Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7145 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardemas Sulthon Priautama
"Penelitian ini mengkaji dampak lingkungan dari bioplastik biodegradable poli-laktat (PLA) dan plastik berbasis fosil polietilena tereftalat (PET) dengan menilai potensi pemanasan global dan konsumsi energi melalui analisis siklus hidup (LCA). Dengan asumsi penggunaan bahan bakar fosil selama proses manufaktur, hasil menunjukkan bahwa PET memiliki potensi pemanasan global lebih tinggi, rata-rata 4,67 kg CO2 eq/1 kg, dibandingkan dengan PLA sebesar 3,89 kg CO2 eq/1 kg, yang mengindikasikan jejak karbon PLA lebih rendah. Dalam hal konsumsi energi, PET membutuhkan 97,4 MJ/1 kg, sedangkan PLA hanya membutuhkan 66,2 MJ/1 kg. Kontributor terbesar untuk emisi CO2 dan penggunaan energi dari kedua jenis material berasal dari fase ekstraksi material, yang mencakup lebih dari 50% dampak total. Pada PET, fase ini melibatkan transformasi bahan mentah menjadi plastik, sedangkan pada PLA, fase ini mencakup ekstraksi komponen dari gula fermentasi (misalnya, tebu, akar tapioka, pati jagung). Meskipun PET memiliki potensi untuk didaur ulang, PET dengan kandungan daur ulang 30% masih menghasilkan potensi pemanasan global lebih tinggi dibandingkan PLA. Literatur sebelumnya menunjukkan bahwa meningkatkan kandungan daur ulang PET hingga 50% diperlukan untuk menyamai dampak lingkungan PLA yang lebih rendah. Studi ini menyimpulkan bahwa meskipun PLA secara umum menunjukkan potensi pemanasan global yang lebih rendah, peningkatan tingkat daur ulang PET dapat secara signifikan mengurangi jejak lingkungannya, sehingga berpotensi menjadi sebanding dengan PLA.

This paper investigates the environmental impact of biodegradable bioplastic polylactic acid (PLA) and fossil-based polyethylene terephthalate (PET) by assessing their global warming potential (GWP) and energy consumption throughout their life cycle assessment (LCA). Assuming fossil-based fuel during the manufacturing processes, the findings reveal that PET has a higher GWP, averaging 4.67 kg CO2 eq /1kg, compared to PLA’s 3.89 kg CO2 eq /1kg, indicating PLA’s lower carbon footprint. In terms of energy consumption, PET requires 97.4 MJ/1kg, while PLA only require a smaller 66.2 MJ/1kg. The largest contributor to both CO2 emissions and energy usage for both type of materials, comes from the material extraction phase, accounting for over 50% of the total impact. For PET, this phase involves transforming raw materials into plastic, whereas for PLA, it involves extracting components from fermented sugars (e.g., sugarcane, tapioca root, cornstarch). Despite the potential for PET to be recycled, PET with a 30% recycled content still results in a higher GWP than PLA. Past literature suggests that increasing PET’s recycled content to 50% is necessary to match PLA’s lower environmental impact. The study concludes that while PLA generally demonstrates lower GWP, improving PET’s recycling rates can significantly reduce its environmental footprint, potentially making it comparable to PLA"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Divanti Thaqia Juliansyaf
"

Sampah plastik merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh sifat yang dimilikinya yaitu sulit untuk diuraikan sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang bersifat user friendly untuk membantu proses evaluasi pada produk kemasan plastik secara menyeluruh dengan menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) untuk mempermudah kerja pengguna serta meningkatkan kesadaran terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produk kemasan plastik. Untuk memperoleh sistem tersebut, perlu melalui beberapa tahapan dimulai dari studi literatur, pengumpulan data produk, pembuatan dataset, perumusan standar LCA, hingga pembuatan algoritma dari program pembelajaran mesin berbasis deep learning. Pembuatan dataset dilakukan menggunakan fitur random number yang terdapat pada software Microsoft excel. Sedangkan, untuk pengumpulan data produk serta perumusan standar LCA dilakukan berdasarkan database ecoinvent 3.7.1 yang disediakan oleh software openLCA. Metode deep learning digunakan untuk meningkatkan efisiensi di dalam melakukan pengolahan data. Di dalam proses pembuatan algoritma deep learning, dilakukan optimasi parameter yang terlibat seperti test size, random state, jumlah layer dan dense, learning rate, batch size, serta epochs agar dapat memperoleh akurasi yang optimum. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil akhir berupa program prediksi skor LCA untuk produk kemasan botol plastik dengan menggunakan metode pembelajaran mesin berbasis deep learning dengan tingkat akurasi sebesar 92%.


Plastic waste is a matter of concern. This is due to the nature it possesses i.e. it is difficult to decipher so it can pollute the surrounding environment if it is not addressed immediately. Therefore, it is necessary to have a user-friendly system to assist the evaluation process on plastic packaging products thoroughly by using the Life Cycle Assessment (LCA) approach to facilitate user to work as well as to raise awareness related to the environmental impact caused from plastic packaging products. To obtain such systems, it is necessary to go through several stages, start from literature studies, product data collection, dataset creation, formulation of LCA standards, until algorithm creation from deep learning-based machine learning programs. The dataset creation is performed using the random number features contained on Microsoft excel software. Whereas, for product data collection and formulation the LCA standards are performed based on the 3.7.1 ecoinvent database provided by the openLCA software. Deep learning methods are used to improve efficiency inside performing data processing. Inside the process of creating deep learning algorithms, involved parameter optimizations such as test size, random state, number of layers and denses, learning rate, batch size, as well as epochs are performed to obtain optimum accuracy. From the research already conducted, the final result was obtained in the form of an LCA score prediction program for plastic bottle packaging products using a deep learning-based machine learning method with an accuracy rate of 92%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Budiyanto
"Pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia tidak sebanding dengan pasokan listrik dari pembangkit listrik yang sudah dibangun. Selain masalah pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia, pemanasan global telah menjadi topik yang penting. Salah satu penyebab pemanasan global adalah ketergantungan konsumsi energi listrik yang boros dan tidak efisien.
Dan sebagian besar energi pada bangunan di Indonesia digunakan oleh sistem Pemanas, Ventilasi, dan AC (HVAC) terlepas dari tipe bangunannya. HVAC berkontribusi sekitar 47% hingga 65% dari total konsumsi energi listrik bangunan. Oleh karena itu, dengan mengurangi konsumsi energi listrik untuk HVAC akan mengurangi konsumsi energi bangunan keseluruhan secara signifikan.
Implementasi Smart Green Building sebagai bagian dari upaya penghematan energi difokuskan pada sistem HVAC yang merupakan hasil dari implementasi aspek green building yang akan dibandingkan dengan situasi sebelum pelaksanaannya dilakukan.
Dalam penelitian ini, dengan mengambil kasus di Pondok Indah Mall 2 (PIM 2) berdasarkan hasil pengamatan data penggunaan listrik HVACnya menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi listrik per bulan termasuk ke dalam kriteria tidak efisien. Sistem HVAC yang dioperasikan belum menggunakan konsep penghematan energi. Sehingga perlu dilakukan review penggunaan sistem HVAC-nya.
Hasil analisis implementasi sistem HVAC dengan konsep penghematan energi menunjukkan penghematan penggunaan energi listrik yang lebih efisien. Dengan mempertimbangkan biaya investasi, sehingga penggunaan sistem HVAC dengan konsep sistem penghematan energi dapat menghemat listrik sebesar 185.788 KwH per bulan atau penghematan biaya energi listrik per bulan mencapai Rp 249.509.121,- per bulan.

The growth of energy consumption in Indonesia is not comparable with the supply of electricity from the plant. Besides the issues of energy consumption growth in Indonesia, global warming has became an important topic. One of the causes of global warming is the reliance in electricity consumption which is wasteful and inefficient.
And most of the energy in buildings in Indonesia is used by the system Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) regardless of the type of building. HVAC contribute about 47% to 65% of the total energy consumption of the building. Therefore, by reducing energy consumption for HVAC will reduce overall building energy consumption significantly.
Implementation of Green Building as a part of energy saving effort is focused on HVAC systems which is the results of the implementation of green building aspects will be compared with the situation before the implementation is done.
In this paper, by taking the case in Pondok Indah Mall 2 (PIM 2) based on the observation of electricity HVAC usage data, it shows that the average of energy consumption for this bulding per month put it into the not efficient criteria. However, the HVAC systems has been operated for a years. So that, it is so necessary to review the use of HVAC systems.
The results of the analysis of the implementation of the HVAC system with energy saving concept showed savings of electrical energy use more efficient. By considering the cost of the investment, so the HVAC systems depends on the systems that do not fulfill the standard. Using energy saving system can save 185.788 KwH per month with energy cost savings Rp 249.509.121,- per month.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfandri Trisraditya Adhiwijaya
"Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 31,89% pada tahun 2030 adalah dengan pengaplikasian energi bersih dan terbarukan, seperti gas alam. Namun, gas alam yang diperoleh dari reservoir bawah tanah mengandung beberapa komponen pengotor seperti karbon dioksida. Penanganan terhadap emisi CO2 dapat dilakukan dengan penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida (Carbon Capture and Storage) menggunakan pelarut amina. Penelitian ini mempelajari efek penggunaan jenis amina (MEA, MDEA, dan MDEA/MEA) dan variasi komposisi CO2 (5, 10, 15, dan 20%) dalam umpan gas terhadap konsumsi energi dan jejak karbon pada proses penangkapan dan transportasi CO2. Model unit pemrosesan gas amina dikembangkan menggunakan simulator Aspen HYSYS V10. Komposisi CO2 20% pada umpan gas di setiap variasi amina menunjukkan nilai konsumsi energi terendah dengan nilai berturut-turut 4,73 GJ/ton CO2, 5,27 GJ/ton CO2, dan 3,34 GJ/ton CO2. Teknologi CCS layak digunakan pada suatu gas plant dengan menggunakan MEA untuk umpan gas yang memiliki komposisi CO2 minimal 20% dan MDEA/MEA untuk umpan gas yang memiliki komposisi CO2 minimal 10% CO2 karena menghasilkan net negative emissions dengan nilai berturut-turut -1.056,20 ton CO2 dan -1.343,06 ton CO2

Indonesia's commitment to reducing carbon emissions by 31.89% by 2030 is through the application of clean and renewable energy, such as natural gas. However, natural gas obtained from underground reservoirs contains several impurity components such as carbon dioxide. Handling CO2 emissions can be done by capturing and storing carbon dioxide (Carbon Capture and Storage) using amine solvents. This research studied the effect of using amine types (MEA, MDEA, and MDEA/MEA) and variations in CO2 composition (5, 10, 15, and 20%) in gas feed on energy consumption and carbon footprint in the CO2 capture and transportation process. The amine gas processing unit model was developed using the Aspen HYSYS V10 simulator. The composition of 20% CO2 in the gas feed in each amine variation shows the lowest energy consumption values ​​with values ​​respectively 4.73 GJ/ton CO2, 5.27 GJ/ton CO2, and 3.34 GJ/ton CO2. CCS technology is suitable for use in a gas plant by using MEA for feed gas that has a CO2 composition of at least 20% and MDEA/MEA for feed gas that has a CO2 composition of at least 10% CO2 because it produces net negative emissions with a value of -1,056.20 respectively. tons of CO2 and -1,343.06 tons of CO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Khairunnisa
"Jejak karbon merupakan jumlah karbon atau gas emisi dari beberapa jenis kegiatan manusia dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan commuting dari mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor menjadi salah satu penyumbang jejak karbon. Studi ini dilakukan untuk menghitung jejak karbon yang dihasilkan mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor, menentukan hotspot jejak karbon, menganalisis faktor yang mempengaruhi jejak karbon dan memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan metode fuel- based dari World Resources Institute Indonesia dan menggunakan faktor emisi dari UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy. Data primer, yang mencangkup jarak tempuh, jenis kendaraan, frekuensi penggunaan kendaraan, jumlah penumpang, dan jenis bahan bakar, diperoleh dengan pengisian kuesioner online dengan target responden mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas commuting oleh mahasiswa komuter UI dari Jakarta Selatan dan Bogor adalah 102,352 kg CO2eq/tahun-orang dan 214,292 kg CO2eq/tahun-orang. Faktor yang mempengaruhi nilai jejak karbon tersebut adalah jarak tempuh (r=0,747), jenis kendaraan (r=-0,532) dan frekuensi penggunaan kendaraan (r=0,535). Maka, nilai ini menunjukkan jejak karbon akan meningkat jika terjadi penggunaan kendaraan tidak ramah lingkungan dan peningkatan jarak tempuh beserta frekuensi penggunaan kendaraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga terkait upaya pengurangan jejak karbon dalam sektor transportasi, yang akan bermanfaat bagi universitas, mahasiswa, dan pemerintah.

Carbon footprint is the amount of carbon or emission gases produced from various human activities within a specific timeframe. Commuting activities of University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor contribute significantly to the carbon footprint. This study aims to calculate the carbon footprint generated by University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor, identify carbon footprint hotspots, analyze factors influencing the carbon footprint, and provide recommendations to reduce the carbon footprint produced by these students. The carbon footprint calculation was conducted using the fuel-based method from the World Resources Institute Indonesia and emission factors from the UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy. Primary data, including travel distance, vehicle type, frequency of vehicle use, number of passengers, and fuel type, were obtained through an online questionnaire targeting University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor. Based on the calculations, the average carbon footprint generated by commuting activities of University of Indonesia students from South Jakarta and Bogor was 102,352 kg CO2eq/person-year and 214,292 kg CO2eq/person-year. The factors influencing the carbon footprint value were travel distance (r=0.747), type of vehicles (r=-0,532) and frequency of vehicle use (r=0.535). Therefore, this value indicates that the carbon footprint will increase in the event of the use of environmentally unfriendly vehicles and an increase in travel distance and frequency of vehicle usage. This research aims to provide valuable insights into carbon footprint reduction efforts in the transportation sector, benefiting universities, students, and the government.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Dwi Yulianto
"DKI Jakarta sebagai ibu kota sekaligus pusat perekonomian di Indonesia memiliki dampak terhadap sektor transportasi khususnya pada mobilitas pekerja di Kota dan Kabupaten Bekasi. Mobilitas pekerja komuter yang terjadi menghasilkan jejak karbon yang diemisikan setiap harinya. Penelitian ini bermaksud membandingkan jejak karbon yang dihasilkan pada periode sebelum dan selama Pandemi COVID-19. Perbandingan tersebut akan menganalisis rata-rata jejak karbon pekerja komuter, hotspot jejak karbon berdasarkan jenis kendaraan, mengegidentifikasi faktor yang mempengaruhi jejak karbon komuter, serta memberikan rekomendasi reduksi jejak karbon pekerja komuter yang dihasilkan. Metode perhitungan jejak karbon yang digunakan merupakan penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia dari persamaan IPCC oleh World Research Institute (WRI) yang berdasarkan faktor emisi bahan bakar. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat tiga jenis pergantian kendaran oleh pekerja komuter, yakni satu, dua, tiga kendaraan. Secara keseluruhan, dihasilkan rata-rata jejak karbon pekerja komuter untuk periode sebelum dan selama Pandemi COVID-19, yakni sebesar 106,8 Kg CO2eq/Orang-Bulan dan 81,2 Kg CO2eq/Orang-Bulan atau mengalami penurunan sebesar ±24%. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan faktor yang paling berkorelasi terhadap jejak karbon yang dihasilkan untuk pergantian satu, dua, dan tiga kendaraan yang dinyatakan dalam koefisien korelasi (r), yakni jarak berkendara (0,621), jenis kendaraan (-0,59), dan frekuensi berkendara (0,811).

DKI Jakarta, as the Capital of Indonesia and the center of the economy, impacts the transportation sector, especially the commuting workers in the City and Regency of Bekasi. The commuting workers are known for the carbon footprint emitted daily. This study aims to contrast the carbon footprint generated by commuting workers in the period before and during the Pandemic COVID-19. The contrast to analyze the average carbon footprint of commuter workers, hotspot carbon footprint by type of vehicle, identify factors that affect commuter’s carbon footprints, and provide recommendations for reducing the carbon footprint of the commuting workers. The method quantification carbon footprint used is an adjustment to conditions in Indonesia from the IPCC equation by the World Research Institute (WRI), which is based on the fuel emission factor. This study found that there are three types of vehicles used by commuter workers that is one, two, and three vehicles. Overall, the average carbon footprint generated by commuting workers for the period before and during the Pandemic COVID-19 is 106.8 Kg CO2eq/Person-Month and 81.2 Kg CO2eq/Person-Month or decreased by ±24%. Based on the correlation test, factors that are most correlated to the carbon footprint generated for the use of one, two, and three vehicles are expressed in the correlation coefficient (r), which is driving distance (0.621), vehicle type (-0.59), and frequency of driving (0.811).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kinan Ammar
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Life Cycle Assessment (LCA) dan penilaian energi pada produksi semen dengan memanfaatkan sampah kota sebagai Refused Derived Fuel (RDF) untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar. Pemanfaatan Municipal Solid Waste (MSW) sebagai Refused Derived Fuel (RDF) telah diidentifikasi sebagai salah satu metode untuk mengurangi ketergantungan industri semen terhadap bahan bakar fosil dan memitigasi dampak lingkungan dari pembakaran sampah. Metode LCA dan analisis energi digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan dan efisiensi energi dari produksi semen yang menggunakan RDF dibandingkan dengan metode konvensional. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan RDF dalam produksi semen menunjukkan potensi yang menjanjikan dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi dampak lingkungan dibandingkan dengan metode konvensional. Analisis tersebut mengungkapkan adanya pengurangan signifikan dalam emisi gas rumah kaca dan konsumsi bahan bakar fosil.

This study aims to conduct a Life Cycle Assessment (LCA) and energy assessment on cement production by utilizing municipal solid waste as Refused Derived Fuel (RDF) to enhance fuel efficiency. The utilization of Municipal Solid Waste (MSW) as Refused Derived Fuel (RDF) has been identified as one of the methods to reduce the cement industry's dependence on fossil fuels and mitigate the environmental impacts of waste incineration. LCA and energy analysis methods are employed to evaluate the environmental impacts and energy efficiency of cement production using RDF compared to conventional methods The findings indicate that utilizing RDF in cement production demonstrates promising potential for improving fuel efficiency and reducing environmental impacts compared to conventional methods. The analysis reveals significant reductions in greenhouse gas emissions and fossil fuel consumption."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Ala Almaududi
"Dalam rangka menghasilkan produksi migas di lapangan lepas pantai Perusahaan “PO”, terdapat gas buang (flaring dan venting) yang berpotensi menjadi sumber emisi gas rumah kaca (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020) dan dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Diperlukan usaha perolehan dan penyediaan energi migas yang tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta tetap dapat menghasilkan keuntungan, selaras dengan prinsip Sustainability Energy (Russel, 2008; Klarin, 2018). Sebagai upaya penerapan prinsip Sustainability Energy di Perusahaan “PO”, dilakukan kajian terkait dampak gas buang dari kegiatan operasi produksi migas dengan menggunakan pendekatan metode Life Cycle Assesment/ LCA (Elcock, 2007). Mengacu pada metode LCA, dilakukan kajian dengan tahapan; menentukan tujuan (goal) dan ruang lingkup (scope) penelitian; melakukan life cycle inventory terhadap proses dan data yang dikumpulkan; menghitung impact assesment dari emisi Gas rumah kaca yang disebabkan gas venting dengan menggunakan metode IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Inventory Guideline 2006, dan dari gas flare dengan menggunakan metode Compendium API (American Petroleum Institute) 2009; dan tahapan selanjutnya melakukan intrepretasi, menentukan skenario perbaikan lingkungan serta kajian keekonomiannya. Kegiatan operasi produksi migas di perusahaan “PO” menghasilkan total gas buang sebesar 12.73 mmscfd (juta kaki kubik per hari) yang dapat menyebabkan emisi GRK sebesar 756 Gg (Giga gram) CO2 ekuivalen setiap tahun. Dengan skenario upaya perbaikan lingkungan (penerapan gas microturbine, gas lift, merubah gas venting menjadi gas flare), menghasilkan potensi pengurangan emisi GRK antara 240-368 Gg CO2 ekuivalen setiap tahun, namun penerapannya tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan apabila diperlakukan sebagai “business as usual” sehingga prinsip Sustainability Energy tidak dapat dipenuhi. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendorong tercapainya prinsip Sustainability Energy dalam usaha penyediaan energi migas, diantaranya melalui penerapan mekanisme pasar karbon atau pemberian insentif dari pemerintah.

Some excess gas is flared and vented in offshore oil and gas production at PO Company; the gas flare and vent is a source of greenhouse gas (GHG) emissions potential that cause global warming and climate change (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020). Therefore further efforts need to reduce the causes of environmental damage, including implementing the principle of Sustainable Energy, an attempt to obtain and provide energy that implies environmentally friendly and generates economic profit (Russel, 2008; Klarin, 2018). The Life Cycle Assessment (LCA) approach is feasible to apply the principle of sustainable energy in the oil and gas industry (Elcock, 2007). Refer to the LCA approach, there are steps for determining the impact of excess gases (flaring and venting) in PO company; defining the goals and scope; conducting life cycle inventory; calculating the impact assessment of greenhouse gas emissions (gas venting calculation refer to IPCC Inventory Guideline 2006, and for gas flare refer to API Compendium 2009); next phase is interpretation, define scenarios of environmental improvement and economic analysis. The total excess gas from oil and gas production operations at "PO" company is about 12.73 mmscfd (million cubic feet per day), generating GHG emissions potential of 756 Gg (Giga gram) CO2 equivalent every year. Due to environmental improvement scenarios (i.e., Microturbine, gas lift, or venting to flare), GHG emission reductions are between 240-368 Gg CO2 equivalent annually. Nevertheless, the implementation cannot generate profits for the company if it is treated as "business as usual." Hence further efforts are needed to encourage the fulfillment of Sustainability Energy in PO company, including implementing a carbon market mechanism or encouraging government incentives"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita
"Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi minyak kelapa sawit sebesar 60% dari produksi minyak kelapa sawit dunia. Salah satu produk industri kelapa sawit yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak goreng. Tingginya produksi dan konsumsi minyak goreng menjadikan produk ini sebagai salah satu komoditi yang esensial untuk menunjang kehidupan masyarakat. produksi minyak kelapa sawit menjadi kontroversi karena prosesnya yang menimbulkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pelepasan gas rumah kaca, dan pencemaran ekosistem perairan. Selain itu, kemasan plastik minyak goreng yang terbuat dari bahan baku tak terbarukan juga menambah dampak terhadap kerusakan lingkungan. Untuk dapat mengatasi masalah ini dan menuju produksi minyak goreng yang berkelanjutan, penelitian ini menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produksi satu liter minyak goreng dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini menganalisis dampak produksi minyak goreng dalam tiga jenis kemasan terhadap sepuluh kategori dampak lingkungan. Secara keseluruhan, dampak lingkungan terbesar dihasilkan oleh proses produksi minyak goreng. Proses yang paling banyak menjadi hotspot dalam kesepuluh kategori dampak adalah proses transportasi, penggunaan listrik, dan penggunaan pupuk. Jenis kemasan botol merupakan jenis kemasan yang paling banyak memiliki nilai dampak tertinggi dari sepuluh kategori yang dinilai.

Indonesia is the largest palm oil producing country in the world with palm oil production of 60% of the world's palm oil production. One of the products of the palm oil industry that is most widely used by the community is cooking oil. The high production and consumption of cooking oil makes this product one of the essential commodities to support people's lives. The production of palm oil is controversial because the process causes environmental damage such as deforestation, the release of greenhouse gases, and pollution of aquatic ecosystems. Alongside the problem mentioned, the plastic packaging that are made of unrenewable resources will also add some environmental problems. To be able to overcome this problem and lead to sustainable cooking oil production, this study analyzes the environmental impact produced by the production of one liter of cooking oil using the Life Cycle Assessment (LCA) method. This study will analyze the environmental impacts of cooking oil production in three types of packaging on ten environmental impact categories. The cooking oil production gives the most environmental impact. The process that have the most hotspots of all categories are transportation, electricity, and fertilizer usage. The bottle type of packaging has the highest rank of all impact categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Olivia Pamela Madeleine; Lotka, Alfred J.
"Pemanasan global merupakan peristiwa peningkatan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang dapat menyebabkan perubahan iklim sehingga meningkatkan suhu permukaan bumi dan kenaikan permukaan laut. CO2 merupakan gas rumah kaca yang paling berlimpah di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Salah satu upaya mitigasi CO2 adalah konversi CO2. Zeolit dengan struktur MFI merupakan katalis asam yang sering digunakan sebagai katalis pada reaksi konversi CO2 menjadi CH4. Salah satu zeolit dengan kerangka MFI adalah zeolit silicalite-1. Senyawa zeolit silicalite-1 merupakan kristal silikat bebas aluminium. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis zeolit silicalite-1 mikropori dari material sintetik dan mineral alam dengan sumber kaolin bangka yang dimpregnasi menggunakan logam Ni dan bimetal NiZn. Karakterisasi dilakukan pada material awal dan terimpregnasi dengan XRD, FTIR, SEM-EDS, SAA-BET, dan XPS. Selanjutnya, Ni/silicalite-1 dan NiZn/silicalite-1 digunakan sebagai katalis pada konversi CO2 menjadi CH4. Reaksi dilakukan dengan memvariasikan massa katalis, waktu alir gas, suhu dan persen loading logam. Hasil karakterisasi menggunakan XRD menunjukkan puncak pada 8-10o dan 22-25o yang mengindikasikan terbentuknya kristal silicalite-1. Karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan bentuk khas silicalite-1 yaitu coffin-like shaped yang terdapat pada semua jenis spesi katalis yang digunakan. Berdasarkan hasil XPS, senyawa Ni/silicalite-1 dan NiZn/silicalite-1 mengandung spesi Ni(0) dan NiO. Hasil uji aplikasi menunjukkan konversi dan %yield CH4 terbesar terdapat pada 20%-Ni/silicalite-1 sintetik yang masing-masing bernilai 60,08% dan 17,45%.
Global warming is an increase of greenhouse gas in the atmosphere that can cause climate change, thereby increasing the surface temperature of the earth and rising sea levels. CO2 is one of the most abundant greenhouse gas in the atmosphere which causes the greenhouse effect. Currently, efforts to reduce CO2 are carried out in three ways, namely controlling CO2 gas emissions itself, storing CO2 gas and CO2 conversion. Zeolite with MFI structure is one catalyst that is often used as a catalyst in the conversion of CO2 to CH4. One of that zeolite with MFI framework is silicalite-1 zeolite. The silicalite-1 zeolite compound is an aluminum free silicate crystal. In this research, microporous silicalite-1 zeolite are synthesized from synthetic materials and natural minerals with the source of kaolin bangka impregnated with Ni metals and NiZn bimetallic. Characterization was performed on the initial material and the impregnated with XRD, FTIR, SEM-EDS, SAA-BET, and XPS. Furthermore, Ni/silicalite-1 and NiZn /silicalite-1 are used as catalysts in the conversion of CO2 to CH4. The reaction is carried out by varying the catalyst mass, gas flow time, temperature and metal loading percent. Catalysts with Ni metals are preferred because it has higher selectivity to CH4 , easy to obtain, and not expensive. The use of NiZn bimetal impregnation was carried out to determine the effect of transition metals on the conversion of CO2 to CH4. The highest conversion is shown by synthetic 20%-Ni/silicalite-1 with %conversion and %yield CH4 at 60,08% and 17,45%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>