terdahulu, maka dapat ditelaah secara lebih lanjut bahwa perilaku anak dapat berbeda-beda sesuai dengan pola komunikasi keluarga yang diberlakukan oleh orang tua. Hasil kajian literatur menunjukan bahwa pola komunikasi orang tua sangat berpengaruh kepada perilaku, kesehatan mental, tindakan asertif, tindakan agresif, cara menyelesaikan masalah, serta pengendalian emosi anak. Selain itu akan terjadi perbedaan pada perilaku anak dari keluarga yang bercerai dan yang hanya memiliki orang tua tunggal.

This paper aims to explore more deeply about family communication and its influence on children's behavior. The concepts used are family communication concept and family communication patterns theory. In the process of collecting data, this study used the method of studying literature from several articles, journals, and books related to family communication and supporting theories and concepts. Based on previous research and journals, it can be further examined that children's behavior can vary according to the pattern of family communication imposed by parents.The main results of a literature review show that family communication patterns greatly influence mental health, assertive actions, aggressive actions, how to solve problems, and emotional control of children. In addition, there will be differences in the behavior of children from families who are divorced and those who only have a single parent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafli Ramdani
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara komunikasi keluarga dan akses kesehatan terhadap akses kesehatan di RW 5, Kelurahan Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat. Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan korelasi yang positif antara kepadatan penduduk, dinamika komunikasi dalam keluarga, akses kesehatan, dan tingkat morbiditas. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan RW 5 sebagai wilayah penelitian. Sampel diacak dari wilayah RT 3, RT 5, dan RT 6 yang berjumlah total sebanyak 100 responden, ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan margin of error sebesar 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komunikasi keluarga signifikan secara statistik dengan p-value sebesar 0,003, di bawah ambang batas kesalahan 0,1. Selain itu, dua dimensi komunikasi keluarga juga masing-masing memiliki p-value sebesar 0,021 dan 0,011. Sebaliknya, variabel akses kesehatan dan lima dimensinya tidak signifikan secara statistik. Semua kekuatan hubungan bersifat lemah atau hampir tidak ada. Hasil dari variabel komunikasi keluarga mendukung studi sebelumnya sedangkan hasil variabel akses kesehatan berkontradiksi dengan hasil penelitian sebelumnya karena skor yang tidak signifikan secara statistik. Maka dari itu, studi selanjutnya harus lebih berhati-hati dalam menentukan model analisis dan mengevaluasi variabel yang ada. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi basis awal untuk meningkatkan kualitas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), perkembangan komunikasi keluarga, dan untuk kebijakan kesehatan masyarakat di perkotaan oleh pemerintah.

This study aims to describe the relationships between family communication and health access on the morbidity level in RW 5, Kalianyar, Tambora, West Jakarta. Previous research has demonstrated a positive correlation between population density, the dynamics of family communication, health access, and morbidity levels. This research employs quantitative methodology, with RW 5 serving as the study area. The sample was randomly selected from RT 3, RT 5, and RT 6, resulting in a total of 100 respondents, determined using Slovin's formula with a margin of error of 10%. The findings indicate that family communication is statistically significant, with a p-value of 0.003, which is less than the 0.1 threshold. Additionally, two dimensions of family communication have p-values of 0.021 and 0.011, respectively. In contrast, the health access variable and its five dimensions are not statistically significant. All directional measures are considered weak or negligible. While the results regarding family communication support previous studies, the findings related to health access contradict earlier research due to the insignificant scores. Consequently, future studies should carefully re-examine the research model and evaluate the variables. For practical purposes, the findings serve as a basis for improving Primary Health Care services, family development, and the government in relation to health policy in the urban areas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rogers, Everett M.
New York: The Free Press, 1973
301 ROG c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Pangastuti Marhaeni
"Pada dasa warsa ini banyak fenomena sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat kita. Salah satu diantaranya adalah dengan semakin terbukanya kesempatan mencari pekerjaan bagi wanita, yang mengakibatkan berubahnya pola berpikir dan pola hidup mereka. Perubahan sikap wanita ini secara tidak langsung menimbulkan masalah-masalah dalam keluarga khususnya yang berkaitan dengan pendidikan anak. Disinyalir waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga dirumah bagi wanita bekerja cenderung akan berkurang, sehingga komunikasi dengan anak dengan sendirinya akan berkurang pula. Kondisi semacam ini akan berbeda dengan yang dialami wanita yang tidak bekerja, mereka mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berkumpul bersama anak-anaknya. Namun demikian pada kenyataannya wanita yang tidak bekerja justru banyak mempunyai kegiatan-kegiatan diluar rumah sehingga komunikasi dengan anak berkurang pula.
Penelitian ini akan mengungkapkan apakah pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kemudian juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pole komunikasi suami istri pads keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja. Karena dalam penelitian ini yang diukur adalah persepsi anak maka sebagai sampel diambil anak-anak SD kiss VI di daerah Ciputat Kab.Tangerang, Jawa-Barat sebanyak 150 siswa, dengan komposisi 75 anak dari ibu bekerja dan 75 anak dari ibu tidak bekerja. Sedangkan teknik pengukurannya dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Melalui analisa statistik diketahui bahwa pola komunikasi suami istri tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Kemudian juga tidak ada perbedaan pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja maupun tidak bekerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-4490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Elteria
"Pola komunikasi antara orang tua dan remaja sangat penting bagi perkembangan harga diri remaja. Ada beberapa macam komunikasi yang dapat terbentuk dalam keluarga, yang dibahas dalam proses komunikasi keluarga tersebut ialah kornunikasi terbuka dan tertutup. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Hipotesa penelitian berisikan tidak adanya hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Desain penelitian menggunakan pendekatan korelasi dengan sampel sebanyak 67 orang di RW 03 Kelurahan Jati Jajar, Depok. Alat pengumpul data berupa kuesioner berisi pertanyaan sebanyak 20 buah.
Hasil penelitian dengan rnnggunakan uji Chi Square dan kofelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara kedua variabel penelitian, tetapi hubungan kedua hal tersebut lemah. Beberapa hal yang peneliti rekomendasikan adalah dilakukannya penelitian serupa dengan jumlah responden yang lebih besar dan pada beberapa tempat dan karakteristik yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5346
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Sri Wardani
"Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas diri. Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan adanya krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan sumber informasi yang jelas dalam memberikan ketersediaan layanan pada kelompok remaja. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak remaja adalah kunci utama untuk menguraikan permasalahan yang terjadi pada mereka. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bp. R dengan anak remaja dengan masalah ketidakefektifan koping terutama komunikasi infektif di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan dari implementasi intervensi inovasi komunikasi efektif ini diharapkan terciptanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja sehingga orang tua dapat membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar serta membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah.
Saat dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa An. H yang awalnya adalah anak yang pendiam dan tertutup setelah Ibu. R berkomunikasi efektif menggunakan "pesan saya" bisa lebih membuka dirinya, An. H juga sudah mulai mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya sedikit demi sedikit kepada orang tuanya. Saran bagi keluarga adalah agar keluarga lebih mengoptimalkan dalam memfasilitasi tugas perkembangan keluarga seperti menjaga komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan remaja.

Adolescence is a period in which the identity crisis. Problems faced by young people in general due to the crisis of identity in the absence of supporting factors and resources that clear in providing service availability in the adolescent group. Good communication between parents and adolescent is the key to decipher the problems that occur in them. This research aims to describe the family nursing care Mr. R with teenagers ineffective coping with problems ineffective communication in the RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok City.
The purpose of the implementation of innovative interventions effective communication is expected to create effective communication between parents and adolescent so that parents can establish a harmonious relationship with the teenager, forming an atmosphere of openness and listening and makes teens want to talk to when they encounter problems.
We conducted a summative evaluation of the family claimed that An. H which is initially quiet boy and closed after Mom. R communicate effectively using "I messages" could be open himself, An. H also has started to tell the problems that are being faced little by little to his parents. Advice for families is to further optimize the family in facilitating family developmental tasks such as maintaining open communication between parents and teens.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Laras Nastiti Adhiyaningtyas
"Dewasa ini, sejumlah negara dan kelompok populasi masih menunjukkan rendahnya literasi finansial. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengungkapkan bahwa keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh terhadap literasi finansial individu. Nyatanya, masih banyak anak yang tumbuh di dalam keluarga dengan orang tua yang tidak pernah mendiskusikan topik keuangan. Oleh sebab itu, tujuan dari penulisan jurnal makalah ini adalah untuk memberikan kajian ilmiah mengenai peran pola komunikasi keluarga dan pengaruhnya terhadap literasi finansial dewasa muda. Dengan menggunakan metode tinjauan literatur, penulis melakukan analisis dan membuat kerangka berpikir melalui berbagai literatur yang berkaitan dengan teori pola komunikasi keluarga dan literasi finansial. Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi keluarga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap literasi finansial dewasa muda. Secara khusus, dewasa muda yang tumbuh dalam keluarga dengan orientasi percakapan menunjukkan literasi finansial yang lebih baik, sedangkan mereka yang tumbuh dalam keluarga dengan orientasi konformitas menunjukkan kurangnya literasi finansial.

Nowadays, a number of countries and population groups still exhibit low financial literacy. Previous studies have shown that family is the agent of socialization that is the most influential for one’s financial literacy. In fact, there are still many children who grow up in families with parents who never discuss financial topics. Therefore, the purpose of this paper is to provide a scientific study of the role of family communication patterns and their impact on young adults’ financial literacy. Through literature review method, the author analyzed various literature related to the family communication patterns theory and financial literacy. In conclusion, family communication patterns have a significant effect on young adults’ financial literacy. In particular, young adults who grew up in a conversation-orientation family showed better financial literacy, while those who grew up in a conformity-orientation family showed a lack of financial literacy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanette Retnasanti Suwantara
"Penelitian ini mengenai efektivitas dua program pelatihan 'untuk orangtua, yaitu P.E.T. dan STEP/Teen dalam hal meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga. Minat untuk mengadakan penelitian berawal dari kenyataan bahwa akhir-akhir ini banyak masalah remaja yang timbul sebagai akibat dari tidak terselenggaranya komunikasi yang baik antara orangtua-anak. Dari hasil penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa hubungan orangtua-anak yang dingin, kurangnya kesediaan orang tua untuk mendengarkan, merupakan penyebab dari timbulnya berbagai masalah pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang rumit. Terjadi hentakan dalam pertumbuhan anak. Anak remaja mulai mencari identitas dirinya, yang muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku yang tidak selamanya positif. Hubungan orangtua-anak tidak berubah menjadi buruk dengan datangnya masa remaja, tetapi pasti akan berubah. Ini yang harus disadari oleh orangtua. la memerlukan kasih sayang dan kepercayaan dari orangtuanya untuk mendapatkan kemandirian emosional yang merupakan bagian dari tugas perkembangannya. Orangtua -- terutama ibu dengan anak remaja -- harus lebih menumbuhkan rasa percaya pada anaknya yang remaja. Adanya rasa percaya ini merupakan kualitas tersendiri dalam hubungan orangtuaanak.
Dalam keluarga yang sejahtera, ada beberapa kualitas/ciri yang menandai hubungan di dalam keluarga tersebut. Salah satunya adalah adanya rasa percaya ini. Yang Iainnya adalah adanya komunikasi yang terbuka dan kesediaan untuk mendengarkan, dukungan dari keluarga, penghargaan dan respek, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi keluarga.
Penelitian ini ingin melihat apakah program P.E.T. dan STEPITeen dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga, yang sangat dibutuhkan dewasa ini. Peningkatannya dilihat melalui adanya perubahan sikap pada pesertanya.
Responden penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak berusia di antara 11-16 tahun. Untuk melihat efektivitas pelatihan ini pada keluarga, anak dan ayahnya juga diminta untuk mengisi kuesioner-kuesioner penelitian. Pelatihan hanya kepada ibu bertujuan untuk melihat apakah selain terjadi peningkatan hubungan ibu-anak, efek pelatihan juga mengenai hubunganhubungan lain daiam keluarga (suami-isteri, ayah-anak). Hal ini berawal dari teori yang mengatakan bahwa keluarga adalah juga suatu sistem, perubahan pada satu unit dapat mempengaruhi unit lainnya di dalam sistem, karena adanya mekanisme umpan-balik. Juga melihat kenyataan bahwa ibu -- meskipun pada anak remaja --tetap menjadi pengasuh utama untuk anak.
Responden penelitian ini adalah 40 orang ibu yang mendapat pelatihan P.E.T. (K1), 40 orang ibu mendapat pelatihan STEPITeen (K2) dan 40 orang ibu sebagai Kontrol (K3). Rancangan penelitian ini adalah rancangan quasieksperimental, the untreated control group design with pretest and posttest dari Cook dan Campbell. Untuk sampel yang dapat terambil, tidak memungkinkan dipakainya rancangan lain.
Untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan dipakai Survei Sikap Orangtua (SSO), Latihan Mendengarkan, Evaluasi Akhir yang hanya diisi oleh ibu; Persepsi Anak tentang Sikap Ibu dan Ayah (PAS1 dan PASA) yang diisi oleh anak; Persepsi Pribadi atas Intimitas Relasi (PPAIR) dan Survei Keadaan Keluarga (SKK) yang diisi oleh ibu dan ayah.
P.E.T. dan STEPITeen diberikan selama 8 minggu berturut-turut, satu kali seminggu, sekitar 3 jam setiap pertemuan, sesuai dengan program yang telah digariskan untuk tercapainya perubahan yang diharapkan menetap. Pada STEPITeen dilakukan pemadatan dari progam aslinya (dari 10 kali menjadi 8 kali) dengan penambahan jam setiap pertemuan. Pada masing-masing kelompok ditambahkan satu kali pertemuan untuk membicarakan aspek-aspek pokok dari program yang Iainnya. Kuesioner prauji diberikan seminggu sebelum pelatihan dimulai dan kuesioner pascauji diberikan pada akhir minggu kedelapan.
Dengan menggunakan analisis kovarians multivariat, diperoleh hasil berikut
Ada perbedaan pada sikap ibu setelah pelatihan, terutama dalam hal kepercayaan dan penerimaan kepada anak, ibu P.E.T. menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan ibu STEP/Teen. Ibu P.E.T. dan Step/Teen memahami prinsip-prinsip Mendengar Aktif -- salah satu keterampilan yang biasa dipakai konselor profesional. Ibu P.E.T. dapat memahaminya dengan lebih baik dari Ibu STEP/Teen, sedangkan ibu Kontrol tidak mempunyai pemahaman. Dari analisis data kualitatif, tampak ibu sudah dapat menggunakan Mendengar Aktif dengan berhasil. Anak mempersepsi adanya perubahan umum dalam sikap ibu. Sekitar 50% anak menyatakan adanya perubahan sikap ke arah positif seperti lebih mau mendengarkan, lebih memberi kebebasan; tetapi melalui dimensi-dimensi PAST perubahan ini tidak kelihatan.
PPAIR dan SKK yang diisi ibu dan ayah tidak menunjukkan adanya perbedaan setelah pelatihan. Demikian pula persepsi anak tentang sikap ayah melalul PASA tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas dalam hubungan ibu-anak, tetapi efek pada keseluruhan keluarga belum terukur secara kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan arah yang positif. P.E.T. sepertinya lebih banyak membawa perubahan sikap dan keterampilan dibandingkan dengan STEP/Teen.
Pelatihan pada ibu saja belum mencukupi untuk membawa perubahan pada keluarga secara keseluruhan, ayah sebaiknya diikutsertakan dalam pelatihan.
Program pelatihan kepada orangtua dapat dipakai sebagai sarana intervensi dan prevensi untuk meningkatkan kualitas hubungan orangtua-anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
D223
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>