Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syirat Fathannullah Pitres
"Nanopartikel perak (NP Ag) berpotensi untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi perawatan tanaman. Akan tetapi, efek NP Ag terhadap tanaman belum sepenuhnya diketahui karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti ukuran, konsentrasi, dan jenis tanaman. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh variasi konsentrasi NP Ag dan respons tanaman yang memiliki karakteristik biji berbeda, seperti Phaseolus vulgaris dan Capsicum frutescens perlu dilakukan. Terdapat 4 kelompok perlakuan yaitu NP Ag konsentrasi 0 (kontrol), 5, 10, dan 15 mg/L. Pada parameter perkecambahan, NP Ag cenderung meningkatkan perkecambahan kedua tanaman konsentrasi tinggi. Pada parameter pertumbuhan, NP Ag meningkatkan pertumbuhan P. vulgaris pada konsentrasi 5 mg/L, sedangkan C. vulgaris cenderung meningkat pada konsentrasi 15 mg/L. Pada parameter fisiologi, NP Ag cenderung bersifat toksik pada fisiologi P. vulgaris, sedangkan pada C. frutescens cenderung bersifat sebagai stimulan. Sementara itu, NP Ag cenderung menimbulkan sitotoksisitas pada kedua tanaman. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara konsentrasi NP Ag dan ukuran biji tanaman terhadap respons kecambah, pertumbuhan, fisiologi tanaman, dan sitotoksisitas P. vulgaris dan C. frutescens. Selain itu, NP Ag cenderung menghasilkan efek toksik pada biji yang berukuran besar dan testa yang tipis.

Silver nanoparticles (Ag NPs) have the potential to increase plant growth and plant care efficiency. However, the effect of Ag NPs on plants is not yet fully understood because it is influenced by several factors, such as size, concentration and type of plant. Therefore, research on the effect of variations in NP Ag concentration and the response of plants with different seed characteristics, such as Phaseolus vulgaris and Capsicum frutescens, needs to be carried out. There were 4 treatment groups, namely NP Ag concentrations of 0 (control), 5, 10, and 15 mg/L. In terms of germination, Ag NPs tended to increase the germination of both plants at high concentrations. In terms of growth, Ag NPs increased the growth of P. vulgaris at a concentration of 5 mg/L, while C. vulgaris tended to increase at a concentration of 15 mg/L. In terms of physiology, Ag NPs tend to be toxic to P. vulgaris, while in C. frutescens they tend to act as a stimulant. Meanwhile, Ag NPs tend to cause cytotoxicity in both plants. The conclusion of this research is that there is an influence between NP Ag concentration and plant seed size on germination, growth, physiology, and cytotoxicity of P. vulgaris and C. frutescens plants. In addition, Ag NPs tend to produce toxic effects on large seeds and thin testa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinsha Alifina
"Nanopartikel perak (NP Ag) merupakan salah satu nanopartikel logam mulia yang banyak  digunakan di berbagai bidang, salah satunya bidang agrikultur. Berdasarkan sifatnya yang cenderung berbahaya bagi lingkungan, biosintesis NP Ag menjadi salah satu cara sintesis yang ramah lingkungan. Nano-priming merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menginduksi perkecambahan biji dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons biji tanaman Capsicum frutescens L. dan Phaseolus vulgaris L. yang diberikan NP Ag ukuran 10 nm dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 ppm. Respons tersebut dinilai berdasarkan beberapa parameter yakni parameter biometrik, sitotoksisitas, dan fisiologis. Parameter biometrik meliputi panjang akar, batang, dan total; indeks kecepatan pertumbuhan; laju germinasi; persentase germinasi; berat basah; berat kering; kandungan air; dan indeks vigor biji. Parameter sitotoksisitas dinilai berdasarkan indeks mitosis; indeks variasi aberasi; dan deskripsi hasil observasi kromosom. Terakhir parameter fisiologis didapatkan dari kandungan fenolik total. Pemberian NP Ag terhadap Phaseolus vulgaris mampu meningkatkan seluruh parameter biometrik, fisiologis, dan sitotoksisitas. Sementara itu, pada Capsicum frutescens pemberian NP Ag meningkatkan pertumbuhan, indeks mitosis, dan fisiologis. Pemberian konsentrasi 5–10 ppm bersifat stimulan dan memberikan hasil paling optimal, sementara itu konsentrasi 15 ppm memiliki kecenderungan toksik. Efek pemberian NP Ag ukuran 10 nm dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 ppm dipengaruhi oleh karakteristik biji, seperti ukuran dan jenis testa.

Silver nanoparticles (Ag NPs) are noble metal nanoparticles widely used in agriculture. Based on its nature which tends to be dangerous for the environment, biosynthesis of Ag NPs is an environmentally friendly synthesis method. Nano-priming is one method used to induce imbibition in seeds and is used to increase growth. This research aims to determine the response of Capsicum frutescens L. and Phaseolus vulgaris L. seeds given 10 nm Ag NPs with varying concentrations of 5, 10 and 15 ppm. This response is measured based on several parameters, namely biometric, chromosomal and physiological parameters. Biometric parameters include root, stem, and total length; growth speed index; germination rate; germination percentage; fresh weight; dry weight; water content; and seed vigor index. Chromosome parameters were measured based on the mitotic index; aberration variation index; and a descriptive explanation from the results of chromosome observations. The final physiological parameter was obtained from the total phenolic content. The results show significant increases in biometric, physiological, and cytotoxicity parameters of Phaseolus vulgaris. In Capsicum frutescens, Ag NPs increased growth, mitotic index and physiology parameter. Concentration of 5–10 ppm provides the most optimal results and works as stimulant, meanwhile 15 ppm has a toxic tendency.The difference in response is caused by differences in seed characteristics, such as size dan testa type. Therefore, Phaseolus vulgaris and Capsicum frutescens responded differently to the application of Ag NPs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Gumilang
"Cabai rawit merah (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman hortikultura dengan produktivitas dan nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Namun, tanaman ini memiliki umur simpan singkat serta penurunan kualitas yang cepat karena aktivitas fisiologi maupun mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh ozonasi dengan variasi durasi kontak dan frekuensi pengembusan serta suhu penyimpanan setelah ozonasi terhadap umur simpan dan kualitas cabai rawit merah. Durasi kontak ozon yang digunakan adalah 4, 6, dan 12 menit sedangkan frekuensi pengembusan yang digunakan adalah 2 dan 3 kali dalam 12 menit. Variasi suhu penyimpanan setelah ozonasi yang digunakan adalah suhu kulkas (8 oC) dan suhu ruang (25 oC). Empat parameter kualitas dievaluasi selama masa penyimpanan hari ke-0, 3, 7, dan 14. Pada hari ke-14, pengembusan gas ozon satu kali dengan waktu kontak 12 menit dilanjutkan penyimpanan pada suhu kulkas menghasilkan nilai Total Bakteri Mesofilik Aerobik (TBMA) yang paling rendah yaitu 76 x 107, menekan persentase penurunan massa hingga hanya 1,2%, serta memberikan nilai organoleptik yang lebih baik. Adapun kandungan capsaicin pada titik-titik pengujian cenderung acak walaupun pada hari ke-14, perlakuan ozonasi cenderung menurunkan kadar capsaicin. Dari segi suhu penyimpanan, pada hari ke-7 dan ke-14, suhu kulkas mampu mempertahankan kandungan capsaicin lebih baik dibanding suhu ruang.

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a horticultural crop with high productivity and economic value in Indonesia. However, it has short shelf-life and rapid decline in quality due to physiological and microorganism activities. This research evaluates the effect of ozonation with variations in contact duration and spraying frequency as well as storage temperature after ozonation on the shelf-life and quality of cayenne pepper. The ozone contact durations were 4, 6, and 12 minutes, while the spraying frequencies were 2 and 3 times in 12 minutes. Variations in storage temperature after ozonation were the room temperature (25 oC) and refrigerator temperature (8 oC). Four parameters evaluated during the storage period on day 0, 3, 7, and 14. On day 14, ozone gas sprayed once with a contact time of 12 minutes followed by refrigerator temperature storage resulted in the lowest Total Mesophilic Aerobic Bacteria (TMAB) of 76 x 107, lowest percentage of mass loss to only 1.2%, and better organoleptic. The capsaicin at all storage periods generally leaned to be random even though on day 14, the ozonation tended to reduce capsaicin. In terms of storage temperature, on day 7 and 14, the refrigerator temperature was better to maintain the capsaicin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cabai merupakan sayuran dari famili solanaceae yang memiliki bnyak kegunaan, antara lain sebagai bumbu masak dan bahan ramuan obat-obatan . Dalam bidang farmasi , bahan obat yang berasal dari cabai besar (Capsicum annum L), disebut Capsicum fructus, sedangkan bahan obat yang berasal dari cabai rawit (Capsicum fructescens) disebut Capsici frutescentis fructus (Pitojo 2003)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Owen Tanadi
"Nanopartikel perak (NP Ag) banyak digunakan juga sebagai agen antibakterial untuk peralatan rumah tangga, pelapis, sensor, kosmetik. Meningkatnya permintaan produk yang mengdanung nanopartikel dalam fasilitas produksi, limbah, dan pengolahan air memudahkan pemaparan nanopartikel pada lingkungan dan mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman. Pada penelitian ini NP Ag disintesis dengan mereduksi perak nitrat (AgNO3) dengan variasi kombinasi natrium sitrat dan asam tanat untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap ukuran NP Ag yang dihasilkan. Sintesis NP Ag dilakukan dengan mengontrol konsentrasi asam tanat dari 0,025 mM; 0,25 mM; dan 5 mM, sehingga ukuran NP Ag meningkat dari 15,49 ± 4,41 nm; 27,26 ± 4,097 nm; dan 46,86 ± 7,36 nm. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 6-8 mg/L, 13-16 mg/L, 21-24 mg/L. Instrumentasi yang digunakan adalah spektrofotometer UV−Vis , transmission electron microscope (TEM), atomic absobtion spectrophotometer (AAS), dan x-ray diffraction (XRD). Pengaruh NP Ag terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan kdanungan H2O2 dari kecambah biji jagung dan kacang merah diukur. Pada kecambah jagung variasi NP Ag 27 nm 21-24 mg/L menunjukan hasil yang paling baik semua parameter, dan hasil terendahnya pada NP Ag 50 nm 21-24 mg/L. Pada kacang merah Variasi NP Ag 15 nm 13-16 mg/L hasil yang paling tinggi pada semua parameter, dan hasil terendahnya pada NP Ag 50 nm 21-24 mg/L.

Silver nanoparticles (Ag NPs) are widely used as antibacterial agents for household appliances, coatings, sensors, cosmetics. The increasing demand for products containing nanoparticles in production, sewage, and water treatment facilities facilitates the exposure of nanoparticles to the environment and affects the growth of plants. In this study, Ag NPs were synthesized by reducing AgNO3 with various combinations of sodium citrate and tannic acid to determine how it affects the size of the resulting Ag NPs. Synthesis of Ag NPs was carried out by controlling the concentration of tannic acid from 0.025 mM; 0.25mM; and 5 mM, so that the size of the Ag NPs increased from 15.49 ± 4.41 nm; 27.26 ± 4.097 nm; and 46.86 ± 7.36 nm. Various concentrations used were 6-8 mg/L, 13-16 mg/L, 21-24 mg/L. The instrumentation used is a UV-Vis spectrophotometer, transmission electron microscope (TEM), atomic absorption spectrophotometer (AAS), and x-ray diffraction (XRD). The effect of Ag NPs on germination, growth and H2O2 content of corn and kidney bean sprouts was measured. In corn sprouts the 27 nm Ag NP 21-24 mg/L showed the best results for all parameters, and the lowest results were on the 50 nm Ag NP 21-24 mg/L. Red bean Variation 15 nm Ag NP 13-16 mg/L the highest results for all parameters, and the lowest results at 50 nm Ag NP 21-24 mg/L. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Salsabilla
"Penelitian mengenai pengaruh NP Ag terhadap tumbuhan telah dilakukan dengan beragam jenis tumbuhan serta konsentrasi NP Ag. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu berupa efek positif dan negatif dari pemberian NP Ag pada tumbuhan yang dapat dilihat dari pertumbuhan dan fisiologisnya. Penelitian ini menggunakan tanaman sorgum sebagai tanaman ujinya, tanaman sorgum merupakan tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman serealia lainnya. Penelitian ini menggunakan sistem hidroponik, selain NP Ag yang lebih mudah diserap tanaman, pemantauan tanaman dengan sistem hidroponik juga lebih mudah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian NP Ag terhadap pertumbuhan dan kondisi fisiologis tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) pada sistem hidroponik. Terdapat 5 perlakuan dalam penelitian ini, yaitu kontrol; NP Ag absorbansi 2 a.u; dan campuran larutan AB Mix dengan NP Ag dengan absorbansi 1 a.u, 2 a.u, dan 3 a.u. Pemberian NP Ag dilakukan dengan sistem hidroponik teknik deep water culture (DWC) selama 21 hari. Pengaruh pemberian NP Ag terhadap tumbuhan diketahui dengan melakukan uji terhadap beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain karakter visual tanaman; kemudian parameter pertumbuhan yang meliputi jumlah daun; warna daun; panjang tunas dan akar serta berat segar dan berat kering tunas dan akar; serta parameter fisiologisnya meliputi kadar hidrogen peroksida (H2O2) dan klorofil. Parameter lingkungan yang diukur, yaitu suhu lingkungan, kelembapan, dan intensitas cahaya. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan NP Ag diduga memiliki efek toksik bagi tanaman sorgum berupa visual tanaman yang tidak sebaik kontrol, penurunan panjang tunas dan akar; berat segar dan berat kering tunas serta akar; dan jumlah daun jika dibandingkan dengan kontrol. Seluruh tanaman yang diberikan perlakuan NP Ag memiliki kandungan klorofil yang lebih rendah jika dibandingkan kontrol, sedangkan kandungan H2O2 yang dimiliki tanaman lebih tinggi jika dibandingkan kontrol, hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman sorgum dengan perlakuan NP Ag memberi respons stres oksidatif, akan tetapi perlakuan NP Ag dengan komposisi NP Ag 1 a.u dengan Ab Mix cenderung memiliki hasil yang sama dengan kontrol.

Research on the effect of Ag NPs on plants has been carried out with various types of plants and Ag NP concentrations. The results of the research conducted were in the form of positive and negative effects of giving Ag NPs to plants which can be seen from their growth and physiology. This study used sorghum as a test crop. Sorghum is a plant that is more resistant to pests and diseases than other cereal crops. This study used a hydroponic system, apart from Ag NP which is more easily absorbed by plants, monitoring plants with a hydroponic system is also easier to do. This research was conducted to determine the effect of Ag NPs on the growth and physiological conditions of sorghum (Sorghum bicolor L.) plants in a hydroponic system. There are 5 treatments in this study, namely control; NP Ag absorbance 2 a.u; and a mixture of AB Mix solution with NP Ag with an absorbance of 1 a.u, 2 a.u, and 3 a.u. Administration of Ag NPs was carried out using a deep water culture (DWC) hydroponic system for 21 days. The effect of giving Ag NPs to plants is known by testing several parameters. These parameters include the visual character of plants; then the growth parameters which include the number of leaves; leaf color; shoot and root length and fresh and dry weight of shoots and roots; as well as physiological parameters including levels of hydrogen peroxide (H2O2) and chlorophyll. The environmental parameters measured were ambient temperature, humidity, and light intensity. The results showed that the Ag NP treatment tended to have a toxic effect on sorghum plants in the form of plant visuals that were not as good as controls, decreased shoot and root length; fresh weight and dry weight of shoots and roots; and the number of leaves when compared to the control. All plants treated with NP Ag had lower chlorophyll content when compared to the control, while the H2O2 content of the plants was higher than the control. This indicated that sorghum plants treated with NP Ag gave an oxidative stress response, but the NP Ag treatment with the composition of NP Ag 1 a.u with Ab Mix tends to have the same results as the control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Putra
"Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas holtikultura yang memiliki umur simpan pendek dan produk pasca panennya rentan mengalami kerusakan. Salah satu upaya untuk memperpanjang masa simpan cabai rawit yang singkat adalah dengan perlakuan ozonasi. Penggunaan air terozonasi dalam pengawetan makanan dapat menjadi disinfektan yang aman untuk dikontakkan dengan bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi ozon terlarut dan suhu penyimpanan untuk mempertahankan kualitas cabai rawit menggunakan larutan NaCl terozonasi. Parameter kualitas cabai rawit yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan kapsaisin, kandungan vitamin C, perubahan massa, dan uji organoleptik. Cabai rawit dicuci selama 20 menit dengan variasi konsentrasi ozon terlarut 0,1; 0,2; dan 0,3 ppm dengan variasi suhu penyimpanan 10oC, 16oC, dan 25oC. Sampel disimpan selama 15 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Pencucian dengan konsentrasi 0,3 ppm bisa mereduksi TBMA hingga 87% dan di hari ke-15 memiliki kandungan TBMA lebih rendah hingga 81,5%. Penyimpanan pada suhu 10oC bisa menjaga kandungan vitamin C sampai hari ke-15 dibandingkan peyimpanan suhu ruang hingga 11 mg/100g. Penyimpanan pada suhu rendah 10oC juga dapat mempertahankan nilai kapsaisin hingga hari ke-10 sebesar 0,15 (%w/w) atau 24000 SHU.

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a horticultural commodity that has a short shelf life and its post-harvest products are prone to damage. One of the efforts to extend the short shelf life of cayenne pepper is by ozonation treatment. The use of ozonated water in food preservation can be used as a safe disinfectant for food contact. This study aims to evaluate the effect of dissolved ozone concentration and storage temperature to maintain the quality of cayenne pepper using ozonated salt solution. The cayenne pepper quality parameters evaluated were the Total Mesophyll Aerobic Bacteria (TBMA) value, capsaicin content, vitamin C content, mass change, and organoleptic tests. Cayenne pepper was washed for 20 minutes with various concentrations of dissolved ozone 0.1; 0.2; and 0.3 ppm with variations in storage temperature of 10oC, 16oC and 25oC. Samples were stored for 15 days to see the development of its characteristics. Washing with a concentration of 0.3 ppm can reduce TBMA up to 87% and on day 15 has a lower TBMA content of up to 81.5%. Storage at 10oC can maintain vitamin C content on day 15 compared to room temperature storage up to 11 mg/100g. Storage at a low temperature of 10oC can also maintain capsaicin values up to the 10th day of 0.15 (%w/w) or 24000 SHU."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Brellian Pratama
"Penurunan produktivitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebih menjadi permasalahan umum yang terjadi pada tanah marginal. Pertanian cabai rawit (Capsicum frutescens L.) menjadi salah satu sektor pertanian yang sangat berpengaruh terhadap roda perekonomian di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk kimia dalam mendukung pertumbuhan cabai rawit yang diinokulasikan fungi mikoriza arbuskular Funneliformis mosseae. Parameter pengujian meliputi kimia edafik tanah, agronomi tanaman, kejadian penyakit tanaman, kolonisasi mikoriza, biokimia tanah, sporulasi fungi mikoriza, hingga kelimpahan bakteri pelarut fosfat dan penambat nitrogen di tanah. Hasil menunjukkan adanya beda nyata dalam peningkatan biomassa tanaman cabai rawit yang diinokulasi dengan F. mosseae di berbagai dosis pupuk fosfat dan urea. Hasil analisis statistik DMRT menunjukkan kolonisasi fungi mikoriza F. mosseae berpengaruh dalam mendukung pertumbuhan tanaman cabai pada tanah defisiensi unsur hara nitrogen. Fungi Funneliformis mosseae mampu mereduksi kejadian penyakit cabai rawit di berbagai dosis pupuk fosfat dan urea. Aktivitas enzim fosfatase dan mikroba total di tanah meningkat pada tanaman cabai rawit yang diinokulasi F. mosseae. Asosiasi F. mosseae dengan tanaman cabai rawit memberikan pengaruh positif terhadap populasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut fosfat di tanah. Pemberian fungi F. mosseae dapat menekan penggunaan pupuk fosfat sebesar 75% serta memberikan hasil terbaik pada dosis normal pupuk urea. Fungi F. mosseae dapat menekan penggunaan pupuk kimia dan mendukung pertanian cabai rawit yang berkelanjutan.

Excessive use of chemical fertilizers results in a decrease in soil fertility, a common problem in marginal soils. Chili (Capsicum frutescens L.) farming is one of Indonesia’s most important agricultural industries. The research aimed to optimize the use of chemical fertilizers to support the growth of chili inoculated with arbuscular mycorrhizal fungi Funneliformis mosseae. Soil edaphic chemistry, plant agronomy, plant disease incidence, mycorrhizal colonization, soil biochemistry, mycorrhizal fungi sporulation, and the colony of phosphate solubilizing and nitrogen-fixing bacteria in the soil also were included in the test parameters. The results revealed that the increase in plant biomass of chili inoculated with F. mosseae was significantly different regardless of the amount of phosphate and urea fertilizer applied. The mycorrhizal fungi colonization of F. mosseae was successful in supporting the growth of chili plants in nitrogen-deficient soils, according to the results of DMRT statistical analysis. At various phosphate and urea fertilizer dosages, the F. mosseae fungi reduced the incidence of chili disease. When chili plants were inoculated with F. mosseae, phosphatase enzyme activity and total microorganisms in the soil increased. The presence of F. mosseae in the soil increases the population of nitrogen-fixing and phosphate-solubilizing bacteria. Funneliformis mosseae fungi can reduce the use of phosphate fertilizers by up to 75% while producing the highest performance with standard urea fertilizer dosages. The F. mosseae fungi can help the farmers cultivate chilis more sustainably by reducing the consumption of chemical fertilizers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rifqah Azzahra
"

Cabai rawit merah (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, cabai rawit merah memiliki umur simpan yang singkat dengan penurunan kualitas yang sangat cepat. Penelitian ini dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas cabai rawit merah menggunakan metode pengembusan gas ozon dengan dosis tertentu, dilanjutkan dengan penyimpanan pada beberapa jenis kemasan. Gas ozon dengan dosis 1, 3, dan 5 ppm digunakan sebagai agen disinfektan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada cabai rawit merah. Kemasan bermaterial PP, LDPE, dan PET digunakan sebagai wadah pengawetan. Sampel disimpan selama 14 hari untuk dilihat perkembangan kualitasnya. Kualitas cabai yang dianalisis adalah total bakteri mesofil aerobik (TBMA), kandungan capsaicin, penurunan massa, dan organoleptik pada penyimpanan jam ke 1, 72, 168, dan 336. Penggunaan gas ozon dengan konsentrasi 3 ppm yang dilanjutkan dengan penyimpanan pada kemasan PET memberikan hasil yang terbaik dalam memperpanjang umur simpan serta mempertahankan kualitas cabai rawit merah. Masa simpan cabai rawit merah dapat diperpanjang hingga 7 hari dibandingkan cabai rawit merah tanpa ozonasi. Pada aspek pengujian TBMA, didapatkan hasil kandungan bakteri yang lebih kecil hingga 89% dibandingkan sampel tanpa ozonasi. Penurunan massa juga dapat ditekan hingga 35,5%. Kualitas cabai rawit merah untuk aspek kandungan capsaicin tidak dipengaruhi baik konsentrasi ozon maupun kemasan penyimpanan.


Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is one of Indonesia's horticultural products that has high economic value. However, red cayenne pepper has a very short shelf-life and quality loss. This research will discuss the ozonation of red cayenne pepper to extend the shelf life and maintain quality. The method used is the spraying of gaseous ozone on red cayenne pepper with a certain dose, followed by storage in several types of packaging. Gaseous Ozone with concentration of 1,3, and 5 ppm will be utilized as a disinfectant to keep microorganisms from contaminating horticultural products. As preservation containers, PP, LDPE, and PET packing materials will be utilized. The quality of the chilies to be analyzed were total aerobic mesophyll bacterium (TBMA), capsaicin content, weight loss, and organoleptic including observation of color, aroma, and texture. The use of ozone gas with a concentration of 3 ppm, followed by storage in PET packaging, provides the best results in extending the shelf life and maintaining the quality of red chili peppers. The shelf life of red chili peppers can be extended up to 7 days compared to non-ozone-treated red chili peppers. In terms of TBMA testing, a smaller bacterial content was found, up to 89% lower compared to samples without ozonation. Mass reduction can also be suppressed up to 35.5%. The quality of red chili peppers in terms of capsaicin content is not affected by both ozone concentration and storage packaging.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>