Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218451 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhrunnisa
"Latar Belakang : Proses kognitif diartikan sebagai proses pengolahan informasi, yang diubah, disimpan, dan kemudian digunakan. Gangguan kognitif dapat terjadi akibat berbagai macam proses penyakit tem1asuk gangguan pada pembuluh darah di otak. Penelitian terdahulu menunjukkan penyandang Hipertensi memiliki skor kognitif yang lebih rendah dibanding individu normal. Kekerapan gangguan kognitif pada penyandang hipertensi meningkat 7-9%, bila tekanan darah tidak terkontrol. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan gangguan kognitif pada penyandang hipertensi yang bermanfaat untuk pencegahan, deteksi dini dan tatalaksana sehingga bila ditemukan gangguan kognitif ringan dapat segera diambil langkah-langkah untuk mencegah berlanjutnya komplikasi. Metode : Penelitian menggunakan disain analisis potong lintang deskriptif. Dilakukan pada pasien hipertensi yang datang berobat ke beberapa puskesmas di Jakarta, dengan 106 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan anamnesis dan identifikasi catatan medis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik umum (tekanan darah sistolik dan diastolik, pengukuran berat badan dan tinggi badan) dan pemeriksaan neurologi rutin (pemeriksaan fisik, skor Hamilton, MMSE dan funduskopi). Subyek yang memenuhi kiteria inklusi dilakukan tes MoCA-lna. Variabel-variabel yang diduga berperan dalam gangguan kognitif pada hipertensi diuji statistik menggunakan analisis bivariat dan multivariat dan uji mutlak Fisher. Hasil: Dari 106 pasien hipertensi didapatkan perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah I : I ,6 dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun (40.6%) diikuti kelompok usia 40-50 tahun (34.9%), dan~ 61 tahun (24.5%) dengan 54 subjek (50.9%) berpendidikan rendah, 28 subjek (26.4%) berpendidikan sedang dan 24 subjek (22.6%) dengan pendidikan tinggi. Variabel pendidikan memiliki perbedaan proporsi yang signifikan bila dihubungkan dengan gangguan kognitif dari 106 subjek, dengan persentase 19.8% yang mengalami gangguan kognitif (skrining MoCA-lna) dengan gangguan paling dominan pada domain visuospasial sebanyak 43.4% disusul oleh domain bahasa (34.9%). Dari ke-6 domain MoCA-lna terdapat hubungan bermakna dengan beberapa variabel yang diteliti yaitu: fungsi eksekutif, atensi, konsentrasi dan working memory memiliki hubungan bermakna dengan variabel tingkat pendidikan; fungsi visuospasial terdapat hubungan bermakna dengan variabel grade hipertensi dan tingkat pendidikan; dan fungsi short term memory recall memiliki hubungan bermakna dengan variabel onset hipertensi. Dari data sekunder pun didapatkan -hubungan yang signifikan an tara grade hipertensi dan onset hipertensi bila dihubungkan dengan gambaran funduskopi. Kesimpulan : Terdapat 19.8% gangguan kognitif pada penyandang hipertensi dengan gambaran berupa gangguan fungsi visuospasial dan terdapat hubungan bermakna dengan beberapa variabel yang diteliti.

Background: cognitive process is defined as a process of converting, storing, and then using of information. Cognitive impairment can occur due to various disease including disorders of the blood vessels in the brain. Previous research has shown people with hypertension have a lower cognitive scores than normal individuals. In an uncontrolled blood pressure condition, frequency of cognitive impairment in people with hypertension increased 7-9%. Objective: To determine the relationship between blood pressure and cognitive impairment in people with hypertension. The aims are for the prevention, early detection and management of complication of mild cognitive impairment in hypetension. Methods: A cross-sectional descriptive analysis design. Performed in hypertensive patients who come for treatment to some centers in Jakarta, with 106 samples that met the inclusion criteria, conducted medical history and identification records, then performed a general physical examination (systolic and diastolic blood pressure, weight and height) and a routine neurological examination (physical examination, Hamilton score, MMSE and fundoscopy). Subjects who met inclusion criteria were conducted MOCA-Ina tests. The variables which were significant in cognitive impairment in hypertensive were statistically tested using bivariate and multivariate analysis and Fisher's absolute test. Results: Of 106 patients with hypertension the ratio between men and women was 1: 1.6 with the highest number in the age group was 51-60 years (40.6%) followed by 40-50 years age group (34.9%), and :2: 61 years (24.5%) with 54 subjects (50.9%) of low-educated, 28 subjects (26.4%) moderately educated and 24 subjects were well educated (22.6%). Education were significant proportion of the difference when linked with cognitive impairment in 106 subjects, with percentage of 19.8% who experienced cognitive impairment (screening MOCA-Ina) with predominant disturbance in as many as 43.4% visuospasial domains followed by domain language (34.9%). Executive function, attention, concentration and working memory are significantly associated with level of education; visuospasial functions are significantly associated with grade of hypertension and level of education; and short term memory recall function is significantly associated with onset of hypertension. From the secondary data there were significant relationship between hypertension grade and onset of hypertension with funduscopic. Conclusion: There were 19.8% cognitive impairment (visospatial dysfunction) in people with hypertension with and there were significant association between variables studied.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2012
T58407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivien Puspitasari
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu faldor risiko gangguan kognitif melalui mekanisme vaskuler dan non-vaskuler. Berbagai studi menunjukkan hubungan antara diabetes dengan risiko terjadinya demensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyandang OM tipe 2 . Metode. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan populasi penyandang OM tipe 2 berusia 2: 50 tahun yang berobat di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pencatatan kadar gula darah puasa dalam 2 tahun terakhir. Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif untuk menilai atensi, bahasa, memori, praxis, fungsi eksekutif dan kecepatan psikomotor. Kriteria gangguan kognitif ringan tanpa demensia (CIND) adalah bila ditemukan satu atau lebih skor kognitif di bawah < 1.5 standard deviasi nilai normatif. Data dianalisis menggunakan tes chi- square, Fisher's exact dan Mann Whitney memakai program SPSS versi 11 .5 Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 96 pasien OM tipe 2, rentang usia antara 50-75 tahun (rerata 59.5 ± 5.53 tahun), terdiri dari 55 (57.3%) wan ita. Sebanyak 84 (87.5%) subyek memenuhi kriteria CIND. Rana kognitif yang paling terganggu adalah fungsi eksekutif (77.1%). Sebagai hasil tambahan, didapatkan hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan (p=O.007; OR:6.69; IK.95% 1.48;34.34). Subyek berusia ~ 60 tahun memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi(p=O.023) dan immediate memory (p=0.039). Subyek dengan durasi OM ~ 5 tahun cenderung memiliki gangguan pada immediate memory (p=O.OO2). Subyek dengan kriteria pengendalian GOP buruk berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi eksekutif (p=O.006). Subyek dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi (p=0.OO35). Kesimpulan. Gangguan kognitif umum ditemukan pada penyandang OM tipe 2 terutama gangguan fungsi eksekutif. Pasien OM tipe 2 dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai kecenderungan memiliki gangguan fungsi kognitif (CINO). Faktor usia lanjut, lama OM, pengendalian GOP dan hipertensi berhubungan dengan gangguan pada rana kognitif spesifik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivien Puspitasari
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko gangguan kognitif melalui mekanisme vaskuler dan non-vaskuler. Berbagai studi menunjukkan hubungan antara diabetes dengan risiko terjadinya demensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyandang OM tipe 2 . Metode. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan populasi penyandang OM tipe 2 berusia - 50 tahun yang berobat di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pencatatan kadar gula darah puasa dalam 2 tahun terakhir. Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif untuk menilai atensi, bahasa, memori, praxis, fungsi eksekutif dan kecepatan psikomotor. Kriteria gangguan kognitif ringan tanpa demensia (CIND) adalah bila ditemukan satu atau lebih skor kognitif di bawah < 1.5 standard deviasi nilai normatif. Data dianalisis menggunakan tes chi- square, Fisher's exact dan Mann Whitney memakai program SPSS versi 11.5 hasil. Pada penelitian ini didapatkan % pasien DM tipe 2, rentang usia antara 50-75 tahun (rerata 59.5 ± 5.53 tahun), terdiri dari 55 (57.3%) wanita. Sebanyak 84 (87.5%) subyek memenuhi kriteria CIND. Rana kognitif yang paling terganggu adalah fungsi eksekutif (77 .1% ). Sebagai hasil tambahan, didapatkan hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan (p=0.007; OR:6.69; IK.95% 1.48;34.34). Subyek berusia - 60 tahun memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi(p=0.023) dan immediate memory (p=0.039). Subyek dengan durasi DM - 5 tahun cenderung memiliki gangguan pada immediate memory (p=0.002). Subyek dengan kriteria pengendalian GOP buruk berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi eksekutif (p=0.006). Subyek dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi (p=0.0035). Kesimpulan. Gangguan kognitif umum ditemukan pada penyandang OM tipe 2 terutama gangguan fungsi eksekutif. Pasien DM tipe 2 dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai kecenderungan memiliki gangguan fungsi kognitif (CIND). Faktor usia lanjut, lama OM, pengendalian GOP dan hipertensi berhubungan dengan gangguan pada rana kognitif spesifik.

Background. Cognitive function is the process of several complex functions of various circuits in the brain. Type 2 diabetes is one of the risk factors which may cause cognitive function impairment through vascular and non-vascular mechanisms. Many studies show that there is a positive correlation between diabetes mellitus and the risk of dementia. The aim of this study was to describe the cognitive function of people with type 2 diabetes before any dementia manifestation occurred. Methods. This was an cross sectional study which included all type 2 diabetes patients who fulfilled the inclusion criteria. Medical history, physical and neurology examination were performed, fasting blood glucose levels of all the patients in the last 2 years were also collected. The patient's cognitive function was examined using neurophsycology test of CERAD, digit span, trail making B and finger tapping test Criteria of mild cognitive impairment without dementia (CIND) were confirmed if one or more cognitive scores were < 1.5 SD below normative value. The data were analyzed using chi-square, Fisher' exact and Mann Whitney test with SPSS for Windows version 11.5. Result. There were found 96 subjects with type 2 diabetes, 55 (57.3%) subjects were female, range of age was 50-75 years old (mean 59.5 years old SD 5.53). Eighty four (87.5%) subjects fulfilled the CIND criteria. The most affected cognitive domain was executive function (77.1%). In addition, a significant correlation was found between the cognitive impairment and the level of education (p=0.007;0R 6.69; Cl95% 1.48;34.34). Subjects with advanced aged or prior hypertension tended to have attention decicit; subjects with poor control of blood glucose had a significant correlation with executive dysfunction ; Subjects - 60 years-old and with diabetes more than 5 years tended to have immediate memory impairment (p<0.05). Conclusion. Cognitive impairment without dementia is commonly encountered in people with type 2 diabetes particularly in the domain of executive function. Type 2 diabetes patients with lower levels of education are more likely to have a cognitive impairment. There is a correlation between advanced age, duration of diabetes, control of blood glucose and hypertension with specific cognitive domain impairment."
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2010
T58265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Sidhi
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses berpikir akibat aktivitas sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Adanya gangguan kognitif menunjukkan terjadinya gangguan fungsi otak. MCI (Mild Cognitive Impairment ) merupakan gangguan kognitif ringan yang sudah terjadi pada kelompok lanjut usia nondemensia. Berbagai studi menunjukkan gambaran dan prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif dan prevalensi MCI pada kelompok lanjut usia nondemensia.
Metode. Penelitian ini menggunakan cara potong lintang dengan populasi semua lanjut usia nondemensia di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu yang memenuhi kriteria inklusi. Samua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis . Dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan menggunakan CERAD dan Trail Making Test - B. Diagnosis MCI menggunakan kriteria dari Petersen RC. Data diolah dengan menggunakan tes chi-square , Fisher's Exact dan memakai program SPSS versi 12.
Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 300 lanjut usia (? 60 tahun) nondemensia, rentang usia antara 60-76 tahun (rerata 63,5 ± 4,1 tahun) dengan kelompok usia terbesar 60 - 65 tahun (75,0%) , terdiri dari 177 (59%) wanita dan 123 (41%) pria. Sebanyak 269 subyek (89,6%) memenuhi kriteria MCI. Subkelas MCIa 22 kasus (7,3%), MClsdnm 81 kasus (27%) dan MCImd 166 kasus (55,3%). Gangguan kognitif terbanyak pada MCIa adalah Memori Rekognisi (81,8%) , pada MClsdnm adalah Fungsi Eksekutif (100%) dan pada MCImd adalah Fungsi Eksekutif (89,1%) beserta Memori Rekognisi (64,5%). Didapatkan hubungan bermakna antara MCIa dengan DM ( p = 0,038 ; OR 0,10 ; IK 95% 0,01;0,88 ) dan MCImd dengan pendidikan rendah ( SD dan SLP) (p = 0,000 ; OR 5,32 ; IK95% 2,12;13,31 ) dan DM (p = 0,008 ; OR 0,26 ; 1K95% 0,10;0,70 ).
Kesimpulan. Prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia (> 60 tahun ) ditemukan sebesar 89,6%. Rana kognitif yang paling banyak terganggu adalah Memori Rekognisi dan Fungsi Eksekutif . Faktor risiko terbanyak adalah pendidikan rendah dan DM.

Background. Cognitive function is the process of several complex functions of various circuits in the brain. Mild Cognitive Impairment (MCI) is a transition state between normal and probable dementia. The aim of this study was to describe the cognitive impairment profile and the prevalence of MCI in non demented elder.
Methods. This was an analytical cross sectional study which included all non demented elder patients who fulfilled the inclusion criteria. Medical history, physical and neurology examination were performed.. The patient's cognitive function was examined using neurophysiology test of CERAD and Trail Making Test-B. Diagnostic criteria of mild cognitive impairment were confirmed by using criteria from Petersen RC (< 1.5 SD below normative value). The data were analyzed using chi-square, Fisher' exact and using SPSS for Windows ver. 12.
Result. There were found 300 non demented elder ( age 60 years old ), 177 (59%) subjects were female and 123 (41%) were male , range of age was 60-76 years old (mean 63,5 ± 4,1 years old ) with largest age group were 60-65 years old ( 75,0%). There were 269 (89,6%) subjects fulfilled the MCI criteria with MCIa 22 (7,3%) , MClsdnm 81 (27%) and MCImd 166 (55,3%) . The most affected cognitive domain in MCIa was Recognition Memory ( 81,8%) in MClsdnm was Executive Function (100%) and in MCImd were Recognition Memory (64,5%) together with Executive Function (89,1%) . In addition, a significant correlation was found between the MCIa and DM (p=0.038;OR 0,10; CI95% 0,01;0,88) and between MCImd with poor education (p-0.000;OR 5,32; CI95% 2,12;13,31) and DM (p=0.008;OR 0,26; CI95% 0,10;0,70.
Conclusion. Prevalence of MCI in non demented elder (_> 60 years old) 89,6% . The most affective cognitive domains were Recognition and Executive Function. The most risk factors were poor education and DM."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemberian ASI eksklusif pada bayi memperlihatkan penurunan dari 36 % menjadi 30 %
itupun rata-rata memberikan Asi 1,7 bulan, bahkan lebih memprihatinkan Iagi dibawah 2
bulan sudah diberikan susu formula, ini terjadi pada tahun 2000. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI secara eksklusif bayi hanya diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan
tampa diberi makanan tambahan (Roesli, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian
ASI eksklusif pada bayi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana
dan pengambilan sampel dengan menggunakan confinisien sampling. Sampel sebanyak
57 responden diambil pada minggu kc-2 dan minggu ke-4 bulan Desember 2005 di
Puskesmas Kccamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat. Analisa data yang digunakan
adalah distribusi frekeunsi dan persentasi yang menggambarkan karakteristik ibu dan
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksldusif pada bayi. Hasil
ini menggambarkan dari 57 responden yang memberikan ASI eksklusif yang terbanyak
pada kelompok : umur kurang dari 30 tahun (50,9 %), tingkat pendidikan tinggi lebih
(66.7 %), responden tidak bekerja (86 % ), paritas ibu 1-2 anak (68,4 %), pengetahuan
tentang ASI eksklusif sebesar 78,9 %, sikap positif ibu dalam pemberian ASI cksklusif
sebesar 93 %, dukungan kelualga dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 86 % dan
dukungan petugas sebesar 70, 2%. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pemberian ASI
eksklusif hingga usia bayi 6 bulan sudah diterapkan di Puskesmas Kecamatan Cempaka
Pulih. Untuk lebih meningkatkan pembelian ASI eksklusif sesuai dengan program
Pemerintah petugas-petugas kesehatan (Dokter, Bidan dan perawat) perlu
menerapkannya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5492
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Dina Soebroto
"ABSTRAK
Latar belakang: Indonesia memiliki angka kejadian Cerebral Small Vessel Disease CSVD yang tinggi yaitu 45 dari kesuluruhan stroke iskemik dengan hipertensi sebagai faktor risiko utama. CSVD menyebabkan disabilitas fungsi kognitif dan sampai saat ini diagnosisnya tergantung pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging MRI . CSVD merupakan gangguan mikrosirkulasi intrakranial dimana struktur ini memiliki homogenitas mikrovaskular dengan retina. Oleh karena itu nilai kecepatan aliran arteri sentralis retina ASR dapat menggambarkan aliran mikrovaskular intrakranial pada penderita CSVD.Metode: Penelitian ini merupakan studi asosiatif potong lintang yang bersifat analitik. Evalusasi dilakukan terhadap 39 subyek penelitian yang merupakan pasien hipertensi yang masuk dalam kriteri inklusi. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan MRI kepala, fungsi kognitif melalui pemeriksaan MoCA-INA, trail-making test A B dan groove pegboard dan kecepatan aliran ASR melalui pemeriksaan Orbital Doppler Ultrasound.Hasil: CSVD didapatkan pada 79.5 subyek penelitian. PFV ASR pada subyek penelitian 17,93 7,1-42,58 cm/s cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai normal 10.3 2.1 6.4-17.2 cm/s . Pada subyek dengan CSVD sebanyak 74,2 mengalami gangguan fungi kognitif dan peningkatan PFV ASR. Tidak terdapat hubungan bermakna antara PFV dengan ada tidaknya CSVD. Selain itu juga tidak ditemukan hubungan bermakna antara PFV dengan ada tidaknya gangguan fungsi kognitif. Terdapat kecenderungan peningkatan PSV pada CSVD dan gangguan fungsi kognitif.Kesimpulan: Perubahan kecepatan aliran ASR dapat memberikan gambaran CSVD dan gangguan fungsi kognitif pada penderita hipertensi.

ABSTRACT<>br>
Background Indonesia has a high number of incidents of Cerebral Small Vessel Disease CSVD , i.e. 45 of the total ischemic stroke with hypertension as the main risk factor. CSVD led to disability in cognitive functions and up until now the diagnosis is based on the Magnetic Resonance Imaging MRI . CSVD is an intracranial microcirculation disturbance in which such structure has a microvascular homogeneity with the retina. Thus, the flow velocity of the Central Retinal Artery CRA may be feasible to reflect the intracranial microvascular flow to CSVD patients.Method This research was an analytic associative cross sectional study. This evaluation was done to 39 research subjects which were hypertension patients within inclusion criteria. Each patient undergone a head MRI, Cognitive functions through MoCA INA test, Trail making test A B and Groove Pegboard and CRA flow velocities evaluation through an Orbital Doppler Ultrasound.Result CSVD was found on 79,5 of research subjects. PFV of CRA on research subjects 17,93 7,1 42,58 cm s tend to be higher than normal levels 10.3 2.1 6.4 17.2 cm s . In subjects with CSVD as much as 74.2 had impaired cognitive function and increased PFV of CRA. There was no significant correlation between PFV of CRA and the existence of CSVD. There was also no significant correlation between PFV of CRA and the presence of cognitive function impairment. There was a tendency of increased PFV of CRA on CSVD and cognitive function impairment.Conclusion Changes in PFV of CRA may reflect CSVD and cognitive function disturbance on hypertension patients."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Zulhidzaan
"ABSTRAK
Pekerjaan sebagai awak pesawat helikopter mendapat pajanan antara lain kebisingan, yang dapat menyebabkan tuli perseptif. Untuk pencegahan, perlu diidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkairtan dengan tuli saraf tersebut . Oleh karena di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai hal ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko total jam terbang, intensitas kebisingan pesawat, jenis jabatan awak pesawat dan usia awak pesawat.
Jabatan sebagai juru mesin udara, tingkat kebisingan pesawat Serta total jam terbang merupakan faktor-faktor risiko yang potensial terhadap tuli perseptif, oleh karena itu ke 3 faktor risiko tersebut perlu mendapat perhatian terhadap program pencegahan tuli perseptif diantara para awak pesawat helikopter militer."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Leida M.R. Th
"Angka Kematian Bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58 per 1000 kelahiran hidup, dengan pola penyakit penyebab kematian masih berkisar penyakit infeksi yaitu ISPA, tetanus neonatorum dan diare, campak. Pola ini hampir serupa dengan penyebab kematian Balita. Masih tingginya angka kematian bayi dan balita disebabkan oleh karena upaya-upaya yang dilakukan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) lebih menekankan pada aspek promotif dan preventif, sebaliknya upaya kuratif dan rehabilitataif kurang mendapat perhatian. Selain itu, penanganan kasus masih bersifat terkotak-kotak pada setiap penyakit. Dengan demikian, kondisi tersebut ikut memberikan sumbangan terhadap meningkatnya resiko kematian. Selain penyebab masalah program, diduga masalah kinerja petugas juga perlu diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi fenomena pelayanan kesehatan saat ini.
Untuk itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana tatalaksana kasus yang telah mempunyai standar baku dari Depkes pada tingkat operasional dilapangan. Pertanyaan tentang konsistensi tatalaksana baku kemudian menjadi penting,apakah telah dilaksanakan oleh petugas dan bagaimana peranan sarana pendukung sehingga ikut meningkatkan tatalaksana yang berkualitas.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yang bertujuan melihat hubungan dengan besarnya kualifikasi petugas, sarana dan logistik serta pengetahuan teoritis mengenai tindakan medis dan non medis dengan kualitas tatalaksana kasus pada bayi dan balita yang menderita ISPA, Diare, Campak dan KKP. Jenis studi berbentuk cross sectional. Populasi yang diteliti sekaligus merupakan sampel penelitian, yaitu semua bayi dan balita yang datang ke 12 Puskesmas dengan gejala batuk pilek atau panas atau mencret.
Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan program STATA versi 3.1 dan SPSS Versi 6.0 for Windows versi 3.1.1.
Dari hasil penelitian didapatkan cut off point untuk kualitas tatalaksana sebesar 60%, dengan proporsi pada tiap kasus yang sangat rendah yaitu dibawah 20%, hasil analisis bivariat pada kasus gabungan menunjukan bahwa ada hubungan antara jumlah staf yang cukup, tersedianya obat, barang cetakan serta pengetahuan dengan kualitas tatalaksana kasus, sedangkan pada kasus ISPA variabel yang berhubungan adalah lama kerja, staf dan pengetahuan. Untuk kasus diare hanya obat dan barang cetakan yang berhubungan dengan kualitas tatalaksana.
Analisis multivariat, dengan cara logistic regresi didapatkan tiga model yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kualitas tatalaksana kasus, sehingga model tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk membuat strategi tatalaksana kasus yang berkualitas di Kabupaten Cianjur.

The Factors Which Influence of the Babies Case Management Quality and Children Under Five Years Old Sick at Public Health Centre of Cianjur, West Java The infant mortality in Indonesia are being high enough at least for about 58/1000 birthness, by the pattern of that case about infectious or Acute Respiratory Infection (ARI), Tetanus neonatorum, Diarrhea and Measles, this pattern almost the same as chlidren under five rears old mortality. The highest infant and child mortality because of health service effort in this case caressingly on preventive and promotive aspects, other wise rehabilitative and curative lack of attention. Beside that to do the case is still, so that the condition like this will give an increasingly of deadness risk. Beside amain case problem it seems that the human resources need to be though over , it's as a factor influence of health services phenomena.
So, this research would to know how a case management has standard from health department on a filed operational. The question about consistency that would be important weather it has already done by the provider and how supporting materials in order to increase of management quality.
The objective of this descriptive analytical study, the main point in order to be known a link or relation with provider qualification, logistic and facility and also theoretic knowledge in handling medically and non-medically, by the quality of case management how got ARI, diarrhea, measles and malnutrition. The design of the study was cross sectional. A population was researched as a research sample, all babies and child under five years old who are coming to 12 public health centers by a symptom of cought, fever and "menceret".
These data?s were collected by interviewing and observation then analyzed by using STATA program of version 3.1, SPSS for version 6.0 windows version 3.1.1.
From the result of research could be got cut of point for management quality 60% with a proportion each case very low 20%. The result of bivariate analysis in combined case, showed that there were a number of relations among staff available of drug, printed materials and also knowledge of case management quality, but in the case of ARI variable association was duration of working, staff and knowledge. For the case diarrhea were drugs and printed materials only wich management quality.
Multivariate analize by logistic regression cold be got three models, which influence of case management quality. So that those models as a consideration to make case management strategy, in order to be had quality in Cianjur regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Iskandar Arifin
"ABSTRAK
Faktor?faktor yang Meiipengaruhi Kesalahan Pencata tan dan Pelaporan Fada Petugas SP2TP Puskesmas di Kabupaten Dati II Banyumas, Jawa Tengah tahun 1989. 165 halaman - bagan, - tabel, 4 lampiran.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas sudah dilakukan di Seluruh Puskesmas di Indonesia sejak lama yakni sejak tahun 1981, hal ini berdasarkan pada Surat Keputusan Henteri RI No. 63/Menkes/SK/II/8I dan berlaku sejak bulan April 1981.
Di Kabupaten Dati II Banyunas Sistem Pencatatan dan Pelaporan ini, juga sudah dilaksanakafl pada senua Puskesmas (34 E?uskesaias dan 27 Kecamatan) lengkap dengan tenaganya dan mekanisme pelaksanaannya. Namun selama pelaksanaannya masih saja ditemui kesalahan kesalahan dalam arti bahwa laporan yang diterima oleh petugas di tingkat Kabupaten (SP2TP Kabupaten) tidak sama dengan yang diterima oleh para Kepala Seksi Dinas Kesehatan, yang seharusnya adalah ama karena berasal dan sumber yang sama yaitu Puskesmas kecamatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan apakah ada hubungan antara Peranan Kepala Puskesmas (Bimbingan dan Pengawasan), Peranan Petugas SP2TP itu sendiri, Koordinasi, Umpan Balik, Dana dan Sarana serta Kriteria pelaporan tersebut dengan Kesalahan Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas.
Penelitian ini nerupakan penelitian yang bersifat Diskriptif analisis dengan menggunakan Kuesioner. Dengan bantuan analisa statistik yakni uji Khi Kuadrat, uji Phi dan uji Fisher?s Exact Test dapat ditarik Kesimpulan bahwa dan beberapa Variabel dan Sub Variabel yang dipakai ada yang berhubungan bermakna dengan Kesalahan Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas.
Untuk Vaniabel Peranan Kepala Puskesmas secara Keseluruhan terbukti ada hubungan yang bermakna dengan
Kesalahan Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas dan ini bila dilihat sub-sub variabelnya, maka Sub variabel Pengecekan kembali oleh Kepala Puskesnas yang berhubungan secara bermakna dengan Kesalahan Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas. Sedang variabel dan sub variabel lainnya yang ada hubungannya dengan Kesalahan Pencatatan dan Pelaporan adalah sub Variabel Kemampuan Petugas untuk mengetahuì jenis formulir yang digunakan dalam Pencatatan dan pelaporan Puskesmas.
Hail yang penting dan Penelitian ini adalah disusunnya Strategi Pemecahan Masalah Pencatatan dan pelaporan, perbaikan Pelaksanaan Koordinasi, umpan Balik dan Supervisi serta Pendidikan Tambahan.
Dilakukan penelitian lanjutan yang mencakup sampel yang lebih besar untuk menghindari bias pada hipotesa yang tidak terbukti."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Ambarwati
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia selama periode kuartal keempat 2004 hingga kuartal pertama 2008. Metodologi yang digunakan adalah analisis data panel dengan menggunakan Pooled EGLS (period random effect).
Dari penelitian ini didapat sejumlah kesimpulan yaitu pembiayaan murabahah pada bank umum syariah dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Non Performing Financing (negatif), bonus SWBI (positif), dan tingkat suku bunga pinjaman (positif). Adapun pembiayaan mudharabah dipengaruhi secara signifikan oleh variabel pembiayaan murabahah (negatif) dan tingkat bagi hasil (positif). Sedangkan variabel NPF meskipun tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan mudharabah namun mempunyai arah hubungan negatif.

The objective of this thesis is to gain knowledge of factors affecting mudharaba and murabaha financing at shariah banking in Indonesia during the fourth quarter of year 2004 to the first quarter of year 2008. Panel data analysis using Pooled EGLS (Period Random Effect) is applied as the methodology.
Findings derived from this study are: 1] murabaha financing in shariah banking is significantly affected by variables of Non Performing Financing (negative), SWBI bonus (positive), and rate of credit interest (positive); 2] As for mudharaba financing, it is affected significantly by murabaha financing (negative) and the rate of return (positive). While the NPF variable has a negative effect to the mudharaba financing with a low level of significance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25344
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>