Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Packer, Lester
"The Antioxidant Miracle is the first popular book to reveal the full range of healing benefits of lipoic acid, the most versatile and powerful antioxidant and nature's secret weapon in treating heart disease, cancer, diabetes, and liver disease. This book also unveils the astonishing strength of the antioxidant network, the combination of vitamin E, vitamin C, lipoic acid, Co Q10, and glutathione that - when taken together in the proper amounts - battles disease and aging far more aggressively than supplements taken individually"
New York: Wiley, Hoboken, NJ, 1999
616.07 PAC a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kartika Dewi
"Latar belakang: Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara produksi dan akumulasi radikal bebas di dalam sel dan jaringan terhadap respon tubuh dalam melakukan detoksifikasi produk reaktif melalui sistem antioksidan. Antioksidan
dapat bersifat endogen dan eksogen, namun seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan konsentrasi antioksidan endogen sehingga penting untuk memaksimalkan potensi antioksidan eksogen, yang dapat berasal dari tumbuhan. Indonesia memiliki keragaman hayati yang luas, salah satunya adalah rumput laut atau alga Eucheuma sp., yang mengandung metabolit sekunder dan berpotensi menunjukkan beragam aktivitas biologis.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan aktivitas antioksidan rumput laut Eucheuma sp. Metode: Eucheuma sp. dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, dilakukan maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, dan etanol secara berurutan, kemudian filtrat diuapkan hingga menjadi ekstrak. Pada ketiga ekstrak dilakukan analisis komposisi fitokimia melalui uji fitokimia, kromatografi lapis tipis, dan penentuan kadar senyawa secara kuantitatif. Selanjutnya, evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol Eucheuma sp. ditentukan dengan metode DPPH.
Hasil: Ekstrak Eucheuma sp. mengandung senyawa golongan steroid dan triterpenoid pada uji kualitatif fitokimia. Analisis kromatografi lapis tipis menunjukkan total 11 komponen senyawa kimia.
Analisis kuantitatif ekstrak etilasetat Eucheuma sp. menunjukkan kadar total fenol sebesar 29,57 mg ekuivalen asam galat/g ekstrak, kadar total flavonoid sebesar 0,54mg ekuivalen quercetin/g ekstrak, dan kadar total triterpenoid sebesar 1,08 mg ekuivalen asam ursolat/g ekstrak. Evaluasi aktivitas antioksidan menunjukka bahwa ekstrak etilasetat memiliki efek antioksidan yang kuat terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 27,96 μg/mL. Simpulan: Ekstrak etilasetat
Eucheuma sp. berpotensi dikembangkan sebagai antioksidan.

Introduction: Oxidative stress is a condition in which there is an imbalance between production of free radicals and protective response via antioxidant system. There are endogenous and exogenous antioxidants, however as age increases, there is a reduction in endogenous antioxidant thus the need to search for potential exogenous antioxidant which could be derived from plants. Indonesia’s rich biodiversity, one of which is algae/seaweed Eucheuma sp., with its secondary metabolites, shows potential for biological activities. Aims: This study aims to determine the phytochemical constituent and evaluate the antioxidant activity of marine algae Eucheuma sp. Methods: Eucheuma sp. obtained from Lombok, Nusa
Tenggara Barat, were extracted with batch maceration process using three solvents, n-hexane, ethyl acetate, and ethanol sequentially. Each extract was analysed for its phytochemical constituents using phytochemical tests, thin layer chromatography,
and total phenolic, flavonoid, triterpenoid content. Evaluation of antioxidant activity for ethyl acetate extract and ethanol extract were done using DPPH method.
Result: Phytochemical analysis of Eucheuma sp. shows positive result for steroid and triterpenoid qualitatively. Thin layer chromatography analysis shows total of 11 chemical compound. Quantitative analysis shows highest value in ethyl acetate
extract, with its total phenolic content 29.57 mg gallic acid equivalent/g extract, total flavonoid content 0.54 mg quercetin equivalent/g extract, and total triterpenoid content 1.08 mg ursolic acid equivalent/g extract. Ethyl acetate extract with IC50 of 27.96 μg/mL towards DPPH assay shows active antioxidant activity of Eucheuma sp. Conclusion: Ethylacetate extract of Eucheuma sp. obtained from Lombok have a potential to be developed as an antioxidant.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert Lazarus
"Pendahuluan Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) diderita oleh sekitar 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia. Patomekanisme DMT2 yang diperantarai oleh stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan multisistem, khususnya sistem kardiovaskular. Beberapa efek samping penggunaan metformin telah dilaporkan. Hal ini menyebabkan alfa-mangostin (αMG) muncul sebagai salah satu alternatif pengobatan DMT2 yang memiliki potensi tinggi akibat aktivitas anti-oksidatifnya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efek protektif αMG terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan aktivitas superoksida dismutase (SOD) pada organ jantung tikus model DMT2.
Metode Tiga puluh enam tikus Wistar jantan dibagi ke dalam enam kelompok yang masing-masing berisi enam ekor: kelompok normal, kelompok normal + αMG (200 mg/kgBB), kelompok DMT2, kelompok DMT2 + metformin (200 mg), kelompok DMT2 + αMG 100 dan 200 mg/kgBB. Konsentrasi MDA dan aktivitas SOD diukur untuk menilai tingkat stres oksidatif pada setiap kelompok. ANOVA Welch diikuti dengan uji post-hoc Games-Howell digunakan untuk membandingkan data dengan nilai kemaknaan 0,05.
Hasil Studi ini mendemonstrasikan bahwa αMG dapat menurunkan konsentrasi MDA (p=0,003) dan meningkatkan aktivitas SOD (p=0,001) pada model tikus DMT2 secara signifikan, bahkan hingga melebihi kelompok normal untuk parameter SOD (rerata, 8,98 vs. 6,02 U/mL; p<0,001). Terlebih lagi, αMG dapat meningkatkan aktivitas SOD secara dose-dependent (rerata, 8,98 vs. 11,96 U/mL; p=0,019). Dibandingkan dengan metformin, αMG memperbaiki stres oksidatif lebih baik pada kedua parameter (MDA, p=0,029; SOD, p=0,007).
Kesimpulan Temuan pada studi ini menunjukkan bahwa αMG mampu memperbaiki stres oksidatif pada jaringan jantung tikus yang mengidap DMT2, terbukti pada peningkatan aktivitas SOD serta penurunan konsentrasi MDA.

Introduction Type 2 diabetes mellitus (T2DM) afflicts about 1 in 10 adults worldwide. Oxidative stress in T2DM leads to multisystem damages, particularly the cardiovascular system. As deteriorating adverse effects on the use of metformin have been reported, alpha-mangostin (αMG) rise as a potential alternative due to its anti-oxidative properties. This study aims to evaluate the protective effects of αMG against oxidative stress markers (i.e. malondialdehyde [MDA] and superoxide dismutase [SOD]) in heart tissued of T2DM-induced rats. Methods Thirty-six male Wistar rats were divided into 6 groups of 6 each, i.e., normal group, normal + αMG (200 mg/kg), T2DM group, T2DM + metformin group, T2DM + various doses of αMG (100 and 200 mg/kg). T2DM were induced using high-fat/high-glucose diet followed by streptozotocin injection (HF/HGSTZ). MDA level and SOD activity were assayed to assess oxidative stress between groups. Welch's ANOVA followed by Games-Howell post-hoc test was used to compare the data with significance level of 0.05.
Results This study demonstrated that αMG remarkably decreased MDA (p=0.003) and increased SOD (p=0.001) in T2DM-induced rats, even to the extent of exceeding controls for SOD (mean 8.98 vs. 6.02 U/mL, p<0.001). Furthermore, αMG were dose-dependent in SOD (mean, 8.98 vs. 11.96 U/mL; p=0.019). Compared to metformin, αMG improves oxidative stress better either for MDA (p=0.029) or SOD (p=0.007). Conclusion These findings suggest that αMG is capable of ameliorating oxidative stress in heart tissues of T2DM-induced rats, evident in the increase of SOD and the decrease of MDA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kumala Indrastiti
"Latar Belakang: Peningkatan radikal bebas dapat memicu kerusakan jaringan dan menyebabkan berbagai penyakit, oleh karena itu tubuh dapat mencegahnya dengan memproduksi antioksidan. Pada perokok, dapat terjadi peningkatan radikal bebas dari komponen kimia berbahaya tembakau, yang manifestasinya dapat terlihat dari berbagai kelainan di rongga mulut. Tujuan: Mengetahui perbedaaan profil kesehatan rongga mulut serta kapasitas antioksidan total saliva pada perokok dan bukan perokok, serta mengetahui apakah profil kesehatan rongga mulut mempengaruhi kapasitas antioksidan total saliva perokok. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang dengan 95 orang subjek, yang terdiri dari 51 perokok dan 44 bukan perokok, yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta untuk mengisi data demografis dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dan pengambilan saliva. Profil kesehatan rongga mulut didapatkan dengan melakukan pengukuran menggunakan indeks OHI-S, DMF-T, PBI, nilai pH dan laju alir saliva, serta pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut. Sampel saliva dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kapasitas antioksidan total dan seluruh data dianalisis menggunakan SPSS. Hasil Penelitian: Profil rongga mulut pada perokok, khususnya pH dan DMF-T, berbeda secara statistik dengan bukan perokok (p< 0,05). Rerata kapasitas antioksidan total saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun tidak bermakna secara statistik. Terdapat korelasi linier negatif sedang yang bermakna secara statistik pada nilai laju alir saliva (r-0,417) dan pH saliva (r-0,348) dengan kapasitas antioksidan total dalam saliva (p < 0,05). Kesimpulan : Perokok lebih rentan mengalami karies dan penurunan pH saliva dibandingkan bukan perokok. Kapasitas antioksidan total dalam saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Pada perokok, bila terjadi penurunan nilai laju alir saliva dan pH, maka akan terjadi peningkatan kapasitas antioksidan total dalam saliva dan demikian sebaliknya.
Background: Free radicals enhancement could lead to tissue damage and developed various illnesses, though the body prevents it by antioxidant production. Smokers may experience free radicals escalation caused by deleterious chemical compound of tobacco, which can manifest as various oral cavity abnormalities. Objectives: To compare the oral health profile and salivary total antioxidant capacity between smokers and nonsmokers, also to know whether oral health profiles affect the smokers’ salivary total antioxidant capacity. Methods: This was a cross sectional study with 95 subjects, consisted of 51 smokers and 44 non-smokers, who met the inclusion criteria. Subjects were asked to fill the demographic data and questionnaire, then clinical examination was performed, and saliva was taken, then laboratory analyzed to determine the total antioxidant capacity. Oral health profile were examined using OHI-S, DMF-T, and PBI indexes, pH count, salivary flow rate, and oral cavity examination. The total data then was analyzed using SPSS. Results: Smokers’ oral health profile, especially salivary pH and DMF-T values, were statistically significant different from non-smokers’ (p<0.05). The mean value of salivary total antioxidant capacity in smokers was lower than nonsmokers, but there was no statistically difference. There was a moderate negative linear correlation with statistically significant results between salivary flow rate (r-0.417) and salivary pH (r-0.348) on salivary total antioxidant capacity in saliva (p< 0.05). Conclusion: Smokers were more susceptible to caries and decreased salivary pH than nonsmokers. The total antioxidant capacity in smokers’ was lower than non-smokers, but there was no statistically difference. If smokers experience a decrease in salivary flow rate and pH, there will be an increase in salivary total antioxidant capacity and vice versa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Widiyanti Kusumaningati
"Jahe (Zingiber officinale Roscoe), merupakan salah satu bahan alam yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka banyak penelitian yang telah membuktikan kemampuan jahe sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan suatu bahan alam tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar fenol total ekstrak jahe dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Tahap pertama homogenat jahe diekstrak dua kali dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar ; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Dengan metode Folin-Ciocalteau kedua larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total jahe adalah 92,98 mg Equivalen Asam Galat per 100 g berat jahe segar. Dari hasil perbandingan dengan penelitian lain yang menganalisis kadar fenol total tomat dan mengkudu, dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki kadar total fenol tertinggi.

Ginger (Zingiber officinale Roscoe), one of the important natural sources in the life of Indonesian community. Along with science and technology andvancement, there are many recent studies have shown ginger properties as a natural antioxidant. Antioxidant activity of natural source related to its total phenolic content. In this study, total phenolic content was determined using Folin-Ciocalteau method. First ginger homogenate was extracted 2 times using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, we made a series of gallic acid solution as a standard of measurement, with the level of; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Furthemore the two solutions were analyzed by spectrometry and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the level of total phenol ginger is 92,98 mg Gallic Acid Equivalent per 100g fresh weight. Compare to the results of another total phenol research, tomato and noni, ginger has a highest result."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Falahiyyah Bahri
"Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat menangkap elektron serta menimbulkan kerusakan pada struktur senyawa Akumulasi radikal bebas pada sel dapat menimbulkan stress oksidatif yang menyebabkan gangguan terhadap struktur dan fungsi sel. Rosella atau Hibiscus sabdariffa merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa). Mahkota bunga Hibiscus sabdariffa ungu diekstraksi masing-masing dalam pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji secara kualittatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui jumlah senyawa yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak Hibiscus sabdariffa ungu.
Uji dengan metode DPPH terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa ungu dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan parameter yang dihasilkan berupa nilai %inhibisi dan nilai IC50. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa terdapat dua komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrakn-heksana, etil asetat dan etanol dari Hibiscus sabdariffa ungu. Berdasarkan uji fitokimia, golongan senyawa yang terkandung dalam ketiga ekstrak adalah flavonoid dan glikosida. Sedangkan pada pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol memiliki sifat antioksidan, dengan nilai IC50 sebesar 175,42 ppm untuk ekstrak etilasetat, dan sebesar 131,35 ppm untuk ekstrak etanol.

Free radicals are compounds that are very reactive and unstable therefore they can capture electrons and cause damage to the structure of other compounds. Accumulation of free radicals in cells can cause oxidative stress which causes disruption to the structure and function of cells. Rosella or Hibiscus sabdariffa is a plant that can be developed as an antioxidant to neutralize free radicals. This study aims to determine the phytochemistry content and antioxidant activity violet rosella calycs (Hibiscus sabdariffa). he crown of Hibiscus sabdariffa purple was extracted respectively in n-hexane, ethylacetate and ethanol solvents. The extract obtained is tested qualitatively by thin layer chromatography (TLC) to determine the amount of compounds contained Furthermore, phytochemistry tests were carried out to determine the content of saponin compounds, flavonoids, triterpenoids, steroids, alkaloids and tannins contained in violet Hibiscus sabdariffa extract.
The DPPH method for ethylacetate extract and ethanol extract of violet Hibiscus sabdariffa was carried out to determine antioxidant activity with the result parameters in the form of% inhibition and IC50 values. The TLC test results showed that there were two components contained in extracts of hexane, ethyl acetate and ethanol of violet Hibiscus sabdariffa. Based on phytochemistry tests, the classes of compounds contained in the three extracts are flavonoids and glycosides. While the antioxidant activity test using the DPPH method showed that ethyl acetate extract and ethanol extract had antioxidant properties, with an IC50 value of 175.42 ppm for ethylacetate extract, and at 131.35 ppm for ethanol extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Alvi Aisyah
"ABSTRAK
Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh lebih tinggi dari antioksidan. Antioksidan diperlukan untuk mencegah dan mengatasi stres oksidatif. Flavonoid dan fenol adalah senyawa yang berasal dari tanaman yang telah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang terdapat pada tanaman Litsea glutinosa (Lour.) C. B. Rob. Tanaman ini merupakan salah satu spesies dari keluarga Lauraceae yang tersebar luas di Indonesia. Informasi mengenai aktivitas antioksidan tanaman ini diketahui masih terbatas pada ekstraknya saja. Pada penelitian terdahulu telah diketahui bahwa ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa serta identifikasi golongan senyawa metabolit sekundernya. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstrak etanol dilakukan fraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Penelitian ini menggunakan metode penangkapan radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan microplate reader untuk menentukan aktivitas antioksidan pada fraksi. Fraksi teraktif diidentifikasi kandungan metabolit sekundernya dengan metode uji penyemprotan pada KLT. Hasil uji aktivitas antioksidan peredaman radikal DPPH menunjukkan bahwa fraksi B merupakan fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 14,6739 μg/mL. Dari hasil metode uji semprot pada KLT, fraksi ini mengandung beberapa golongan senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, fenol dan terpenoid.

ABSTRACT
Oxidative stress is a condition that occurs when the amount of free radicals in the body is higher than antioxidants. Antioxidants are needed to prevent and cure oxidative stress. Flavonoids and phenols are compounds derived from plants known to have antioxidant activity found in the Litsea glutinosa (Lour.) C. B. Rob plant. This plant is one of the species in the Lauraceae family, which widely distributed in Indonesia. Information about the antioxidant activity of this plant is known to be limited to its extracts. In previous studies, it is known that the ethanolic extract of Litsea glutinosa bark has antioxidant activity. This study aims to determine the antioxidant activity of the ethanol extract fraction of Litsea glutinosa bark and the identification of secondary metabolites. Extraction was carried out by an exhaustive maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol. Ethanol extract was fractionated using column chromatography methods. This study used the radical DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) scavenging method with a microplate reader to determine the fractions antioxidant activity. The fraction with the highest antioxidant activity identified its secondary metabolite content by the spray test method on TLC. The DPPH radical antioxidant activity test results showed that fraction B was the most active fraction with an IC50 value of 14.6739 μg/mL. From the spray test method result, this fraction contains several groups of compounds that are alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Mayang Suminar
"ABSTRAK
Tokotrienol memiliki potensi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tokoferol. Formulasi sediaan nanoemulsi gel dapat menghantarkan tokotrienol ke lapisan kulit untuk mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas dan meningkatkan stabilitas sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan dari formulasi nanoemulsi gel tokotrienol. Formulasi nanoemulsi tokotrienol dibuat dengan menggunakan tokotrienol, asam oleat, tween 80, alkohol 96%, dan propilen glikol. Basis gel yang digunakan adalah carbomer dan trietanolamin. Uji stabilitas fisik dilakukan pada 3 suhu yang berbeda yaitu pada suhu rendah (4˚C ±2˚C), suhu ruang (27˚C ±2˚C), suhu tinggi (40˚C ±2˚C), cycling test dan uji sentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH untuk menentukan nilai IC₅₀. Hasil yang didapatkan adalah formula 1 memiliki stabilitas fisik terbaik dengan pH 6,12. Ukuran globul nanoemulsi gel tokotrienol pada formula 1 596 nm dengan nilai potensial zeta 27,1 mV. IC₅₀ nanoemulsi gel tokotrienol adalah 6252,14 ppm

ABSTRACT
Tocotrienols has antioxidant potential higher than tocopherols. Nanoemulsion gel can deliver tocotrienols into the skin to prevent skin damage which is caused by free radicals and improve the stability of the dosage form. The purpose of this study was to determine the physical stability and antioxidant activity of tocotrienols nanoemulsion gel formulation. Tocotrienols nanoemulsion is made by using tocotrienols, oleic acid, tween 80, alcohol 96%, and propylene glycol. Gel base is made by Carbomer and triethanolamine. Physical stability test was conducted at three different temperatures, which were low temperature (4˚C ± 2˚C), room temperature (27˚C ± 2C), high temperature (40˚C ± 2˚C), cycling test and centrifugation test in 3800 rpm for 5 hours. Antioxidant activity was measured by DPPH method for determining IC₅₀ values. Formula 1 has the best physical stability with pH of 6,12. Droplet size of tocotrienols nanoemulsion gel is 596 nm with zeta potential value is -27,1 nm. IC₅₀ of tocotrienols nanoemulsion gel is 6252.14 ppm.
"
2016
S65727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari Handayani
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
secara tradisional untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan ekstrak
etanol kulit buah manggis (EEKBM) 50% dengan konsentrasi 0,195%, menahan
stres oksidatif pada sel darah merah domba (SDMD) yang diberi tBHP secara in
vitro. Percobaan dilakukan dalam 4 kelompok, (I) kontrol, (II) SDMD + EEKBM,
(III) SDMD + t-BHP, (IV) SDMD + EEKBM + t-BHP. Efek perlindungan kulit
buah manggis ditetapkan dengan mengukur parameter aktifitas enzim-enzim
antioksidan superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan
katalase. Hasil penelitian menunjukkan pemberian EEKBM mampu menahan
stress oksidatif pada SDMD yang diberi tBHP. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan aktivitas SOD, GPx dan katalase pada pemberian EEKBM . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa EEKBM dapat melindungi SDMD dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh pemberian t-BHP.

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) has been used traditionally as
medicine for various diseases. This study aimed to examined the effect of 50%
ethanol extract of mangosteen (EEMP) concentration of 0,195 % to prevent the
red blood cells of sheep (RBCS) from oxidative stress that induced by t-BHP in
vitro. The groups were (I) control, (II) RBCS + EEMP, (III) RBCS + EEMP + t-
BHP and (IV) RBCS + EEMP + t-BHP. The result showed that activities of
superoxide dismutase (SOD), Gluthation peroxidase (GPx) and catalase were
decreasing, so we concluded that EEMP had antioxidant capacity to protect
RBCS oxidative stress induced by t-BHP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>