Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azkiya Rizki Rahmaniya
"Preeklampsia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ibu hamil tertinggi di dunia dan diperkirakan diderita oleh 2-8% ibu hamil di seluruh dunia. Preeklampsia ditandai dengan hipertensi dan gangguan sistemik multipel yang terjadi pada kehamilan dengan penyebab multifaktorial. Tahap patogenesis preeklampsia diawali dengan insufisiensi plasenta yang berlanjut pada disfungsi endotel vaskular sistemik maternal. L-citrulline dapat dijadikan sebagai representasi dari produksi NO dan aktivitas NOS. L-citrulline merupakan bahan baku untuk pembuatan L-arginine yang selanjutnya dapat dipecah menjadi NO oleh NOS. Dalam penelitian ini dipelajari perubahan kadar L-citrulline dan aktivitas NOS dalam hubungannya dengan gangguan vaskular yang dilakukan pada sel darah maternal dan jaringan plasenta. Subyek penelitian dibagi menjadi kelompok preeklampsia berat dan kelompok kontrol berupa hamil normotensi. SMDT dipisahkan dari sampel darah maternal menggunakan larutan gradien Ficoll menurut cara Boyum. SMDT dibuat menjadi sel lisat dengan cara dilisiskan melalui proses beku-cair. Plasenta diambil dari tiga kotiledon berbeda. Bahan uji plasenta ditimbang 50 mg dan 100 mg kemudian masing-masing dilumatkan dengan homogenizer setelah ditambahkan buffer sampai 1 ml, disentrifugasi, dan supernatan diambil untuk dianalisis. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar L-Citrulline adalah Elisa kompetitif. Sedangkan pengukuran aktivitas enzim NOS menggunakan prinsip kolorimetrik dengan reaksi serial.b. Hasil menunjukkan kadar L-citrulline pada SMDT PEB berbeda signifikan dibandingkan kontrol dengan kadar L-citrulline SMDT PEB lebih tinggi dibandingkan kontrol. Sedangkan kadar L-citrulline pada plasenta kedua kelompok tidak berbeda signifikan dan lebih tinggi pada kelompok PEB. Aktivitas NOS pada SMDT dan plasenta PEB tidak berbeda signifikan dengan kontrol.

Preeclampsia is a hypertension disease in pregnancy. The prevalence of preeclampsia 2-8% worldwide. The pathogenesis stage of preeclampsia begins with placental insufficiency which continues with maternal systemic vascular endothelial dysfunction. L-citrulline can be used as an indicator for NO production and NOS activity. L-citrulline is the raw material for L-arginine, the substrate of NOS for NO production. In this study, L-citrulline levels and NOS activity impairment were studied in relation to vascular disorders in maternal blood cells and placental tissue. The subjects were divided into a group with severe preeclampsia and a control group consisting of normotensive pregnancies. PBMC was separated from maternal blood samples using a Ficoll gradient solution according to the Boyum method. The method used to measure L-Citrulline levels is competitive Elisa. Meanwhile, measuring NOS enzyme activity uses colorimetric principles with serial reactions. Results showed that the L-citrulline levels in PBMC of severe preeclampsia group were significantly different compared to the control with higher L-citrulline levels severe preeclampsia group than the control. Meanwhile, L-citrulline levels in the placenta between groups were not significantly different. NOS activity in PBMC and placenta of severe preeclampsia group were not significantly different from controls."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rahmatisa
"ABSTRAK
Latar Belakang. Nitrous oxide merupakan gas anestesia inhalasi yang sering
ditambahkan pada saat induksi anestesia inhalasi pada anak. Kontroversi
penggunaan N2O sendiri masih ada hingga saat ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan laju induksi anestesia, respons hemodinamik, dan
komplikasi yang timbul selama menggunakan N2O saat induksi inhalasi anestesia
pada pasien anak.
Metode. Delapan puluh orang anak usia 1-5 tahun ASA 1 dan 2 yang menjalani
anestesia umum, dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan secara acak. Kelompok A
sevofluran 8 vol% ditambah oksigen, dan kelompok B sevofluran ditambah
oksigen dan N2O 50%. Hasil utama yang diukur adalah laju induksi, dan hasil
lainnya adalah respons laju nadi, tekanan darah sistolik, diastolik, serta insidens
komplikasi desaturasi, eksitasi, laringospasme, dan breath holding..
Hasil. Laju induksi kelompok B yaitu 35+8.13 detik, lebih cepat dibandingkan
kelompok A yaitu. 54.12+5.89 detik Respons laju nadi, tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolik tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok.
Insidens komplikasi desaturasi dan laringospasme tidak terjadi pada penelitian ini.
Eksitasi terjadi lebih sedikit pada kelompok B yaitu 10.3% dibandingkan 26.8%
pada kelompok A, namun tidak bermakna secara statistik. Breath holding terjadi
pada 2 orang (4.9%) di kelompok A, dan tidak terjadi di kelompok B, insidens
breath holding tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok.
Kesimpulan. Laju induksi inhalasi pada anak menggunakan sevofluran ditambah
oksigen dan N2O lebih cepat dibandingkan tanpa N2O Respons hemodinamik dan
insidens komplikasi tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok.

ABSTRACT
Background. Nitrous oxide is an anesthetic agent that are often added during
inhalation induction of anesthesia in pediatric patients. Controversy over the use
of N2O is still there to this day. The purpose of this study was to determine
differences in the induction time of anesthesia, hemodynamic response, and the
complications that arise during the use of N2O inhalation induction of anesthesia
in pediatric.
Methods. Eighty children aged 1-5 years old ASA 1 and 2 who underwent
general anesthesia, were divided into 2 treatment groups at random. Group A was
8 vol% sevoflurane plus oxygen, and group B was oxygen plus sevoflurane and
50% N2O. We measured the induction time, hemodynamic response heart rate,
systolic and diastolic blood pressure, and also the incidence of complications
desaturation, excitation, laryngospasm, and breath holding.
Result. Induction time of group B was 35+8.13 seconds, faster than group A
54.12 +5.89 seconds. The response of heart rate, systolic blood and diastolic
blood pressure was not significantly different between the two groups.
Desaturation and laryngospasm did not occur in this study. Excitation occurs less
in group B that was 10.3% compared to 26.8% in group A, but that was not
statistically significant. Breath holding occurred in 2 patients (4.9%) in group A,
and did not occur in group B, breath holding incidence also did not differ
significantly between the two groups.
Conclusion. Inhalation induction time in children using sevoflurane, oxygen and
N2O was faster, than without N2O. Hemodynamic response and the incidence of
complications was not significantly different between groups."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Sofwan Rizky
"(NOx) merupakan salah satu gas pencemar udara yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Di antara beberapa jenis nitrogen oksida, gas yang paling banyak ditemukan di udara adalah nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Gas NOx dari gas buang perlu diturunkan kadarnya demi memenuhi peraturan lingkungan yang berlaku terkait bahayanya. Penelitian ini akan mempelajari proses absorpsi pada utilisasi modul membran serat berongga (polysulfone) dengan prinsip kerja reaktor gelembung menggunakan pelarut H2O2 0,5 wt dan HNO3 0,5 M.. Gas umpan NOx akan dialirkan menuju bagian tube pada membran, bagian shell yang telah diisi pelarut H2O2 dan HNO3 bersifat statis, dan aliran masukan shell dan keluaran tube yang ditutup agar terciptanya gelembung gas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa efisiensi penyerapan dan NOx loading meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah serat membran, namun koefisien perpindahan massa dan fluks menurun. Sementara itu, koefisien perpindahan massa, fluks, dan NOx loading meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir gas umpan, namun efisiensi penyerapan menurun. Nilai tertinggi untuk efisiensi penyerapan NOx, koefisien perpindahan massa, dan fluks yang diperoleh pada penelitian ini adalah 92,4, 0,03613 cm.detik-1, and 2,82 x 10-7 mmol.cm-2.detik-1, secara berurutan.

Nitrogen oxide (NOx) is one of the air polluting gases that is harmful to human and environment. Among several types of nitrogen oxide, gases most commonly found in the air are nitric oxide (NO) and nitrogen dioxide (NO2). NOx needs to be reduced from flue gas in order to fulfil environment regulations due to its hazardous nature. This research will study the absorption process through utilization of hollow fiber membrane module (polysulfone) with bubble reactor principle using H2O2 (0.5 w t), and HNO3 solvent (0.5M). NOx feed gas will be flown to the tube side of the membrane, the shell side is filled with static H2O2 dan HNO3 solvent, and the shell input and the tube output flow is closed to create gas bubbles. The experimental results showed that the absorption efficiency and NOx loading increased when the number of membrane fibers increased, but the mass transfer coefficient and flux decreased. Meanwhile, the mass transfer coefficient, flux, and NOx loading increased with increasing the feed gas flow rate, but the absorption efficiency decreased. The highest values of NOx absorption efficiency, mass transfer coefficient and flux achieved in the study were 92.4, 0.03613 cm.sec-1, and 2.82 x 10-7 mmole.cm-2.sec-1, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sani Widhyastuti
"Dinitrogen monoksida (N2O) merupakan salah satu gas berkontribusi tinggi dalam pemanasan global dan dikategorikan sebagai gas yang berbahaya. Reduksi gas N2O dilakukan menggunakan teknologi biofilter yang efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara. Zeolit Alam Lampung teraktivasi digunakan sebagai media biofiltrasi karena memiliki porositas yang tinggi. Karbon aktif digunakan sebagai media biofiltrasi memiliki luas permukaan yang besar dan daya serap yang tinggi. Nitrobacter winogradskyi digunakan untuk mengoksidasi N2O menjadi N2 yang tidak berbahaya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji kemampuan Zeolit Alam Lampung teraktivasi dan Karbon Aktif sebagai media biofiltrasi. Biofilter dioperasikan selama 24 jam dengan konsentrasi gas yang digunakan ialah 15000 ppm N2O dalam udara dan laju alir sebesar 88 cc/menit.
Berdasarkan analisis GC, BET, dan TPC, karbon aktif berperan lebih baik sebagai media biofiltrasi daripada zeolit alam. Kinerja dari sistem biofilter ini dipengaruhi oleh laju degradasi maksimum, kemampuan mikroba dalam mendegradasi polutan, serta kemampuan biofilm dalam mengikat polutan.

Nitrous oxide (N2O) is one of several gases that gives highest contribution in global warming and also categorized as a dangerous gas. Removal of N2O could be achieved by biofilter technology that is effective and efficient in controlling air emission. Activated Lampung Natural Zeolite was utilized as biofiltration media because of its high porosity. Activated Carbon was utilized as biofiltration media due to wide surface area and high adsorption. Nitrobacter winogradskyi used to oxidize N2O into harmless N2.
This research aims to study Lampung Natural Zeolite and Activated Carbon performance as biofiltration media. Biofilter was operated for 24 hours with gas concentration was 15000 ppm N2O in air and gas flow rate was maintained at 88 cc/minute.
Based on GC, BET, and TPC analysis, activated carbon plays better role as biofiltration media than natural zeolite. Performance of this biofilter system affected by maximum degradation rate, microbes ability in degrading pollutant, and biofilm ability in binding pollutant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sani Widhyastuti
"Dinitrogen monoksida (N2O) yang diemisi dari berbagai proses industri dan aktivitas pertanian merupakan salah satu gas yang memberikan kontribusi tinggi dalam pemanasan global dan tergolong ke dalam kategori gas yang berbahaya. Reduksi gas N2O dilakukan menggunakan teknologi biofilter yang efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara. Zeolit Alam Lampung teraktivasi digunakan sebagai media filter karena memiliki porositas yang tinggi. Nitrobacter winogradskyi digunakan untuk mengoksidasi N2O menjadi gas yang tidak berbahaya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji pengaruh dari penambahan kultur bakteri terhadap reduksi gas dan untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum dalam biofiltrasi dengan cara memvariasikan pH awal media, yaitu pH 4, 5, 6, 7, dan 8. Biofilter dioperasikan selama 24 jam dengan konsentrasi gas yang digunakan ialah 15000 ppm N2O dalam udara dan laju alir sebesar 88 cc/menit. Efisiensi reduksi tertinggi yang diperoleh sebesar 94,73%, yang dicapai pada variasi pH awal 7. Inokulasi bakteri ke dalam media filter menghasilkan 32,03% rata-rata efisiensi reduksi lebih tinggi daripada sistem tanpa inokulasi. TPC menunjukkan terjadi penurunan jumlah bakteri setelah biofiltrasi. SEM menunjukkan terjadi penebalan biofilm selama operasi. Isotermis Langmuir menghasilkan qm maksimum sebesar 2,873×10-3 g N2O/g zeolit pada pH awal 7 dan KL maksimum sebesar 1,709×10-3 m3/g pada variasi tanpa inokulasi mikroba. Isotermis Freundlich menghasilkan n dan Kf maksimum sebesar 5,625 dan 8,86×10-5 m3/g secara berurutan pada variasi tanpa inokulasi mikroba.

Nitrous oxide (N2O) which is emitted from various industrial process and agricultural activities is one of several gases that gives highest contribution in global warming and also categorized as a dangerous gas. Removal of N2O could be achieved by biofilter technology that is effective and efficient in controlling air emission. Activated Lampung Natural Zeolite was utilized as filter media because of its high porosity. Nitrobacter winogradskyi used to oxidize N2O into harmless gas. This research aims to study the effect of bacteria culture addition in biofiltration and determine the optimum operation condition by adjusting initial pH of media to pH 4, 5, 6, 7, and 8. Biofilter was operated for 24 hours with gas concentration was 15,000 ppm N2O in air and gas flow rate was maintained at 88 cc/minute. The maximum removal efficiency obtained was 94.73%, achieved at initial pH 7. Furthermore, inoculation bacteria into filter media yield 32.03% higher average of removal efficiency than system without inoculation. TPC showed decreasing amount of bacteria after biofiltration. SEM showed biofilms grow thicker during operation. Langmuir isotherm obtained maximum qm at initial pH 7 was 2.873×10-3 g N2O/g zeolit and maximum KL at system without bacteria inoculation was 1.709×10-3 m3/g. Freundlich isotherm obtained maximum n and Kf were 5.625 and 8.86×10-5 m3/g respectively at system without bacteria inoculation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43217
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meylin
"Gas N2O merupakan salah satu senyawa dari NOx. Senyawa ini satu dari beberapa gas yang dapat menyebabkan gas rumah kaca. Meskipun konsentrasi N2O sedikit diudara tetapi sangat sulit terdekomposisi diudara. Oleh karena itu diperlukan adanya pemisahan NOx dalam bentuk N2O. Kini telah dikembangkan teknologi membran dengan kontaktor serat berongga yang dapat mengatasi permasalahan pencemaran udara. Prinsip dari kontaktor membran ini menggunakan gaya penggerak berupa perbedaan konsentrasi. Pengaruh konsentrasi pelarut merupakan salah satu parameter dalam absorpsi NOx oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh konsentrasi pelarut larutan HNO3 dalam kinerja penyerapan gas NOx melalui kontaktor membran serat berongga superhidrofobik. Dari penelitian ini dilakukan uji perpindahan masa serta untuk analisis gas dilakukan dengan Gas Chromatography. Gas Chormatography digunakan untuk menganalisis kandungan gas NOx yang terserap setelah percobaan. Variabel bebas dari penelitian ini yaitu konsentrasi pelarut HNO3 sebesar 0,5; 1; 1,5; 2M dan serat membran yaitu 2000, 4000, 6000 sedangkan variabel tetap yaitu laju alir gas 0,1 L/menit ,dan konsentrasi H2O2 0,5 wt. Pada penelitian ini didapatkan persen penyerapan N2O, koefisien perpindahan massa fluks perpindahan massa, N2O loading terbesar secara berturut ndash; turut yaitu 89,6 , 4,95x10-6 m/s, 10,2x10-5 mol/m2s, 4,43 x10-2 mol N2O/mol pelarut. Semakin besar laju alir maka semakin besar penurunan tekanan dalam penelitian ini rasio penurunan tekanan berkisar antara 1, 107- 2,04. Kata kunci: absorpsi N2O, hollow fiber contactor membrane, jumlah serat, konsentrasi HNO3, superhidrofobik.

Dinitrogen oxide is one of compound NOx. N2O one of compound NOx which can to make effect global warming. Although concentration N20 is small in the atmosfer but N2O can rsquo t decomposed in air but solute in water. Therefore, we need separation N2O as NOx. Nowdays membran technology have been developed by people to overcome problem in air pollution. The main principle of membrane contactor use gradient concentration as a driving force. In this study to knowing influence concentrations of solvent HNO3 in absorp gas NOx through superhidrophobic hollow fiber membrane contactor. Gas Chromatography is used to analyse concentration gas NOx in sample after research. Independent variable in this study is concentration of HNO3 0,5 1 1.5 2 M and numerous of fibers 2000,4000,6000 meanwhile dependent variable are flow rates gas 0,1 L minute, and concentration of H2O2 0,5 wt. This study aims to see the effects of concentrations of HNO3 and number of fibers in the contactor on the mass transfer coefficient KL , efficiency of absorption R , flukx J , and NOx loading. In this study, the largest percentage of N2O absorption, coefficient of mass transfer, flukx of mass transfer, N2O loading are 89,6 , 4,95x10 6 m s, 10,2x10 5 mol m2s, 4,43 x10 2 moles of N2O mol of solvent. Increasing flow rate will be obtained pressure drop rise. In this research the ratio of pressure drops ranges from 1, 107 2.04. Key Words absorption N2O, amount of fiber, concentration of HNO3, hollow fiber contactor membrane, superhidrophobic "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayi Penelitian ini merupakan studi potong melintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin E dan MDA pada 48 subyek preeklampsia dan non preeklampsia di RS Tarakan Jakarta Penilaian mencakup wawancara sosio demografi riwayat obstetri asupan vitamin E dengan FFQ semikuantitatif LILA kadar vitamin E dan MDA serum Kategori usia usia kehamilan dan kadar MDA lebih tinggi pada preeklampsia Edukasi untuk perempuan usia reproduktif tentang pentingnya asupan makanan vitamin E yang cukup diperlukan untuk mencapai keberhasilan kehamilan.

Preeclampsia is a disorder of pregnancy that deteriorate mother and baby rsquo s health This study was a cross sectional study aiming to investigate differences in the levels of vitamin E and MDA of 48 subjects with preeclampsia and non preeclampsia in Tarakan Hospital Jakarta Assessment included interviews of socio demographic obstetric history vitamin E intake with semiquantitative FFQ MUAC serum vitamin E and MDA concentrations Categories of age gestational age and MDA levels were higher among preeclamptics Education for reproductive age women about the importance of sufficient intake of vitamin E foods is necessary to achieve successful pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
"Pre-eklampsia adalah sekumpulan sindrom klinis khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang akan berhenti setelah kelahiran sang bayi. Faktor seperti genetik, imunologis, perilaku dan lingkungan terlibat dalam proses patologis pre-eklampsia. Di Indonesia sendiri, hipertensi adalah penyebab utama kedua dari kematian ibu. Berkurangnya konsentrasi Nitric Oxide NO diduga berperan dalam patogenesis pre-eklampsia karena Nitric Oxide NO berfungsi sebagai vasorelaksan dan antikoagulan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Nitric Oxide sebagai penanda stres oksidatif untuk plasenta dengan pra-eklampsia pada usia 26-40 minggu menurun atau tidak. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada tahun 2016 dengan sampel jaringan plasenta manusia yang telah disetujui sebelumnya. Absorbansi diukur menggunakan reaksi Griess dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney pada software SPSS. Uji Mann-Whitney membuktikan bahwa konsentrasi Nitric Oxide NO pada jaringan plasenta dengan pra-eklampsia akhir n = 12 lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Nitric Oxide NO yang didapat dari jaringan plasenta kehamilan normal. Uji Mann-Whitney telah mengkonfirmasi hubungan antara konsentrasi Nitric Oxide NO dengan patogenesis preeklampsia. Oleh karena itu, Nitric Oxide NO dapat dianggap sebagai penanda stres oksidatif pada preeklampsia karena berperan penting dalam patogenesis preeklampsia.

Pre eclampsia PE is a clinical syndrome specific to pregnancy which are distinguished by hypertension and proteinuria that remits after delivery. Many factors such as genetic, environmental, behavioral and immunological factors are involved in the development of PE. In Indonesia itself, hypertension is the second leading cause of of maternal deaths. It is implied that reduced concentration of Nitric Oxide NO will induce the pathogenesis of PE as it can not function as vasorelaxant and anticoagulant factors well. The study aims to identify whether the concentration of Nitric Oxide as an oxidative stress marker for pre eclamptic placenta age 26 40 weeks decrease or not. The cross sectional study was held on 2016 with human placental tissue which have been consented before as the samples. The absorbance was measured using the Griess reaction and analyzed through SPSS Software using the Mann Whitney test. The result showed that the concentration of Nitric Oxide NO in late pre eclamptic placental tissues n 12 were lower compared to the concentration of Nitric Oxide NO taken from placental tissue of normal pregnancy. The Mann Whitney test has confirmed the relation of Nitric Oxide NO concentration to the pathogenesis of pre eclampsia. Therefore, Nitric Oxide NO can be considered as an oxidative stress marker to pre eclampsia as it plays a pivotal role in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Widhiati Raharjo Putri
"Ketidakseimbangan trace elemen dan asam lemak berperan dalam terjadinya preeklamsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status trace elemen serum dan eritrosit serta asam lemak pada preeklamsia berat. Desain potong lintang dilakukan pada 40 ibu hamil dalam 2 kelompok, preeklamsia berat dan normotensi. Pengukuran trace elemen dan asam lemak dalam serum dan eritrosit dilakukan dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma and Gas Chromatography Mass Spectrometry. Receiver Operating Characteristic (ROC), analisis bivariat dan multivariat dilakukan. Trace elemen yang ditemukan berbeda nyata baik dalam serum maupun dalam eritrosit adalah selenium, besi, cadmium dan timbal (p<0,05). Hampir semua asam lemak eritrosit, ALA, EPA, DHA, omega-3, LA, GLA, DGLA, AA, omega-6 dan asam oleat ditemukan berbeda bermakna. Nilai tertinggi prediksi preeklamsia berat dengan AUC 0,77(IK95%:0,625-0,912) dan sensitifitas 90% serta spesifitas 50% terdapat pada ALA dengan cut off 0,16 amol/RBC yang mewakili asam lemak omega3 dan untuk golongan omega6 terdapat pada LA dengan cut off 54,25 amol/RBC (sensitifitas 85%; spesifitas 75%). Peningkatan risiko preeklamsia tertinggi terdapat pada EPA yang rendah(OR 14,53; IK95% 2,21-95,41) dan AA yang tinggi(OR 7,37; IK95% 1,37-39,7). Pengukuran trace elemen dan asam lemak diperlukan untuk menentukan status nutrisi dan terutama sebagai prediktor preeklamsia. Pengukuran asam lemak pada eritrosit dinilai lebih baik dibandingkan serum.

Imbalance of trace elements and fatty acids plays a role in the occurrence of preeclampsia. The aim of the study was to determine the status of serum and erythrocyte trace elements and fatty acids in severe preeclampsia. Cross-sectional design was performed on 40 pregnant women in 2 groups, severe preeclampsia and normotensive. Measurement of trace elements and fatty acids in serum and erythrocyte was performed using Inductively Coupled Plasma and Gas Chromatography Mass Spectrometry. Receiver Operating Characteristic (ROC), bivariate and multivariate analysis were performed. Trace elements found to be significantly different both in serum and in erythrocyte were Selenium, Iron, Cadmium and Lead (p<0.05). Almost all erythrocyte fatty acids, ALA, EPA, DHA, omega-3, LA, GLA, DGLA, AA, omega-6 and oleic were found to be significantly different. The highest predictive value of severe preeclampsia with an AUC of 0.77(95% CI: 0.625-0.912); a sensitivity of 90% and specificity of 50% was found in ALA with a cut off of 0.16 amol/RBC representing omega3 fatty acids and for the omega6 group in LA with a cut off of 54.25 amol/RBC (85% sensitivity; 75% specificity). The highest increased risk of preeclampsia was found in low EPA (OR 14.53; 95% CI 2.21-95.41) and high AA (OR 7.37; 95% CI 1.37-39.7). Measurement of trace elements and fatty acids is needed to determine nutritional status especially as a predictor of preeclampsia. Erythrocyte fatty acids measurement is considered better than serum. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Bintang
"Tujuan penelitian cross sectional comparative ini adalah diketahuinya perbandingan antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dan kehamilan normal. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan pada bulan Oktober sampai November 2013. Sebanyak 46 orang ibu hamil yang terdiri dari 23 orang dengan preeklampsia dan 23 orang dengan kehamilan normal yang memenuhi kriteria inklusi menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian ini. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran tekanan darah dan lingkar lengan atas, evaluasi asupan magnesium dengan metode FFQ semikuantitatif dan pemeriksaan kadar magnesium serum. Analisa statistik menggunakan uji t-test dan Mann Whitney. Uji karakteristik usia, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan status gizi kedua kelompok homogen. Tidak ditemukan perbedaan rerata kadar magnesium serum pada preeklampsia (1,98 0,26 mg/dL) dengan kehamilan normal (1,89 0,21 mg/dL). Rerata asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah 233,6 (190,1;319,3) mg dibandingkan dengan kehamilan normal 380,1 (229,8;444,2) mg dengan p=0,024.
Kesimpulan: tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dengan kehamilan normal sementara asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kehamilan normal.

The aim of this cross sectional comparative study was to analyze serum level of magnesium in preeclamptic pregnancies and to compare them with those in normal pregnancies. The data was collected at RSUD Tarakan on October 2013. Out of 23 women with preeclampsia and 23 women with normal pregnancies that meet our inclusion criteria given their consents to join the study. Data collated including interviews, blood pressure and mid upper arm circumference (MUAC) measurement and intake of magnesium by semiquantitative FFQ method. Statistical analysis performed by t-test and Mann Whitney. The result of the characteristic test in two groups of study shows that both groups are homogenic. There was no different between magnesium serum level in women with preeclampsia (1.98±0.26 mg/dL) and normal pregnancy (1.89±0.21 mg/dL) While the mean daily intake of magnesium is significantly lower in preeclampsia 233.6 (190.1;319.3) mg than in normal pregnancy 380.1 (229.8;444.2) mg.
Conclusion: there was no significant different between serum magnesium level in women with preeclampsia dan normal pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>