Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Margareta Pamus
"Masyarakat Manggarai dalam kehidupannya memiliki unsur spiritual dan nilai simbolis yang digambarkan dengan kepercayaan masyarakat akan keberadaan leluhur yang diekspresikan dengan adanya tinggalan kebudayaan Megalitik. Permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimanakah bentuk tinggalan megalitik yang berada di Kampung adat Ruteng Pu’u Manggarai,NTT serta makna tinggalan budaya megalitik tersebut bagi masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan etnoarkeologi Tahapan penelitian ini mengacu pada Sharer dan Ashmore (2010), yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tinggalan megalitik pada Kampung adat Ruteng Pu’u terdiri dari punden berundak, menhir, batu temu gelang,batu datar jalanan batu dan monolit dengan maknanya sebagai pelindung kampung dari segala marabahaya dan sebagai lambang kekuatan, persatuan, perlindungan dan jembatan relasi antara warga kampung dengan penjaga kampung (para leluhur,Tuhan).

The people of Manggarai in their lives have spiritual elements and symbolic values that are illustrated by the community's belief in the existence of ancestors expressed by the remains of Megalithic culture. The problem that will be studied in this paper is how the form of megalithic remains in the traditional village of Ruteng Pu'u Manggarai, NTT and the meaning of these megalithic cultural remains for the community. The method used is an ethnoarchaeological approach This research stage refers to Sharer and Ashmore (2010), namely formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. The results of this study show that the form of megalithic remains in the Ruteng Pu'u traditional village consists of punden berundak, menhirs, stone circle, flat stones, stone roads and monoliths with their meaning as a protector of the village from all dangers and as a symbol of strength, unity, protection and also a bridge of relations between the residents of Ruteng Pu'u traditional village and village guards (ancestors, God)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ruteng , capital of Kabupaten manggarai, is situated in the river sediment basin between Poco Ranakan in the southeast and Poco Kuwus in the southwest, at an elevation of 1000 m above mean sea level (msl)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Kabupaten Nias merupakan suatu pulau yang terletak di pantai barat Sumatra. Sebagian besar daerah ini terdiri atas dataran-dataran rendah dan pegunungan kapur yang tingginya bervariasi. Peninggalan megalitik dalam berbagai bentuknya ditemukan pada ketinggian antara 100 - 800 meter dari permukaan laut, tersebar di Nias Selatan, Tengah, Barat, dan sebagian kecil di Nias Utara. Fokus penelitian ini mencakup Nias Selatan dan telah ditetapkan sebanyak lima situs. Bentuk-bentuk peninggalan megalitik yang ditemukan pada kelima situs tersebut seperti batu tegak (hehu), tempat duduk dari batu (osa-osa dan neogadi), meja batu (harefa) serta tempat persidangan (areosali). Keseluruhan bentuk peninggalan itu memperlihatkan bentuk yang spesifik dan tidak ditemukan di daerah lain di Nias. Kelima situs yang diteliti memperlihatkan keseragaman pola dalam hal bentuk, tata letak dan orientasi situs yang sama. Analisis yang digunakan meliputi analisis bentuk dan kontekstual serta dipadukan dengan studi etnografi terhadap daerah yang masih mempertahankan tradisi lamanya seperti Bawomataluwo dan Lolowa'u (Nias Selatan) Berta Mandrehe (Nias Tengah). Hasil analisis menunjukkan susunan keletakan benda yang teratur dan berteras. Masing-masing benda memiliki fungsi namun secara keseluruhan terikat oleh suatu sistem norma yang disepakati dalam masyarakat. Keseragaman pola mencerminkan aturan dan kesepakatan sosial dalam upacara pesta adat (owasa). Aspek budaya yang tercermin dalam pelaksanaan pesta (owasa) turut memberi wujud pada budaya materi yang dihasilkan, terutama peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di Nias Selatan erat kaitannya dengan pesta adat (owasa), sebab benda-benda tersebut tidak dapat dibangun sebelum diselenggarakan pesta. Tujuan pendirian megalit selain berkaitan dengan pesta pengukuhan stataus sosial juga sebagai tanda peringatan meninggalnya leluhur mereka. Studi etnografi menunjukkan bahwa situs-situs di Nias Selatan selain sebagai situs upacara (baik berkaitan dengan kemasyarakatan maupun religi) dan juga situs permukiman. Bentuk upacara dilaksanakan dengan mengerahkan orang dalam jumlah yang banyak dan turut dikorbankan puluhan hingga ralusan ekor babi.

Nias Regency is an island located on the west coast of Sumatra. Most of this area consists of lowlands and limestone mountains of varying heights. Megalithic relics in various forms are found at altitudes between 100 - 800 meters above sea level, spread across South, Central, West Nias, and a small part in North Nias. The focus of this research covers South Nias and has been determined as many as five sites. The forms of megalithic relics found at the five sites are upright stones (hehu), stone seats (osa-osa and neogadi), stone tables (harefa) and court places (areosali). All forms of these relics show specific forms and are not found in other areas in Nias. The five sites studied show uniform patterns in terms of the shape, layout and orientation of the same site. The analysis used includes form and contextual analysis and is combined with ethnographic studies of areas that still maintain their old traditions such as Bawomataluwo and Lolowa'u (South Nias) Berta Mandrehe (Central Nias). The results of the analysis show the arrangement of objects in a regular and terraced manner. Each object has a function but overall is bound by a system of norms agreed upon in society. The uniformity of the pattern reflects the rules and social agreements in the traditional party ceremony (owasa). The cultural aspects reflected in the implementation of the party (owasa) also give form to the material culture produced, especially megalithic relics. Megalithic relics in South Nias are closely related to the traditional party (owasa), because these objects cannot be built before the party is held. The purpose of establishing megaliths is not only related to the party to confirm social status but also as a sign of commemoration of the death of their ancestors. Ethnographic studies show that the sites in South Nias are not only ceremonial sites (both related to society and religion) but also settlement sites. The form of the ceremony is carried out by mobilizing people in large numbers and dozens to hundreds of pigs are also sacrificed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Markus Zaka Lawang
Depok: FISIP-UI Press, 2004
959.803 5 LAW s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Markus Zaka Lawang
"ABSTRAK
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah hubungan antara dimensi kekuasaan, previlese dan pretise dalam sistem stratifikasi sosial di Cancar. Hubungan itu akan dilihat dalam studi perbandingan antara Cancar di sekitar tahun 1950, dan Cancar di sekitar itu perlu dilakukan, agar masalah kosistensi dan inkonsistensi posisi sosial dalam ketiga dimensi stratifikasi sosial itu dapat dilihat dengan jelas. Dengan sendirinya, mobilitas vertikal dan horisontal yang terjadi dalam masyarakat selama kurun 'waktu tiga puluh tahun itu akan menjadi pokok pembahasan penting. Tetapi sesungguhnya pokok permasalahan di atas mempunyai kaitan yang lebih luas lagi, yang nampaknya perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini.
Pertama, sebagai satuan struktur sosial budaya, Cancar tidak dapat dilepaskan dari Manggarai Tengah. Studi Jilis A.J. Verheijen dalam bidang bahasa, memperlihatkan dengan jelas kedudukan Cancar dalam konteks sosial budaya Manggarai Tengah. Studi Rodney Needham mengenai klasifikasi sosial Manggarai Tengah, ikut memperkuat pengelompokan Verheijen di atas.2 Dengan dasar asumsi itu, maka studi mengenai sistem sosial budaya Manggarai Tengah sangat diperlukan untuk dapat memperoleh pemahaman yang lebih balk mengenai sistem stratifikasi sosial di Cancar.
Kedua, Cancar tahun 1950-an yang sudah mulai didatangi oleh kaum bangsawan Todo-Pongkor, merupakan kasus yang memperlihatkan dengan jelas pengaruh sistem stratifikasi sosial makro Manggarai terhadap sistem stratifikasi sosial mikro Cancar. Dengan demikian, gambaran mengenai sistem stratifikasi sosial makro Manggarai tahun 1950-an perlu diberikan pula. Tahun 1950-an merupakan masa cukup penting untuk Manggarai. Selain karena kekuasaan Belanda pada waktu itu berakhir, juga karena Alexander Baroek, satu-satunya raja yang diangkat oleh pemerintah Belanda tahun 1930, meninggal dunia. Haman struktur sosial politik Manggarai yang terbentuk selama kekuasaannya itu, masih meperlihatkan pengaruhnya terhadap persebaran dimensi-dimensi stratifikasi sosial sesudahnya. Karena itu, sangat panting untuk melihat proses perubahan struktural yang terjadi selama kekuasaan Alexander Baroek di Manggarai, khususnya yang berhubungan dengan sistem stratifikasi sosial.
Ketiga. studi para penulis acing tentang Manggarai, seperti yang antara lain dilakukan oleh Wilhelmus van Bekkum (1944, 1946), W.Ph. Coolhaas (1942), H.B. Stapel {1914), serta sejumlah peringatan penyerahan (memorie van overgave) memperlihatkan dengan jelas bahwa pergolakan sosial politik yang terjadi di. Manggarai selama kekuasaan Belanda tahun 1909-1950, tidak dapat dilepaskan dari pergolakan sosial politik yang sudah terjadi jauh sebelumnya. Khususnya dalam kaitan dengan sistem stratifikasi sosial, pengaruh kerajaan Goa dan Bi!na terhadap munculnya kekuatan-kekuatan politik di Manggarai, merupakan dasar konflik sosial yang berkelanjutan pada waktu Belanda menguasai Manggarai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
D189
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Markus Zaka Lawang
Jakarta: UI-Press, 1999
333.31 ROB k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fardhyan
"Skripsi ini mengenai tipologi bentuk alat batu Kala Holosen dari Sektor IV, Situs Liang Bua, Manggarai Barat, Flores. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1032 buah. Unit analisis yang digunakan dalam tipologi bentuk adalah bentuk dasar, bentuk alat, bentuk tajaman, dan retus pengerjaan. Penelitian ini menghasilkan delapan tipe, delapan sub-tipe, dan 37 variasi alat batu. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa alat-alat batu tersebut tergolong dalam jenis alat batu atipikal

Abstract
This thesis discusses morphological types of stone tools from Holocene period from Sector IV, Liang Bua site. Total number of samples used in this research is 1032 pieces. Attributes used as unit of analysis on determining the typology of stone tools are basic forms, tool shape, cutting edge, and retouch. Results of the analysis show there are eight types, eight sub-types, and 37 variants of stone tools. Furthermore, this research also shows that the stone tools from Sector IV of Liang Bua could be categorized as what is called atypical stone tools"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11880
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Markus Zaka Lawang
Depok: FISIP-UI Press, 2004
305 ROB s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini mengkaji fitur dan dinamika sistem kekerabatan perkawinan dalam realitas sosial budaya kelompok etnis Manggarai (KEM). Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Markus Zaka Lawang
Jakarta: UI-Press, 1999
306.32 ROB k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>