Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamelia Kasuma Indah
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah.

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Tanuwijaya
"Tumbuhan telang (Clitoria ternatea L.) dikenal kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan dan anti-penuaan, termasuk aktivitas antioksidan, antitirosinase, antielastase, dan antikolagenase. Aktivitas antihialuronidase yang kuat telah dilaporkan pada ekstrak daun telang, tetapi belum dilaporkan pada ekstrak bunga telang. Meski telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan, belum ada penelitian terhadap bunga telang dari Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antihialuronidase dan antioksidan dari ekstrak etanol 70% bunga telang, dengan fokus aplikasinya dalam kosmetik anti-penuaan. Aktivitas antihialuronidase diukur untuk menilai potensi ekstrak mencegah degradasi asam hialuronat dalam menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. Aktivitas antioksidan dievaluasi dengan metode DPPH untuk menilai kemampuan ekstrak menangkal radikal bebas penyebab kerusakan oksidatif pada sel kulit. Hasil menunjukkan rendemen ekstrak 46,95% dan kadar air 6,88 ± 0,14%. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, fenolik, glikosida, saponin, dan terpenoid. Uji aktivitas antihialuronidase menunjukkan penghambatan kuat dengan IC50 95,6015 ± 0,4377 μg/mL dibandingkan standar asam oleanolat 41,3646 ± 0,5183 μg/mL yang menunjukkan penghambatan sangat kuat. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH menunjukkan penghambatan sangat kuat dengan IC50 49,8647 ± 0,9502 μg/mL dibandingkan standar asam askorbat 3,3063 ± 0,414 μg/mL yang menujukkan aktivitas sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari Kecamatan Ngaliyan memiliki potensi besar sebagai bahan aktif dalam produk kosmetik anti-penuaan melalui aktivitas penghambatan hialuronidase dan antioksidan yang kuat.

Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) is known for its richness in phenolic and flavonoid compounds that are beneficial for health and anti-aging, including antioxidant, anti-tyrosinase, anti-elastase, and anti-collagenase activities. Strong anti-hyaluronidase activity has been reported in the leaf extract of butterfly pea, but it has not been reported in the flower extract. Although it has been proven to have antioxidant activity, no research has been conducted on the flower of butterfly pea from Ngaliyan District, Semarang. This study aimed to examine the anti-hyaluronidase and antioxidant activities of 70% ethanol extract of butterfly pea flowers, with a focus on its application in anti-aging cosmetics. The anti-hyaluronidase activity was measured to assess the extract's potential to prevent the degradation of hyaluronic acid, thereby maintaining skin moisture and elasticity. The antioxidant activity was evaluated using the DPPH method to assess the extract's ability to scavenge free radicals that cause oxidative damage to skin cells. The results showed an extract yield of 46.95% and a moisture content of 6.88 ± 0.14%. Phytochemical screening revealed that the extract contained alkaloids, tannins, flavonoids, phenolics, glycosides, saponins, and terpenoids. The anti-hyaluronidase activity test showed strong inhibition with an IC50 of 95.6015 ± 0.4377 μg/mL compared to the standard oleanolic acid with an IC50 of 41.3646 ± 0.5183 μg/mL, which indicated very strong inhibition. The antioxidant activity test using DPPH showed very strong inhibition with an IC50 of 49.8647 ± 0.9502 μg/mL compared to the standard ascorbic acid with an IC50 of 3.3063 ± 0.414 μg/mL, which indicated very strong activity. Based on the results, it can be concluded that the 70% ethanol extract of butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) flowers from Ngaliyan District has great potential as an active ingredient in anti-aging cosmetic products due to its strong anti-hyaluronidase and antioxidant activities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Mutiara Annisa
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan salah satu tanaman dari genus Clitoria yang mengandung senyawa golongan flavonoid serta memiliki aktivitas antioksidan sehingga berpotensi dalam menghambat enzim elastase. Namun, penelitian tentang kemampuan ekstrak dalam menghambat enzim elastase masih belum tersedia di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan metode ABTS dan aktivitas penghambatan enzim elastase dalam ekstrak etanol 70% bunga telang. Sebagai langkah awal, dilakukan pengamatan mikroskopis simplisia bunga telang yang menunjukkan adanya beberapa sel atau jaringan di dalamnya, yakni stomata anomositik pada epidermis, pembuluh annular, butiran serbuk sari, kristal kalsium oksalat prismatik, papila, dan trikoma. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 45,521% dengan rata-rata kadar air ekstrak sebesar 5,445 ± 0,08%. Penetapan kadar flavonoid total kemudian dilakukan dengan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 menunjukkan hasil sebesar 4,75 ± 0,7 mgEK/g ekstrak. Aktivitas antioksidan melalui pengujian ABTS dalam ekstrak etanol 70% bunga telang dan pembanding asam askorbat memberikan nilai IC50 dengan kategori sangat kuat, masing-masing sebesar 26,40 ± 0,2 dan 3,20 ± 0,07 ppm. Pada pengujian anti-elastase, pembanding epigalokatekin galat (EGCG) mendapatkan nilai IC50 sebesar 39,4 ± 0,07 μg/mL, sedangkan ekstrak memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim elastase yang relatif rendah, yaitu sebesar 10,06 ± 0,2% pada konsentrasi 500 μg/mL dan 19,766 ± 0,4% pada konsentrasi 1000 μg/mL. Dengan demikian, meskipun ekstrak bunga telang berpotensi sebagai antioksidan kuat, kemampuannya dalam menghambat enzim elastase tergolong tidak aktif.

The butterfly pea (Clitoria ternatea L.) is a plant from the genus Clitoria known for its flavonoid content and antioxidant activity, making it potentially capable of inhibiting the enzyme elastase. However, research on its elastase inhibition ability is lacking in Indonesia. This study aims to determine the antioxidant activity using the ABTS method and the elastase inhibitory activity in a 70% ethanol extract of butterfly pea flowers. Microscopic observations of the flower revealed several cellular structures, including anomocytic stomata, annular vessels, pollen grains, calcium oxalate crystals, papillae, and trichomes. The extraction process used maceration with 70% ethanol, yielding a rendement of 45.521% and an average moisture content of 5.445 ± 0.08%. The total flavonoid content was determined using the AlCl3 colorimetric method, resulting in 4.75 ± 0.7 mgQE/g extract. The ABTS testing showed very strong antioxidant activity, with IC50 values of 26.40 ± 0.2 ppm for the extract and 3.20 ± 0.07 ppm for ascorbic acid. In the anti-elastase test, the comparator epigallocatechin gallate (EGCG) had an IC50 value of 39.4 ± 0.07 μg/mL. However, the extract demonstrated relatively low elastase inhibitory activity, with inhibition rates of 10.06 ± 0.2% at 500 μg/mL and 19.766 ± 0.4% at 1000 μg/mL. Thus, while the butterfly pea flower extract exhibits strong antioxidant potential, its ability to inhibit elastase is less effective compared to EGCG. This suggests that the extract might be more useful for applications focused on antioxidant properties rather than as an elastase inhibitor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Anniza Effendie
"Bekatul merupakan hasil produk samping dari penggilingan padi ketiga yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak karena kandungan nutrisinya. Bekatul dapat dimanfaatkan lebih luas dengan diekstrak menjadi minyak bekatul, yang merupakan minyak dengan kandungan asam lemak tak tinggi sehingga baik untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Kandungan senyawa yang dimiliki oleh minyak bekatul dapat dimanfaatkan lebih luas dengan metode isolasi atau pemurnian. Salah satu kandungan yang memiliki potensi pemanfaatan yang baik bagi kesehatan adalah kandungan senyawa antioksidan pada minyak bekatul. Dalam proses isolasi, metode yang biasa digunakan adalah kromatografi. Metode ini mampu memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi antara fase diam dan fase gerak. Komposisi fase gerak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil isolasi senyawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi fase gerak terbaik dalam mengisolasi senyawa antioksidan pada minyak bekatul serta mengidentifikasi senyawa yang berhasil terisolasi berdasarkan komposisi tersebut. Pada penelitian ini, minyak bekatul diperoleh melalui ekstraksi dengan metode Green Bligh-Dyer dengan dengan pelarut etil asetetat:etanol:air 6,37:1:4,13 (b/b/b). Minyak ini diuji dengan kromatografi lapis tipis dan bantuan instrumen reveleris menggunakan berbagai variasi komposisi pelarut, dan didapatkan variasi terbaik yakni Heksana:DCM:(Etanol + 1% Asam Asetat 10%). Senyawa antioksidan yang teridentifikasi dengan LC-MS/MS-QToF terbanyak adalah asam α-linolenat. Senyawa lainnya yang teridentifikasi dengan kelimpahan yang besar adalah piperin, heksakosil (E)-ferulat, dan 1-(2-[(4-Asetil- 1-piperazinil) metil]-1-metil-1H-benzimidazol-5-il)-3-sikloheksilurea.

Rice bran is a byproduct of the third stage of rice milling, typically used as animal feed due to its nutritional content. Rice bran can be utilized more extensively by extracting it into rice bran oil, which is low in saturated fats and thus beneficial for reducing the risk of heart disease. The compounds present in rice bran oil can be further utilized through isolation or purification methods. One compound with potential health benefits is the antioxidant compound found in rice bran oil. In the isolation process, chromatography is commonly used. This method separates compounds based on their distribution between a stationary phase and a mobile phase. The composition of the mobile phase is a critical factor influencing the isolation results.This study aims to determine the optimal mobile phase composition for isolating antioxidant compounds in rice bran oil and to identify the isolated compounds based on this composition. In this research, rice bran oil was obtained through extraction using the Green Bligh-Dyer method with ethyl acetate:ethanol solvent at a ratio of 6.37:1:4.13 (w/w/w). This oil was tested using thin-layer chromatography and with the help of the reveleris instrument using various solvent compositions. The most effective composition found was Hexane:DCM:(Ethanol + 1% Acetic Acid 10%). The antioxidant compound identified in highest abundance by LC-MS/MS-QToF was alpha-linolenic acid. Other identified compounds in significant abundance were piperine, hexacosyl (E)-ferulate, and 1-(2-[(4-acetyl-1- piperazinyl)methyl]-1-methyl-1H-benzimidazol-5-yl)-3-cyclohexylurea."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dolvin Novitasari
"Bayam merah merupakan salah satu sayuran yang diduga terdapat penambahan zat warna sintetik dikarenakan hasil rebusan air yang berwarna sangat merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktkan ada tidaknya zat warna merah sintetik (ponceau 4R, karmoisin, rodamin B, dan amaran) pada bayam merah yang beredar di pasar tradisional dan moderen yang ada di kota Depok serta menentukan kadar zat warna merah sintetik pada bayam merah jika terbukti mengandung zat merah sintetik yang beredar di pasar tradisional dan moderen yang ada di Depok.
Metode yang digunakan adalah isolasi zat warna dengan bulu domba kemudian dilanjutkan dengan analisis menggunakan reaksi warna, dilanjutkan dengan kromatografi kertas dan KLT Densitometri. Eluen terpilih untuk kromatografi kertas adalah etanol-n-butanol-air (4:5:5) dan isobutanol- etanol-air (3:2:4) sedangkan eluen terpilih untuk KLT-Densitometri adalah etanol- n-butanol-air (3:7:1). Dari tujuh sampel yang diperiksa dalam penelitian ini tidak ada satupun sampel yang mengandung zat warna sintetik.

Red Spinach is one vegetable that are suspected of adding synthetic dyes due to the stew very red-colored water. The purpose of this study was to prove existence of synthetic red dye (ponceau 4R, karmoisin, rodamin B, and amaranth) on the red spinach in the market of traditional and modern in Depok city and to determine the levels of synthetic red dye on red spinach if proven to contain red synthetic substances circulating in the traditional and the modern market in Depok city.
The method used is isolation with wool dyes followed by analysis using a color reaction, followed by paper chromatography and TLC densitometry. Eluent was selected for paper chromatography was n-butanol-ethanol-water (4:5:5) and isobutanol-ethanol-water (3:2:4), while the eluent was selected to TLC- densitometry is n-butanol-ethanol-water (3:7:1). From seven samples examined in this study none of the samples containing synthetic dyes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rimayanti
"Penelitian eksperimental untuk menguji kekhususan mangsa siput Phyllidia elegans telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel dikarantina secara in-situ dengan spons Axinyssa spp. selama 28 hari. Analisis pemangsaan dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dengan membandingkan titik yang muncul pada ekstrak bebas garam siput P. elegans dan spons Axinyssa spp.
Hasil analisis KLT menunjukkan bahwa siput P. elegans tidak memangsa spons Axinyssa spp. dalam kondisi kekurangan pangan. Hasil KLT juga menunjukkan bahwa siput P. elegans secara konsisten mengandung amfilekten isosianida yang didapatkan dari spons mangsanya di alam, Dragmacidon sp.

Field experiment was conducted in order to examine prey specificity of nudibranch Phyllidia elegans in Pramuka Island waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Samples were quarantined by in-situ method with sponges Axinyssa spp. for 28 days. Feeding analysis was done using thin layer chromatography technique by comparing spots between salt-free extract of P. elegans and Axinyssa spp.
TLC analysis showed that P. elegans did not feed on Axinyssa spp. under lack-of-food condition. Results of TLC also showed that P. elegans consistently containing amphilectene isocyanide which sequestered from its natural sponge prey, Dragmacidon sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Angelina
"Sebagai negara beriklim tropis, masyarakat Indonesia cenderung terkena paparan panas berlebih yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan kulit, salah satunya hiperpigmentasi. Pitera, yang berasal dari filtrat fermentasi jamur Galactomyces pada pembuatan sake dengan bahan baku beras, ditemukan berkhasiat sebagai antipenuaan dan memberikan efek perlindungan terhadap pajanan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak fermentasi beras merah (Oryza sativa L. var. Inpari 24) dengan ragi tapai terhadap aktivitas antioksidan, aktivitas antitirosinase, kandungan flavonoid total, dan pengamatan profil senyawa dengan metode LC-MS/MS. Lima ekstrak fermentasi beras merah dari berbagai waktu fermentasi (2, 4, 6, 8, dan 10 hari) diuji aktivitas antioksidannya dengan metode FRAP. Sampel dengan aktivitas antioksidan tertinggi lalu diuji kandungan flavonoid totalnya dengan metode kolorimetri AlCl3 dan diuji aktivitas antitirosinasenya dengan menggunakan enzim tirosinase dan substrat L-DOPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak fermentasi hari kesepuluh merupakan sampel dengan aktivitas antioksidan metode FRAP tertinggi (1,304 gram FeSO4 ekuivalen/100 gram ekstrak). Kandungan flavonoid total yang terukur adalah sebesar 1,034 mgQE/g ekstrak. Pada pengujian aktivitas antitirosinase, ekstrak ini memiliki nilai IC50 sebesar 17.189,11 μg/mL dan termasuk ke dalam kategori sangat lemah. Pengamatan profil senyawa dengan LC-MS/MS menunjukkan bahwa lima senyawa terbanyak yang terdeteksi pada ekstrak fermentasi hari kesepuluh adalah 3-Asetilakonitin, Patuletin-7-O-[6-(2-metilbutiril)]-glukosida, Viskumneosida II, Asam suksinat, dan Nortropanolin. Diperlukan optimasi lebih lanjut untuk mempelajari potensi ekstrak dalam aktivitas antioksidan dan antitirosinasenya.

Indonesian who live in tropical climates, tend to get excess sunlight exposure which can lead to many skin problems, such as hyperpigmentation. Pitera, which came from Galactomyces yeast ferment filtrate in sake production with rice as the raw material, has efficacy in anti-aging and protective effects against environmental exposures. This research aimed to find the potency of fermented red rice (Oryza sativa L. var. Inpari 24) with tapai yeast in terms of its antioxidant activity, antityrosinase activity, and total flavonoid content. The phytochemical compounds of the extract were analyzed by LC-MS/MS method. Five red rice fermented extracts from different fermentation times  (two, four, six, eight, and ten days) were tested with FRAP antioxidant assay. Extract with the highest FRAP antioxidant activity was analyzed with colorimetry AlCl3 method for total flavonoid content, and antityrosinase activity assay was done using tyrosinase enzyme and L-DOPA substrate. The results showed that extract with ten days of fermentation had the highest FRAP antioxidant activity (1,304 gram FeSO4 equivalent/100 g extract). Besides that, the calculated total flavonoid content of the extract was 1,034 mgQE/g extract. In the antityrosinase activity assay, this extract had an IC50 value of 17.189,11¼g/mL and was categorized as very low potency. The observation of phytochemical compounds with LC-MS/MS showed that the five main compounds in the extract were 3-Acetylaconitine, Patuletin-7-O-[6-(2-methylbutyryl)]-glucoside, Viscumneoside II, Succinic acid, and Nortropanoline. Further optimization is needed to study the potential of the extract in its antioxidant and antityrosinase activities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nira Nurkhalifah
"Averrhoa bilimbi L. merupakan tanaman suku Oxalidaceae yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, namun masih jarang dimanfaatkan untuk pengobatan topikal dan perawatan kulit. Ekstrak etanol 70% tanaman ini telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, tetapi belum terdapat penelitian terkait enzim yang berperan dalam proses penuaan dini seperti enzim elastase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rendemen dan kadar air, kandungan senyawa fitokimia, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan metode FRAP, dan uji penghambatan aktivitas enzim elastase dari ekstrak. Metode ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70%, skrining fitokimia dengan kromatografi lapis tipis, penetapan flavonoid total metode kolorimetri dengan standar rutin, pengujian aktivitas antioksidan metode FRAP dengan standar FeSO4.7H2O dan kontrol positif asam askorbat, serta pengujian antielastase menggunakan porcine pancreatic elastase, substrat N-suksinil-Ala-Ala-Ala-p-nitroanilin, dan kontrol positif epigalokatekin galat (EGCG). Berdasarkan hasil ekstraksi, didapatkan ekstrak kental dengan kadar air 7,5% dan rendemen 21,35% yang positif mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, dengan kadar flavonoid total 64,5063±0,44 mg ER/g ekstrak. Pengujian antioksidan FRAP menunjukkan ekstrak memiliki aktivitas antioksidan 20,2295±0,29  g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan asam askorbat 308,9458±2,41 g ekuivalen FeSO4/100 g asam askorbat. Pada uji aktivitas penghambatan elastase, ekstrak tidak aktif menghambat aktivitas enzim karena  memiliki aktivitas penghambatan 7,21%  pada konsentrasi 300 ppm, 14,72% pada 400 ppm, dan 29,73% pada 500 ppm, sedangkan EGCG memiliki nilai IC50 39,14 µg/mL. Dengan demikian, disimpulkan ekstrak etanol 70% daun belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan dengan metode FRAP yang lebih rendah dibandingkan asam askorbat dan tidak aktif menghambat elastase.

Averrhoa bilimbi L. is a plant of the Oxalidaceae tribe that has been used as a traditional medicine because it has high antioxidant activity, but is still rarely used for topical treatment and skin care. The 70% ethanol extract of this plant has been reported to have antioxidant activity, but there is no research related to enzymes that play a role in the process of premature aging such as the elastase enzyme. This study aimed to determine the yield and water content, phytochemical compound content, total flavonoid content, antioxidant activity of FRAP method, and elastase enzyme activity inhibition test of the extract. The extraction method was carried out by maceration using 70% ethanol, phytochemical screening by thin layer chromatography, determination of total flavonoids by colorimetric method with rutin standard, FRAP method antioxidant activity testing with FeSO4.7H2O standard and ascorbic acid positive control, and elastase enzyme inhibition activity testing using porcine pancreatic elastase, N-succinyl-Ala-Ala-Ala-p-nitroaniline substrate, and epigalocatechin gallate (EGCG) positive control. Based on the extraction results, a thick extract with a moisture content of 7.5% and a yield of 21.35% was obtained which positively contained phenol, flavonoid, alkaloid, and terpenoid compounds, with a total flavonoid content of 64.5063 ± 0.44 mg ER/g extract. FRAP antioxidant testing showed the extract had antioxidant activity of 20.2295 ± 0.29 FeSO4 equivalents/100 g extract, while ascorbic acid was 308.9458 ± 2.41 FeSO4 equivalents/100 g ascorbic acid. In the elastase inhibition activity test, the extract was not active in inhibiting enzyme activity because it had an inhibitory activity of 7.21% at a concentration of 300 ppm, 14.72% at 400 ppm, and 29.73% at 500 ppm, while EGCG had an IC50 value of 39.14 µg/mL. Thus, it is concluded that 70% ethanol extract of belimbing wuluh leaves has antioxidant activity with the FRAP method which is lower than ascorbic acid and is not active in inhibiting elastase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlina Jihan Lusiyanti
"Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) merupakan obat yang dapat mengontrol hipertensi. Penelitian secara in vivo melaporkan bahwa stres oksidatif berperan dalam patogenesis hipertensi. Daun jarum tujuh bilah (Pereskia sacharosa Griseb.) secara tradisional telah digunakan sebagai antihipertensi dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penghambatan aktivitas ACE dari ekstrak etanol Pereskia sacharosa Griseb., aktivitas antioksidan metode FRAP dari ekstrak dan fraksi, menentukan kadar fenolik total dan flavonoid total fraksi, serta melihat korelasinya dengan aktivitas antioksidan. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan etanol 80% dan fraksinasi dilakukan dengan metode partisi cair-cair. Uji penghambatan ACE secara in vitro dari ekstrak menggunakan ACE Kit-WST Dojindo dan diperoleh nilai IC50 3,448 μg/mL.
Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode FRAP dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan n-butanol diperoleh EC50 berturut-turut 91,270; 15,085; dan 36,070 μg/mL. Penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak etanol daun Pereskia sacharosa Griseb. mengandung alkaloid, fenol, flavonoid, glikosida, steroid, tanin, dan saponin. Fraksi n-butanol memiliki kadar fenolik total dan flavonoid total tertinggi yaitu 8,456 ± 0,151 mg EAG/g ekstrak dan 3,858 ± 0,285 mg EK/g ekstrak. Terdapat korelasi yang kuat antara kadar fenolik total pada fraksi dan aktivitas antioksidannya dengan metode FRAP.

Angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEi) are drugs that can control hypertension. In vivo studies have reported that oxidative stress plays a role in the pathogenesis of hypertension. Jarum tujuh bilah (Pereskia sacharosa Griseb.) leaves have been used traditionally as antihypertensive and antioxidant. The purpose of this study was to determine the inhibition of ACE activity of the ethanolic extract of Pereskia sacharosa Griseb., antioxidant activity of the extract and fractions using FRAP method, determine the total phenolic and total flavonoids content its fractions and its correlation with antioxidant activity. Extraction was done by maceration with 80% ethanol and fractionation performed by liquid-liquid partition. In vitro inhibition of ACE activity assay of the extract using ACE Kit-WST Dojindo had IC50 value of 3.448 μg/mL.
Antioxidant activity using FRAP method of the n-hexane, ethyl acetate, and n-butanol fractions had EC50 value of 91.270; 15.085; and 36.070 μg/mL respectively. Phytochemical screening showed that ethanolic extract of Pereskia sacharosa Griseb. leaves contained alkaloids, phenols, flavonoids, glycosides, steroids, tannins, dan saponins. n-butanol fraction had the highest total phenolic content and total flavonoids content with 8.456 ± 0.151 mg GAE/g extract and 3.858 ± 0.285 mg QE/g extract. There was a high correlation between total phenolic content of the fraction with their antioxidant activity using FRAP method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurasih
"2,6-Bis(4-sulfomidobenzylidene)cyclohexanone is a new substance from chlorosulfonasi 2,6-dibenzylidenecyclohexanone which is amidated to sulfonilchlorida with ammonia. One of the characteristics that must be known from new drug standard is the stability data. In this research has done the effect of pH to solvent 2,6-bis(4-sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone with accelerated stabilty test and analysed by Thin Layer Chromatography Densitometry. Buffers that have been used were pH 7,0 and pH 10,0 with temperature of 500C, 600C, 700C. Analysis condition used silica gel F254 plate as static phase, solvent mixture as mobile phase was dichlormetan:metanol (9:1) and analysed in 334 nm wavelenght. The coefficent of variation was less than 2%. Calibration curve done in range of 60-200 ppm resulting liniearity 0,9975 with limit of detection 11.8086 ppm dan limit of quantitation 39.33619 ppm. The result of stabilty 2,6-bis(4- sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone in pH 7,0 at 25°C had k1 = 0,13 hours-1, activation energy (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 hour and half time (t ½) = 5,30 hours, whereas in pH 10,0 at 25°C had k1 = 7,01 hours-1, activation energy (Ea) = 1,14 kkal mol-1 shelf life (t90) = 0,02 hour and half time (t ½) = 0,10 hour. So from the data above, it can be taken conclusion that pH 7,0 more stabil than pH 10,0.

2,6-Bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon adalah senyawa hasil dari klorosulfonasi 2,6-dibenzilidenasikloheksanon, yang kemudian dilakukan amidasi terhadap sulfonilklorida dengan ammonia. Salah satu sifat yang harus diketahui dari senyawa calon obat adalah data stabilitas. Pada penelitian kali ini dilakukan uji pengaruh pH terhadap stabilitas larutan 2,6- bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon dengan metode uji stabilitas dipercepat dan dianalisis secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Dapar yang digunakan adalah pH 7,0 dan pH 10,0 dengan suhu 500, 600, dan 700 C. Kondisi analisis menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai fase diam, campuran pelarut diklormetan : metanol (9:1) sebagai fase gerak dan dianalisis pada panjang gelombang 334 nm. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2 %. Kurva kalibrasi dilakukan pada rentang 60-200 ppm menghasilkan linieritas 0.9975 dengan batas deteksi 11.8086 ppm dan batas kuantitasi 39.33619 ppm. Hasil dari stabilitas 2,6-bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon pada pH 7,0 memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu 250C memiliki k1 = 7,01 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,02 jam dan waktu paro (t ½) = 0,10 jam. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pH 7,0 lebih stabil dibandingkan dengan pH 10,0."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2009
S33025
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>