Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143480 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taslim Poniman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1997
T59066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Aditya Bani Kuncoro
"Pendahuluan : Radioterapi pada regio thorakal dan abdominal semakin menimbulkan peminatan seiring dengan berkembangnya teknik pencitraan, perencanaan penyinaran, dan imobilisasi. Pergerakan tumor karena pernafasan menjadi tantangan yang harus diatasi dalam penyampaian dosis radiasi. Diperlukan mekanisme radioterapi adaptif untuk dapat melakukan penyelarasan terhadap pergerakan nafas.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang mengambil data pengukuran gerakan dinding dada menggunakan sensor ultrasonik secara real-time dan dibandingkan dengan pengukuran sesungguhnya yang diperoleh dari MotionView™. Setiap pengukuran dilakukan setiap 0,22 detik. Dilakukan pengukuran nilai korelasi antar dua set data pengukuran serta dihitung selisih kedua pengukuran untuk mendapatkan nilai estimasi dan simpangan deviasi dari nilai yang diperoleh.
Hasil : Sembilan orang sampel berhasil direkrut dalam penelitian ini, pada masing-masing sampel, data diambil sebanyak 3 kali. Diperoleh median selisih pengurukuran dari kedua instrumen adalah 1,1 mm dengan simpangan deviasi 2,0 mm. Pada uji korelasi antar hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai yang diperoleh dari instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki korelasi 0,97 (positif sangat kuat; p=0,000).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki kemampuan untuk mengukur pergerakan dinding thorakoabdominal dengan kekuatan korelasi sangat kuat, dengan ketepatan resolusi sebesar 1,1 mm dengan simpangan deviasi ± 2,0 mm.

Introduction : The interest of radiotherapy in thoracic and abdominal malignancy is increasing in accordance with the advance of imaging, treatment planning, and immobilization technique. Tumor motion as a consequences of respiration is a challanging issue in the dose delivery. Adaptive radiotherapy is demanded to be able to synchronize radiation delivery with the respiratory motion.
Methods : This research compares the measurements of thoracic wall movement acquired from two different device: ultrasound based instrument vs MotionView™ as a reference standard. Each measurement data is collected every 0,22 second, and after the data are completed, the two datasets are then analyzed to obtain the correlation coeficient and the absolut difference between the two datasets to calculate the point of estimate and the deviation standard between instruments.
Results : Nine samples were recruited and completed the data collection for three sequential fractions. Median of difference between instruments were 1,1 mm with standard deviation of 2,0 mm. Correlation test between measurements shows positive correlation with the coeficient of 0,97 (very strong; p=0,00).
Conclusion : This study shows the ability of ultrasound based instrument to measure the chest wall movement with a very strong correlation compared to the reference standard. Individual point measurements show a difference of 1,1 mm with standard deviation of 2,0 mm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Floryanti
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi dan penyebab kematian utama akibat kanker pada perempuan di dunia. Penggunaan implan payudara pasca mastektomi maupun tujuan kosmetik juga ikut meningkat. Ultrasonografi, mamografi dan MRI adalah modalitas pencitraan utama dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara. Peranan USG dalam hal tersebut masih kontroversi; sensitivitas mamografi dilaporkan menurun sementara MRI terbatas penggunaanya akibat kendala ketersediaan dan biaya pemeriksaan tinggi. Telaah sistematis ini dibuat untuk menilai akurasi diagnostik USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara. Metode: Pencarian sistematis dilakukan pada Januari 2022 untuk mengidentifikasi studi yang menilai akurasi diagnostik USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara dengan referensi baku pemeriksaan patologi anatomi dengan menggunakan data dasar Scopus, PubMed, jurnal dan riset nasional, hand searching serta grey literature. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pada masing-masing uji indeks diekstraksi. Penilaian kualitas metodologi studi dilakukan menggunakan QUADAS-2. Hasil: Tiga belas studi diidentifikasi. Nilai sensitivitas USG terendah 62%, tertinggi 95%, spesifitas 93%. Nilai sensitivitas mamografi terendah 22%, tertinggi 80%, spesifitas 100%. Sementara itu, nilai sensitivitas MRI terendah 86%, tertinggi 100% dengan spesifisitas terendah 17%, tertinggi 75%. Sepuluh studi menunjukkan risiko bias tinggi pada salah satu domain, tiga studi di antaranya menunjukkan risiko bias tinggi pada domain yang lain. Kesimpulan: Akurasi diagnostik modalitas USG, mamografi dan MRI dalam mendeteksi lesi kanker payudara pada pengguna implan payudara sangat bervariasi.

Background: Breast cancer is cancer with the highest incidence and leading cause of cancer death among women worldwide. Breast implant use for post mastectomy patients and for cosmetic purposes is also increasing. Ultrasonography, mammography and MRI are imaging modalities mostly used to detect breast lesions in patients with breast implants. Ultrasound role is still unclear; mammography has been reported to have lower sensitivity while MRI availibility is still limited and highly cost. This systematic review is written to analyze diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI in detecting breast cancer in patients with breast implants. Methods: Studies contained diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI in detecting breast cancer lesions with pathological examination as reference standard were identified. Scopus, PubMed, national journals and research, hand searching and grey literatures were systematically searched through January 2022. Sensitivity and specificity value of each index tests from eligible studies is extracted. Methodological quality was assessed using QUADAS-2. Results: Thirteen studies were identified. The lowest and the highest sensitivity value are 62% and 95 % for ultrasound, 22% and 80 % for mammography, 86% and 100% for MRI while specificity value are 93% for ultrasound, 100% for mammography, the lowest and the highest of MRI 17% and 75%, respectively. Ten studies demonstrated high risks of bias in one domain with three of them also have high risk of bias in another domain. Conclusion: Diagnostic accuracy of ultrasound, mammography and MRI to detect breast cancer in patients with breast implants is varied."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Deni Hamdani
"Latar Belakang: Ansietas sering terjadi pada anak terutama dalam masa prabedah dan merupakan suatu kondisi dan komplikasi yang sering terabaikan oleh dokter anestesi dalam pelayanan rutin.
Tujuan: Menelaah efek sedasi dan anti ansietas dari premedikasi midazolam oral dan ketamin oral dalam memfasilitasi pemisahan dari orang tua pada pasien pediatrik, Metode: 96 orang anak secara acak dibagi dalam 2 kelompok sama banyak. Kelompok pertama mendapat midazolam 0,25 mg/kg BB peroral dan kelompok kedua mendapat ketamin 5 mg/kg BB peroral.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan premedikasi midazolam oral efektif tersedasi sebesar 81% sedangkan anak-anak yang mendapatkan premedikasi ketamin oral hanya 32% (p<0,05) dengan 1K (0,32 ; 0,66). Sebagai anti ansietas anak-anak yang mendapat premedikasi midazolam oral efektif sebesar 89% sedangkan pada anak-anak yang mendapatkan premedikasi ketamin oral hanya 54% (p<0,05) dengan IK (0,18 ; 0,52).Hipersalivasi terjadi pada 25% anak yang mendapatkan premedikasi ketamin oral (p
Kesimpulan: Midazolam 0,25 mg/kg BB lebih baik dalam memberikan efek sedasi dan sebagai anti ansietas bila dibandingkan dengan ketamin 5 mg/kg BB peroral.

Background: Anxiety often accompanied children during preoperative. This is a condition and complication often overlooked by anesthesiologists in routine practices. Aim: To asses sedation and anti anxiety effect of midazolam and ketamine as premedication given orally in order to facilitate separation from the parents. Method: Ninety six pediatric patients, in a randomized, double blind manner divided in two groups equally, received orally midazolam 0.25mg/kg or ketamine 5 mg/kg.
Result: Children who received midazolam were sedated 81%, while children with ketamine only 32% (CI: 4.32;0.66). As for antianxiety effect, patients who received midazolam were effective 89%, those who received ketamine only 54% (p<0.05) with CI (0.18:0.52). Hypersalivation was found in 25% patients with premedication oral ketamine (p<0.05)
Conclusion: Oral midazolam 0.25mglkg gives better sedation and antianxiety effect compared to oral ketamine 5 mg/kg.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Indrawati
Jakarta: Salemba Medika, 2018
615.1 TET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Faisal
"Tujuan :
Untuk meningkatkan peran radiodiagnostik dalam mendeteksi adanya varises esofagus yang belum berdarah serta menilai ketepatan diagnostik pemeriksaan barium esofagogram dalam mendiagnosis varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.
Bahan dan Cara :
Pemeriksaan esofagogram dilakukan pada 25 pasien, dengan usia antara 23 tahun-80 tahun. Jenis kelamin terbanyak laki-laki 17 orang (68 %) sedangkan perempuan 8 orang (32%), semua pasien dengan kelainan sirosis hati yang belum berdarah (hematemesisl melena) dan hipertensi portal. Varises esofagus yang belum berdarah telah diperlihatkan dengan baik dengan pemeriksaan esofagogram yang hasilnya dikorelasikan dengan temuan endoskopi sebagai bake emas.
Hasil dan Kesimpulan
Pada uji statistik didapat hasil sensitifitas pemeriksaan esofagogram 84% dengan spesifisitas 0%, nilai PPV 100%. dan NPP 0%. Nilai Kappa dari pemeriksaan ini 0,79 didapat kesesuaian baik. Hasil penelitian ini memperlihatkan esofagogram dapat dipergunakan untuk menilai adanya varises esofagus pada pasien sirosis hati yang belum berdarah. Dari penelitian ini juga didapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan endoskopi dan esofagogram.

Purpose :
To improve the role of radiodiagnosis in detecting unruptured esophageal varices and to evaluate the accuracy of barium esophagogram in establishing the diagnosis of esophageal varices in patients with liver cirrhosis.
Material and method :
Esophagogram is performed in 25 patients (23-80 years old). 17 patients (68%) are male and 8 patients (32%'- are female. All patients are suffering from uncomplicated liver cirrhosis (no hematemesis or nrelena) and portal hypertension. Unruptured esophageal varices is visualized well using esophagogram, and the result is compared to endoscopic finding as gold standard.
Result and conclusion :
Statistical analysis concluded that esophagogram has 84% sensitivity, 0% spesfficity, 100% PPV value and 0% NPP value. Kappa score from this examination is 0,79 with good correlation. This study shows that esophagogram can be used to evaluate esophageal varices in patients with uncomplicated liver cirrhosis. There is good correlation between esophagogram and endoscopic examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Eva Ariyani
"Skripsi ini membahas validitas Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang berkorelasi terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) (standar emas) dalam mendeteksi risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada wanita usia 20-45 tahun di seluruh Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder umur, berat badan, tinggi badan, dan LiLA dari Riskesdas 2007. Hasil penelitian ini ialah cut-off point LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm (Se=85%; Sp=75%). Sedangkan, cut-off point LiLA 23,5 cm (Se=63%, Sp=92%). Provinsi yang memiliki cut-off point LiLA optimal yang lebih rendah dari hasil analisis untuk nasional ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) dan Papua (24,05 cm), kemudian Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo memiliki cut-off point LiLA optimal di atas hasil nasional (25,95 cm). LiLA dan IMT memiliki korelasi yang kuat (r=0,67; P<0,000). Penelitian ini juga menghasilkan kontribusi LiLA terhadap IMT untuk mengetahui status gizi pra-hamil ibu terkait KEK. Persamaan garis prediksi IMT berdasarkan LiLA, dikontrol tinggi badan dan umur, ialah IMT=14,946 + 0,815*LiLA + 0,04*U - 0,097*TB, standar error 2,6357 dan koefisien determinasi 0,505. Direkomendasikan untuk membedakan cut-off LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20-45 tahun dan 23,5 cm untuk outcomes ibu.

This thesis discusses the validity of Mid Upper Arm Circumference (MUAC) correlated to Body Mass Index (BMI) (gold standard) to detect risk of CED of Indonesian women 20-45 years old in Indonesia. This study is a quantitative research with cross sectional design using secondary data age, weight, height, and MUAC from Riskesdas 2007. Results of this research are cut-off point optimal MUAC to detect women the risk of CED in Indonesia is 24,95 cm (Se=85%, Sp=75%). Whereas, cut-off point 23,5 cm (Se=63%, Sp=92%). Provinces with smaller cut-off point than result for nation are Province Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) and Papua (24,05 cm), then higher cut-off point in Province Sulawesi Utara and Gorontalo (25,95 cm). MUAC and BMI have a strong correlation (r=0,67; P<0,000). This research also result contribution MUAC to BMI to detect pre-pregnant nutritional statues about CED. BMI prediction equation based on MUAC, controlled by height and age, is BMI=14,946+0,815*MUAC+0,04*Age-0, 097*Height (SE=2,6357) and coefficient determination is 0,505. Recommended to differentiating cut-off MUAC 24,95 cm to detect risk of CED for women 20-45 years old and 23,5 cm for maternal outcomes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirsal Hasan
"Timbal dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Karena itu, perlu dicari suatu cara yang dapat menurunkan kadar timbal dalam darah, khususnya pada orang dewasa. Kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa.
Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan community trial design dimana subyek penelitian sebanyak 150 orang, terdiri atas 75 orang kelompok kontrol dan 75 orang kelompok perlakuan dengan memberikan suplemen kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg per hari selama tiga bulan. Pengukuran kadar timbal dalam darah dilakukan dengan mempergunakan Spectrofotometer oleh petugas Laboratorium Klinik sebelum pemberian kalsium dan tiga bulan sesudahnya. Partisipan yang mengikuti penelitian secara teratur sebanyak 87 orang, terbagi atas kelompok kontrol sebanyak 46 orang dan kelompok perlakuan sebanyak 41 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kadar timbal dalam darah (KTD) awal pada kelompok perlakuan 10,35 μg/dL dan KTD akhir 3,2 μg/dL; (2) pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna. Penelitian ini menemukan bahwa tablet kalsium dapat dipergunakan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa.

Lead can cause health disorders in humans, albeit at a lower level than the permitted maximum blood lead level. Therefore, a treatment should be sought that will reduce lead in the blood, especially in adults. Communities who have a high risk for chronic lead poisoning from the ambient air are employees who work on the road. This study aims to analyze the effects of calcium supplementation on blood lead levels in adult workers.
This research uses quasi-experimental design with a community trial design for as many as 150 people, the group consisted of 75 control and 75 treated groups which were given calcium supplements at a dose of 500 mg 3 times daily for three months. Measurements of blood lead levels were taken before consuming calcium and three months afterwards by using Spectrofotometer at Clinical Laboratory. Subjects who completed the study on a regular basis totaled 87 people, divided into a control group of 46 people and the treated group of 41 people.
The results showed that: (1) the initial blood lead levels in the control group 6.11 μg/dL and 4.16 μg/dL after treatment. Initial blood lead levels in the treated group 10.35 μg/dL and 3.2 8 μg/dL after treatment; (2) calcium treatment with a dose of 3 x 500 mg a day orally for 3 months can reduce blood lead levels significantly. This study found that calcium tablets can be used to reduce blood lead levels in adult workers."
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Eva Ariyani
"Lingkar lengan atas (LiLA) telah digunakan sebagai indikator proksi terhadap risiko kekurangan energi kronis (KEK) untuk ibu hamil di Indonesia karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu hamil. Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pada perempuan dewasa usia 20 ? 45 tahun di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini ialah ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm (Se = 85%; Sp = 75%). Terdapat perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm, terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo (25,95 cm). LiLA mempunyai korelasi yang kuat (r = 0,67; nilai p < 0,000) dengan IMT. Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 ? 45 tahun, sementara 23,5 cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi.

Mid-upper arm circumference has been used in Indonesia as an proxy indicator of chronic energy malnutrition risk for pregnant women because there isn?t any data of prepregnancy weight in most of pregnant women. The boundary used was 23,5 cm. The objective of the study is to validate the current boundary related to body mass index (BMI) indicator, which is believed as a better indicator in identifying women nutritional status. The study is using Riset Kesehatan Dasar 2007 data on Indonesian adult women aged 20 ? 45 years old. The study found the boundary is 24,95 cm for detecting chronic energy malnutrition risk among adult women (Se = 85%; Sp = 75%). There are differences among provinces but not more than 2 cm, the lowest is in Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) and the highest is in North Sulawesi and Gorontalo (25,95 cm). Mid upper arm circumference has a strong relation to BMI (r = 0,67; p value < 0,000). It is recommended to use mid-upper arm circumference boundary 24,95 cm to detect chronic energy malnutrition on 20 - 45 years old women and 23,5 cm to pregnancy outcome, baby morbidity, and mortality."
Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian Sukrosa Peroral Dalam Menurunkan Nyeri Pada Bayi Yang Disuntik lmunisasi. Studi ini menggunakaun desain Quasi elaperimental. Sampel herjumlah 50 bayi herusia 0-4 bulan, terbagi menjadi 25 anggota kelompok kontrol dan 25 anggota kelompok perlakuan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Data diperoleh meialui observasi dengan menggunakan audio-visual recorder. Penilaian skala nyeri menggunakan Neonatal Injhnrs Pain Scale dengan skala nyeri 0-6. Hasil analisa data menggunakan t-test dengan cz 0,05 didapatkan 1' hitung> I tabel. Hasil penelitian didapat bahwa tidak ada pengaruh pemberian sukrosa peroral dalam menurunkan nyeri pada bayi yang disuntik imunisasi di Pulo Gadung."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5322
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>