Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Adelia Dellany
"Hipertensi dan diabetes merupakan penyakit dengan beban kesehatan yang tinggi di Indonesia. Sejak 2018, pemerintah telah berusaha mengupayakan adanya program rujuk balik (PRB) berbasis Medication Therapy Management (MTM) untuk mengendalikan penyakit tersebut, tetapi penelitian menunjukkan pelayanan belum berjalan dengan optimal dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah sumber daya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan sumber daya apotek PRB di DKI Jakarta dan Depok untuk implementasi MTM pasien PRB dengan hipertensi dan diabetes. Metode penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian cross-sectional deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara terpimpin dan observasi. Kuesioner yang digunakan sebagai panduan wawancara telah disusun dan dilakukan validasi konten. Data primer hasil wawancara dengan 20 apoteker penanggung jawab apotek PRB di DKI Jakarta dan Depok dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Berdasarkan hasil penelitian, aspek yang perlu ditingkatkan dari fasilitas apotek adalah ketersediaan ruang konsultasi terpisah dan/atau tertutup. Sebanyak 50% apotek telah melaksanakan MTM, tetapi kebanyakan apotek yang tidak melaksanakan MTM memiliki jumlah pasien PRB yang banyak (>150 orang/bulan). Sebagian besar apotek sudah memiliki fasilitas penunjang, tetapi masih kurang untuk pelaksanaan MTM secara ideal. Jumlah SDM dan ketersediaan SOP terkait MTM menjadi salah satu faktor utama yang perlu ditingkatkan untuk mendukung implementasi MTM.

Hypertension and diabetes are known to have significant disease burden in Indonesia. Since 2018, the government has been trying to pursue back referral program based on Medication Therapy Management (MTM) to control the disease, but studies have shown that MTM has not been applied optimally due to various reasons, one of which is resources factors. This study aimed to evaluate the availability of MTM-supporting resources for patients with diabetes and hypertension in pharmacies in DKI Jakarta and Depok. Conducted as an observational, descriptive cross-sectional research, data were collected through guided interviews and observations. The questionnaire used an interview guide has been prepared and its content has been validated. Primary data from interviews with 20 pharmacists in the selected areas were analyzed with IBM®SPSS® version 26. Based on the research findings, the availability of separate and/or enclosed consultation rooms was found to be the aspect of pharmacy facilities that needed improvement.  Fifty percent of pharmacies have implemented MTM, but most pharmacies not implementing MTM had a high number of PRB patients (>150 patients/month). Most pharmacies already had supporting facilities, but they remained inadequate for the ideal implementation of MTM. The lack of standardized operating procedures (SOPs) and limited human resources is identified as one of the main obstacles to the implementation of MTM."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Permata Ardani
"Tingginya beban pelayanan kesehatan akibat penyakit hipertensi dan diabetes melitus menyebabkan BPJS kesehatan mengimplikasikan Program Rujuk Balik (PRB) berbasis Medication Therapy Management (MTM) di apotek, namun penelitian membuktikan program tersebut belum berjalan optimal. Pengetahuan, sikap dan perilaku apoteker menjadi faktor penting keberhasilan MTM. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat kuesioner yang dapat digunakan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, dan perilaku apoteker terhadap MTM bagi pasien PRB dengan hipertensi-diabetes melitus di apotek. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan sampel apoteker di apotek BPJS wilayah DKI Jakarta dan Depok. Melalui studi literatur, 42 pertanyaan kuesioner berhasil dirancang. Uji validitas isi kemudian dilakukan dengan empat validator dan didapatkan hasil putaran pertama belum memenuhi kriteria sehingga dilanjutkan putaran kedua yang menghasilkan 46 pertanyaan valid. Pertanyaan kuantitatif diuji validitas konstruk dan uji reliabilitas yang menghasilkan seluruh pertanyaan memenuhi syarat valid dan reliabel. Dilakukan juga uji pendahuluan (pilot study) terhadap 18 responden yang sebagian besar merupakan perempuan, berusia 20–30 tahun, berpengalaman 0–10 tahun, pendidikan terakhir apoteker, dan pernah memberikan MTM. Mayoritas responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik serta perilaku yang cukup terhadap MTM. Tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, perilaku apoteker. Faktor penghambat MTM meliputi keterbatasan waktu dan rekam medis, sedangkan faktor pendukung meliputi pengetahuan MTM, teknologi, dan personel apotek yang memadai. Dari masukan responden, beberapa pertanyaan dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Dengan ini diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel yang dapat digunakan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, dan perilaku apoteker terkait MTM untuk pasien PRB dengan hipertensi-diabetes melitus di apotek.

The high burden of healthcare services due to hypertension and diabetes mellitus has led BPJS Kesehatan to implement Medication Therapy Management (MTM)-based Program Rujuk Balik (PRB) in pharmacies. However, research shows that this program has not been running optimally. Pharmacists' knowledge, attitudes, behaviors are critical factors to MTM success. Therefore, this study aims to develop a questionnaire to analyze pharmacists' knowledge, attitudes, and behaviors towards MTM for PRB patients with hypertension-diabetes mellitus in pharmacies. This research is a descriptive analytic study consisting of pharmacists from BPJS pharmacies in DKI Jakarta and Depok. Through a literature study, 42 questions were designed. Content validity was conducted with four validators, and the first round did not meet the criteria, leading to a second round that resulted in 46 valid questions. Quantitative questions underwent construct validity and reliability, demonstrating that all questions met the validity and reliability criteria. Pilot study was conducted with 18 respondents whom majority were female, aged 20-30 years, 0-10 years of practice, had pharmacist background, and provided MTM services. The majority of respondents had good knowledge, attitudes, and adequate behavior towards MTM. No correlation found between pharmacists' knowledge, attitudes, and behaviors. Time constraints and medical records were inhibitory factors, while MTM knowledge, technology, and pharmacy personnel were supporting factors. Based on respondents' feedback, some questions can be improved in future research. Thus, a valid and reliable questionnaire was obtained, which can be used to analyze pharmacists' knowledge, attitudes, and behaviors regarding MTM for PRB patients with hypertension-diabetes mellitus in pharmacies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Hapindra Kasim
"Pendahuluan: Sakit gigi akut merupakan masalah yang sering terjadi pada rongga mulut. Sakit gigi bisa disebabkan karena adanya gigi impaksi, dimana gigi tidak dapat atau tidak akan dapat erupsi ke posisi sebagaimana fungsi normalnya. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) menyatakan bahwa 9 dari 10 orang memiliki setidaknya satu gigi impaksi, dengan prevalensi terbesar pada gigi molar tiga rahang bawah. Laser akupunktur merupakan modalitas akupunktur yang memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri pasca-odontektomi molar tiga. Tujuan penelitian acak terkontrol ini adalah untuk menganalisis perbedaan kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dalam membantu memperbaiki intensitas nyeri pasien, jarak interinsisal dan bengkak pasca-odontektomi dibandingkan dengan kelompok kombinasi sham laser akupunktur dan medikamentosa.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda, dengan sampel yang dibutuhkan adalah 57 gigi molar tiga mandibula pada subjek pria/ wanita pasca- odontektomi dan diacak menjadi 2 kelompok: (1) kombinasi laser akupunktur dengan obat standar, dan (2) kombinasi sham laser akupunktur dengan obat standar. Subjek akan menerima dua kali terapi, yaitu hari pertama dan ke-3 pasca-odontektomi. Pasien dan penilai hasil tidak mengetahui alokasi kelompok. Laser akupunktur menggunakan laserpen RJ®, program gelombang Nogier E, 4672 Hz, 785 nm, power 70 mW, dengan dosis 4 Joule pada titik akupunktur tubuh dan dosis 1 Joule pada titik telinga.
Hasil: Untuk semua variabel luaran pada hari ke-7, terdapat pengurangan intensitas nyeri pada kelompok kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok sham (p<0,001). Jarak interinsisal untuk kelompok laser juga menunjukan perbaikan dibandingkan kelompok sham (p<0,001), hal yang sama untuk pengurangan dimensi bengkak yang lebih besar pada kelompok laser (p=0,003 dan p<0,001).
Kesimpulan: Kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dapat membantu memperbaiki gejala pasca-odontektomi molar tiga mandibula, khususnya dalam hal intensitas nyeri, jarak interinsisal dan bengkak.

Introduction: Acute tootache is a problem that often occurs in the oral cavity. Toothache can be caused by an impacted tooth, where it can’t or will not erupt into its normal functional position. The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) states that 9 out of 10 people have at least one impacted tooth, with the greatest prevalence in mandibular third molars. Laser therapy is an acupuncture modality that has benefit of reducing pain after third molar extraction. The aim of this randomized controlled study was to analyze the difference between the combination of laser acupuncture with standard medication in reducing the patient's pain intensity and swelling, as well as improving the interincisal space in Post-Odontectomy Third Mandibular Molar Patients.
Method: This study was a double-blind, randomized controlled trial, with samples consisting of 57 mandibular third molars in post-odontectomy male/female subjects, which randomized into 2 groups: (1) combination of laser acupuncture with standard medications, and (2) combination sham laser acupuncture with standard medications. Subjects will receive two treatments, in the first dan third day of post-odontectomy. Patients and outcome assessors were blinded to group allocation. Laser acupuncture uses an RJ® laserpen with E-Nogier waves programs, 4672 Hz, 785 nm, 70 mW power with 4 Joules dose at the body acupuncture points and 1 Joule at the ear points. Results: For all outcome variables on 7th day, showed the reduction of pain intensity in laser acupuncture and medication combination group was greater compared to the sham (p<0.001). The interincisal space for the laser group was also greater than sham (p<0.001), as was the reduction in swelling which was greater in the laser group (p=0.003 and p<0.001).
Conclusion: The combination of laser acupuncture and medication may help improve post-odontectomy symptoms of mandibular third molars, especially in terms of pain intensity, interincisal space and swelling.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Hipertensi merupakan penyakit serius yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular, otak, ginjal, serta dapat mempengaruhi organ lainnya (WHO, 2021). Sebagian besar pasien melakukan terapi hipertensi dalam jangka waktu yang panjang untuk mencapai target tekanan darah yang lebih rendah dan mencegah risiko dari gagal jantung, stroke, atau infark miokard (WHO, 2021). Adapun serangkaian pelayanan kesehatan diperlukan untuk mengoptimalkan manfaat terapi dan mencegah permasalahan dari terapi hipertensi pada pasien, salah satunya adalah dengan menerapkan Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengatasi atau mencegah permasalahan dari polifarmasi, efek samping obat, kepatuhan dalam meminum obat, serta penggunaan obat yang tidak tepat (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas sebagai pusat pelayanan tingkat pertama fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perlu untuk menerapkan pelayanan Medication Therapy Management (MTM) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan bagi pasien (Kemenkes RI, 2019). Pada tugas khusus ini, dilakukan implementasi Medication Therapy Management terhadap seorang pasien dengan riwayat penyakit hipertensi yang disertai dengan gagal jantung dan diabetes melitus tipe dua yang menjalani kontrol rutin di Puskesmas Kecamatan Cakung. Pada pelaksanaan implementasi MTM ini, didapatkan kesimpulan bahwa implementasi pelayanan MTM yang telah dilakukan terhadap salah satu pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cakung dan telah terlaksana dan terdokumentasi dengan baik.

Hypertension is a serious disease that can increase the risk of cardiovascular disorders, brain, kidneys, and can affect other organs (WHO, 2021). Most patients undergo long-term hypertension therapy to achieve lower blood pressure targets and prevent the risk of heart failure, stroke, or myocardial infarction (WHO, 2021). A series of health services are needed to optimize the benefits of therapy and prevent problems from hypertension therapy in patients, one of which is by implementing Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) is a form of health service that aims to overcome or prevent problems from polypharmacy, drug side effects, adherence to taking drugs, and improper use of drugs (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas as a first-level service center for health service facilities that carry out health efforts needs to implement Medication Therapy Management (MTM) services in order to improve service quality and safety for patients (Kemenkes RI, 2019). In this special task, the implementation of Medication Therapy Management was carried out on a patient with a history of hypertension accompanied by heart failure and type two diabetes mellitus who underwent routine control at the Cakung District Health Center. In the implementation of this MTM implementation, it was concluded that the implementation of MTM services that had been carried out for one of the hypertensive patients at the Cakung District Health Center and had been carried out and well documented."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riezki Tri Wahyuni
"Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang diberikan kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dan bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam mewujudkan hal tersebut apotek memberikan fasilitas pelayanan kefarmasian berupa pelayanan resep obat kepada pasien umum maupun pasien BPJS. Apotek menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang ditunjuk BPJS dalam melayani resep obat BPJS JKN pasien Program Rujuk Balik (PRB). Dalam melayani resep obat apotek harus menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau bagi. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan perencanaan yang baik dan tepat dalam mengelola persediaan obat  sesuai dengan permintaan resep PRB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pasien PRB di Apotek Kimia Farma 529 Cipinang Jaya pada periode bulan Agustus 2023 dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 02 Oktober – 27 Oktober 2023. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pasien PRB pada periode bulan Agustus didominasi oleh kelompok usia 61-70 tahun (36,7%) dan jika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 439 pasien (63,17%) serta untuk jenis penyakit terbanyak pada pasien PRB yang terdaftar yaitu penyakit hipertensi sebanyak 321 pasien (46,2%).

Pharmaceutical services are direct services provided to patients related to pharmaceutical preparations and aim to improve the patient's quality of life. In realizing this, pharmacies provide pharmaceutical service facilities in the form of drug prescription services to general patients and BPJS patients. The pharmacy is one of the health facilities designated by BPJS to serve BPJS JKN drug prescriptions for Back-Referral Program (PRB) patients. In serving drug prescriptions, pharmacies must ensure the availability of drugs that are safe, quality, useful and affordable for consumers. Therefore, to be able to achieve this, good and precise planning is needed in managing drug supplies in accordance with PRB prescription requests. This study aims to look at the picture of PRB patients at Kimia Farma 529 Cipinang Jaya Pharmacy in the period August 2023 and data collection was carried out on 02 October – 27 October 2023. From the results of the research carried out, PRB patients in the August period were dominated by the age group 61 -70 years (36,7%) and if grouped by gender the highest results were obtained, namely female, 439 patients (63,17%) and the most common type of disease in registered PRB patients was hypertension, 321 patients (46,2%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ancilla Renya Damarasri
"Pendahuluan: Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan global dengan pertumbuhan tercepat di abad ke-21 yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. DKI Jakarta memiliki prevalensi DM tertinggi di Indonesia dan Jakarta Pusat menjadi kota dengan prevalensi DM tertinggi di DKI Jakarta. Beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan klien DM di antaranya adalah dukungan dari keluarga dan kepatuhan minum obat. Tujuan: mengidentifikasi hubungan antara dukungan dari keluarga dengan kepatuhan minum obat pada klien DM di DKI Jakarta. Metode: penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian menggunakan teknik simple random sampling yang melibatkan 109 responden klien DM. Analisis data univariat dilakukan dengan uji proporsi dan analisis bivariat dengan uji Chi-square. Hasil: Analisis Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan dari keluarga dengan kepatuhan minum obat pada klien DM di DKI Jakarta dengan nilai p value 0,00. Kesimpulan: dukungan dari keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum obat pada klien DM di DKI Jakarta. Rekomendasi: menekankan peran keluarga dalam mendukung kepatuhan klien DM dapat menjadi strategi efektif dalam upaya mengendalikan DM, mencegah komplikasi, dan meningkatkan status kesehatan klien secara keseluruhan.

Introduction: Diabetes mellitus (DM) poses a global health challenge, experiencing the fastest growth in the 21st century, with an annual increase. DKI Jakarta holds the highest DM prevalence in Indonesia and Jakarta Pusat stands as the city with the highest DM prevalence in DKI Jakarta. Several factors influencing the health status of DM clients include family support and medication adherence. Purpose: To identify the relationship between family support and medication adherence among DM clients in DKI Jakarta. Methodology: A quantitative study employing a cross-sectional research design. The research utilized simple random sampling involving 109 DM client respondents. Univariate data analysis was conducted using proportion tests and bivariate analysis utilized the Chi-square test. Result: Chi-square analysis indicates a significant relationship between family support and medication adherence among DM clients in DKI Jakarta, with a p-value of 0.00. Conclusion: Family support has a significant association with medication adherence among DM clients in DKI Jakarta. Recommendation: Emphasizing the role of families in supporting DM client adherence can be an effective strategy in controlling DM, preventing complications, and enhancing the overall health status of clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia. Program Rujuk Balik (PRB) merupakan program BPJS Kesehatan yang bertujuan untuk menjamin pasokan obat bagi pasien dengan penyakit kronis, termasuk hipertensi. Namun, pelaksanaan PRB seringkali tidak sesuai dengan harapan karena kurangnya responsivitas pasien terhadap program ini (Noverdita, 2017). Penelitian ini dilakukan di Apotek Kimia Farma 0254 Pos Pengumben dengan menggunakan metode pengumpulan data secara retrospektif terhadap pasien hipertensi yang mengikuti PRB dari Maret 2023 hingga April 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 689 pasien hipertensi yang mengambil obat selama periode Maret-April 2023, sebanyak 397 pasien atau 57,62% patuh dalam mengikuti pengobatan, 179 pasien atau 25,98% tidak patuh, dan 113 pasien atau 16,40% merupakan pasien baru.

Non-communicable diseases (NCDs), such as hypertension, are significant public health issues in Indonesia. The Referral Back Program (RBP) is a program by BPJS Health aimed at ensuring medication supply for patients with chronic diseases, including hypertension. However, the implementation of RBP often does not meet expectations due to patients' lack of responsiveness to this program (Noverdita, 2017). This research was conducted at Kimia Farma Pharmacy 0254 Pengumben Branch using a retrospective data collection method on hypertensive patients participating in the RBP from March 2023 to April 2023. The results showed that out of a total of 689 hypertensive patients who took medication during the March-April 2023 period, 397 patients or 57.62% were compliant with their medication, 179 patients or 25.98% were non-compliant, and 113 patients or 16.40% were new patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Salah satu peran apoteker dalam rumah sakit adalah memberikan pelayanan farmasi klinik yang dapat berupa Pemantauan Terapi Obat (PTO), Riwayat Penggunaan Obat (RPO), dan rekonsiliasi obat. PTO dilakukan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat (ESO). Sedangkan RPO dan rekonsiliasi obat bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat, memastikan informasi akurat tentang pengobatan pasien, dan mengidentifikasi ketidaksesuaian. Dalam laporan ini, dilakukan PTO, RPO, dan rekonsiliasi obat pada pasien dengan Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) ec Coronary Artery Disease (CAD), infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI), dan Supraventricular Tachycardia (SVT). Pasien dengan penyakit kronis umumnya menerima polifarmasi yang memungkinkan timbulnya Drug-Related Problems (DRP) sehingga dipilih dalam laporan ini. Pengambilan data diperoleh secara prospektif melalui rekam medik pasien, Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), serta melakukan wawancara dengan pasien, keluarga pasien, atau tenaga kesehatan lainnya. Dalam melakukan PTO dilakukan analisis kesesuaian indikasi dan dosis terapi pasien, serta analisis DRP dengan metode PCNE. Hasil PTO pada pasien menunjukkan bahwa pemberian terapi pada pasien secara keseluruhan telah sesuai indikasi dan dosis, sedangkan pada hasil analisis DRP pasien menunjukkan terjadinya beberapa masalah terkait obat pada pasien akibat adanya interaksi obat, dosis atau interval pemberian yang kurang tepat, serta tidak dilakukannya penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. RPO pada pasien telah dilakukan saat admisi, sedangkan untuk rekonsiliasi telah dilakukan saat admisi dan transfer ruangan.

One of the roles of the pharmacist in the hospital is to provide clinical pharmacy services which can be in the form of Drug Therapy Monitoring (DTM), medication history, and medication reconciliation. TDM is performed to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of adverse drug reactions (ADR). Meanwhile, medication history and medication reconciliation aims to prevent medication errors, ensure accurate information about patient medication, and identify discrepancies. In this study, the analysis was performed in patients with ADHF ec CAD, NSTEMI, and SVT. Patients with chronic diseases generally receive polypharmacy which may lead to drug-related problems (DRP) so they are selected in this report. Data collection was obtained prospectively through patient medical records, treatment notes, and Integrated Patient Development Records, as well as by conducting interviews with patients, patient families, or other health workers. In monitoring drug therapy, an analysis of the suitability of the patient's indications and therapeutic dose was carried out, along with an analysis of the DRP using the PCNE method. DTM results in patients showed that the administration of therapy to patients as a whole was in accordance with the indications and dosages, while the results of the patient DRP analysis showed the occurrence of several drug-related problems in patients due to drug interactions, inaccurate doses, or intervals of administration, and not making dose adjustments in patients with impaired renal function. Medication history on patients has been done at admission, while for reconciliation it has been done at admission and room transfers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah salah satu kegiatan Farmasi klinis yang merupakan peran apoteker di Rumah Sakit menurut PMK no.72 tahun 2016. Peran fundamental apoteker adalah mengidentifikasi ROTD yang potensial maupun aktual, memecahkan masalah ROTD aktual, dan mencegah ROTD yang potensial terjadi. Berdasarkan Global Status Report on NCD World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 penyakit yang menyebabkan kematian. Peningkatan insidensi penyakit DM diiringi dengan peningkatan komplikasi dan penyakit penyerta seperti komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%) (Purwanti, 2013). Pengamatan pada Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Diabetes Melitus disertai dengan penyerta Ulcer DM perlu dilakukan untuk memantau terapi obat yang diterima oleh pasien tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mencegah terjadinya ROTD akibat komplikasi dari pemakaian obat yang banyak. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan metode PCNE untuk memastikan akar permasalahan (cause) yang menyebabkan masalah (problem). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan empat permasalahan yang selanjutnya diselesaikan dengan pemberian rekomendasi kepada dokter terkait pemilihan obat.

Medication Therapy Monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities that falls under the role of pharmacists in hospitals, as stated in Ministerial Regulation No. 72 of 2016. The fundamental role of pharmacists is to identify potential and actual Drug-Related Problems (DRPs), resolve actual DRPs, and prevent potential DRPs from occurring. According to the World Health Organization's (WHO) Global Status Report on Non-Communicable Diseases (NCD) in 2010, Diabetes Mellitus ranked 6th among the diseases causing death. The increasing incidence of diabetes is accompanied by an increase in complications and comorbidities such as neuropathy (63.5%), retinopathy (42%), nephropathy (7.3%), macrovascular (16%), microvascular (6%), and diabetic foot ulcers (15%) (Purwanti, 2013). Observations on hospitalized patients diagnosed with Diabetes Mellitus, accompanied by Diabetic Ulcers, need to be conducted to monitor the medication therapy received by patients in accordance with applicable regulations and to prevent DRPs resulting from the use of multiple medications. Medication therapy monitoring is performed using the PCNE method to ensure the identification of the root cause that leads to a problem. Based on the observations conducted, four problems were identified and subsequently addressed by providing recommendations to the relevant doctor regarding medication selection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shela Rachmayanti
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi dan diabetes melitus merupakan faktor risiko penyakit stroke yang paling dominan. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko stroke, hipertensi dan diabetes melitus, dengan ketergantungan pasien stroke fase kronis di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode observasional analitik menggunakan studi potong lintang. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 44 yang dipilih berdasarkan sistem quota sampling. Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji bivariat Chi Square dan analisis multivariat uji Regresi Logistik. Hasil: Dari hasil uji Chi Square didapatkan faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus terhadap nilai MSBI, bernilai p=0,122 dan p=0,002. Dari uji Regresi Logistik didapatkan faktor risiko hipertensi p=0,076 OR 4,076; IK95 0,861-19,297 dan faktor risiko diabetes melitus p=0,007 OR 22,690; IK95 2,332-220,722 terhadap nilai MSBI. Diskusi: Diabetes melitus merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan ketergantungan berat pasien stroke fase kronis.

ABSTRACT
Background Hypertension and diabetes melitus are the most common risk factors of stroke. Objective The study aimed to determine the relationship between stroke risk factors, hypertension and diabetes melitus, with dependency of chronic stroke patients in Department of Medical Rehabilitation RSCM. Methods The study is conducted by using the analytical observational cross sectional study. The samples used in this study were 44 respondents selected by quota sampling method. The relationship between variabels was analyzed by bivariate test Chi Square and multivariate analysis Logistic Regretion. Results . Based on Chi Square test, relationship between MSBI scoring with hypertension and diabetes melitus as stroke risk factors, sequentiallly p 0,122 and p 0,002. Furthermore, Logistic Regression test suggested that hypertension and diabetes melitus as stroke risk factors related to MSBI scoring, respectively hypertension p 0,076 OR 4,076 IK95 0,861 19,297 and diabetes melitus p 0,007 OR 22,690 IK95 2,332 220,722 . Discussion Diabetes melitus is the most prominent risk factor in severe dependecy of chronic stroke patients."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>