Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Ira Natasha Naomi
"Peningkatan minat pembelajar bahasa dari Indonesia terhadap bahasa jepang berdampak pada semakin banyaknya penelitian yang dilakukan untuk memudahkan pemahaman tata bahasa Jepang dengan baik dan benar. Salah satu tema yang menarik untuk diteliti adalah ungkapan potensial atau dalam bahasa jepang disebut kanou lryougen. Ungkapan potensial ini merupakan bentuk kebahasaanyang menunjukkan makna kesanggupan atau potensi, biasanya ditunjukkan melalui verba potensial yang dibentuk baik secara morfologis maupun sintaktis. Penelitian ini akan membahas tentang pembentukan verba potensial secara morfologis pada bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Kajian untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Hal ini dilakukan agar pembelajarbahasaJepang di Indonesia semakinmudah memahami tatabahasalepangkhususnya yang menyangkut temakanou hyougen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural kontrastif. Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa pembentukan verba potensial secara morfologis dalam bahasa Indonesia melibatkan proses afiksasi, sedangkan dalambahasa ]epang melibatkan proses konjugasi yangmengubah makna verba dasar menjadi verba turunan yang bermakna potensial."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Maurilla
"Terdapat banyak kosakata bahasa Jepang yang memiliki makna lebih dari satu namun makna-makna tersebut masih saling berhubungan yang disebut sebagai polisemi (多義語; tagigo). Verba wakaru merupakan salah satu contoh kata berpolisemi. Adanya perbedaan pada makna verba wakaru sering menimbulkan kesalahan dalam penerjamahan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap berbagai makna pada verba wakaru. Penelitian ini berfokus pada komponen makna pada verba wakaru. Data penelitian diambil dari drama Jepang periode tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba wakaru sebagai polisemi memiliki tujuh buah makna dan setiap makna mengandung komponen makna yang berbeda, yaitu `pemahaman terhadap suatu hal`, `sesuatu hal menjadi jelas`, `rasa empati`, `pernyataan setuju`, `mengetahui informasi`, `mengerti apa yang diucapkan`, `mengenali seseorang`. Selain dapat dijelaskan dengan kata `tahu` dan `paham`, verba wakaru juga dapat dijelaskan dengan kata `mengenali`, `berempati`, dan juga kata `setuju` tergantung pada komponen makna yang dikandungnya.

There are many Japanese vocabularies that have more than one meaning but the meanings are still interconnected which is called polysemy (多 義 語; tagigo). Verb wakaru is an example of the word that polysemics. Differences in the meaning of verb wakaru often lead to errors in translation into Indonesian. Therefore, research needs to be done on various meanings on verb wakaru. This research focuses on the meaning components of meaning in verb wakaru. The research data was taken from Japanese drama period 2015-2019. The research method used is a qualitative method. The results showed that verb wakaru as polysemics had seven meanings and each meaning contained different meaning components, namely `understanding of something`, `things become clear`, `empathy`, `statement of agreement`, `know some information`, `understand what is said`, `recognize someone`. Besides being able to be explained with the words 'know' and 'understand', wakaru verbs can also be explained with the words 'recognize', 'empathize', and also the word 'agree' depends on the meaning components contained."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoka Juniansyah Aminda
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas kala dan aspek dalam verba ?ta serta variannya dalam kalimat bahasa Jepang. Penelitian ini mengidentifikasi kala dan/atau aspek yang terdapat dalam verba ?ta serta variannya dalam kalimat bahasa Jepang menggunakan identifikasi kala oleh Matsuo Soga (1983) dan Isao Iori (2001) serta identifikasi aspek oleh Matsuo Soga (1983). Kata keterangan waktu, jenis verba, dan bentuk verba dalam kalimat merupakan hal penting dalam identifikasi kala dan aspek pada verba ?ta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa verba ?ta dalam bahasa Jepang dapat memiliki kala saja, aspek saja, serta kala dan aspek.

ABSTRACT
This thesis analyses tenses and aspects in verbs ?ta and its variants in Japanese sentences. This research identifies tenses and aspects of verbs ? ta and its variants in Japanese sentences by using tenses identification of Matsuo Soga (1983) and Isao Iori (2001) and using aspects identification of Matsuo Soga (1983). Time adverbials, verb classifications, and verb forms are three main points in tenses and aspects analysis of verbs ?ta and its variants in Japanese sentences. The result of the research indicates that Japanese verbs -ta can has only a tense, an aspect, and can have both tense and aspect."
2016
S64318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Stanislausia Liem
"
ABSTRAK
Dalam beberapa bahasa di duuia ini dikenal pembagian feminim dan maskulin, bahkan dalam bahasa terentu terdapat pembagian bahasa laki-laki dan bahasa perempuan. Pembagian antara lain disebabkan dari perbedaan peran dan harapan sosial pada laki-laki dan perempuan (Wardhaugh, 1988; McGloin, 1990).
Salah satu bahasa yang dikatakan memiliki pembagian berdasarkan jenis kelamin adalah bahasa jepang. Perbedaan yang berdasarkan jenis kelamin ini dapat ditemukan pula pada kata gang. Irma sandang, akhir kalimat, dan sebagainya. Kemudian, secara khusus pada skripsi ini akan diangkat kehadiran jenis kelamin pada akhir kalimat, baik dalam bentuk parti kel akhir maupun kata bantu verba.
Menurut para ahli, pembagian langgam bahasa berdasarkan jenis kelamin sudah mulai mengalami pergeseran. Artinya laki-laki sudah mulai menggunakan bahasa perempuan, dan begitu juga sebaliknya One Endo (1995) mengatakan bahwa perubahan ini umumnya terlihat pada generasi muda, deagan alasan mereka ingin melepaskan diri dari ikatan dalam bentuk bahasa yang membelenggu kebebasan mereka meanampilkan jati diri.
Pergeseran tersebut di atas oleh penulis dianggap sebagai suatu ketidakkonsitenan, artinya penggunaan langgam bahasa tidak sesuai dengan jenis kelamin pembicara Pertanyaan yang timbul adalah apakah mereka yang berusia muda lebih tidak konsisten dibandingkaa mereka yang berusia lebih tua? Apabila dilihat dari sudut jenis kelamin, apakah perempuan lebih tidak konsisten dibandingkan laki-laki.
Guna menjawab pertanyaan tersebut di atas, dalam penelitian penulis menggunakan angket untuk mengumpulkan data, dan kemudian diolah dengan menggunakan t-test dan Chi-squared.
Hasil perhitungan statistik menununkkan bahwa secara umum pada kaum Adam usia tidak begitu mempengaruhi kekonsistenan berbahasa. Artinya mereka yang berusia 20-an (mewakili generasi muda) dan mereka yang berusia 40-an (mewakili generasi tua) menggunakan langgam bahasa yang sama. Sedangkan pada kaum Hawa, kelompok 40-an lebih konsisten, daripada kelompok 20-an. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih konsisten daripada lak i -laki.
Mulainya perempuan bekerja di luar rumah merupakan salah satu penjelasan untuk pergeseran batasan langgam bahasa laki-laki dan perempuan (Baron, 1993). Oleh karena itu. untuk memperluas ruang lingkup penelitian lanjutan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya juga dijadikan fakttor yang mempengaruhi langgam bahasa yang digunakan seseorang selain jenis kelaminnya.
"
1997
S13684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arianty Visiaty
"Arianty Visiaty. Analisis Struktur dan Makna Kalimat Shieki Bahasa Jepang, (Di bawah bimbingan Thu Lea Santiar, M.A) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Tujuan disusunnya skripsi ini adalah untuk lebih memahami maksud kalimat shield, penggolongan jenis kalimat shield, pembagian subjek, objek penderita, serta partikel penunjuk objek penderita, maupun makna kalimat shieki itu sendiri, sehingga nantinya dapat membuat dan menggunakan kalimat shield dalam percakapan sehari-hari dan dapat lebih memahami kandungan isi dalam sebuah teks, bacaan tulisan secara lebih mendalam. Lebih jauh lagi penulisan skripsi ini, bertujuan untuk dapat membantu para pelajar bahasa Jepang agar lebih memahami kalimat shield. Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian pustaka deskriptif dengan menggunakan teori pakar linguistik Jepang yang bernama Okutsu Keiichiro. Akan tetapi, khusus untuk teori partikel penunjuk objek penderita kalimat shield, dipakai teori dari Taramura. Hideo karena dibandingkan dengan Okutsu, Teramura menjelaskan lebih rinci mengenai pemilihan partikel penunjuk objek penderita. Berdasarkan teori-teori pakar linguistik inilah, dianalisis data-data kalimat shield yang dikumpulkan dari buku-buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar. Dilihat dari kata kerja pembentuknya, maka kalimat shield dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu kalimat shield transitif dan kalimat shield intransitif.Subjek, maupun objek penderita dalam kalimat shield transitif semuanya merupakan mahluk hidup. Sedangkan untuk partikel penunjuk objek penderitanya, hanya dapat menggunakan partikel ... Makna kalimat shieki transitif ,sebagaimana yang dikatakan oleh Okutsu Keiichiro dapat digolongkan ke dalam kyosei shield (shield paksaan) ataupun kyoyo shield (shield ijin), tergantung dari konteks kalimat itu sendiri. Untuk kalimat shield intransitif selain memakai mahluk hidup sebagai subjek maupun objek penderitanya, ada beberapa kalimat shield intransitif yang memakai benda mati sebagai subjek ataupun objek penderitanya. Sedangkan partikel penunjuk objek penderitanya, dapat berupa partikel ... ataupun ... Kecuali, menurut Teramura Hideo, untuk kata kerja shieki yang berasal dari kata kerja emosi dan kata kerja gejala alamiah, hanya menggunakan partikel ... sebagai penunjuk objek penderitanya. Dilihat dari segi maknanya kalimat shield intransitif dapat dimasukkan ke dalam kyosei shield (shield paksaan), apabila partikel penunjuk objek yang digunakan dalam kalimat tersebut adalah partikel ..., sedangkan apabila partikel penunjuk objek penderita yang dipakai adalah partikel ..., maka termasuk ke dalam kyoyo shield (shield ijin). Dari basil analisis kalimat-kalimat shieki yang dikumpulkan dari buku-buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar, menunjukkan adanya kesesuaian antara teori Okutsu Keiichiro (subjek, objek penderita, makna) dan teori Teramura. Hideo (partikel penunjuk objek penderita) dengan basil analisis data data kalimat shield tersebut."
2000
S13481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Salina
"Skripsi tentang onomatope bahasa Jepang dalam komik dilakukan dengan tujuan untuk meneliti apakah bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onoatope mencerminkan makna-makna tertentu. Onomatope yang diteliti di sini ialah onomatope yang ditemukan pada komik-komik. Langkah penelitian yang dilakukan Onomatope yang berasal dari satu cerita dikelompokan dan dicari maknanya. Kemudian dilihat hubungan natara unsur-unsur pembentuk Onomatope dan makna dari kata Onomatope tersebut. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teori-teori tentang onomatope. Pertama-tama diperkenalkan teori onomatope secara umum seperti teori dari J.G. Herder, Stephen Ullman, dan lain-lain. Kemudian baru diperkenalkan teori onomatope dari Otsubo Heiji. Otsubo Heiji memberi istilah Giseigo untuk mengacu makna onomatope bahasa Jepang. Teori Otsubo Heiji ini sangat berperan dalam penganalisaan masalah pada skripsi ini. Hasil analisa skripsi ini menunjukkan bahwa ternyata bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onomatope mencerminkan makna-makna tertentu. Sebagian besar hasil analisa tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian dari Otsubo Heiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Istiqomah
"Penelitian ini berfokus pada analisis penerjemahan idiom Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jepang. Tujuan penulisan ialah untuk mengetahui bentuk padanan idiom BSu ke dalam BSa dan mengetahui pergeseran yang dilakukan dalam menjaga kesepadanan makna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan terlebih dahulu menganalisis Idiom BSu dan terjemahannya dalam BSa. Kemudian membandingkan keduanya serta melihat pergeseran yang terjadi. Pengumpulan data dilakukan dngan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku referensi, artikel, karya ilmiah dan sumber lainnya. Data yang digunakan adalah novel karya Ahmad Tohari yang brjudul Di Kaki Bukit Cibalak beserta terjemahannya dalam bahasa Jepang yang berjudul Chibarakku no oka no Fumoto de oleh Shinobu Yamane. Teori yang digunakan antara lain Teori penerjemahan Nida dan Taber serta Mona Baker, prosedur penerjemahan Rochayah Machali dan Maurits Simatupang, konsep idiom Chaer, Kridalaksana, Akimoto Miharu, Larson dan Wood, dan konsep bentuk dan makna dari Kridalaksana, Larson dan Chaer. Dari analisis kepustakaan diperoleh kesimpulan, yaitu berdasarkan bentuk idiom BSu dapat diterjemahkan ke dalam Idiom BSa sejumlah 5 data, idiom BSu diterjemahkan ke bukan idiom BSa sejumlah 14 data dan Idiom BSu tidak diterjemahkan ke BSa berjumlah 1 data. Berdasarkan prosedur penerjemahan ditemukan pergeseran bentuk dan makna antara lain pergeseran struktur gramatikal, pergeseran kategori kala, pergeseran unit, pergeseran tataran, modulasi bebas, dan modulasi sudut pandang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Julianty Dwieliza
"ABSTRAK
Verba majemuk merupakan salah satu aspek dari kata majemuk. Berdasarkan pengalaman dalam mempelajari bahasa Jerman, terdapat kesulitan dalam menerjemahkan suatu verba majemuk karena kita tidak mengetahui dasar dari verba majemuk itu. Untuk itu dilakukan analisis morfologis dan semantis dalam mengetahui apakah ada keterkaitan antara bentuk dan makna sebuah verba majemuk.
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber acuan, yaitu: Grammatik der deutschen Gegenwartssprache_Bd.4 (Duden, 1984) dan Wortbildung der deutschen Gegenwartssprache (Wolfgang Fleischer, 1933).
Dalam menganalisis verba majemuk dijabarkan bagaimana terbentuknya sebuah verba majemuk. Setelah itu dilakukan analisis terhadap maknanya, apakah makna dari suatu bentuk verba majemuk itu berterima atau tidak.
Dari analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan verba majemuk dapat dilakukan terhadap lima jenis leksem, termasuk di dalamnya tiga kelas kata dan dua jenis afiks, yaitu V+V, N+V, A+V, P+V dan V+S. Sedangkan korelasi makna antar-kata pembentuk dari sebuah verba majemuk dapat dilihat dari tipe/macam verba majemuk. Dengan kata lain antara bentuk dan makna terdapat suatu keterkaitan. Namun harus diketahui juga apakah makna itu berterima atau tidak.

"
1990
S14691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Herpinus
Jakarta: Kesaint Blanc, 2012
495.6 SIM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sheddy Nagara Tjandra
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>