Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrio Rifqi Wicaksono
"Erosi sebagai salah satu dampak turunan dari perubahan iklim telah menciptakan krisis multidimensional, salah satunya keberlangsungan ekologis di daerah aliran sungai Tembesi. Tercatat sepanjang tahun 2020, setidaknya telah terjadi 83 kali kejadian bencana hidrometeorologis yang telah menimbulkan kerugian materil dan imateril. Pengelolaan daerah aliran sungai yang berkelanjutan telah menjadi salah satu fokus dalam studi ekologis. Salah satu metode yang dapat ditempuh adalah analisis karakteristik morfometri Daerah Aliran Sungai. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis morfometrik guna memprioritaskan sub-DAS yang rentan terhadap erosi di DAS Tembesi, Provinsi Jambi. Variabel utama yang digunakan meliputi karakteristik morfometri, perubahan iklim yang direpresentasikan oleh curah hujan, dan tutupan lahan yang mencakup indeks vegetasi. Metode analisis mencakup pemeringkatan fitur indikator sampai dengan weighted sum analysis (WSA). Mengenai karakteristik morfometri, hasil penelitian menunjukkan keseragaman dalam aspek areal di DAS Tembesi. Adapun, penelitian menunjukkan prioritisasi sub-DAS berada pada tingkat “Sedang“ atau sejumlah 41% dari 13.260 km2 luas keseluruhan wilayah. Hal ini menunjukkan urgensi untuk melakukan pengelolaan DAS Tembesi secara komprehensif dan berkelanjutan guna meminimalisir dampak erosi, terutama di wilayah hilir.

Erosion as one of the derivative impacts of climate change has created a multidimensional crisis, one of which is ecological sustainability in the Tembesi Watershed. Recorded throughout 2020, at least 83 hydrometeorological disasters have occurred which caused material and immaterial losses. Sustainable watershed management is one of the focuses in ecological studies. One of the ways that can be taken is by analyzing the morphometric characteristics of the watershed. This study aims to conduct morphometric analysis to prioritize sub-watersheds that are vulnerable to erosion in the Tembesi watershed, Jambi Province. The main variables used include morphometric characteristics, climate change represented by rainfall, and vegetation cover which includes vegetation index. The analysis method used includes ranking of indicator features to weighted sum analysis (WSA). Regarding morphometric characteristics, the results showed uniformity in terms of area in the Tembesi watershed. Meanwhile, the results showed that the priority of sub-watersheds was at the "Moderate" level or 41% of the total area of 13,260 km2. This shows the urgency to conduct comprehensive and sustainable management of the Tembesi watershed to minimize the impact of erosion, especially in the downstream area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Umar Sadik
"Erosi yang terjadi di DAS Ci Tarum di Propinsi Jawa Barat terjadi sebagai akibat perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manusia di lahan pertanian di wilayah aliran Ci Tarum. Penelitian ini bertujuan mengkaji distribusi erosi pada beberapa penggunaan lahan sehingga diketahui lokasi erosi terpusat.
Metode yang digunakan yaitu Persamaan Umum Kehilangan Tanah atau Universal Soil Lost Equation mengggunakan Sistem Informasi Geografi untuk mempelajari distribusi erosi di DAS Ci Tarum yang dipengaruhi oleh faktor perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan memanfaatkan teknik kuantitatif. Peubah yang digunakan yaitu laju erosi tahunan, penggunaan lahan, bentuk lahan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi erosi di DAS Ci Tarum pada tahun 1978 sampai tahun 2013 terpusat di wilayah dengan penggunaan lahan sawah irigasi 69.831 ton/tahun pada tahun 1978, 119.266 ton/tahun pada taun 2013. Sedangkan penggunaan lahan tanah terbuka dengan besar erosi pada tahun 1978 sebesar 12.724 ton/tahun, dan sebesar 26.583 ton/tahun pada tahun 2013.

Erosion in the watershed Ci Tarum in West Java province occurred as a result of land use changes and human activities on agricultural land in the region of Ci Tarum flow. This study aims to assess the distribution of erosion on some land use in order to know the location of a centralized erosion.
The method used is Eq Public Land or Universal Soil Loss Equation Lost mengggunakan Geographical Information Systems to study the distribution of erosion in the watershed Ci Tarum are influenced by land use changes. This research is a quantitative research by using quantitative techniques. The variables used are the annual erosion rate, land use, land forms.
The study concluded that the distribution of erosion in the watershed Ci WTC in 1978 until 2013 centered in the region with the use of irrigated land 69 831 tonnes / year in 1978, 119 266 tonnes / year in 2013. While the epidemic of land use with a large open land erosion in 1978 amounted to 12.724 tonnes / year, and amounted to 26.583 tonnes / year in 2013.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nugroho
"Di daerah tropik basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karena itu prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Metode prediksi erosi yang digunakan adalah metode Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Besaran erosi dan hasil sedimen hasil simulasi GeoWEPP adalah sebesar 18543,7 ton/tahun atau 41,3 ton/ha/tahun untuk erosi dan untuk laju hasil sedimen adalah sebesar 124,7 ton/ha/tahun.
Hasil korelasi statistik dengan metode pearson product momen didapatkan bahwa rasio memanjang DAS tidak memiliki hubungan signifikan terhadap besaran erosi dan hasil sedimennya, sedangkan untuk rasio membulat DAS terdapat hubungan signifikan dengan besaran laju erosi dan hasil sedimen dengan perbandingan terbalik yaitu semakin besar rasio membulat semakin kecil besaran laju erosi dan hasil sedimennya. Berdasarkan titik elevasi yang diamati, Tingkat bahaya erosi di DA Ci Lember berdasarkan model GeoWEPP didapatkan pola yang mirip dengan wilayah ketinggian terutama pada perhitungan Sub-DAS ordo 1.

In the tropical region such as Indonesia, erosion is the one of the dominant factors for decreasing of land productivity. Knowing the rate of factual and actual erosion is important for development planning of agriculture and conservation activity. Measuring the rate of erosion in a wide scale with variety condition is very difficult matters and need more time. Therefore, prediction of the erosion rate activity could solve this problems.
Predicting of the erosion rate methods which use in this research is Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Output from GeoWEPP method in Ci Lember Watershed for erosion rate is 18543,7 ton/year or 41,3 ton/ha/year and sediment yield is 124,7 ton/ha/year.
The results of statistical correlation with Pearson Product Moment method shows that the ratio of elongated watershed has no significant relationship to amount of erosion and the sediment yield, while the ratio of rounded of watershed have significant relationship with sediment yield rate and erosion rate with reversed ratio. Based on the observed elevation point, the danger level of erosion have a similar pattern to the altitude region.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Yudha Bhakti
"Permasalahan lingkungan seperti perubahan kawasan menyerap air menjadi lahan kedap air, erosi tanah dan timbulan sampah yang meningkat akan memberikan dampak negatif terhadap fungsi hidrologis DAS Ciliwung (Degradasi DAS Ciliwung). Untuk mewujudkan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang berpedoman pada keseimbangan lingkungan (DAS Ciliwung yang sehat) maka diperlukan pengendalian terhadap erosi, timbulan sampah dan luasan lahan kedap air. Metode-metode perhitungan laju erosi & laju timbulan sampah yang ada memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan berbagai jenis data.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat persamaan matematis yang praktis dan relatif akurat dalam memprediksi laju erosi & laju timbulan sampah berbasis luasan lahan kedap air (impervious cover) di DAS Ciliwung. Pemodelan dilakukan dengan software sistem informasi geografis ArcGis Versi 10.1 Lisensi Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE dan laju timbulan sampah menggunakan proyeksi laju timbulan sampah berdasarkan data kepadatan penduduk & laju timbulan sampah per orang per hari sedangkan perhitungan luasan lahan kedap air menggunakan aplikasi ArcGis 10.1. Analisa korelasi antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi antar variabel.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara luas lahan kedap air dengan nilai laju erosi potensial & nilai laju timbulan sampah potensial, persamaan matematis yang mewakili adalah persamaan regresi non linier eksponensial masing-masing sebagai berikut Y=6892 e-0,07x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,936 dan Y=53,30 e 0,090x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,868.

Environmental problems such as changes in the pervious area becomes impervious, soil erosion and increased waste generation will have negative impacts on hydrological functions of Ciliwung Watershed. To carry out the planning and management of land use based on the balance of the environment (healthy Ciliwung watershed) it is necessary to control erosion, waste generation and impervious cover.
Methods for computation the rate of erosion and waste generation requires a long process and various types of data. This research aims to create mathematical equation that are practical and relatively accurate in predicting of erosion rate and waste generation rate based on impervious land cover on Ciliwung Watershed. Modeling using ArcGIS software version 10.1 License Department of Geography FMIPA University of Indonesia.
Computation of erosion rate using USLE method and waste generation rate using projected based on data density of population and the rate of waste generation per person per day, while computation of impervious land cover area is based on application of ArcGIS 10.1. Analysing correlation between variable in this research was conducted by using regression and correlation analysis.
The conclusion of this research is that there is a very strong relationship between impervious land cover area and the value of potential erosion rate and potential waste generation rate as well. The mathematical equation that represent the relation are exponential non linear regression equations as the following : Y = 6892 * e-0,07x with coefficient of determination (R2) = 0,936 for relation between impervious land cover area and potential erosion rate; and Y = 53.30*e 0,090x with coefficient of determination (R2) = 0.868 for relation between impervious land cover area and potential waste generation rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ryananda Muchlis
"ABSTRAK
Erosi tanah di wilayah beriklim tropis dipicu oleh curah hujan baik secara spasial maupun temporal. Erodibilitas tanah berkaitan erat dengan jumlah dan intensitas hujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola keterpaparan erosi akibat hujan menurut kondisi fisik wilayah. Data curah hujan harian tahun 2005-2016 digunakan untuk mendapatkan wilayah keterpaparan erosi yang diperoleh dari hasil scoring data berdasarkan frekuensi hari hujan FHH 5-10 mm/hari, FHH 11-25 mm/hari, FHH 26-50 mm/hari dan FHH >51mm/hari berbasis metode Thiessen. Validasi melalui survey lapang di 64 lokasi, dengan metode stratified sampling. Analisis spasial dilakukan dengan teknik overlay peta keterpaparan erosi dengan variabel jenis tanah, lereng dan penggunaan tanah, selanjutnya dilakukan uji validasi untuk mengetahui jenis erosi di lokasi sampel. Luas wilayah keterpaparan erosi tingkat berat di Kabupaten Kulon Progo mencapai 314,98 km 53,7 . Keterpaparan erosi tingkat berat menurut kondisi fisik wilayah di Kulon Progo yaitu pada lereng 15-40 , dengan penggunaan tanah berupa tegalan dan jenis tanah Andisol. Pada wilayah keterpaparan erosi tingkat berat, didominasi oleh jenis erosi parit. Pada wilayah keterpaparan erosi tingkat sedang, didominasi oleh jenis erosi alur. Pada wilayah keterpaparan erosi tingkat ringan, didominasi oleh jenis erosi lembar.

ABSTRACT
Soil erosion in tropical climates is triggered by variations in both spatial and temporal rainfall. The soil erodibility is closely related to the amount and intensity of the rain that the frequency of occurrence varies spatially. The purpose of this research is to analyze rainfall erosion exposure pattern according to physical condition of region. The 2005 2016 daily rainfall data is used to obtain erosion exposure area obtained from scoring data based on 5 10 mm day rain frequency DRF , DRF 11 25 mm day, DRF 26 50 mm day and DRF 51mm day based on Thiessen method, validated through field survey at 64 locations, the location distribution was determined by stratified sampling method. Spatial analysis is done by overlay technique on the map of erosion exposure with variables soil type, slope, and land use, then validation test is done to determine the type of erosion at sample location. The area of heavy erosion exposure in Kulon Progo reached 314,98 km 53,7 . The exposure of heavy erosion according to the physical condition of the area in Kulon Progo is on the slope of 15 40 , with the moor as the land use and Andisol as the soil type. In areas of severe erosion exposure, erosion is dominated by the type of trench erosion. In areas of moderate erosion exposure, erosion is dominated by the type of flow erosion. In areas of mild erosion exposure, erosion is dominated by type of sheet erosion."
2017
S67577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokhmatuloh
"Daerah Aliran Ci Beureum merupakan salah satu bagian dari Daerah Aliran Ci Peles yang melewati kota Sumedang dan terus mengalir ke arah timur bertemu dengan Ci Manuk di bagian timur Kabupaten Sumedang. Ci Manuk ini bermuara di pantai utara Jawa tepatnya di Kabupaten Indramayu. Bagian hulu DA Ci Beureum terletak di kaki selatan Gunung Tampomas yang terletak di Kab. Sumedang Jawa Barat. Luas DA Ci Beureum kira-kira 2.481 Ha.
Berdasarkan pemantauan, muatan sedimen yang terangkut Ci Beureum setiap tahunnya terus bertambah karena bertambahnya kegiatan penggalian pasir dan batu gunung di kaki gunung Tampomas. Sedimen inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab proses pendangkalan Ci Peles terus berlangsung dari tahun ke tahun.
DA Ci Beureum memiliki karakteristik fisik sebagai berikut curah hujan tahunan cukup tinggi antara 2.400 mm - 3.700 mm per tahun, kemiringan lereng sebagian besar antara 2 % - 15 %, ketinggian sebagian besar > 600 m dpl, jenis tanahnya sebagian besar regosol, memiliki kedalaman efektif antara 0 - 60 cm dan sebagian besar bertekstur lempung.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar tingkat erosi di Daerah Aliran Ci Beureum dan bagaimana distribusinya serta bagaimana kaitan antara karakteristik fisik wilayah terhadap tingkat erosi yang terjadi.
Tingkat erosi pada DA Ci Beureum - Tampomas, Sumedang - Jawa Barat yaitu tingkat erosi rendah sebesar < 1.500 mg/m3 terletak pada sub DAS 5, tingkat erosi sedang sebesar 1.500 - 3.000 mg/m3 teletak pada sub DAS 4 dan tingkat erosi tinggi sebesar > 3.000 mg/m3 berada sub DAS 1, sub DAS 2 dan sub DAS 3. Analisis statistik uji beda rata-rata yang didapat menunjukkan bahwa nilai tingkat erosi antar sub DAS terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil analisis kualitatif overlay peta menunjukkan kaitan antara tingkat erosi dengan karakteristik wilayah cukup bervariasi. Persamaan regresi linearnya adalah Y = -4430,8 + 3090,6736 X, dimana Y = tingkat erosi, dan X = erodibilitas tanah. Variabel karakteristik wilayah erodibilitas tanah merupakan variabel bebas utama atau faktor yang paling menentukan adanya perbedaan kenaikan tingkat erosi di DA Ci Beureum, dengan nilai r 0,996 dan nilai r2 sebesar 0,993."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Astisiasari
"Skripsi membahas kaitan perubahan penggunaan tanah di Daerah Aliran (DA) Ci Tanduy dan DA Segara Anakan dengan penyusutan luas perairan Laguna Segara Anakan (LSA) tahun 1994?2006 melalui analisis erosi dan sedimentasinya. Variabel yang digunakan: perubahan penggunaan tanah, erosi, sedimentasi, dan penyusutan luas perairan laguna. Diperoleh hasil: tegalan/ladang dan belukar/semak yang peningkatan luasnya besar, menghasilkan peningkatan erosi yang besar pula. Peningkatan luas penggunaan tanah tersebut dihasilkan dari perubahan hutan, yang banyak terjadi di DA Ci Tanduy.
Kesimpulannya:
peningkatan erosi akibat berkurangnya luas hutan dikedua DAS, meningkatkan angkutan sedimen ke sungai-sungai yang bermuara di LSA, sehingga terjadilah penyusutan luas perairan LSA.

This research discuss the relation between landuse change in Ci Tanduy and Segara Anakan drainage area with the decreasing area Segara Anakan Lagoon during 1994?2006 by using erosion and sedimentation analysis. Variables in this research are: landuse, erosion, and sedimentation. The result of this research: Changes in forest area, mostly in Ci Tanduy drainage area, creates not only wider area of tegalan/ladang and shrubs/bushes but also higher eroded area.
The conclusion:
The increasing of eroded area, due to the decreasing of forest area in
both drainage areas, create higher sedimentation in the rivers that flow to Segara Anakan Lagoon resulting smaller area of the lagoon."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Holy, Milos
New York : Pergamon Press, 1980.
631.45 HOL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widiyono
"ABSTRAK
Embung adalah dam air buatan yang dibangun pada ?outIet' daerah tangkapan air untuk menampung air hujan dan aliran permukaan. Sebuah embung mempunyai kapasitas tampung Iebih kurang 30.000 m3 air yang digunakan untuk memenuhi keperluan konsumsi rumah tangga, irigasi pertanian skala kecil dan minum ternak. Selama periode tahun 1981 hingga 2006, telah dibangun 350 embung oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tersebar di Pulau Timor, P. Sumba, and P. Flores, be-berapa di antaranya adalah embung di Oemasi, Oelomin, dan Oeltua, Kupang.
Permasalahan pelestarian embung meliputi tutupan vegetasi daerah tangkapan air yang rendah dan pengeiolaan masih kurang sehingga mengakibatkan Iaju erosi dan sedimentasi yang tinggi, dan pemanfaatan air masih kurang efisien.
Teiah dilakukan penelitian secara terpadu dengan pendekatan eko-hidrologi pada tiga buah embung, yaitu Oemasi, Oelomin and Oeltua-Kupang pada tahun 2000l2001, dan penelitian Ianjutan pada embung Desa Oemasi-Kupang serta beberapa embung di Pulau Timor, sejak tahun 2002 hingga tahun 2005.
Tujuan penlitian ialah untuk mendapatkan konsep model yang mengkaji hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan, erosi dan kontribusinya terhadap neraca air embung sebagai pengetahuan dasar untuk konservasi ekosistem embung.
Penelitian dibagi dalam 3 (tiga) sub topik dan tujuan masing-masing adalah:
1. Model simulasi neraca air dan analisis vegetasi daerah tangkapan air embung
Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui keanekaragaman hayati tumbuhan, struktur dan komposisi vegetasi, dan hubungannya dengan neraca air dan sustainabilitas embung. Analisis neraca air embung dibagi dalam sub model cadangan, sedimentasi, pemanfaatan air. Parameter yang diamati ialah hujan, aliran permukaan, evaporasi, perkolasi, air Iimpasan dari embung dan konsumsi air. Untuk mendukung analisis sumberdaya air embung, dilakukan survei vegetasi dan tata guna lahan, erosi dan sedimentasi, dan pemanfaatan air. Hasil simulasi neraca air embung dan beberapa sub model tersebut digunakan untuk: (1) memprediksi kedalaman air embung maksimum; (2) memprediksi rasio suplai dan keperluan air yang harus dipenuhi; dan (3) memprediksi tanggai kekurangan air.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, model simulasi neraca air embung dapat digunakan untuk mengkaji fluktuasi cadangan air dan memprediksi sustainabilitas embung. Keanekaragaman spesies flora di daerah tangkapan air embung sangat berpotensi untuk mengendalikan aliran permukaan dan erosi.
2. Hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan erosi
Tujuan penelitian ialah untuk mendapatkan model hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan-erosi pada skala plot dan skala daerah tangkapan air sebagai upaya untuk memprediksi aliran permukaan dan erosi apabila terjadi perubahan Iansekap daerah tangkapan air.
Pada penelitian ini diamati karakter aliran permukaan dan erosi dalam 7 plot percobaan, yaitu: Plot 1 ?bambu' (Bambusa multiplex), Plot 2 rumput ?hunaka? (Diohantium caricosum), Plot 3 pohon ?dadap? (Erythrina orientalis), Plot 4 semak ?sufmuti? (Chromofaena odorata), Plot 5 budidaya ?jagung?, (Zea mays), dan Plots 6 & 7 pohon ?gmelina? (Gmelina arborea). Pada masing-masing plot tersebut, volume hujan, aliran permukaan dan erosi diamati setiap kejadian hujan dan dianalisis. Setiap tipe vegetasi dipasang sebuah plot aliran permukaan dan erosi, kecuali pada 'gmelina? diulang dua kali untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian
Skenario dampak perubahan lansekap terhadap aliran permukaan dan erosi adalah:
(1). Skenario 1, jika diasumsikan terjadi penggundulan vegetasi termasuk penebangan bambu, pohon dan bahkan semak belukar sehingga menjadi padang rumput yang mudah terbakar,-akan meningkatkan aliran permukaan dan 66.325 m3 menjadi 71.703 m3 atau meningkat 8 %.
(2). Skenario 2, jika diasumsikan terjadi program penghutanan daerah tangkapan air dengan penanaman pohon ?gmelina? akan dapat menurunkan aliran permukaan dari 66 325 m3 menjadi 56 559 ma atau menurun 15 %
Total erosi masing-masing plot pada musim hujan 2005-2006, yang diprediksi dengan menggunakan model adalah:
(1). Prediksi total erosi terendah dihasilkan oleh Plot 4 semak ?sufmuti? (C. odorata) sebesar 3.064 kglha.
(2). Prediksi nilai erosi pada Plot 1' B.multiplex dan Plot 3 pohon Eorienfalis keduanya tidak berbeda mencolok, tetapi lebih tinggi dari pada nilai prediksi erosi pada Plot 4 semak C. Odorata dan memiliki nilai prediksi erosi Iebih rendah dari pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. canfscosum.
(3). Prediksi erosi pada Plot 6&7 G. arborea hanya berbeda dengan nilai prediksi erosi pada PIot4 semak ?sufmuti? (C. odorata).
(4). Prediksi erosi pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. cariscosum keduanya hampir sama, dan bemilai paling tinggi di antara plot-plot yang lainnya.
Hasil penelitian memperoleh nilai Indek erosi tahunan sebesar 8,7 ton per ha.
Skenario dampak perubahan lanskap terhadap erosi berdasarkan Index erosi tersebut di atas, dapat diprediksikan sebagai berikut:
(1). Skenario 1, diprediksikan akan meningkatkan erosi secara significan sebesar 50% dari Index erosi.
(2). Skenario 2, akan dapat meningkatkan erosi secara signitikan sebesar 30% dari Index erosi.
3. Lansekap daerah tangkapan air dan implikasinya terhadap aliran permukaan-erosi dan neraca air ?embung?
Tujuan penelitian iaiah (1) untuk memberikan gambaran umum Iansekap dan mendeskripsi komunitas vegetasi daerah tangkapan air, (2)untuk memprediksi pengaruh kondisi landscape terhadap runoff-erosi dan neraca air 'embung'.
Penelitian ekologi kuantitatif telah dilaksanakan pada embung Desa Oemasi-Kupang. Pengarnatan daerah tangkapan secara kualitatif pada beberapa embung di Pulau Timor, yaitu: Embung Isa Oeiomin dan Oeltua (Kabupaten Kupang), Desa Bu?at (Kab. Timor Tengah Selatan), Desa Sasi dan Desa Benkoko (Kab. Timor Tengah Utara), dan Desa Leosama (Kab. Belu).
Dari hasil penelitian disimpulkan kondisi Iansekap di daerah ini terutama tersusun oieh matrik semak belukar (78 hingga 86 %), diselang-seling oleh bercak kebun, pertanian Iahan kenng, Iadang, dan hutan sekunder. Kondisi vegetasi dan Iansekap daerah tangkapan air embung Oemasi pada tahun 2000/2001 dan 2005, tidak banyak berubah. Hanya terdapat 18 spesies pohon per ha pada daerah tangkapan air embung Oemasi-Kupang. Perubahan yang mencolok terlihat pada tumbuhan bawah, disebabkan oleh kekeringan dan kebakaran.
Mealui Peta Spasiai Satelit Citra TM dan pengecekan di Iapangan dapat ditampilkan kondisi tutupan Iansekap embung Desa Oemasi tersusun oleh komunitas padang rumput, semak belukar, bambu, pohon alami, pohon penghijauan, dan lahan teiantar.
Dari hasil validasi aliran permukaan dan erosi dapat disimpulkan:
(1). Terdapat hubungan yang signifikan antara potensi aliran permukaan hasil prediksi dan masukan aliran permukaan hasil estimasi pada oadangan air embung.
(2). Prediksi erosi hasil penelitian sebesar 8,7 ton per ha, terbukti hampir sama dengan prediksi eros? berdasarkan metode USLE, sebesar 9.22 ton per ha.
Dari hasil sintesis 3 sub topik penelitian di atas, dapat disimpulkan:
(1). Lansekap dan vegetasi daerah tangkapan air mempunyai peranar: yang tinggi daiam menngendalikan aliran permukaan, erosi, dan neraca air, dan sustainabilitas embung;
(2). Model hubungan matematis di dalam penelitian ini secara nyata mampu untuk memprediksi potensi aliran permukaan dan erosi pada skala plot, skala daerah tangkapan, dan masukan aliran permukaan ke dalam embung dengan skenario perubahan Iansekap yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia;
(3). Model ini berguna untuk mengkaji dampak perubahan Iansekap, mengevaluasi sustainabilitas sumber daya air embung, dan mengkaji studi kelayakan untuk pembangunan embung-embung yang baru;
(4). Untuk pengembangan dan peningkatan akurasi hasil prediksi, di masa mendatang model ini perlu ditambahkan pengamatan karakteristik spesies tumbuhan (kerapatan, kanopi, sistem perakaran), sifat tanah, dan kelerengan.
"
2007
D1236
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Prihatini
"Daerah Aliran Sungai Serayu dengan luas 418.168 hektar ineinpunyai curah hujan rata-rata tahunan > 2000 mm, kemiringan lereng rata-rata > 15% dan sebagian besar jenis tanahnya latosol yang agak peka terbadap erosi. Dengan keadaan demikian maka DAS tersebut merupakan daerah yang memungkinkan untuk terjadinya erosi. DAS Serayu terbagi menjadi 9 Sub DAS, dua diantaranya adalah Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajuin. Kedua Sub DAS tersebut merupakan daerah tangkapan waduk Tajum (Sub DAS Tajum) dan waduk Gajah Ming (Sub DAS Sapi).
Dengan adanya erosi di kedua Sub DAS tersebut akan mengakibatkan dangkalnya waduk Tajuin dan waduk Gajah Ming. Sehubungan dengan dasar pemikiran di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui erosi yang terjadi di Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajuin dan kemungkinan meluasnya erosi di kedua Sub DAS tersebut. Adapun masalah yang dibahas adalah: dimana saja terjadi erosi di Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajum dan kemana kemungkinan meluasnya erosi di kedua Sub DAS tersebut'?
Yang dimaksud dengan meluasnya erosi dalam penelitian ini adalah bertarnbahnya luas daeràh yang tererosi dan juga munculnya daerah baru yang tererosi.
Dalam menentakan kemungkinan meluasnya erosi selain kondisi lereng, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan tanah yang sama dengan daerah yang tererosi digunakan juga variabel kerapatan tanaman.
Hipotésa dari permasalah di atas adalah pada daerah dengan kondisi lereng, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan tanah yang sama dengan kondisi daerah yang tererosi tetapi mempunyai kerapatan tanaman berbeda (lebih rapat) maka pada daerah tersebut mempunyai kemungkinan untuk meluasnya erosi."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>