Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiwuk Susantiningsih
"Latar Belakang. Merokok adalah penyebab utama kematian akibat penyakit yang dapat dicegah seperti stroke, penyakit jantung dan kardiovaskuler. Morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang disebabkan oleh rokok melebihi yang disebabkan oleh kanker paru-paru. Paparan asap rokok menyebabkan sel mengalami kerusakan DNA dan atau kerusakan mitokondria. Faktor penentu nasib sel secara molekuler menuju perbaikan sel hingga selesai (cell repair), premature senescence, autofagi atau apoptosis masih perlu penelitian lebih lanjut. Potensi Spirulina platensis sebagai antioksidan preventif premature senescence pada paparan asap rokok perlu penelitian lebih mendalam baik secara in silico dan in vivo.
Metode. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian yaitu penelitian in silico, preliminary study untuk menentukan dosis paparan asap rokok yang dapat menyebabkan premature senescence jantung dan menentukan dosis S. platensis yang dapat mencegah terjadinya premature senescence jantung. Tahap 3 penelitian in vivo sebanyak 32 ekor tikus jantan Spraque-Dawley dibagi secara acak menjadi 8 kelompok: kelompok kontrol (N), Cigarette (Cg), Spirulina (Sp), Vitamin C (As), Spirulina-Cigarette (SpCg), C-phycocyanin-Cigarette (PhCg) dan Cigarette-Spirulina (CgSp). Setelah 30 hari perlakuan, tikus terminasi, dilakukan pengamatan kerusakan jaringan jantung (HE) dan inflamasi (TNFa), pemeriksaan penanda stres oksidatif (8-OHdG, MDA dan GSH), penanda sel masuk siklus sel fase S kembali (CDK2), penanda premature senescence (p53, p16, mTOR dan SA-β-Gal), penanda autofagi (LC3), dan apoptosis (Caspase3).
Hasil. Analisis in silico protein-protein yang berperan pada tahap TGA, paparan asap rokok dan S. platensis adalah protein CDK2, p53, p16, LC3 dan Caspase3 dengan komponen C-phycocyanin. Dosis paparan asap rokok yang dapat menyebabkan terjadinya premature senescence adalah 12 batang rokok sekali sehari selama 30 hari. Dosis S. platensis yang dapat mencegah premature senescence jantung adalah 750mg/kgBB sekali sehari selama 30 hari. S. platensis dapat memperbaiki morfologi jantung, menurunkan kadar TNFα, menurunkan stres oksidatif 8-OHdG dan MDA, meningkatkan kadar GSH, meningkatkan CDK2, mencegah premature senescence melalui jalur p16 serta menurukan aktivitas spesifik enzim SA-β-Gal, meningkatkan jalur autofagi LC3, serta mencegah apoptosis Caspase3 jantung tikus yang dipaparkan asap rokok.
Kesimpulan. Pemberian terapi preventif S. platensis 750mg/kgBB mampu memperbaiki gambaran histologi dan inflamasi jantung, mencegah stres oksidatif, membantu sel bersiklus kembali serta mencegah premature senescence jantung melalui penghambatan jalur p16, memacu autofagi dan mencegah apoptosis jantung tikus yang dipaparkan asap rokok 12 batang sekali sehari selama 30 hari.

Background. Smoking is the leading cause of death from preventable diseases such as stroke and cardiovascular diseases. Cardiovascular morbidity and mortality caused by smoking higher than lung cancer. Cigarette smoke exposure causes DNA damage and/or mitochondrial disfunction. Molecular determinants of cell fate toward complete cell repair, premature senescence, autophagy, or apoptosis still need further research. The potential of Spirulina platensis as an antioxidant to prevent cardiovascular premature senescence to cigarette smoke exposure needs further research by an in silico and in vivo. Methods. This study consist of three stages of research, namely in silico study, a preliminary study to determine the dose of cigarette smoke exposure that can causes cardiovascular premature senescence, and a determination of the dose of S. platensis that can prevent cardiovascular premature senescence. In an in vivo study, 32 male-rats Sprague-Dawley were randomly divided into 8 groups: Control (N), Cigarette (Cg), Spirulina (Sp), Vitamin C (As), Spirulina-Cigarette (SpCg), C-phycocyanin-Cigarette (PhCg), and Cigarette-Spirulina (CgSp). After 30 days of treatment, rats were terminated followed by the observations of heart tissue damage (HE), inflammation (TNFa), examination of stress oxidative marker (8-OHdG, MDA and GSH), examination of cell markers of S-phase cell cycle re-entry (CDK2), markers of premature senescence pathway (p53, p16, mTOR and SA-β-Gal activity), autophagy markers (LC3), and apoptosis (Caspase3).
Results. An in silico analysis of proteins that play a role in the TGA stage, cigarette smoke exposure, and S. platensis are CDK2, p53, p16, LC3, and Caspase3 proteins with C-phycocyanin components. The dose of cigarette smoke exposure that can causes cardiovascular premature senescence was 12 cigarettes once a day for 30 days. The dose of S. platensis that can prevent cardiovascular premature senescence is 750mg/kgBW once a day for 30 days. S. platensis can improve repairment of heart morphology, reduce TNFα levels, reduce oxidative stress markers (8-OHdG and MDA) and increase GSH levels, increase CDK2, prevent cardiovascular premature senescence through the p16 pathway and reduce the specific activity of SA-β-Gal enzymes, increase the LC3 autophagy pathway, and prevent Caspase3 apoptosis of rat hearts to cigarette smoke exposure.
Conclusion. Spirulina platensis at the dose of 750mg/kgBW has a preventive therapy by improve the histological and heart inflammation, prevent oxidative stress, help re-entry S-phase cell cycle and prevent cardiovascular premature senescence through inhibition of the p16 pathway, spur autophagy and prevent apoptosis of the heart of rats to 12 cigarettes smoke exposure once a day for 30 days.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Oktavianto Makdasari
"Pendahuluan: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan penurunan fungsi fisiologis sel yang bersifat progresif dan ireversibel. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap proses penuaan yaitu stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi malondialdehid (MDA) pada suatu jaringan maupun organ. Spirulina platensis diketahui memiliki kandungan senyawa yang bersifat antioksidan dan berpotensi menurunkan tingkat stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap konsentrasi malondialdehid (MDA) pada jantung tikus berbagai kelompok usia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental in vivo. Sampel yang digunakan yaitu homogenat jaringan jantung tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok usia 12, 18, dan 24 minggu yang sebelumnya diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari. Kelompok kontrol dengan usia 12, 18, dan 24 minggu tidak diberikan suplementasi Spirulina platensis dan hanya diberikan aquabidest. Konsentrasi MDA pada homogenat jaringan jantung tikus diukur dengan menggunakan metode Will. Hasil: Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 12 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,034 nmol/mg protein) lebih rendah tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 12 minggu kontrol (0,039 ± 0,011 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 18 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,114 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 18 minggu kontrol (0,050±0,022 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 24 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,088 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 24 minggu kontrol (0,067 ± 0,031 nmol/mg protein). Kesimpulan: Suplement ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari cenderung menurunkan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 12 minggu; dan belum mampu memberikan efek penurunan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 18 dan 24 minggu.

Introduction: Aging is a biological process characterized by a progressive and irreversible decline in physiological cell functions. One of the factors contributing to the aging process is oxidative stress, indicated by an increase in the concentration of malondialdehyde (MDA) in tissues and organs. Spirulina platensis is known to contain antioxidant compounds and has the potential to reduce oxidative stress levels. This study aims to analyze the effect of administering ethanol extract of Spirulina platensis on the concentration of Malondialdehyde (MDA) in heart of rats of different age groups. Method: This research utilized an in vivo experimental study design. The samples used were homogenates of the heart tissues from male Wistar rats divided into age groups of 12, 18, and 24 weeks. Before the study, these rats were given supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days. The control groups of 12, 18, and 24-week-old rats were not given Spirulina platensis supplementation and were only administered with aquabidest. The MDA concentration in the homogenates of the rat heart tissues was measured using the Will’s method. Results: The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 12-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.034 nmol/mg protein) was insignificantly lower than the control group of 12-week-old rats (0.039±0.011 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 18-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.114 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 18-week-old rats (0.050±0.022 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 24-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.088 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 24-week-old rats (0.067±0.031 nmol/mg protein). Conclusion: The supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days tended to decrease the MDA concentration in 12-week-old male Wistar rats but did not show a reduction in MDA concentration in 18 and 24-week-old male Wistar rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Amelia Putri
"Latar Belakang Kerusakan lipid pada jaringan hati akibat proses peroksidasi oleh radikal bebas menghasilkan malondialdehid yang dapat digunakan sebagai parameter stres oksidatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, Spirulina dikenal sebagai antioksidan alternatif untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini akan mengetahui pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar malondialdehid jaringan hati tikus berbagai kelompok usia. Metode Penelitian eksperimental dengan mengukur kadar malondialdehid sebagai pertanda terjadinya stres oksidatif pada 30 jaringan hati tikus wistar jantan yang berasal dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan aquades berusia 12 minggu,18 minggu, dan 24 minggu, serta kelompok yang diberikan Spirulina platensis berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS. Hasil Rata – rata kadar malondialdehid pada kelompok tikus yang diberikan aquades tertinggi adalah kelompok usia 24 minggu (91,28 nmol/gram jaringan) dan terendah adalah kelompok usia 18 minggu (64,69 nmol/gram jaringan). Kadar malondialdehid setelah pemberian Spirulina platensis pada kelompok usia 12 minggu 0,96 kali lipat (p>0,05); usia 18 minggu 0,78 kali lipat (p<0,05); dan usia 24 minggu adalah 0,94 kali lipat (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan aquades. Kesimpulan Terjadi penurunan kadar malondialdehid pada usia tikus 12, 18, dan 24 minggu yang diberikan Spirulina platensis dibandingkan dengan aquades, meskipun hanya bermakna pada kelompok usia 18 dan 24 minggu.

Introduction Lipid damage in liver tissue due peroxidation process by free radicals produces malondialdehyde that used as a parameter of oxidative stress. Based on previous research, Spirulina is known as an alternative antioxidant to reduce free radicals. This research will determine the effect of giving Spirulina platensis on malondialdehyde levels in liver tissue of mice of various age groups. Method Experimental research measuring malondialdehyde levels as a sign of oxidative stress in 30 rat liver tissues from 6 groups, namely the group given aquades aged 12 weeks, 18 weeks and 24 weeks, and the group given Spirulina platensis aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks. Malondialdehyde levels were measured using the TBARS method. Results The highest average level of malondialdehyde in mice that given aquades was the 24 weeks age group (91.28 nmol/mg tissue) and the lowest was the 18 weeks age group (64.69 nmol/mg tissue). Malondialdehyde levels after administration of Spirulina platensis in the 12 weeks age group 0.96 times (p>0.05); age 18 weeks 0.78 times (p<0.05); and age 24 weeks was 0.94-fold (p<0.05) lower than the group given aquades. Conclusion There was a decrease in malondialdehyde levels in mice aged 12, 18 and 24 weeks who were given Spirulina platensis compared to aquades, although it was only significant in the 18 and 24 weeks age groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lawrentza Yunovka Mambaya
"Penuaan merupakan suatu proses hilangnya fungsi organ dan jaringan seiring bertambahnya usia yang sering dikaitkan dengan peningkatan kerentanan seseorang terhadap penyakit dan kematian. Salah satu faktor dari penuaan seluler yaitu stress oksidatif yang terjadi karena ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh yang menyerang struktur seluler, seperti membran, lipid, protein, lipoprotein, dan asam deoksiribonukleat. Spirulina platensis diketahui mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan manusia yaitu dalam antioksidan, peradangan, antitumor, dan peningkatan kekebalan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak etanol tanaman spirulina sebagai antioksidan terutama superoxide dismutase (SOD) untuk penanganan stres oksidatif yang juga mencegah penyakit kronik, terutama pada jaringan jantung. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimental in vivo. Penelitian menggunakan beberapa kelompok tikus berbeda usia, yaitu 12, 18, dan 24 minggu sebagai subjek penelitiannya yang diberikan ekstrak spirulina dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari secara oral menggunakan sonde ke lambung tikus dan kelompok tikus lainnya yang diberikan aquabides sebagai kelompok kontrol. Aktivitas SOD diukur dengan metode analisis kolorimetri WST-1. Hasil pengukuran menunjukkan aktivitas SOD yang lebih rendah pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol dengan p<0,05 (uji Kruskal-Wallis Post Hoc Mann-Whitney) pada kelompok usia 12 minggu, sedangkan p>0,05 pada kelompok 18 dan 24 minggu.Perbandingan antar kelompok kontrol dan antar kelompok perlakuan semuanya menunjukkan hasil yang bermakna p<0,05 (uji Kruskal-Wallis Post-Hoc Mann-Whitney U) kecuali hasil perbandingan antara kontrol 12 dan 24 minggu dengan p>0,05.

Aging is a process of loss of organ and tissue function with age that is often associated with increased susceptibility to disease and death. One of the factors of cellular aging is oxidative stress that occurs due to an imbalance between free radicals and antioxidants in the body that attack cellular structures, such as membranes, lipids, proteins, lipoproteins, and deoxyribonucleic acid. Spirulina platensis is known to have various benefits for human health, namely in antioxidants, inflammation, antitumor, and immune enhancement. Therefore, this study aims to examine the effect of ethanol extract of spirulina plant as an antioxidant, especially superoxide dismutase (SOD) for handling oxidative stress which also prevents chronic diseases, especially in heart tissue. The research design used was an in vivo experimental study. The study used several groups of rats of different ages, namely 12, 18, and 24 weeks as research subjects who were given spirulina extract at a dose of 200 mg/kgBW for 29 days orally using a sonde into the stomach of rats and another group of rats given aquabides as a control group. SOD activity was measured using the WST-1 colorimetric analysis method. The measurement results showed lower SOD activity in the treatment group compared to the control group with p<0.05 (Kruskal-Wallis Post Hoc Mann-Whitney test) in the 12-week group, while p>0.05 in the 18- and 24-week groups. Comparison between control groups and between treatment groups all showed significant results p<0.05 (Kruskal-Wallis Post-Hoc Mann- Whitney U test) except for the comparison results between the 12- and 24-week controls with p>0.05. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yohanna Priscilla
"Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan adalah adanya radikal bebas yang berperan dalam stres oksidatif. Glutation (GSH) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap kerusakan oksidatif dengan menangkal radikal bebas melalui elektron yang didonorkannya. Spirulina sp. merupakan antioksidan alami yang dapat meningkatkan kadar glutation. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina plantesis terhadap kadar glutation ginjal tikus. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 30 tikus wistar jantan dari berbagai usia (12, 18, dan 24 minggu) masing-masing terdiri dari kelompok spirulina dan kontrol, sehingga total 6 kelompok. Kadar GSH diuji dengan metode Elman. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA. Hasil Data menunjukkan kadar GSH pada ginjal tikus berusia 12 dan 18 minggu yang diberi ekstrak etanol spirulina lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tikus kontrol berusia 24 minggu memiliki kadar GSH yang jauh lebih tinggi daripada yang berusia 12 dan 18 minggu. Tidak terdapat perbedaan bermakna di antara usia yang berbeda pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol spirulina. Kesimpulan Pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap penundaan penuaan organ ginjal tampak lebih dominan khususnya di usia muda.

Introduction One of the causes of aging is the presence of free radicals which play a role in oxidative stress. Glutathione (GSH) plays a role in the body's defense mechanism against oxidative damage by removing free radicals through donating electrons. Spirulina sp. is a natural antioxidant that can increase glutathione levels. This study focused on determining the effect of administration of Spirulina plantesis ethanol extract on rat kidney glutathione levels. Method This study uses an experimental research design. The sample consisted of 30 male wistar rats of various ages (12, 18, and 24 weeks), with each consisting of spirulina and control groups, though the total was 6 groups. GSH levels were tested using the Elman method. Data analysis was performed by ANOVA test. Results Data showed that GSH levels in the kidneys of rats aged 12 and 18 weeks which were given spirulina ethanol extract were higher than the control group. Control mice aged 24 weeks had significantly higher levels of GSH than those aged 12 and 18 weeks. There were no significant differences between different ages in the group of mice given spirulina ethanol extract. Conclusion The effect of Spirulina platensis ethanol extract to delay the aging of the kidney organs was dominant especially at a young age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Lestari Suwardi
"Latar Belakang Stres oksidatif mendorong penuaan ginjal, yang mengakibatkan penurunan fungsi. Penuaan ginjal ditandai dengan peningkatan stres oksidatif, yang dapat diukur melalui aktivitas enzim SOD. Spirulina, kaya akan antioksidan, dapat mengurangi stres oksidatif. Studi ini meneliti efek Spirulina pada aktivitas superoksida dismutase di ginjal tikus untuk mengevaluasi potensinya dalam mengurangi penuaan ginjal. Metode Penelitian ini menggunakan desain eksperimen analitik dengan 30 tikus Wistar, yang dikategorikan menjadi kelompok kontrol dan Spirulina pada tiga kelompok usia (12, 18, dan 24 minggu). Kelompok Spirulina menerima Spirulina dengan dosis 250 mg/kg berat badan per hari secara oral melalui tabung lambung selama 29 hari. Ginjal tikus diekstraksi dan dihomogenisasi untuk menentukan aktivitas SOD. Hasil dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah. Hasil Dalam uji ANOVA satu arah, perbedaan signifikan ditemukan dalam aktivitas spesifik SOD antara kelompok Spirulina dan kontrol pada tiga kelompok usia yang berbeda (12, 18, 24 minggu) (p<0,05). Post-hoc Tukey menunjukkan bahwa aktivitas spesifik SOD pada kelompok Spirulina 24 minggu secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perbedaan rata-rata sebesar 0,09, (p<0.05). Kesimpulan Spirulina secara signifikan memengaruhi aktivitas SOD, karena perbedaan diamati antara kelompok Spirulina dan kontrol di semua kategori usia. Selain itu, manfaat Spirulina berbeda di antara kelompok usia, karena variasi dalam aktivitas spesifik SOD di antara kelompok-kelompok ini signifikan. Oleh karena itu, Spirulina dapat digunakan untuk menghambat perkembangan penuaan pada ginjal.

Introduction Oxidative stress promotes renal aging, resulting in functional deterioration. The aging of kidneys is characterized by increased oxidative stress, which can be assessed by SOD enzyme activity. Spirulina, abundant in antioxidants, may mitigate oxidative stress. This study examines the effect of Spirulina on superoxide dismutase activity in the kidneys of rats to evaluate its potential in mitigating kidney aging. Method This research employed an analytical experimental design with 30 Wistar rats, categorised into control and Spirulina groups over three age cohorts (12, 18, and 24 weeks). The Spirulina group received 250 mg/kg body weight per day of Spirulina orally via a gastric tube for 29 days. Rat kidneys were extracted and homogenised to determine the SOD specific activity. The outcomes were evaluated using a one-way ANOVA. Results In the one-way ANOVA, significant differences were found in SOD specific activity between Spirulina and control groups across three different groups (12-, 18-, 24-weeks) (p<0.05). Post-hoc Tukey indicated that the SOD specific activity in the 24-weeks spirulina group is significantly lower than the control one with the highest mean difference of 0.09, (p<0.05). Conclusion Spirulina significantly affects SOD activity, as differences were observed between the Spirulina and control groups across all age categories. The benefits of Spirulina are different across age groups, as the variation in the SOD specific activity among these groups is significant. Therefore, Spirulina may be used to mitigate the advancement of kidney aging."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hario Baskoro
"Latar Belakang: Asap rokok mengandung berbagai bahan dan zat kimia yang mempunyai sifat antara lain sebagai iritan. Pajanan asap rokok terhadap saluran napasa bisa bersifat akut dan kronik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek akut asap rokok terhadap sel epitel saluran napas kecil secara in vitro dan saluran napas mencit secara in vivo. Metode: Sel epitel saluran napas kecil didapat dari donor orang sehat. Sedangkan mencit yang digunakan sebanyak enam ekor dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Sel epitel saluran napas kecil yang dibiak hingga 6 passage. Kelompok percobaan dipajankan terhadapekstrak asap rokok konsentrasi 2,5% selama 24 jam. Sedangkan mencit dipajani dengan asap rokok selama 5 hari. Hasil: Didapatkan hasil percobaan in vitro peningkatan ekspresi COX-2 baik pada level RNA maupun protein sebanyak 3,1x dibandingkan dengan kontrol. Pada jaringan paru mencit yang dipajankan terhadap asap rokok didapatkan peningkatan bermakna sel epitel saluran napas kecil yang mengeskpresikan protein COX-2 secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan: Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa sel epitel saluran napas kecil merupakan target awal perubahan inflamasi bila dipajani dengan asap rokok.
Introduction: Cigarette smokes contain various particles and chemical substances that can irritate airway. The irritation process can be acute or chronic. The aim of this study to observe the acute effect of cigarette smoke on small airway epithelial cells in vitro and mouse airway in vivo. Methods: Small airway epithelial cells were obtained from healthy donors and mice. Six mice involved in this study were distributed into experimental and control groups. Their epithelial cells were cultured up to six passages. Experimental group was exposed to 2.5% of cigarette smoke extract for 24-hours incubation for five consecutive days. Results: There was a 3.1-fold increased expression of COX-2 in RNA and protein level in experimental group compared to control group. Furthermore, exposure of cigarette smoke increased the protein expression of COX-2 small airway epithelial cells. Conclusions: It is concluded that small airway epithelial cells were the initial target of inflammation changes due to cigarette smoke exposure"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>