Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taruli, Jenica Mathilda
"Pengembangan vaksin berbasis mRNA merupakan teknologi yang berkembang pesat untuk mengobati penyakit menular serta menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan vaksin konvensional. Namun, stabilitas vaksin mRNA menjadi tantangan utama dalam pengembangannya sehingga digunakan nanopartikel lipid (LNP) sebagai sistem penghantarannya karena memiliki kemampuan untuk memperbaiki stabilitasnya. Komponen penyusun LNP yang digunakan pada penelitian ini adalah CTAB, DSPC, kolesterol, dan DMG-PEG 2000 dengan memvariasikan konsentrasi CTAB dan kolesterol menjadi tiga formula untuk mendapatkan hasil formulasi terbaik. Konsentrasi yang divariasikan yaitu CTAB:DSPC:kolesterol:DMG-PEG 2000 secara berturut-turut adalah 13,5:20:65:1,5% (F1); 18,5:20:60:1,5% (F2); dan 23,5:20:55:1,5 % (F3). Formulasi LNP dibuat menggunakan metode t-junction mixing dengan kecepatan laju alir total sebesar 700 mL/jam dan volume akhir LNP sebanyak 20 mL. Pengaruh variasi rasio konsentrasi tersebut terhadap nilai ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan potensial zeta diukur menggunakan Particle Size Analyzer serta RT-qPCR untuk mengidentifikasi adanya RNA yang terjerap dalam sampel LNP-mRNA. Hasil terbaik didapatkan dari formulasi LNP-mRNA kedua dengan rasio variasi lipid CTAB:DSPC:kolesterol:DMG-PEG 2000 sebesar 18,5:20:60:1,5 % yang menghasilkan rata-rata ± standar deviasi ukuran partikel sebesar 257,54 ± 9,11 nm; indeks polidispersitas sebesar 0,245 ± 0,01; dan potensial zeta sebesar +2,1 ± 0,16 mV. Setelah dilakukannya analisis kualitatif dengan metode RT-qPCR, ditemukan adanya mRNA dalam sampel LNP-mRNA. Penelitian ini memberikan wawasan baru dalam formulasi LNP-mRNA dengan menggunakan konsentrasi surfaktan kationik seperti CTAB sebesar 18,5% dan lipid helper seperti kolesterol sebesar 60%.

The development of mRNA-based vaccines is rapidly evolving as a technology to treat infectious diseases, offering several advantages over conventional vaccines. However, the stability of mRNA vaccines remains a major challenge in their development. To address this, lipid nanoparticles (LNP) are used as delivery systems because of their ability to improve stability. The components of LNP used in this study include CTAB, DSPC, cholesterol, and DMG-PEG 2000, with varying concentrations of CTAB and cholesterol across three formulations to achieve the best results. The varying concentrations were CTAB:DSPC:cholesterol:DMG-PEG 2000 at ratios of 13.5:20:65:1.5% (F1); 18.5:20:60:1.5% (F2); and 23.5:20:55:1.5% (F3). The LNP formulations were prepared using the T-junction mixing method with a total flow rate of 700 mL/hour and a final LNP volume of 20 mL. The impact of these concentration ratios on its particle size, polydispersity index, and zeta potential was measured using a Particle Size Analyzer, and RT-qPCR was used to identify the presence of RNA encapsulated in the LNP-mRNA samples. The best results were obtained from the second LNP-mRNA formulation with a lipid ratio of CTAB:DSPC:cholesterol:DMG-PEG 2000 at 18.5:20:60:1.5%, producing an average ± standard deviation particle size of 257.54 ± 9.11 nm, a polydispersity index of 0.245 ± 0.01, and a zeta potential of +2.1 ± 0.16 mV. Qualitative analysis using the RT-qPCR method confirmed the presence of mRNA in the LNP-mRNA samples. This study provides new insights into LNP-mRNA formulation using cationic surfactant concentrations like CTAB at 18.5% and helper lipids like cholesterol at 60%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valha Tsabita Hidayat
"Dewasa ini, vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) berkembang dengan pesat, karena tidak memiliki risiko infeksius dan reaktogenisitas. Untuk menjamin penghantaran mRNA yang efektif dan stabil, diperlukan sistem penghantaran, salah satunya lipid nanoparticles (LNP). Sistem penghantaran perlu memiliki karakteristik yang ideal sehingga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik tersebut, termasuk di dalamnya parameter kritis pembuatan, penting untuk diteliti. Pada penelitian ini, diteliti pengaruh kecepatan pengadukan dan amplitudo sonikasi dalam metode preparasi injeksi solven terhadap bentuk, ukuran, indeks polidispersitas, potensial zeta, dan efisiensi penjerapan partikel. Dibuat preparasi RNA-LNP dengan variasi tiga kecepatan pengadukan, yaitu 200, 300, dan 400 rpm, serta tiga amplitudo sonikasi, yaitu 30%, 40%, dan 50%. Hasil analisis ANOVA dan Kruskal-Wallis menunjukkan kecepatan pengadukan memiliki pengaruh signifikan terhadap ukuran partikel (p < 0,001), pengaruh signifikan terhadap indeks polidispersitas (p < 0,001), dan pengaruh tidak signifikan terhadap potensial zeta (p = 0,052). Sedangkan, amplitudo sonikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap ukuran partikel (p < 0,001), pengaruh signifikan terhadap indeks polidispersitas (p < 0,001), dan pengaruh signifikan terhadap potensial zeta (p < 0,001). Kecepatan pengadukan 300 rpm dan amplitudo sonikasi 30% menghasilkan karakteristik yang paling optimal, yaitu ukuran partikel 140,78 nm, indeks polidispersitas 0,311, dan potensial zeta 4,85 mV.

Development of mRNA-based vaccine known for its absence of infectious and reactogenicity risk has been rapidly increasing. An ideal delivery system for mRNA, like lipid nanoparticles (LNP), is needed for effective delivery and storage stability, which is influenced by its characteristics. Critical process parameters are the most important factor towards a delivery system’s characteristics; therefore, it is necessary to know the effects it causes on the delivery system’s characteristics. One of the methods for LNP preparation is solvent injection with homogenizing speed and sonication amplitude as one of its critical process parameters. The purpose of this research is to analyze the effect of those parameters on particle size, polydispersity index, and zeta potential. Three variants of homogenizing speed and sonication amplitude are used for LNP preparation. Results analyzed with ANOVA and Kruskal-Wallis test show that homogenizing speed has a significant effect on particle size (p < 0.001), polydispersity index (p < 0.001), but not on zeta potential (p = 0.052). Meanwhile, sonication amplitude has a significant effect on particle size (p < 0.001) and polydispersity index (p < 0.001), and zeta potential (p < 0.001). Homogenizing speed of 300 rpm and sonication amplitude of 30% gives the most optimal characteristics: particle size of 140,78 nm, polydispersity index of 0,311, and zeta potential of 4,85 mV."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anshari Saifuddin
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi khususnya pada tenaga kesehatan di Indonesia, Studi mengenai manfaat dari vaksin booster mRNA-1273 yang diawali vaksinasi primer Coronavac masih minim sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan insiden COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 yang diberikan vaksinasi primer Coronavac sebelumnya serta profil antibodi pada tenaga kesehatan di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan gabungan desain kohort retrospektif dan potong lintang pada 300 tenaga kesehatan yang dipilih secara acak dari data penerima vaksin booster mRNA-1273 di salah satu RS tersier (RSCM). Subjek yang terpilih kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai riwayat vaksinasi COVID-19, riwayat terinfeksi COVID-19, komorbiditas dan dilakukan pengambilan sampel darah untuk menilai kadar antibodi IgG sRBD. Dari hasil wawancara kemudian dinilai faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 serta profil antibodi subjek.
Hasil: 56 orang (18,6%) mengalami COVID-19 setelah divaksinasi booster dalam 5 bulan. Incidence rate per person per month sebesar 3,2%. Median antibodi IgG sRBD dalam 8 bulan 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) dan tidak berhubungan dengan variabel usia, jenis kelamin, komorbiditas, KIPI pasca booster ataupun riwayat infeksi pasca booster. Usia, jenis kelamin, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, obesitas dan KIPI pasca booster tidak berhubungan terhadap insiden COVID-19 pasca booster. Riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berhubungan signifikan terhadap penurunan kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster dengan RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45).
Simpulan: Insiden COVID-19 mencapai 18,6% dalam 5 bulan pasca vaksinasi booster dengan riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berperan dalam menurunkan risiko kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster.

Background: COVID-19 pandemic has caused high mortality and morbidity especially among healthcare workers in Indonesia. Studies on the benefits of the mRNA-1273 booster vaccine preceded with Coronavac primary vaccine are still minimal so further studies are needed.
Purpose: Knowing the factors associated with the incidence rate of SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination starting with the Coronavac primary vaccination and the antibody profile of healthcare workers in Indonesia.
Method: This study used combined design of retrospective cohort and cross sectional study. Three hundreds healthcare workers at one of tertiary hospital in Indonesia that obtain mRNA-1273 booster vaccine minimal after 5 months were randomly selected. Subjects were then interviewed regarding their history of COVID-19 vaccination, history of SARS-CoV-2 infection, comorbidities and blood samples were taken to assess IgG sRBD antibody levels. Factors related to antibody profile and incidence of SARS-CoV-2 infection after the mRNA-1273 booster vaccination were then analyzed.
Results: 56 subjects (18.6%) experienced SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination. Median antibody IgG sRBD in 8 months was 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) and not related to age, gender, comorbidities, AEFI after booster and infection after booster. Age, gender, diabetes type 2, hypertension, obesity, AEFI after booster were not related to COVID-19 incidence after booster. History of SARS-CoV-2 infection before booster vaccination was significantly associated with reduced risk of SARS-CoV-2 infection after booster vaccination with RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45).
Conclusion: Cumulative incidence of SARS-CoV-2 infection in 5 months was 18,6% with history of COVID-19 before booster correlated with reduced risk of COVID-19 after booster.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwien Heru Wiyono
"Untuk menilai efikasi latihan pernapasan menggunakan incentive spirometry terhadap kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak (skala BORG), kapasitas fungsi paru dan kualitas hidup (SGRQ) pada penderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Studi intervensi pre dan post eksperimental pada grup kasus dan kontrol. Departemen Rehabilitasi Medik dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam subdivisi Pulmonologi FKUI, RSUPNCM. Instalasi Rehabilitasi Medik RS Persahabatan, Jakarta. Total 20 pasien PPOK derajat sedang dibagi menjadi 2 grup: grup kontrol (10 orang) dan grup kasus (10 orang). Semua subjek dilakukan pemeriksaan data dasar berupa kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak, kapasitas fungsi paru dan kualitas hidup. Pada grup kasus diberikan kombinasi latihan kontrol pernapasan dengan menggunakan incentive spirometry sedangkan pada grup kontrol hanya diberikan latihan kontrol pemapasan saja. Setelah 8 minggu kembali dilakukan pemeriksaan data dasar. Semua subjek tetap mengkonsumsi obat-obatan. Hasil Kemampuan inspirasi maksimal (KIM) pasca perlakuan meningkat secara bermakna pada kedua kelompok. Skala derajat sesak (BORG) dan nilai komponen SGRQ untuk gejala, aktivitas, dampak dan total pada kelompok kasus pasca perlakuan mengalami penurunan yang secara statistik bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada komponen aktivitas, dampak dan total (p<0,05), sedangkan pada komponen gejala tidak didapat perbedaan bermakna (p>0,05). Tidak didapatkan perbedaan bermakna untuk kapasitas fungsi paru (FEV,%) yang ditemukan pada kedua kelompok. Simpulan Kombinasi latihan kontrol pernapasan dengan incentive spirometry dapat memperbaiki kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak dan kualitas hidup pada penderita PPOK sedang dalam 8 minggu.

To determine whether the incentive spirometry respiratory muscle training can increase the maximum inspiration capacity, decrease difficulty of breathing (BORG scale), functional lung capacity and quality of life according to St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients. An intervention pre-post case-control group. Department of Physical Medicine & Rehabilitation and Department of Internal Medicine sub department Pulmonology Medical Faculty University of Indonesia, National General Hospital dr. Ciptomangunkusumo. Physical Medicine & Rehabilitation Instalation, Persahabatan General Hospital, Jakarta. A total of 20 COPD subject with the second GOLD criteria were divided into 2 groups, control (10 subjects) and study group (10 subjects). All subjects underwent pre interventional test which are maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale, functional lung capacity and quality of life (SGRQ). The study group were given respiratory muscle training with incentive spirometry and breathing control exercise while the control group only given the breathing control exercise. After 8 weeks, all participants underwent post interventional test. Every subject still using the basic medication. There are statistically improvement of maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale and quality of life in study group compare with the control group (p<0,05). Mean difference of SGRQ between pre and post intervention shows significant results on activity, impact and total component (p<0,05) and there is no significant results on symptoms components (p>0,05). No changes were found in FEV1% value within the study or control group (p>0,05). Conclusions Combination of incentive spirometry respiratory muscle training and breathing control can improve maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale and quality of life in COPD patients within 8 weeks."
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ragagora Athalladinata Widagdo
"Media pendingin dapat di tingkatkan performanya dengan menggunakan nanofluida, dengan cara menggunakan nanopartikel didalam fluida untuk meningkatkan kecepatan laju pendinginan, salah satunya dengan meningkatkan konduktivitas termal. Di dalam penelitian ini, nanopartikel yang digunakan adalah Carbon Nanotubes dengan persentase 0,1%, 0,3%, dan 0,5% yang akan disintesis menjadi nanofluida dengan metode 2 tahap, setelah itu akan ditambahkan surfaktan Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) sebesar 10%, 20%, dan 30% untuk menstabilkan nanofluida. Setelah itu nanofluida yang sudah diperoleh dilakukan proses ultrasonikasi selama 15 menit. Setelah itu dilakukan proses pendinginan cepat menggunakan baja S45C dengan nanofluida sebagai media pendingin dengan suhu austenisasi 900oC. Didapatkan hasil dari penelitian bahwa nilai dari konduktivitas termal yang didapat menurun seiring dengan penambahan surfaktan, dimana pada penelitian didapatkan konduktivitas termal tertinggi berada pada variabel dengan tanpa adanya tambahan surfaktan, kecuali di sampel dengan CNT 0,1%.  Hasil optimal dari nilai kekerasan dan juga konduktivitas termal terdapat pada variabel dengan konsentrasi CNT 0,1% dengan penambahan surfaktan CTAB sebanyak 10%. Didapatkan nilai kekerasan maksimal sebesar 23 HRC, dan nilai konduktivitas termal terbesar berada di angka 0,64 W/mK.

The cooling media performance can be improved by using the nanofluids, by using nanoparticles in the fluid to increase the speed of cooling rate, one of which is by increasing thermal conductivity. In this study, the nanoparticles used are Carbon Nanotubes with a percentage of 0.1%, 0.3%, and 0.5% which will be synthesized into nanofluids by a 2-stage method. After that, it will be added surfactant Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) by 10%, 20%, and 30% to stabilize nanofluids. After that nanofluids that have been obtained are processed by ultrasonication for 15 minutes. After that, a rapid cooling process is carried out using S45C steel with nanofluids as a cooling medium with an austenization temperature of 900oC. The results of the study found that the value of thermal conductivity obtained decreased along with the addition of surfactants, where in the study obtained the highest thermal conductivity was in variables with no additional surfactant, except in samples with CNT 0.1%.  The optimal result of hardness values and thermal conductivity is found in variables with a CNT concentration of 0.1% with the addition of 10% CTAB surfactants. The maximum hardness value is 23 HRC, and the largest thermal conductivity is 0.64 W/mK."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Iman
"Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain mengakibatkan kematian, penyakit ini juga mempunyai daepak sosial dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan diperlukannya suatu usaha penanggulangan yang dapat memasyarakat.
Lipoprotein plasma serta lipid yang dibawanya, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK. Latihan fisik yang teratur akan eempengaruhi metabolisme lipoprotein, sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya PJK.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh latihan fisik yang teratur terhadap gambaran lipid plasma, dan juga faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap PJK. Selain itu juga diteliti adanya korelasi antara perubahan berat badan dan perubahan gambaran lipid.
Penelitian dilakukan terhadap 36 siswa Kursus Lanjutan Perwira II Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Pada awal pendidikan dibagikan kuesioner, sedangkan pengambiian darah, pengukuran beret badan dan tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pendidikan. Terhadap darah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol-HDL, trigliserida, glukosa, dan asam urat, sedangkan kadar kolesterol-LDL diperhitungkan dengan rumus Friedewald.
Gambaran awal rata-rata lipid plasma para siswa tidak lebih baik dari keadaan populasi pada umumnya. Setelah latihan fisik teratur yang dilakukan 6 hari dalam seminggu selama 18 minggu, didapatkan penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol-LDL , trigliserida dan asam urat, meskipun secara statistik tidak bermakna. Sedangkan kadar glukosa menurun secara bermakna.
Sebaliknya juga terjadi peningkatan bermakna kadar kolesterol-HDL, yang selanjutnya mengakibatkan penurunan bermakna rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesterol-LDL/kolesterol-HDL. Mengingat rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesteroI-LDL/kolesterol-HDL merupakan prediktor yang berbanding lurus dengan risiko kejadian PJK, serta kadar kolesterol-HDL adalah prediktor yang berbanding terbalik dengan kejadian PJK, dapat diharapkan bahwa latihan ini telah dapat menurunkan risiko PJK.
Pada penelitian ini juga tampak bahwa perubahan gambaran lipid plasma lebih merupakan akibat dari latihan fisik teratur ketimbang perubahan berat badan. Sedangkan perubahan kadar kolesterol total setelah latihan lebih merupakan perwujudan perubahan kadar kolesterol-LDL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Almas Afnany
"Kekerasan yang tinggi pada sebuah material dapat dicapai dengan melakukan proses perlakuan panas menggunakan media quench yang memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi, seperti nanofluida. Pada penelitian ini, nanofluida berbasis CNT disintesis menggunakan metode 2 tahap, yaitu dengan mendispersikan CNT dengan konsentrasi sebesar 0,1%, 0,3%, dan 0,5% ke dalam fluida dasar berupa air distilasi yang kemudian ditambahkan surfaktan Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) sebanyak 0%, 3%, 5%, dan 7% untuk meningkatkan stabilitasnya, lalu dilakukan ultrasonikasi. Nanofluida tersebut kemudian digunakan sebagai media quench pada sampel baja S45C. Proses perlakuan panas dilakukan dengan memanaskan baja hingga suhu 900ºC kemudian di quenching. Baja hasil quenching diamati mikrostrukturnya dan dihitung nilai kekerasannya. Konduktivitas termal nanofluida mengalami penurunan saat digunakan surfaktan CTAB 3%, lalu mengalami peningkatan saat digunakan surfaktan CTAB 5%, dan menurun kembali saat digunakan surfaktan CTAB 7% dengan nilai konduktivitas termal tertinggi diperoleh oleh sampel nanofluida pada konsentrasi CNT 0,3% dengan surfaktan CTAB 5%, yaitu sebesar 0,72 W/mK. Sementara nilai kekerasan tertinggi untuk baja yang di quenching dengan nanofluida adalah sebesar 39 HRC, yaitu ketika digunakan konsentrasi 0,1% CNT tanpa penambahan surfaktan.

High hardness of a material can be achieved by doing heat treatment using a quench medium that has a high thermal conductivity value, such as nanofluids. In this study, CNT-based nanofluids were synthesized using a 2-step method, which by dispersing CNT with concentrations of 0.1%, 0.3%, and 0.5% into the base fluid in the form of distilled water which was then added with surfactant Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) as much as 0%, 3%, 5%, and 7% to increase their stability, then ultrasonication was performed. The nanofluid was then used as a quench medium for the S45C steel sample. The heat treatment process is carried out by heating the steel to a temperature of 900ºC then quench it. The quenched steel was observed for its microstructure and the hardness was calculated. The thermal conductivity of nanofluids decreased when 3% CTAB surfactant was used, increased when 5% CTAB surfactant was used, and decreased when 7% CTAB surfactant was used with the highest thermal conductivity value obtained by nanofluid samples at 0.3% CNT concentration with 5% CTAB surfactant, which the value is 0.72 W/mK. Meanwhile, the highest hardness value for steel quenched with nanofluids was 39 HRC, when 0.1% CNT was used without the addition of surfactants."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaimah Z. Tala
"Tujuan : Untuk mengetahui profil lipid dan kadar Apo-B serta hubungannya dengan asupan makanan dan faktor lain.
Tempat : Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Bahan dan cara : Penelitian desain cross sectional pada 105 subyek berusia≥ 35 tahun yang dipilih secara simple random sampling dari sampel MONICA III-Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data sosioekonomi subyek, asupan makanan, antropometri serta pemeriksaan laboratorium untuk kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan Apo-B. Uji statistik yang digunakan adalah uji X2, Fisher dan Kolmogorov-Smirnov.
Hasil dan kesimpulan : Subyek penelitian terdiri dari 49 laki dan 56 perempuan, dengan rerata umur 54,39 ± 10,72 tahun. Rerata kadar kolesterol total 209 ± 40,5 mg/dL, Nilai tengah kadar LDL 137,0 (58,0 - 223,0) mg/dL; kadar HDL 40,0 (23,0 - 77,0) mg/dL; kadar trigliserida 130,0 (27,0 - 340,0 mg/dL) dan kadar Apo-B 106,0 (44,0 - 172,0 mg/dL). Prevalensi kadar kolesterol total abnormal (≥ 200 mg/dL) sebesar 55,2%; kadar LDL abnormal (≥ 130 mg/dL) 60%; kadar HOL abnormal (< 40 mg/dL) 43,8%; kadar trigliserida abnormal (≥200 mg/dL) 13,3% dan kadar Apo-B abnormal ditemukan 25,7%.
Dari hasil analisis bivariat didapat hubungan bermakna antara (I) kadar kolesterol total dengan jenis kelamin dan IMT, (2) kadar HDL dengan asupan PUFA, jenis kelamin dan umur, (3) kadar LDL dengan umur, 1MT dan Lpe/Lpa, (4) kadar trigliserida dengan Lpe/Lpa, dan (5) kadar ApoB dengan asupan protein, jenis kelamin, DM dan Lpe/Lpa. Setelah dilakukan analisis multivariat terlihat hubungan bermakna antara (1) kolesterol total dengan asupan karbohidrat, asupan protein dan Lpe/Lpa, (2) kadar HDL dengan jenis kelamin, (3) kadar trigliserida dengan Lpe/Lpa, dan (4) kadar ApoB dengan Lpe/Lpa dan asupan karbohidrat.

Relationship between Serum Lipid Profile and Apo-B With Dietary Intake and Other Factors of Adult in Mampang Prapatan District, 2000Objective: To determine serum lipid profile and apoB and its relationship to dietary intake and other factors.
Location: Mampang Prapatan District, South Jakarta
Materials and method: A cross sectional study has been carried out on 105 subjects (age ≥ 35 year), selected using simple random sampling method from MONICA III-Jakarta's sample. Data collected consist of socio-economic status, dietary intake, anthropometric, and laboratory examinations for total cholesterol, HDL, LDL, triglyceride and apoB. Statistical analysis was performed by X2, Fisher exact and Kolrnogorov-Smirnov test.
Results and conclusions: Subjects in this study were 49 male and 56 female with average age 54.39 ± 10.72 year. Mean cholesterol level was 209 ± 40.5 mg/dL, median LDL level 137.0 (58.0 - 223.0 mg/dL), median HDL level 40.0 (23.0 - 77.0) mg/dL, median triglyceride level 130.0 (27.0 - 340.0) mg/dL, and median apoB level 106.0 (44.0 - 172.0) mg/dL. Prevalence of abnormal total cholesterol level (≥ 200 mg/dL) 55.2%, abnormal LDL level (≥ 130 mg/dL) 60%, abnormal HDL level (< 40 mg/dL) 43.8%, abnormal triglyceride level (≥ 200 mg/dL) 13,3%, and abnormal apoB level 25.7%.
Bivariate analysis found significant relationship between (1) total cholesterol level and sex & BMI, (2) HDL level and PUFA intake, sex & age, (3) LDL level and age, BMI & WHR, (4) triglyceride level and WHR, (5) apoB level and protein intake, sex, DM & WHR. Multivariate analysis found significant relationship between (1) total cholesterol level and carbohydrate intake, protein intake and WHR, (2) HDL level and sex, (3) triglyceride level and WHR, (4) apoB level and WHR and carbohydrate intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Parwanto
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dewasa ini kontrasepsi hormon pada wanita sudah sangat banyak dan penelitian pada pria juga mulai banyak dikambangkan. Perlu dikembangkan metoda kontrasapsi hormon pada pria yang mamenuhi syarat ideal, yaitu: aman, efektif, reversibel dan dapat diterima oleh masyarakat. Metoda kontrasepsl hormon pada pria diudukan pada penekanan spermatogenesis melalui pores hipotalamus - hipofis - testis. Testosteroan enantat (TE) dapat menekan gonadotropin sehingga menurunkan produksi spermatozoa. Depot medroksi progesteron asetat (DMPA) juga dapat menekan gonadotropin dan sudah lama digunakan untuk kontrasepsi wanita. Kombinasl TE + DMPA lebih efektif dalam menekan spermatogenesis dibanding TE saja. TE termasuk androgen dan DMPA termasuk progasteron, keduanya adalah steroid. Penggunaan androgen untuk kontrasepsi dapat menimbulkan masalah metabolisme, misalnya abnonualitas lipid/lipoprotein. Androgen mempengaruhi metabolisme lipoprotein, antara lain meningkatkan lipase lipoprotein (LLP) dan lipase trigliserida hati (LTH). Peningkatan LLP dan LTH menghasilkan peningkatan trigliserida (FG) dalam jaringan adiposa dan menurunnya high dentity lipoprotein (HDL) dalam sirkulasi plasma. Penggunaan DMPA tidak meningkatkan resiko penyakit arteria koronaria. Diduga penggunaan TE + DMPA untuk kontrasepsi pria tidak mempangaruhi profil lipid. Profil lipid tersebut meliputi trigliserida (TG), kolasterol total (KT), kolasterol Low Dentity Lipoprotein (K-LDL) den kolesterol high dentity lipoprotein (K-HDL). Untuk ini telah dilakuken penelitian pada 20 orang pria normal yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing 10 orang. Kelompok I disuntik TE + DMPA dosis rendah (TE 100 mg + DMPA 100 mg) den kelompok II disuntik TE + DMPA dosis tinggi (FE 250 mg + DMPA 200 mg). Panyuntikan dilakukan setiap bulan selama satu tahun. Pengukuran profil lipid dilakukan setiap tiga bulan. Parameter yang diukur yaitu: TG, KT, K LDL dan E-HDL.
Hasil dan Kesimpulan: Penyuntikan TE + DMPA pada kelompok I dan II menyebabkan perubahan tidak bermakna atau tidak mempengaruhi kadar TG, KT, KLDL dan K-HDL (p > 0,05). Oleh karena itu semua hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil uji regresi polinominal orthogonal menunjukkan kadar TG pada kelompok I cenderung meningkat bermakna secara linier, kelompok II cenderung mendatar. kadar KT dan K-LDL kedua kelompok cenderung mendatar. Kadar. K-HDL pada kelompok I cenderung mendatar, kelompok II cenderung berubah bermakna secara kuartik. Jadi TE + DMPA dosis rendah dan dosis tinggi untuk kontrasepsi hormon pria cukup aman selama 12 bulan ditinjau dari profil lipid.

ABSTRACT
Scope and Methods of study : Recently, methods of hormonal contraception for women is common, and research for men is developed. The ideal prerequisite hormonal contraceptive development for men, are: safe, effective, reversible and is acceptable. Method; of hormonal contraception for men have, therefore, centered on attempts to suppress spermatogenesis' through suds hypothalamus - bypophyils - testis. TE suppression or gonadotropin, so must reduce the production or speimsteaoa. DMPA can also suppression of gonadotropln and is commonly used for the contraception for women. The combination TE + DMPA would suppress spermatogenesis more effectivelly than TE alone. TE belongs to androgen and DMPA belongs to progesterone, both are steroid. The use of androgen in contraception can Induce metabolism problem, such as lipid/lipoprotein abnormality. Androgen influences lipoprotein metabolism, such as increase lipase lipoprotein (LPL) and hepatic trlglycerida lipase (HTGL). The increase of LLP and ETOL stimulates the Increase of TG In adipocytes and decrease HDL levels in the circulation. The long-term DMPA for women did not cause any abnormality In serum lipids. In this present study, we tested the hypothesis that the suppression of TE + DMPA to spermatogenesis no significant changes of lipid profile. For this, a research has been made on 20 normal men was divided into 2 groups with 10 person respectively. Group I was injected of TE + DMPA low dome (PE 100 mg + DMPA 100 mg) and group II was injected of TE + DMPA high dose (TE 250 mg + DMPA 200 mg). The injection is carried out once a month in one year. The measurement of lipid profile is taken for quarterly. The parameters measured are: TO, TC, LDL-C and HDL-C.
Result and Conclusion: The injection of TE + DMPA to group I and If causes no significant changes or does not Influence the TO, TC, LDL-C and BDL-C levels (p > 0.05). In this case all of the hypotheses of this research are accepted. The evaluation or polynomial orthogonal regresion shows that the TG levels In group I tends to significant increase linearly and it shows horizontally in group It. TC and LEL-C levels In both groups tends to be horizontal. HDL-C levels in group I tends to be horizontal, whereas in group U tends to significant change in quartic mariner. Based on the lipid profile, so monthly injection of TE + DMPA low dose and high dose are safe during 12 months for hormonal contraception for men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan
"Limbah kopi arabica Coffea arabica merupakan salah satu limbah yang masih mengandung kafein. Kandungan kafein dapat dipercaya digunakan sebagai antiselulit. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak limbah kopi arabika coffea arabica ke dalam solid lipid nanopartikel dan menguji stabilitas fisik dalam bentuk gel solid lipid nanopartikel. Pertama melakukan ekstraksi limbah kopi menggunakan metode microwave assisted extractionuntuk memperoleh kafein. Selanjutnya, ekstrak limbah kopi diformulasikan menjadi 3 formula SLN yang berbeda dalam berbagai konsentrasi lipid atau gliserin monostearat yaitu 1, 2, dan 3. Karakterisasi dilakukan dengan beberapa parameter yaitu pengukuran partikel, indeks polidisperitas, dan zeta potensial. Setelah itu sedian solid lipid nanopartikel yang terbaik dalam proses formulasi diinkoporasikan kedalam gel dan dibuat dengan metode high preassure homogenizer. Kadar kafein yang diperoleh adalah 4,47. Berdasarkan hasil karakterisasi, dipilih satu formula terbaik yaitu F2 dengan konsentrasi gliserin monosterat GMS 2 yang memiliki ukuran partikel 60,3; PDI 0,278; dan zeta potensial -32Kemudian solid lipid nanopartikel digabung kedalam gel memiliki ukuran partikel gel solid lipid nanopartikel yang dihasilkan setelah HPH adalah 159 nm dengan PDI 0,211. Gel solid lipid nanopartikel menunjukkan penampilan fisik yang stabil selama penyimpanan 6 minggu pada suhu rendah 4 2 suhu kamar 30 2, suhu tinggi 40 2, cycling test, dan uji mekanik.

Spent coffee grounds Coffea arabica contains large amount of organic compounds such as caffeine. caffeine can be successfully used asanti cellulite. This study aims to formulate the spent coffee grounds extract of arabica coffee Coffea arabica into solid lipid nanoparticle and test its physical stability in gel solid lipid nanoparticle dosage form. First of all, the extraction method used to obtain caffeine in this study was microwave assisted extraction. Then spent coffee grounds extract were formulated into 3 solid lipid nanoparticle formulas with diferent lipid or glycerin monosterate concentartion ie 1, 2, and 3. Then they were characterized based on some parameters like particle size, polydispersity index, and zeta potential. After that, F2 solid lipid nanoparticle was formulated into gel and method was used to fomulate solid lipid nanoparticle gel is high preassure homogenizer. The caffeine contents inSpent coffee groundsextractwasfound4,47. The result showed the second formula F2 with concentration of GMS 2 as the best solid lipid nanoparticle formula. F2 had properties such as particle size 60,3 nm, polydispersity index 0,278 and zeta potential 32 . Particle size for solid lipid nanoparticle gel after HPH was 159 nm and PDI 0,211. solid lipid nanoparticle gel is showing stable physical appearance for 6 weeks at low temperature 4 2, room temperature 25 2, high temperature 40 2, cycling test, and mechanical test.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>