Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dicky Yusuf Kurniawan
"Situ Kenanga merupakan salah satu jenis perairan berbentuk situ atau ekosistem lahan basah lentik yang mendapat campur tangan manusia. Salah satu situ bernama Situ Kenanga, terdapat di lingkungan Universitas Indonesia. Perairan ini diisi banyak ikan, termasuk ikan sapu-sapu. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan pembersih situ, ikan ini tidak disukai oleh karyawan pembersih situ karena merusak dasar danau yang menyebabkan erosi. Selain itu, bangkai sapu-sapu menimbulkan bau tidak sedap yang mencapai Masjid UI. Metode yang digunakan adalah kualitatif. pengamatan lingkungan adalah sebagai berikut: cuaca hujan; rata-rata suhu udara 30℃; rata-rata suhu air 30,63℃ di inlet dan 30,27℃ di outlet; rata-rata kecerahan inlet 15,5 cm dan outlet 15 cm; rata-rata turbiditas inlet 52,77 NTU dan outlet 54,97 NTU; Rata-rata DO inlet 6,62 mg/L dan oulet 11,12 mg/L; Rata-rata pH inlet 8,75 dan outlet 9,48; Rata-rata kedalaman air pada inlet 31,17 dan outlet 20,83. Sampel ikan yang didapat berjumlah 75 ekor dengan yang memiliki gonad matang berjumlah 47 ekor. Rasio gonad antara betina dengan jantan , yaitu 1,94 : 1. Hasil tangkapan betina (31 ekor) dan jantan (16 ekor). Sebagian besar TKG III dan IV, yang berarti masa pemijahan. Hasil dari menunjukkan bahwa situ ini mampu memenuhi kehidupan ikan sapu-sapu.

Lake Kenanga is a type of water body known as a lake or lentic wetland ecosystem that has undergone human intervention. One of the lake, called Situ Kenanga, is located within the University of Indonesia. This water body is filled with fishes, including the sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis). According to interviews with the cleaning staff of the lake, the fish disliked because it damages the bottom of the, which leads to erosion. Furthermore, the carcasses of these fish emit an unpleasant odor that reaches the UI Mosque. The method used in this study is qualitative. Environmental observation: rainy weather; average was 30℃; the average water temperature was 30.63℃ at the inlet and 30.27℃ at the outlet; the average clarity was 15.5 cm inlet and 15 cm outlet; the average turbidity was 52.77 NTU at the inlet and 54.97 NTU at the outlet; the average dissolved oxygen (DO) was 6.62 mg/L inlet and 11.12 mg/L outlet; the average pH was 8.75 inlet and 9.48 outlet; the average depth was 31.17 cm inlet and 20.83 cm outlet. We collected 75 samples of fish, with 47 of them having mature gonads. The gonad ratio between females and males was 1.94 : 1, females (31 fish), males (16 fish). Maost of the fishes were in gonadal maturity stages III and IV, indicating the spawning period during sampling."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rizkia Putri
"Keberadaan mikroplastik di perairan dapat mengancam biota di dalamnya. Penelitian dilakukan dengan tujuan menganalisis kelimpahan, bentuk, dan warna mikroplastik pada air, sedimen, insang dan saluran pencernaan ikan sapu-sapu Pterygoplichthys pardalis dari Situ Kenanga dan Situ Mahoni, Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan pada inlet, midlet, dan outlet kedua situ. Sampel air disaring menggunakan plankton net, sampel sedimen diambil menggunakan Ekman grab kemudian dikeringkan menggunakan oven, sampel P. pardalis sebanyak 15 individu diambil menggunakan cast net dari masing-masing situ, kemudian insang dan saluran pencernaannya diisolasi dan didestruksi menggunakan HNO3 65%. Tiap sampel yang diperoleh dilarutkan dengan larutan NaCl jenuh agar terjadi flotasi. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dan Sedgwick Rafter Chamber untuk meletakkan sampel, dengan mengamati bentuk, warna, dan jumlah partikel mikroplastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk fiber, film, fragmen, granula, serta warna transparan, hitam, biru, dan merah muda ditemukan pada semua sampel. Kelimpahan mikroplastik di Situ Kenanga pada air sebanyak 48,26 ± 23,51 partikel L-1, sedimen 45837,04 ± 36305,97 partikel Kg-1, insang 290,48 ± 154,58 partikel g-1 atau 1156,44 ± 378,69 partikel ind-1, saluran pencernaan 134,37 ± 55,72 partikel g-1 atau 1364,89 ± 339,54 partikel ind-1. Kelimpahan mikroplastik di Situ Mahoni pada air sebanyak 48,63 ± 30,21 partikel L-1, sedimen 36237,04 ± 16702,60 partikel Kg-1, insang 287,23 ± 109,40 partikel g-1 atau 1153,78 ± 324,32 partikel ind-1, saluran pencernaan 123,77 ± 34,35 partikel g-1 atau 1304,44 ± 270,90 partikel ind-1. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelimpahan mikroplastik di Situ Kenanga dan Situ Mahoni pada semua sampel.

The presence of microplastics in the water could threaten the biota there. This study was conducted to analyze the abundance, shapes, and colors of microplastics in water, sediment, gills and digestive tract of amazon sailfin catfish Pterygoplichthys pardalis from Situ Kenanga and Situ Mahoni, Universitas Indonesia Campus, Depok. Sampling of water and sediment were carried out at the inlet, midlet, and outlet of both situ. Water samples were filtered using plankton net, sediment samples were taken using Ekman grab and dried using an oven, as many as 15 individual P. pardalis samples were taken using cast net from each situ, then their gills and digestive tract were isolated and pulverized using 65% HNO3. Each sample obtained was dissolved with saturated NaCl solution for flotation to occur. Observations were made using a light microscope and Sedgwick Rafter Chamber to place each sample, by observing the shape, color, and number of microplastic particles. The results showed that the shapes of fibers, films, fragments, granules, as well as transparent, black, blue, and pink colors were found in all samples. The abundance of microplastics in Situ Kenanga water was 48.26 ± 23.51 particles L-1, sediment 45837.04 ± 36305.97 particles Kg-1, gills 290.48 ± 154.58 particles g-1 or 1156, 44 ± 378.69 ind-1 particles, digestive tract 134.37 ± 55.72 particles g-1 or 1364.89 ± 339.54 ind-1 particles. The abundance of microplastics in Situ Mahoni water was 48.63 ± 30.21 particles L-1, sediment 36237.04 ± 16702.60 particles Kg-1, gills 287.23 ± 109.40 particles g-1 or 1153, 78 ± 324.32 ind-1 particles, digestive tract 123.77 ± 34.35 particles g-1 or 1304.44 ± 270.90 ind-1 particles. There was no significant difference between the abundance of microplastics in Situ Kenanga and Situ Mahoni in all samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyati
"Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ditemukan melimpah di perairan Situ Rawa Besar dengan ukuran yang bervariasi dengan kisaran 17,5 37 cm. Kebiasaan makanan ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan ikan lokal yang potensial untuk dibudidayakan, namun pengelompokan ikan sapu-sapu berdasarkan makanannya belum dapat ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kebiasaan makanan, spektrum makanan, dan tingkat trofik ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kelimpahan ikan sapu-sapu di perairan. Pengambilan 30 sampel ikan sapu-sapu dilakukan secara acak dari perairan kemudian dilakukan pengukuran panjang, pembedahan, pengeluaran, serta pengamatan isi saluran pencernaan ikan untuk diidentifikasi komposisi makanannya. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 100 kali dengan pengulangan tiga kali pada tiap sampel. Data yang didapat diolah dengan menggunakan Index of Preponderance, perhitungan luas relung, dan tingkat trofik. Makanan utama yang dimanfaatkan oleh ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar yaitu Cyanophyta sebesar 98,98% dan sisanya berupa makanan tambahan diantaranya yaitu Bacillariophyta sebesar 0,38%, Chlorophyta sebesar 0,36%, Euglenophyta sebesar 0,23% dan Cryptophyta sebesar 0,05%. Berdasarkan luas relung makanannya ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar bersifat spesialis karena memiliki nilai luas relung rendah yaitu sebesar 0,005 yang menandakan ikan tersebut selektif dalam memilih makanannya. Berdasarkan tingkat trofik ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar termasuk pada kelompok I sebagai ikan herbivora dengan nilai tingkat trofik sebesar 2. Ditinjau dari spektrum makanannya ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar termasuk ke dalam kelompok ikan monofagik yang hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja yaitu fitoplankton dari kelompok Cyanophyta sebagai makanan utama sehingga memiliki kisaran makanan yang sempit.

Sailfin catfish (Pterygoplichthys pardalis) are found abundantly in Lake Rawa Besar with a size range of 17.5—37 cm. The food habits of the sailfin catfish in Lake Rawa Besar have a high degree of similarity with local fish that have the potential to be cultivated, but the grouping of sailfin catfish based on their diet cannot be determined. Therefore, it is necessary to conduct research to examine the food habits, food spectrum, and trophic level of sailfin catfish in Lake Rawa Besar as one of the factors causing the abundance of sailfin catfish in the waters. The collection of 30 samples of sailfin catfish were carried out randomly from the waters and then the length measurement, dissection, ejection, and observation of the contents of sailfin catfish’s digestive tracts of the fish were carried out to identify the composition of the food. Observations were made using a light microscope with a magnification of 100 times with three repetitions for each sample. The data obtained is processed using the Index of Preponderance, the calculation of niche area and trophic level. The main food utilized by the sailfin catfish in Lake Rawa Besar is Cyanophyta  98.98% and the rest are in the form of additional foods including Bacillariophyta 0.38%, Chlorophyta 0.36%, Euglenophyta 0.23% and Cryptophyta 0.05%. Based on the breadth of the food niche, sailfin catfish in Lake Rawa Besar is specialist because it has a low niche area value of 0.005 which indicates that the fish is selective in choosing its food. Based on the trophic level of sailfin catfish in Lake Rawa Besar is included in group I as a herbivorous fish with a trophic level value of 2. In terms of its food spectrum, sailfin catfish in Lake Rawa Besar is included in the monophagic fish group that only consumes one type of food which is phytoplankton from Cyanophyta group as main food, so it has a narrow food range. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galant Damar Aji
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya polusi plastik yang menyebabkan pencemaran mikroplastik di perairan air tawar. Situ Rawa Besar, Depok merupakan salah satu situ yang tercemar oleh mikroplastik akibat aktivitas manusia di sekitarnya. Mikroplastik dapat berdampak negatif bagi organisme akuatik seperti ikan sapu-sapu Pterygoplichthys pardalis yang merupakan spesies invasif dan bioindikator pencemaran mikroplastik di situ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan, bentuk dan warna mikroplastik pada air, sedimen, insang dan saluran pencernaan ikan sapu-sapu di Situ Rawa Besar serta menguji perbedaan kelimpahan mikroplastik pada tahun 2022 dengan 2023. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menganalisis kelimpahan, bentuk dan warna mikroplastik pada air, sedimen, insang, dan saluran pencernaan sapu-sapu di Situ Rawa Besar. Pengambilan sampel dilakukan di tiga stasiun. Parameter fisika-kimia air seperti suhu, pH, oksigen terlarut, dan kecerahan air diukur secara in situ. Sampel air 20 L disaring menggunakan plankton net dan sampel sedimen diambil menggunakan Ekman grab dan dikeringkan dengan oven, lalu ditambahkan larutan NaCl jenuh. Sampel ikan sapu-sapu diambil sebanyak 15 ekor dengan menggunakan jaring ikan. Sampel insang dan saluran pencernaan ikan dipisahkan dengan menggunakan dissecting set dan dilarutkan dengan HNO3 kemudian ditambahkan larutan NaCl jenuh. Perhitungan partikel mikroplastik dilakukan di bawah mikroskop dan sampel diletakkan pada Sedgwick Rafter Chamber. Mikroplastik dianalisis kelimpahannya dan diklasifikasikan menurut bentuknya (pellet, fiber, film, dan fragmen) serta dihitung persentase komposisi mikroplastik dalam sampel. Hasil penelitian pada tahun 2022 menunjukkan bahwa kelimpahan mikroplastik berkisar antara 12,67 – 20,33 partikel L-1 pada air, 14.400,00-38.400,00 partikel kg-1 pada sedimen, 250,67-386,67 partikel ind-1 pada insang, dan 313,33-369,33 partikel ind-1 pada saluran pencernaan. Kelimpahan mikroplastik tersebut lebih rendah dari kelimpahannya pada tahun 2023, yaitu berkisar antara 14,67-32,00 partikel L-1 pada air, 16.533,33-41.600,00 partikel kg-1 pada sedimen, 333,33-446,67 partikel ind-1 pada insang, dan 429,33-502,67 partikel ind-1 pada saluran pencernaan. Bentuk mikroplastik yang paling dominan adalah fiber pada air dan ikan sapu-sapu, fragmen pada sedimen. Warna mikroplastik yang paling dominan adalah biru pada air dan sedimen, hitam pada insang dan saluran pencernaan ikan sapu-sapu. Kelimpahan mikroplastik pada tahun 2023 lebih tinggi dibandingkan tahun 2022, dengan peningkatan sebesar 15,24% pada insang, 24,25% pada saluran pencernaan, 27,91% pada air, dan 7,12% pada sedimen. Penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah mikroplastik di Situ Rawa Besar seiring berjalannya waktu yang didukung oleh beberapa faktor seperti peningkatan populasi, peningkatan sampah plastik, aktivitas antropogenik, dan curah hujan.

This research was motivated by the increasing plastic pollution that causes microplastic contamination in freshwater bodies. Situ Rawa Besar, Depok is one of the lakes that is polluted by microplastics due to human activities around it. Microplastics can have negative impacts on aquatic organisms such as Amazon Sailfin Catfish Pterygoplichthys pardalis which is an invasive species and a bioindicator of microplastic pollution in the lake. This research aims to analyze the abundance, shape and color of microplastics in water, sediment, gills and digestive tract of sailfin catfish in Situ Rawa Besar and to test the difference in microplastic abundance between 2022 and 2023. This research uses descriptive quantitative method to analyze the abundance, shape and color of microplastics in water, sediment, gills, and digestive tract of sailfin catfish in Situ Rawa Besar. Sampling was done at three stations. Physico-chemical parameters of water such as temperature, pH, dissolved oxygen, and water clarity were measured in situ. Water samples of 20 L were filtered using plankton net and sediment samples were taken using Ekman grab and dried with oven, then added with saturated NaCl solution. Sailfin catfish samples were taken as many as 15 individuals using fish net. Gill and digestive tract samples were separated using dissecting set and dissolved with HNO3 then added with saturated NaCl solution. Microplastic particle counting was done under microscope and samples were placed on Sedgwick Rafter Chamber. Microplastics were analyzed for their abundance and classified according to their shape (pellet, fiber, film, and fragment) and the percentage composition of microplastics in the sample was calculated. The results of the research in 2022 showed that the abundance of microplastics ranged from 12.67-20.33 particles L-1 in water, 14,400.00-38,400.00 particles kg-1 in sediment, 250.67-386.67 particles ind-1 in gills, and 313.33-369.33 particles ind-1 in digestive tract. The abundance of microplastics was lower than its abundance in 2023, which ranged from 14.67-32.00 particles L-1 in water, 16,533.33-41,600.00 particles kg-1 in sediment, 333.33-446.67 particles ind-1 in gills, and 429.33-502.67 particles ind-1 in digestive tract. The most dominant shape of microplastics was fiber in water and sailfin catfish, fragment in sediment and digestive tract of sailfin catfish. The most dominant color of microplastics was blue in water and sediment, black in gills and digestive tract of sailfin catfish. The abundance of microplastics increased from 2022 to 2023, with an increase of 15.24% in gills, 24.25% in digestive tract, 27.91% in water, and 7.12% in sediment. This research shows an increase in the number of microplastics in Situ Rawa Besar over time supported by several factors such as population growth, increased plastic waste, anthropogenic activities, and rainfall."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Abdurrahman
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Situ Rawa Besar Depok, Jawa Barat untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan sapu-sapu Hyposarcus pardalis Castelnau, meliputi Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (I KG), fekunditas, dan sebaran diameter telur yang dilakukan pada bulan Desember 1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ikan sapu-sapu yang tertangkap sebanyak 88 ekor, dengan panjang total berkisar antara 258-465 mm dan berat antara 1 76,1-676,4 g. Perbandingan jenis kelamin jantan dan betina 1:1. Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG) I, II, Ill, IV, dan V masing-masing 5,68%; 7,95%; 26,14%; 53,41%; dan 6,82%. Indeks Kematangan Gonad (1KG) berkisar antara 0,39--21,78% dengan rata-rata 8,18%. Fekunditas berkisar antara 1.388--9.037 butir dengan rata-rata 3.947 butir. Diameter telur berkisar antara 0,540--3,887 mm dengan rata-rata 2,513 mm. Meningkatnya Tingkat Kematangan Gonad (TKG) seiring dengan meningkatnya Indeks Kematangan Gonad (1KG) dan diameter telur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audithiya Deriano
"Analisis Kelimpahan Mikroplastik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Sapu-sapu Pterygoplichtys pardalis (Castelnau, 1855), Air, dan Sedimen di Ciliwung Daerah Tanjung Barat dan Daerah MT Haryono, Jakarta Selatan

Abundance Analysis of Microplastic in Gills dan Digestive Tract of Sailfin Catfish Pterygoplichthys pardalis (Castelnau, 1855), Water, and Sediment in Tanjung Barat Area and MT Haryono Area, Ciliwung, South Jakarta"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viranti Nurul Aulia
"Situ Kenanga dan Situ Agathis Universitas Indonesia memiliki aliran masukan limbah yang berasal dari DAS Ciliwung-Cisadane dan limbah domestik dari pemukiman. Berbagai macam kegiatan antropogenik yang terjadi di sepanjang aliran DAS dan sekitar situ memungkinkan masuknya material lain ke dalam kolom perairan sehingga kualitas perairan menurun hingga ke tangka tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status tingkat cemaran organik di Situ Kenanga dan Situ Agathis berdasarkan Indeks Saprobik. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2022. Penelitian mengenai tingkat cemaran organik di Situ Kenanga dan Situ Agathis UI dilakukan masing-masing pada tiga stasiun berdasarkan pemilihan lokasi yang sering dilakukan di sekitar Situ. Hasil pencacahan plankton dari Situ Kenanga diperoleh empat divisi fitoplankton (Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, dan Bacillariophyta) dan empat filum zooplankton (Protozoa, Rotifera, Gastroricha, dan Arthropoda). Sedangkan di Situ Agathis diperoleh lima divisi fitoplankton (Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, Bacillariophyta, dan Chrysophyta) dan empat filum zooplankton (Protozoa, Rotifera, Gastroricha, dan Arthropoda). Situ Kenanga memiliki nilai indeks saprobik berkisar antara -0,94 hingga -1,11. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Situ Kenanga berada di fase α- mesosaprobik/ polisaprobik. Situ Agathis memiliki nilai indeks saprobik berkisar antara -1,56 hingga -1,80. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Situ Agathis berada di fase polisaprobik/α- mesosaprobik. Kedua fase tersebut menunjukkan bahwa Situ Kenanga dan Situ Agathis memiliki tingkat pencemaran limbah organik yang cukup berat.

Situ Kenanga and Situ Agathis University of Indonesia have an input stream of waste originating from Ciliwung-Cisadane watershed and domestic waste from settlements. Various kinds anthropogenic activities that occur along the watershed and around Situ allow the entry of other materials into the water column so that the water quality decreases to a certain level. This research aims to determine the status of organic contamination levels in Situ Kenanga and Situ Agathis based on the Saprobic Index. The research has been conducted from March to June 2022. Research on the level of pollution in Situ Kenanga and Situ Agathis UI has been conducted at three stations respectively based on the location selection that are often carried out around the lake. The results of plankton enumeration from Situ Kenanga obtained four phytoplankton divisions (Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, and Bacillariophyta) and four zooplankton phyla (Protozoa, Rotifera, Gastroricha, and Arthropoda). Meanwhile, at Situ Agathis, there were five divisions of phytoplankton (Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, Bacillariophyta, and Chrysophyta) and four phyla of zooplankton (Protozoa, Rotifera, Gastroricha, and Arthropoda). Situ Kenanga has a saprobic index value ranging from -0,94 to -1,11. This value indicates that Situ Kenanga is in the α-mesosaprobic/polysaprobic phase. Situ Agathis has saprobic index value ranging from -1,56 to -1,80. This value indicates that Situ Agathis is in the polysaprobic/α-mesosaprobic phase. The two phases indicate that the waters of Situ Kenanga and Situ Agathis have a fairly heavy level of organic waste pollution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Adeline Miranda
"Situ Kenanga dan Situ Mahoni merupakan dua dari enam situ yang terletak di kawasan Universitas Indonesia, Depok yang dimanfaatkan sebagai penampung aliran air dan pengendali banjir. Kedua situ memiliki dua sumber aliran air yang berbeda dengan membawa limbah domestik dari pemukiman warga yang berpengaruh terhadap keadaan parameter lingkungan perairan dan struktur komunitas organisme, khususnya fitoplankton, di kedua situ. Penelitian telah dilakukan pada bulan Januari – Juni 2022 dengan metode pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara bebas menggunakan plankton net (mata jaring 20 μm). Jumlah marga fitoplankton yang ditemukan pada Situ Kenanga berjumlah 15 marga, terdiri dari Chlorophyta (7 marga dan kelompok coccoid green algae), Cyanophyta (5 marga), Bacillariophyta (2 marga) Euglenophyta (2 marga), Cyanophyta (4 marga), dan Charophyta (1 marga). Sementara itu, fitoplankton pada perairan Situ Mahoni ditemukan sebanyak 18 marga yang berasal dari divisi Chlorophyta (9 marga dan kelompok coccoid green algae), Bacillariophyta (4 marga) Euglenophyta (3 marga), dan Cyanophyta (2 marga). Rerata kelimpahan fitoplankton pada Situ Kenanga (17.316,67 plankter/L) lebih tinggi dibandingkan rerata kelimpahan fitoplankton Situ Mahoni (12.716,67 plankter/L). Rerata indeks keanekaragaman (H’) pada Situ Kenanga dan Situ Mahoni masing-masing sebesar 1,829 dan 1,234 atau tergolong pencemaran sedang. Rerata indeks keseragaman (E) Situ Kenanga dan Situ Mahoni berturut-turut sebesar 0,660 dan 0,419 yang menunjukkan Situ Kenanga memiliki sebaran individu per marga fitoplankton yang lebih merata dibandingkan Situ Mahoni. Indeks dominansi (C) Situ Kenanga (0,285) lebih rendah atau tidak adanya individu fitoplankton yang mendominasi dibandingkan pada Situ Mahoni (0,461). Analisis Structural Equation Modeling (SEM) menunjukkan bahwa parameter fisika berupa suhu serta parameter kimia berupa nitrat dan fosfat berpengaruh signifikan dan linear terhadap struktur komunitas fitoplankton di Situ Kenanga dan Situ Mahoni.

Situ Kenanga and Situ Mahoni are two of six lakes located in the University of Indonesia area, Depok which are used as water reservoirs and flood control. Both lakes have two different sources carrying domestic waste from residential areas which affect the state of aquatic environmental parameters and community structures of organisms, especially phytoplankton, in both lakes. The research was carried out in January – June 2022 with the method of taking phytoplankton samples was done freely using plankton net (20 μm mesh size). The number of phytoplankton genera found in Situ Kenanga was 15 genera, consisting of Chlorophyta (7 genera and group of coccoid green algae ), Cyanophyta (5 genera), Bacillariophyta (2 genera) Euglenophyta (2 genera), Cyanophyta (4 genera), and Charophyta (1 genus). Meanwhile, phytoplankton in Situ Mahoni were found as many as 18 genera from the divisions of Chlorophyta (9 genera dan group of coccoid green algae), Bacillariophyta (4 genera), Euglenophyta (3 genera), and Cyanophyta (2 genera). The average abundance of phytoplankton in Situ Kenanga (17,316.67 plantkter/L) was higher than the average abundance of phytoplankton in Situ Mahoni (12,716.67 plantkter/L). The average diversity index (H') in Situ Kenanga and Situ Mahoni are 1,829 and 1,234, respectively, or classified as moderate pollution. The average evenness index (E) of Situ Kenanga and Situ Mahoni was 0,660 and 0,419, respectively, which indicated that Situ Kenanga had a more even distribution of phytoplankton individuals per genera than Situ Mahoni. The dominance index (C) of Situ Kenanga (0,285) is lower or no phytoplankton individuals dominating compared to Situ Mahoni (0,461). Structural Equation Modeling (SEM) analysis showed that physical parameters such as temperature and chemical parameters such as nitrate and phosphate had a significant and linear effect on the phytoplankton community structure in Situ Kenanga and Situ Mahoni."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Ferdian
"Mikroplastik yang mencemari perairan tawar dapat mengganggu keberlangsungan hidup biota di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk, warna, dan kelimpahan mikroplastik yang terkandung pada air, sedimen, insang, dan saluran pencernaan ikan red devil Amphilophus labiatus di Situ Kenanga dan Situ Mahoni, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Sampel air dan sedimen di ambil pada 3 stasiun pengambilan sampel dari kedua situ. Sampel ikan red devil diperoleh 15 ekor pada masing – masing situ. Sampel insang dan saluran pencernaan dihancurkan menggunakan larutan asam nitrat (HNO3) 65%. Sampel air diambil 20 L dan disaring menggunakan plankton net. Sampel sedimen dikeringkan dalam oven sebanyak 25 gram. Larutan NaCl jenuh digunakan untuk memisahkan mikroplastik dengan pengotor. Sebanyak 1 mL sample diteteskan pada Sedgwick Rafter Chamber kemudian diamati dan dihitung berdasarkan bentuk mikroplastik di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik bentuk fiber, fragmen, film, granula terdapat pada seluruh sampel dengan warna yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan total kelimpahan rata – rata mikroplastik di Situ Kenanga sebanyak 434,33 ± 23,51 partikel L-1 pada air, 45.837,04 ± 36.305,97 partikel kg-1 pada sedimen, 268,33 ± 119,18 partikel gr-1 dan 1266,2 ± 349,72 partikel ind-1 pada insang, 287,79 ± 185,22 partikel gr-1 dan 978,22 ± 336,38 partikel ind-1 pada saluran pencernaan. Pada Situ Mahoni sebesar 437,67 ± 30,21 partikel L-1 pada air, 36.237,04 ± 16.702,59 partikel kg-1 pada sedimen, 429,18 ± 187,50 partikel gr-1 dan 1233,8 ± 253,60 partikel ind-1 pada insang, 318,04 ± 114,94 partikel gr-1 dan 1053,78 ± 328,44 partikel ind-1 pada saluran pencernaan.

Microplastics that contaminate freshwater can disrupt the survival of the biota in it. This study aims to analyze the shape, color, and abundance of microplastics contained in water, sediment, gills, and digestive tract of red devil fish Amphilophus labiatus in Situ Kenanga and Situ Mahoni, University of Indonesia, Depok, West Java. Water and sediment samples were taken at 3 sampling stations from the two Situ. Samples of red devil fish were obtained 15 tails in each Situ. Samples of gills and digestive tract were destroyed using 65% nitric acid (HNO3) solution. Water samples were taken 20 L and filtered using a plankton net. Sediment samples were dried in an oven as much as 25 grams. Saturated NaCl solution was used to separate microplastics with impurities. A total of 1 mL of the sample was dropped into the Sedgwick Rafter Chamber and then observed and calculated based on the shape of the microplastic under a microscope. The results showed an abundance of microplastics in the form of fibers, fragments, films, and granules in all samples with various colors. The results showed the total average abundance of microplastics in Situ Kenanga was 434,33 ± 23,51 L-1 particles in water, 45.837,04 ± 36.305,97 particles kg-1 in sediments, 268.33 ± 119.18 particles gr-1 and 1266.2 ± 349.72 particles ind-1 in the gills, 287.79 ± 185.22 particles gr-1 and 978.22 ± 336.38 particles ind-1 in the digestive tract. At Situ Mahoni there are 437,67 ± 30,21 particles L-1 in water, 36.237,04 ± 16.702,59 particles kg-1 in sediments, 429.18 ± 187.50 particles gr-1 and 1233.8 ± 253.60 particles ind-1 on the gills, 318.04 ± 114.94 particles gr-1 and 1053.78 ± 328.44 particles ind-1 in the digestive tract.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Sabrina Agistia
"Mikroplastik diketahui telah tertelan oleh berbagai taksa biota. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelimpahan, bentuk, dan warna mikroplastik yang terdapat pada air, sedimen, dan ikan cere Gambusia affinis di Situ Kenanga dan Situ Mahoni, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Seluruh sampel diambil di 3 stasiun yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel air 20 L disaring menggunakan plankton net 350 mesh, sampel sedimen diambil 250 mL menggunakan Ekman grab, ikan cere diambil secara acak menggunakan dip net sebanyak 20 individu dari tiap situ. Sampel ikan diawetkan dengan alkohol 70% dan diekstraksi menggunakan 10 mL NaOH 1 M. Sedimen dikeringkan pada oven 65°C dan dihaluskan. Seluruh sampel dilarutkan dengan NaCl jenuh. Larutan dihomogenisasi sebanyak 20 mL dan 1 mL diteteskan Sedgewick Rafter Chamber untuk diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil pengamatan menunjukkan total rata-rata kelimpahan mikroplastik di Situ Kenanga pada air sejumlah 434,33 ± 23,51 partikel L-1, pada sedimen sejumlah 45.837,04 ± 36.305,97 partikel kg-1, pada ikan cere sejumlah 287, 67 ± 95,65 partikel ind-1 atau 212,28 ± 61,88 partikel gram-1. Sementara itu, pada air di Situ Mahoni sejumlah 437,67 ± 30,21 partikel L-1, pada sedimen sejumlah 36.237,04 ± 16.702,59 partikel kg-1, dan pada ikan cere sejumlah 275 ± 95,82 partikel ind-1 atau 654,28 ± 279,71 partikel gram-1. Hasil analisis Uji T Dua Sampel menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata pada sampel air, sedimen, dan ikan cere (partikel ind-1), tetapi terdapat perbedaan nyata pada ikan cere (partikel g-1) dari kedua situ. Fiber dan warna hitam merupakan bentuk dan warna mikroplastik yang mendominasi keseluruhan sampel.

Microplastics have been ingested by various biota taxa. This study was aimed to analyze the abundance, shape, and color of microplastic found in water, sediment, and mosquitofish Gambusia affinis in Situ Kenanga and Situ Mahoni, University of Indonesia, Depok, West Java. All samples were taken at 3 stations, namely inlet, midlet, and outlet. Water samples (20 L) were filtered using a 350 mesh plankton net, sediment samples (250 mL) were taken using an Ekman grab, mosquitofish were taken randomly using a dip net, and 20 individuals from each situ (total of 40 individuals). Fish samples were preserved in 70% alcohol and extracted using 10 mL of 1 M NaOH. Sediments were dried in an oven at 65°C and pulverized. All samples were dissolved with saturated NaCl. The solution (20 mL) was homogenized, then 1 mL of solution was taken to the Sedgewick Rafter Chamber and then observed under a light microscope. The results showed that the average total of microplastics in Situ Kenanga in water was 434,33 ± 23,51 L-1 particles, in sediments were 45.837,04 ± 36.305,97 kg-1 particles, and in fish were 287, 67 ± 95,65 ind-1 particles or 212,28 ± 61,88 gram-1 particles. Meanwhile, the average total of microplastics in Situ Mahoni in water were 437,67 ± 30,21 L-1 particles, in sediments were 36.237,04 ± 16.702,59 kg-1 particles, and in fish were 275 ± 95,82 ind-1 particles or 654,28 ± 279,71 gram-1 particles. The results of the Two Sample T-Test analysis showed that there was no difference in water, sediment, and mosquitofish (ind-1 particles) between the two situ, but there was a significant difference in mosquitofish (g-1 particles) from the two situ. Fiber and black were respectively the predominant shapes and colors of microplastics in all samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>