Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88098 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armando Rahadian
"Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan global dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di banyak negara berkembang. Indonesia menempati peringkat ke – 2 pasien TB terbanyak di dunia dengan jumlah 969.000 kasus per tahun dan cakupan diagnosis terkonfirmasi pemeriksaan bakteriologis hanya 55% dari seluruh kasus TB ternotifikasi. Penegakan diagnosis TB dengan metode kultur bakteri membutuhkan waktu lama sehingga diperlukan metode baru yang dapat mempersingkat waktu identifikasi TB yaitu dengan tes cepat molekuler.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi diagnostik tes cepat molekuler Prufen Gb101 dalam identifikasi M. tuberculosis pada pasien terduga TB paru menggunakan spesimen sputum dengan kultur Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) sebagai baku emas.
Hasil: M. tuberculosis terdeteksi pada 46 dari 81 subjek penelitian berdasarkan pemeriksaan Prufen Gb101 dengan sensitivitas 100% (95% CI, 99,0 – 100), spesifisitas 76,09% (95% CI, 61,2 – 87,4), PPV 76.09% (95% CI, 65,5% – 84,2) dan NPV 100% (95% CI , 90,0 – 100). Sensitivitas yang tinggi menunjukkan tes ini dapat mengidentifikasi dengan baik infeksi TB pada pasien terduga TB paru.
Kesimpulan: Prufen Gb101 dapat memberikan tambahan penilaian dalam menegakkan diagnosis pada pasien dan memenuhi kriteria WHO sebagai uji penapis pada diagnosis TB paru.

Introduction: Tuberculosis (TB) is a global health problem and a major cause of morbidity and mortality in many developing countries. Indonesia has the second highest number of TB patients in the world with 969,000 cases per year and the coverage of confirmed diagnosis by bacteriological examination is only 55% of all notified TB cases. Confirmation of TB diagnosis by bacterial culture method takes a long time, so a new method that can shorten TB identification time is needed, namely molecular rapid tests.
Methods: This study aimed to evaluate the diagnostic accuracy of the Prufen Gb101 molecular rapid test in identification of M. tuberculosis in patients with suspected pulmonary TB using sputum specimens with Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) culture as the gold standard.
Results: M. tuberculosis was detected in 46 of 81 study subjects based on the Prufen Gb101 assay with a sensitivity of 100% (95% CI, 99.0 - 100), specificity of 76.09% (95% CI, 61.2 - 87.4), PPV of 76.09% (95% CI, 65.5% - 84.2) and NPV of 100% (95% CI, 90.0 - 100). The high sensitivity indicates that the test can correctly identify TB infection in patients with suspected pulmonary TB.
Conclusion: Prufen Gb101 can provide additional assessment in establishing a diagnosis in patients and meets WHO criteria as a screening test in the diagnosis of pulmonary TB.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Juan Aryaputra
"Latar belakang: Infeksi tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan yang sudah lama menjadi beban dunia, terutama di Indonesia. Metode diagnosis dengan GeneXpert MTB/RIF merupakan metode diagnosis dengan banyak kelebihan, termasuk lebih efektif dan efisien dibandingkan metode kultur Lowenstein-Jensen sebagai gold standard. WHO menyarankan penggunaan TCM GeneXpert dan foto toraks sebagai upaya triase pasien suspek TB. Penelitian menunjukan bahwa penggabungan kedua metode ini memiliki positive predictive value yang besar. Meskipun demikian, penelitian tentang TCM TB dan kaitannya dengan hasil pemeriksaan foto toraks masih sangat terbatas.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik berdesain potong lintang dengan jumlah sampel minimal 68 subjek. Data pada penelitian ini merupakan data sekunder dari penelitian dengan judul “A prospective longitudinal study of chronic pulmonary aspergillosis in pulmonary tuberculosis in Indonesia (APICAL)” yang telah dilaksanakan sebelumnya dan kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Dari 69 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian, sebanyak 42 (60,78%) subjek memiliki hasil TCM negatif. Temuan foto toraks yang terbanyak ditemukan adalah infiltrat (86,96%), diikuti kavitas (56,25%), fibrosis parakaviter (37,68%), penebalan pleura (34,78%), nodul (14,49%), dan bronkiektasis (10,14%). Antara temuan foto toraks dan hasil TCM, ditemukan hubungan yang bermakna antara hasil TCM dengan kavitas, fibrosis parakaviter, penebalan pleura, dan nodul.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil TCM dengan beberapa temuan foto toraks pada pasien TB, yakni kavitas, fibrosis parakaviter, penebalan pleura, dan nodul.

Background: Tuberculosis (TB) infection is a health problem that has long been a burden on the world, especially in Indonesia. The GeneXpert MTB/RIF diagnostic method is a diagnostic method with many advantages, including being more effective and efficient than the Lowenstein-Jensen culture method as the gold standard. WHO recommends the use of GeneXpert molecular test and chest X-ray as an effort to triage patients with suspected TB. Research shows that the combination of these two methods has a large positive predictive value. However, research on GeneXpert molecular rapid test and its relation to chest X-ray results is still very limited.
Methods: This research is a cross-sectional analytical descriptive study with a minimum sample size of 68 subjects. The data in this study are secondary data from a study entitled " A prospective longitudinal study of chronic pulmonary aspergillosis in pulmonary tuberculosis in Indonesia (APICAL)" and then selected based on inclusion and exclusion criteria.
Results: Of the 69 subjects included in the study, 42 (60.78%) subjects had negative molecular rapid test results. The most common chest X-ray findings were infiltrates (86.96%), followed by cavities (56.25%), paracavitary fibrosis (37.68%), pleural thickening (34.78%), nodules (14.49%), and bronchiectasis (10.14%). Between chest X-ray findings and molecular rapid test results, a significant relationship was found between molecular rapid test results with cavities, paracavitary fibrosis, pleural thickening, and nodules.
Conclusion: There is a significant relationship between molecular rapid test results and several chest X-ray findings in TB patients, namely cavities, paracavitary fibrosis, pleural thickening, and nodules.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qanita Syakiratin
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular utama penyebab kematian di dunia. Deteksi dini TB yang direkomendasikan oleh WHO disebut dengan Xpert MTB/RIF atau Tes Cepat Molekuler yaitu pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi bakteri TB dan untuk melihat sensitivitas dan spesifitas dari rifampisin. Utilisation rate alat TCM di Indonesia tahun 2018 masih rendah yaitu 35%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pemanfaatan alat TCM yang diukur dengan utilisation rate, alur jejaring, serta kondisi laboratorium untuk mengetahui apakah penempatan alat TCM di RSP Rotinsulu, RS Al Islam, BBKPM, dan Labkesprov Jabar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pemanfaatan alat TCM di RSP Rotinsulu sangat baik bila dilihat dari utilisation rate yang tinggi, untuk RS Al Islam cukup baik meskipun alur jejaring tidak sesuai dengan yang telah diatur oleh Dinas Kesehatan, untuk BBKPM sangat baik diukur melalui utilisation rate yang tinggi, sedangkan untuk Labkesprov Jabar dinilai kurang apabila dilihat dari utilisation rate yang rendah dan alur jejaring yang tidak sesuai. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan alat TCM di RSP Rotinsulu, BBKPM, RS Al Islam dinilai baik dan penempatannya sudah tepat, sedangkan untuk Labkesprov Jabar pemanfaatan sangat kurang sehingga perlu adanya pertimbangan untuk pemindahan alat TCM ke fasyankes lain atau tetap dipertahankan dengan adanya perbaikan.

Tuberculosis (TB) is a major infectious disease that causes death in the world. Early detection of TB recommended by WHO called Xpert MTB/RIF or Molecular Rapid Test is a diagnostic test to detect TB bacteria and to see the sensitivity and specificity of Rifampicin. The utilization rate of Molecular Rapid Test tools in Indonesia in 2018 was still low as 35%. The purpose of this study was to see the utilization of Molecular Rapid Test tools as measured by utilization rate, network flow, and laboratory conditions to determine whether the placement of Molecular Rapid Test tools in Rotinsulu Lung Hospital, Al Islam Hospital, and Center for community lung health, and West Java Health Laboratory. This study used a qualitative approach. The results of this study showed that the use of Molecular Rapid Test tools in Rotinsulu Lung Hospital is very good from a high utilization rate, in Al Islam Hospital, it is quite good even though the network flow is not in accordance with those regulated by the Health Office, in Center for community lung health it is very well measured by a high utilization rate whereas in West Java Health Laboratory, the utilization rate is still lack and the network flow is unappropriate. It can be concluded that the use of Molecular Rapid Test test tools in Rotinsulu Hospital, Center for community lung health, Al Islam Hospital is good and its placement is right, while in West Java Health Laboratory, the use is very lacking so that it is considerably needed to move Molecular Rapid Test tools to other health facilities or still be maintained with improvements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Lia Kusumawati
"ABSTRAK
Salah satu penyebab kegagalan pengendalian tuberkulosis di Indonesia, adalah karena lemahnya diagnosis untuk deteksi dini kasus infeksi disamping kegagalan terapi kasus tuberkulosis yang resisten terhadap beberapa obat anti tuberkulosis dan hambatan dalam melakukan kontrol tuberkulosis secara global. Dengan ditemukannya teknik molekuler "spoligotyping" (spacer olygonucleotide typing) yang dilakukan berdasarkan analisis keragaman jumlah dan letak daerah diantara lokus direct repeat (DR) DNA M, tuberculosis dan hibridisasi menggunakan pelacak spacer oligonucleotide yang terletak diantara daerah DR ini akan dapat memperlihatkan perbedaan antar galur. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deleksi cepat sekaligus dapat membedakan galur M. tuberculosis langsung dari spesimen klinik tanpa melakukan kultur kuman.
Sebanyak 30 sampel yang terdiri dari 29 sampel klinik bakteri Al tuberculosis yang dikumpulkan dari 28 penderita tuberkulosis dan I sampel kuman standard Al BGC dilakukan pemeriksaan mikroskopik BTA, kultur pada media Lowenstein Jensen, uji bioldmia, uji resistensi serta ekstraksi DNA. DNA hasil ekstraksi kemudian diamplifikasi dengan menggunakan oligonukleotida DRa dan DRb 5'biotinylated sebagai primer untuk amplifikasi lokus direct repeat (DR) DNA M tuberculosis. DNA hasil amplifikasi dihibridisasi dengan pelacak (probe) yang terdiri dari I set oligonukleotida (43 jenis spacer oligonucleotides). Deteksi DNA hasil hibridisasi dilakukan dengan alat deteksi substrat kemiluminesen ECL (Amersham) dan dipaparkan pada film sinar-X ( Hyperfilm ECL; Amersham).
Dari hasil penelitian terlihat bahwa ekstraksi DNA M. tuberculosis dengan menggunakan metode Boom maupun Fenol-Kloroform dapat menghasilkan DNA dengan tingkat kemurnian atau nilai rasio absorbansi (a. 2601280) berkisar 1,4-1,9. Keberhasilan isolasi DNA ini telah dibuktikan dengan adanya pita DNA dalam gel agarosa dari hasil amplifikasi PCR dengan ukuran 541 bp, yang sesuai dengan fragmen DNA Al tuberculosis yang disintesis dengan menggunakan primer Pt8 dan Pt9. Hibridisasi telah dilakukan untuk menentukan galur pada 9 dari 30 sampel yang berhasil dikumpulkan dan di dapatkan 8 pola pita hibridisasi unik yang menunjukkan adanya 8 galur yang berbeda. Pada 2 sampel sputum yang dikumpulkan dalam 2 waktu pengambilan yang berbeda dari seorang penderita tuberculosis, memberikan pola pita hibridisasi yang sama. 4 galur MDR-TB (Multi Drug Resistance - Tuberculosis) dalam sampel penelitian ini mempunyai pola kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan dengan 3 galur lainnya yang sensitif terhadap semua jenis Obat Anti Tuberculosis. Dari ke 9 sampel yang diidentifikasi dengan teknik spoligotyping, dapat menunjukkan perbedaan antar galur dan diperoleh 8 pola pita hibridisasi DNA Al. tuberculosis yang dapat digunakan sebagai penanda epidemiologi untuk bakteri penyebab penyakit tuberkulosis di Indonesia.
Teknik spoligotyping dapat menjadi alternatif disamping isolasi M. tuberculosis untuk mendeteksi adanya bakteri M. tuberculosis sekaligus dapat membedakan galur kuman pada penderita tuberkulosis, sehingga dapat digunakan untuk memantau penyebaran kuman penyakit tuberkulosis yang sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan dunia dan di Indonesia. Data Global Tuberculosis Report 2015 menyatakan hanya 3 juta 58 dari 5,2 juta kasus TB paru di dunia pada tahun 2014 dikonfirmasi secara bakteriologis menggunakan pemeriksaan apusan dahak basil tahan asam BTA , biakan Mycobacterium tuberculosis M. tb atau Xpert MTB/RIF. Kasus TB dengan hasil apusan dahak BTA negatif dilaporkan sebanyak 36 dari total kasus TB di dunia dan sebanyak 104.866 kasus 32 dari total kasus TB di Indonesia. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler yang mendeteksi M. tb dalam dua jam. Belum banyak data mengenai peran pemeriksaan Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan pemeriksaan biakan M.tb sebagai pemeriksaan baku emas di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Xpert MTB/RIF dalam mendeteksi M.tb dibandingkan dengan biakan M.tb sebagai baku emas pada pasien TB paru klinis kasus baru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan sampel dikumpulkan secara consecutive sampling terhadap 71 pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA 3 kali negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mulai bulan Januari hingga Agustus 2016. Dilakukan pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF, dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen dan pengambilan data gambaran foto toraks dalam 1 bulan terakhir.Hasil : Terdapat 71 sampel penelitian yaitu pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA negatif di RSUP Persahabatan Jakarta dari bulan Januari ndash; Agustus 2016. Karakteristik pasien terbanyak adalah laki-laki 62 , usia 40-59 tahun 47,9 , IMT 18,5-24,99 60,6 , tidak pernah merokok 49,3 , IB ringan 69 , tidak terdapat kontak TB 80,3 , penyakit komorbid tumor paru 12,7 , keluhan batuk ge;2 minggu 74,6 dan gambaran foto toraks curiga TB berupa lesi luas 76,1 . Berdasarkan total 71 pasien, hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF hanya positif M. tb terdeteksi pada 10 pasien dengan sebanyak 5 pasien dari jumlah tersebut memiliki hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif. Sebaliknya, ditemukan hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif dan hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF negatif M. tb tidak terdeteksi pada 1 pasien.Kesimpulan : Pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen sebagai baku emas memiliki sensitivitas 83,33 , spesifisitas 92,3 , nilai duga positif 50 , nilai duga negatif 98,36 , rasio kemungkinan positif 10,81 dan rasio kemungkinan negatif 0,18 pada pasien TB paru klinis kasus baru.

ABSTRACT
Background Tuberculosis TB is one of the health problems in the world and in Indonesia. Global Tuberculosis Report 2015 states that only 3 million 58 of the estimated 5.2 million pulmonary TB in 2014 were bacteriologically confirmed using acid fast bacilli AFB assay, Mycobacterium tuberculosis M. tb culture or Xpert MTB RIF. Smear negative TB cases are reported as many as 36 of all TB cases in the world and 104.866 cases 32 of all TB cases in Indonesia. Xpert MTB RIF assay is a rapid molecular test which can detect M. tb within two hours. There has been lack of datas about the role of Xpert MTB RIF assay compared to M. tb culture as gold standard in developing countries, especially Indonesia. This study aims to evaluate the accuracy of Xpert MTB RIF assay for M. tb detection compared to M.tb culture as gold standard in clinically diagnosed tuberculosis new case patients.Methods This study used diagnostic test design study and all samples collected using consecutive sampling of the 71 clinically diagnosed tuberculosis new case patients with three times AFB negative sputum results in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari to August 2016. Xpert MTB RIF assay, M. tb culture with Lowenstein Jensen medium and chest radiograph in last 1 month were done.Results There are 71 samples which are clinically diagnosed tuberculosis new case patients with acid fast bacilli negative in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari ndash August 2016. Patient characteristics with the highest result are male 62 , 40 59 year old 47.9 , BMI 18,5 24,99 60.6 , non smoker 49.3 , IB mild 69 , no TB contacts 80.3 , lung tumors as comorbid disease 12.7 , symptom cough ge 2 weeks 74.6 and chest radiograph with far advanced lesion 76.1 . Based on total 71 patients, Xpert MTB RIF is only positive M. tb detected in 10 patients with 5 of them have positive M. tb culture. On the other hand, there is 1 patient with positive M. tb culture and negative Xpert MTB RIF M. tb not detected . Conclusion The Xpert MTB RIF compared to M.tb culture with Lowenstein Jensen medium as gold standard has sensitivity 83.33 , specificity 92.3 , positive predictive value 50 , negative predictive value 98.36 , positive likehood ratio 10.81 and negative likehood ratio 0.18 in clinically diagnosed tuberculosis new case patients. "
2016
T55698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wicaksono
"Background: genitourinary tuberculosis (GUTB) refers to a Mycobacterium tuberculosis infection of the urinary tract with clinical manifestation masquerading as various urological diagnostic entities. With an incidence rate of 192-232 per 100,000 individuals, current diagnoses have fallen short in comparison to the total incidence. Combined with an atypical and non-specific manifestation, a high false negative rate of acid-fast bacilli (AFB) staining, and long AFB culture duration has made diagnosis difficult. We aim to gather current available evidence regarding the diagnostic performance of polymerase chain reaction (PCR) in the diagnosis of GUTB. Methods: a literature search was conducted in four different, well-known databases using a predetermined PICO, keywords, and Boolean operators. All included articles will be subjected to rigorous appraisal according the University of Oxford's Centre for Evidence-Based Medicine (CEBM) Diagnostic Variability Criteria. Review and meta-analysis will be subjected to the QFAITH appraisal checklist to assess its quality. Results: out of a total of 243 initial search results, 11 relevant studies were determined after title and abstract screening. Additionally, nine articles were excluded based on the predetermined criteria. Two fully appraised articles were included in the study: one systematic review article, revealing a heterogenous (I2 = unstated; p = unstated) result of sensitivity mean above 85% and specificity above 75%; and one cross-sectional diagnostic study that reported the use of two different PCR primers: IS6110-PCR and 16SrRNA-PCR primer with a sensitivity of 95.99% and 87.05% and specificity of 98.11% and 98.9%, respectively. Conclusion: current limited evidence showed that PCR could not be solely used for the diagnosis of GUTB, but its use is recommended to guide patient treatment and monitoring."
Jakarta: Faculty of Medicine University of Indonesia, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kasturi Ramadhani
"Tuberkulosis TB masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang terjadi akibat banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi melalui diagnosis. TB dapat di diagnosis melalui adanya tanda dan gejala, pemeriksaan apusan basil tahan asam BTA dan kultur sputum. Apusan BTA merupakan pemeriksaan yang murah dan sederhana namun sensitivitas dan spesifisitas belum diketahui pada Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ. Sebanyak 188 sampel sputum didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM periode Januari ndash; Juni 2015 dan telah memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan studi uji diagnosis dan data dianalisis secara komparatif kategorik berpasangan dengan uji McNemar. Dari 188 sampel, didapatkan hasil positif basil tahan asam scanty, 1, 2, 3 dan kultur LJ berturut-turut adalah 13 sampel 6,9 dan 18 sampel 9,6. Dari tabel 2x2 didapatkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ adalah 72,2 dan 100. Sedangkan nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 100 dan 97,14.

Tuberculosis TB remains one of the major health problems in Indonesia due to the high number of suspected TB was not detected through diagnosis. TB can be diagnosed by its symptoms, acid fast bacilli AFB smear and by cultivation of sputum. AFB smear microscopy is cheap and simple but its sensitivity and specificity not known in Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM. The aim of this study was to determine sensitivity and specificity of AFB smear against LJ. There were 188 sputum samples people with suspected TB obtained from Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM from Januari to Juni 2015 that eligible for inclusion. This study used diagnostic test study and the data was analyzed using McNemar test. Out of 188 sputum samples, positive result for AFB smear and culture LJ were 13 samples 6,9 and 18 samples 9,6 respectively. Based on table 2 x 2, the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of LJ against AFB smear were 72 100 100 and 97,14 respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Thiam Hok
"ABSTRAK
Menundjukkan adanja kuman-kuman tuberkulosis pada seseorang jang tersangka menderita penjakit tuberkulosis adalah sangat penting untuk para dokter. Tidak hanja untuk menundjang diagnosis klinik, akan tetapi djuga untuk menentukan basil pcngobatan jang telah ditjapai. Atjapkali para dokter mendjumpai penderita-penderita jang belum pasti menderita tuberkulosis. Dalam hal-hal sematjatn itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik. Tjara-tjara jang lazim dipakai jalah pembiakan dan pertjobaan binatang disamping pemeriksaan mikroskopik untuk menetapkan adanja Mycobacterium tuberculosis. Djika kita mempeladjari kepustakaan tentang tjara-tjara penjelidikan tersebut, maka kita dapat kesan betapa banjaknja waktu jang diperlukan untuk pemeriksaan-pemeriksaan itu dan bahwa tidak ada persamaan dalam tjara bekerdja dipelbagai laboratorium.
Oleh karcna itu, Prof. K.A. Jensen (1954), ketua ?Committee of Laboratory Methods of the International Union against Tuberculosis", telah mengusulkan agar tjara pemeriksaan laboratorium mengenai Mycobacterium tuberculosis, dapat dilakukan dengan tjara jang sama untuk semua laboratorium, hingga dengan demikian hasil-hasilnja dapat diperbandingkan satu sama lain.
Tudjuan tesis ini, jang didasarkan pada penjelidikan sendiri, jalah menjelidiki faktor-faktor jang dapat mcmpengaruhi pemeriksaan bakteriologik tentang Mycobacterium tuberculosis didalam dahak, agar dengan demikian dapat menghasilkan suatu dasar tjara bekerdja jang kelak dapat dipakai di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1957
D394
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Pude Lepuen
"Tuberculosis (TB) is a difficult health problem to overcome. Active case finding is an important step in managing this infectious disease. However, the prevalence of TB case finding among cadres at the community level is low because of the stigma attached to TB, difficulty in geographical coverage, low public awareness, and social economic barriers. In addition, the empowerment and intention of cadres to perform community-based TB case finding are not optimal yet. This cross-sectional study aimed to determine the intention of TB case finding among 162 public health cadres at one district. Convenient sampling technique was employed in this study. Relationship analyses were performed using Chi-Square test. Results suggested that three factors, namely, attitude, subjective norm, and perceived behavior control influenced the intention to practice TB case finding among cadres. Public health care providers must encourage cadres to practice active TB case finding and understand the benefits and burdens encountered by cadres during TB case finding."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryan Fadillah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dapat menimbulkan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Aspergillus spp, yaitu Aspergillosis Paru Kronik (APK) pada kavitasi di paru. Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) otomatis dan Uji Imunokromatografi (ICT) adalah dua dari metode-metode yang menunjang diagnosis klinis APK. Kedua metode tersebut mendeteksi antibodi Aspergillus spp. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, namun belum ada studi yang membandingkan hasil dari performa diagnosis APK kedua uji tersebut pada pasien akhir pengobatan TB.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pemeriksaan ELISA otomatis subjek memiliki ambang > 11,5 sebagai hasil positif. Pemeriksaan ICT subjek memiliki hasil positif jika terlihat garis pada masing-masing kolom T dan C, sedangkan hasil positif hanya terlihat satu garis pada kolom C.
Hasil: Jumlah subjek keseluruhan adalah 62 subjek dan diperoleh 20 (32,3%) subjek terdiagnosis APK. Hasil positif pemeriksaan ELISA otomatis adalah 27 (43,5%) subjek, sedangkan pemeriksaan ICT adalah 2 (3,2%) subjek. Sensitivitas dan spesifisitas ELISA otomatis masing-masing adalah 75% dan 71,43%, sedangkan ICT adalah 10% dan 100%.
Simpulan: ELISA otomatis memiliki performa diagnosis yang lebih baik dibandingkan ICT untuk diagnosis APK, namun ELISA otomatis masih belum tersedia secara adekuat di wilayah Indonesia sehingga penggunaan ICT tetap digunakan sebagai pemeriksaan APK.

Introduction: Tuberculosis (TB) can cause complications caused by Aspergillus spp infection, namely Chronic Pulmonary Aspergillosis (CPA) in cavitation of the lungs. Automated Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) and Immunochromatography Test (ICT) are two of the methods that support the clinical diagnosis of CPA. Both methods detect Aspergillus spp. antibodies. Both have their advantages and disadvantages, but there is no study that compares the results of the diagnostic performance of the CPA of the two tests in patients at the end of TB treatment.
Methods: This research was analytic descriptive with a cross-sectional design. Automated ELISA examination of subjects had a threshold > 11.5 as a positive result. ICT examination of subjects had positive results if there was a line in each T and C columns, while positive results only showed one line in C column.
Results: The total number of subjects were 62 subjects and 20 (32.3%) subjects diagnosed with CPA. Subjects showed positive results of automated ELISA examination were 27 (43.5%) subjects, while ICT examinations were 2 (3.2%) subjects. The sensitivity and specificity of the automated ELISA were 75% and 71.43%, respectively, while the ICT was 10% and 100%.
Conclusion: Automated ELISA has better diagnostic performance than ICT for CPA diagnosis, but automated ELISA was not adequately available in the Indonesian region so ICT was still used as CPA examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>