Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khofiyana Putri Widyaningrum
"Tradisi membatik di Kabupaten Kendal pernah mengalami keterpurukan, namun dewasa kini tradisi tersebut dimunculkan kembali dan mengalami perubahan. Sebagai wujud budaya yang mengandung nilai dan gagasan tertentu, batik telah mengalami perkembangan, baik dari segi teknik, proses pembuatan, corak atau motif, serta fungsi sebagai dampak dari perjalanan zaman dan sentuhan budaya lain. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan dari motif batik yang ada di Kabupaten Kendal berdasarkan karakteristik wilayah pembatikannya, serta keterkaitan dari teknologi dan pelaku yang dalam penelitian ini dipandang sebagai mode produksi terhadap perubahan dari motif batik tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan ideografis, yang dieksplorasi dengan melalui dua kasus, yakni Batik Linggo yang mewakili wilayah batik dataran tinggi dan Batik Widji yang mewakili wilayah batik dataran rendah. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan motif batik di Kabupaten Kendal meliputi unsur-unsur yang baru dimunculkan yang merepresentasikan wilayah pembatikan, perluasan pemaknaan, dan perluasan perspektif wilayah pembatikan yang kini didasarkan pada letak geografis. Pada awal kemunculan, motif hanya berupa unsur alam seperti flora dan fauna yang seragam, namun dewasa kini dimunculkannya unsur seperti motif cerita sejarah, pola aktivitas penduduk, hingga motif peninggalan sejarah, dan flora fauna khas. Munculnya unsur-unsur baru tersebut juga didasarkan dari pengrajin batik yang ingin menonjolkan karakteristik wilayah serta keunikan lain yang ditemukan di sekitar wilayah pembatikan mereka, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Perubahan dari motif batik di Kabupaten Kendal tersebut diiringi oleh perubahan dari mode produksi batiknya, di mana keduanya menunjukkan hubungan yang timbal balik. Antara perubahan motif batik dengan perubahan mode produksi tersebut diikat oleh aspek yang sama, yakni aspek pelaku pembatikan.

The batik tradition in Kendal Regency was on the verge of losing its identity. However, it has now been revived and is undergoing incredible changes. As a form of culture that embodies certain values and ideas, batik has evolved in terms of technique, manufacturing process, patterns or motifs,, as well as function as a result of the passage of time and the touch of other cultures. This research was conducted to analyze changes in batik motifs in Kendal Regency based on the characteristics of the batik making area, as well as the relationship between technology and actors which in this research are seen as modes of production on changes in batik motifs This research is qualitative research with a ideographic approach, the research explored two cases, namely Batik Linggo, which represents the highland batik area, and Batik Widji, which represents the lowland batik area. The research findings reveal that changes in batik motifs in Kendal Regency include newly emerged elements that represent batik-making areas, expanding meanings, and perspectives on batik-making areas based on geographical location. In the beginning, motifs only consisted of natural elements such as uniform flora and fauna. But now, elements such as historical story motifs, population activity patterns, historical heritage motifs, and typical flora and fauna have emerged. These elements highlight regional characteristics and the uniqueness found around their batik-making areas, namely the lowlands and highlands. The changes in batik motifs in Kendal Regency are accompanied by changes in the batik production mode. Changes in batik motifs and mode of productions are both tied to the batik maker."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
S33984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dafa Nurbaskara
"Keterikatan tempat mengacu pada ikatan emosional dan ikatan fungsionalĀ  positif yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat. Dalam perkembangannya, ikatan sosial juga berpengaruh terhadap keterikatan tempat yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga faktor tersebut secara bersamaan akan menghasilkan sense of place yang didefinisikan sebagai ikatan antara manusia dengan tempat yang tercipta berdasarkan pengalaman bermakna terhadap tempat. Sense of place dapat mempengaruhi perilaku individu pada suatu tempat dan salah satunya adalah penciptaan budaya. Batik merupakan seni budaya khas Indonesia yang penciptaannya dipengaruhi oleh interaksi antara manusia dengan tempat melalui adat istiadat dan karakteristik fisik lokasi. Kota Surakarta merupakan kota pedalaman yang perkembangan batiknya memiliki keterkaitan erat dengan keraton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan motif batik di Kota Surakarta berdasarkan keterikatan tempat yang dimiliki oleh pengusaha terhadap kampung batik yang ada di Kota Surakarta. Metode sampling yang digunakan adalah penetapan kuota 50 % dari total pengusaha batik yang memproduksi dari hulu hingga hilir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi literatur, sedangkan pada tahapan analisis data menggunakan teknik analisis konten, metode triangulasi sumber data, dan teknik interpretasi. Hasil dari penelitian ini adalah keterikatan tempat pengusaha batik terhadap kampung batik tergolong kuat yaitu pada skala intensionalitas sense of place 5 hingga 7. Terkait penentuan motif batik sebagian besar pertimbangannya didasarkan atas dasar tren di masyarakat dan permintaan khusus konsumen. Perihal hubungan keterikatan tempat dengan penciptaan motif batik adalah semakin kuat keterikatan tempat pengusaha batik, maka mereka cenderung tetap memproduksi batik klasik tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas khas Kota Surakarta.

Place attachment refers to the emotional attachment and positive functional attachment that individuals have to a place. In its development, social ties also affect the attachment to a person's place. These three factors will simultaneously produce a sense of place which is defined as a bond between humans and places created based on meaningful experiences of places. Sense of place can influence individual behavior in a place and one of them is the creation of culture. Batik is a typical Indonesian cultural art whose creation is influenced by the interaction between humans and places through customs and the physical characteristics of the location. The city of Surakarta is an inland city whose batik development is closely related to the palace. This study aims to determine the determination of batik motifs in the city of Surakarta based on the attachment of the place owned by the entrepreneur to the batik village in the city of Surakarta. The sampling method used is the determination of a quota of 50% of the total batik entrepreneurs who produce from upstream to downstream. Data was collected using interviews, observation, and literature studies, while at the data analysis stage, content analysis techniques, data source triangulation methods, and interpretation techniques were used. The result of this study is that the attachment of the batik entrepreneur to the batik village is quite strong, namely on a sense of place intentionality scale from 5 to 7. Regarding the determination of batik motifs, most of the considerations are based on trends in society and special consumer demands. Regarding the relationship between place and the creation of batik motifs, the stronger the attachment to the place of batik entrepreneurs, they tend to continue to produce traditional classical batik as a form of preserving the culture and identity of Surakarta City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Lestari
"Kabupaten Kendal merupakan wilayah yang berbatasan dengan kabupaten-kabupaten yang menggunakan dialek yang berbeda mdash;dialek Semarsuradupati di bagian timur, dialek Pekalongan di bagian barat, dan dialek Wonosobo di bagian selatan. Kabupaten Kendal juga memiliki topografi yang unik, yaitu adanya daerah pegunungan di bagian selatan dan daerah pesisir Laut Jawa di bagian utara. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana situasi kebahasaan di Kabupaten Kendal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan situasi kebahasaan di Kabupaten Kendal dengan pemetaan bahasa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pupuan lapangan dengan daftar tanyaan berjumlah 236 kata: 200 kosakata dasar Morish Swadesh, 11 Kosakata kata ganti, sapaan, dan acuan, dan 25 kosakata bidang sistem kekerabatan.
Penelitian ini membuktikan bahwa Kabupaten Kendal merupakan wilayah pakai satu bahasa beda wicara dengan persentase hasil dialektometri mencapai 27. Anggapan masyarakat mengenai dialek Weleri di Kabupaten Kendal tidak sesuai dengan hasil penelitian ini. Akan tetapi, Weleri mempunyai kekhasan ungkapan fatis ra, po, dan si yang memiliki fungsi yang sama dengan kan, ya, dan sih dalam bahasa Indonesia. Selain itu, ditemukan 15 kata yang tergolong sebagai kosakata khas Kabupaten Kendal.

Kendal is a regency that is bordering with some other regencies having different dialect mdash Semarsuradupati dialect in the east, Pekalongan dialect in the west, and Wonosobo dialect in the south. Kendal has a unique topography, namely the mountainous areas in the south and coastal areas in the northern part of Java Sea. According to these, the formulation of this research is how the languages situation in Kendal is.
The aim of this research is to explain the language situation in Kendal with language mapping. This research is using survey method with questionnaire totaling 236 words 200 basic vocabulary Swadesh Morish, 11 Vocabulary pronouns, greeting, and reference, and 25 vocabulary kinship system.
This research reveal that Kendal is an area of one language different pronounciations with the percentage of dialectometric result reaches 27. Therefore, the public opinion about Weleri dialect in Kendal is not in accordance with the results of this study. However, Weleri does have the peculiarities phatic phrases ra, po, and si that has the same function as lsquo kan, ya, and sih in Bahasa Indonesia. In addition, there are 15 words that are categorized as Kendal typical vocabulary.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Sunandar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran wilayah kualitas airtanah dangkal dengan parameter DHL dan Salinitas. Dan bagaimana variasinya berdasarkan curah hujan, geologi, jarak dari sungai dan jarak dari laut. Pengukuran kualitas airtanah dangkal dilakukan pada bulan Januari dan April tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan persebaran wilayah kualitas airtanah di Kecamatan Teluknaga dapat diklasifikasikan sebagai air tawar, agak payau, payau, asin, dan sangat asin, dengan didominasi oleh kualitas airtanah payau. Kualitas airtanah tawar pada saat tidak ada hujan sebarannya hanya terdapat pada tanggul pantai (Qbr) bagian selatan, sedangkan pada saat hujan sebaran kualitas airtanah tawar cenderung meluas di bagian tengah sampai sebagian selatan Kecamatan Teluknaga pada geologi aluvium. Faktor curah hujan mempengaruhi tinggi-rendahnya kualitas airtanah di Kecamatan Teluknaga. Sebaran kualitas airtanah secara keseluruhan tidak dipengaruhi oleh faktor jarak dari sungai dan laut, namun hanya pada geologi aluvium (Qa), sebaran kualitas airtanahnya dipengaruhi oleh faktor jarak dari sungai dan laut.

This study aims to know the distribution of shallow groundwater quality by DHL parameter and salinity. And how its variation based on rainfall, geology, distance from the river and the distance from the sea. The measurement of shallow groundwater quality is conducted in year month of January and April 2009. Results of research shows the quality distribution of groundwater in Teluknaga District can be classified as fresh water, slightly brackish, brackish, salty, and very salty, dominated by brackish groundwater. Quality of fresh groundwater, while not raining, its distribution only found in south coastal embankment (Qbr), but while raining, the distribution of fresh groundwater quality tended to be widespread in the middle part to the southern part of Teluknaga District in alluvium geology. Rainfall factors affected high and low groundwater quality in Teluknaga District. The distribution of overall groundwater quality is not influenced by distance factor between river and sea, but only on alluvium geology (QA), its distribution groundwater quality is influenced by distance factor from river to the sea."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34102
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Arief Wicaksono
"Tulisan ini membahas tentang berkurangnya signifikansi ritual dan aktivitas pertanian yang terjadi di masyarakat Lio pada Desa Nggela, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Saya berpandangan bahwa dalam kurun waktu empat dekade terakhir, telah terjadi peruhahan dominasi mode produksi pada masyarakat Nggela seiring dengan munculnya sumber-sumber penghasilan baru di luar pertanian, mulai dari mode produksi perkebunan tanaman komoditas, tenunan, dan pariwisata. Perubahan dominasi mode produksi ini berimplikasi pada perubahan-perubahan sosial pada aturan dan implementasi adat, ritual, serta pola perkawinan dan kekerabatan yang cenderung mengarah pada kondisi semakin berkurangnya signifikansi ritual serta relevansinya dengan aktivitas pertanian. Selain berfokus pada aspek perubahan cara produksi dan hubungan produksi dalam kerangka mode produksi, saya juga menggunakan pendekatan produksi sosial, praktik, dan sejarah untuk melihat bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi menimbulkan dinamika internal yang berimplikasi pada hubungan-hubungan antara manusia, alam, tenaga kerja, dan hubungan antarmanusia itu sendiri di Nggela. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: pertama, masyarakat Nggela masih terikat pada prinsip-prinsip kekerabatan dan di dalamnya terdapat lebih dari satu produksi. Kedua, kisah asal-usul masih menjadi dasar legitimasi otoritas pemimpin adat di Nggela. Ketiga, perubahan-perubahan yang terjadi pada pola perkawinan dan kekerabatan serta fenomena migrasi keluar, meskipun tidak secara langsung menyebabkan perubahan pada mode produksi pertanian, tetapi menciptakan kondisi yang mengarah pada perubahan tersebut. Keempat, perubahan mode produksi tidak hanya terjadi pada produksi material, tetapi juga perlu diproblematisasi perihal produksi sosialnya. Kelima, sejumlah peristiwa yang terjadi dalam empat dekade terakhir meniumbulkan dinamika internal yang menyebabkan stransformasi sosial-ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi dengan teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam.

This paper discusses the less significance of rituals and agricultural activities among the Lio in Nggela Village, Ende, Flores, Eastern Nusa Tenggara. In my idea, in the last four decades, there has been a shift in the dominance of production modes in the Nggela people along with the emergence of new sources of income outside of agriculture, ranging from modes of production of commodity crop plantations, weaving, and tourism. This change in the dominance of mode of production has implications for social changes in the rules and implementation of customs, rituals, marriage and kinship patterns that tend to lead to conditions of diminishing ritual significance and relevance to agricultural activities. In addition to focusing on aspects of changing ways of production and production relations within the framework of modes of production, I also use social production, practice, and historical approaches to see how the events that occur give rise to internal dynamics that have implications for the relations between humans, nature, labor, and human relations themselves in Nggela. The results of the study are as follows: first, the Nggela people are still bound to the principles of kinship and in it there is more than one modes of production. Second, the origin story is still the basis for the legitimacy of the authority of indigenous leaders in Nggela. Third, the changes that occur in the patterns of marriage and kinship and the phenomenon of outward migration, although not directly causing changes in the mode of agricultural production, but creating conditions that lead to such changes. Fourth, changes in the mode of production do not only occur in material production, but also need to be problematized regarding social production. Fifth, a number of historical moment that have occurred in the last four decades have caused internal dynamics that have led to socio-economic transformation.This research was conducted using ethnographic methods with participant observation techniques and in-depth interviews. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kambing merupakan salah satu sumber infeksi Toxoplasma gondii pada manusia, yaitu melalui konsumsi daging setengah matang (sate). Risiko ini akan dijumpai pada kambing, terutama yang mempunyai titer antibodi toksoplasmois yang tinggi. Pengaruh ketinggian lokasi terhadap angka infeksi toksoplasmosis pada kambing diteliti dengan mengambil serum kambing dari kecamatan Pasar Minggu, Jakarta (mewakili daerah dataran rendah) dan kecamatan Cibadak, Sukabumi (mewakili daerah dataran tinggi) masing-masing sebanyak 60 sampel. Uji serologis dengan metode hemaglutinasi tak langsung (IHA) menunjukkan angka infeksi oksoplosmosis 63% untuk Pasar Minggu dan 30% untuk Cibadak. Titer serum positif di Pasar Minggu adalah antara 1:256 dan 1:4.096 , sedangkan di Cibadak adalah antara 1:6 dan 1:512. Berdasarkan analisis dengan uji Khi-kuadrat terbukti bahwa baik angka infeksi maupun titer serum positif pada kambing yang berasal dari daerah dataran rendah (Pasar Minggu) lebih tinggi secara nyata daripada yang berasal dari daerah dataran tinggi, Cibadak.
"
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 14 (1-4) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki
"Wilayah Pati merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda banjir, penyebabnya adalah karena sebagian besar wilayahnya berada di dataran rendah yang rawan terhadap bencana banjir. Kejadian banjir yang sering terjadi, terutama disebabkan karena curah hujan yang tinggi, sehingga sungai tidak lagi mampu menampung limpasan air hujan yang berasal dari DAS Juwana yang ada di wilayah tersebut.
Hasil analisis melalui melalui proses overlay dari parameter banjir yaitu Peta Land sistem, peta tata guna tanah, peta kerapatan penduduk, peta curah hujan rata-rata dasarian dan peta peluang hujan ekstrim perdasarian menunjukkan tingkat rawan banjir di wilayah tersebut paling rawan terjadi pada dasarian 3 bulan Januari dan dasarian 1 Pebruari, yang merupakan puncak musim hujan di wilayah tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Qulby Arimy
"ABSTRAK
Nepenthes mampu hidup di dataran tinggi dan dataran rendah. Perbedaan habitat memunculkan perbedaan anatomi, salah satunya organ daun. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter anatomi helaian daun antara Nepenthes dataran tinggi N. aristolochioides dan N. singalana dari Sumatra dan Nepenthes dataran rendah N. rafflesiana dan N. gracilis dari Kalimantan. Setiap spesies diambil satu daun dewasa dari dua individu tumbuhan. Setiap daun dibuat sayatan melintang menggunakan hand mini microtome dan sayatan paradermal dengan teknik leaf scraping. Sayatan didehidrasi menggunakan seri alkohol bertingkat. Pewarnaan menggunakan safranin 1 dan fastgreen 1 . Sayatan diamati mengunakan mikroskop cahaya Olympus di Laboratorium Bioimaging ILRC, UI-Depok. Uji komparatif data anatomi kuantitatif menggunakan Uji T dan Uji Mann-Whitney. Kelompok spesies dataran tinggi menunjukkan helaian daun lebih tebal; kutikula adaksial lebih tipis; kutikula abaksial lebih tebal; epidermis adaksial dan abaksial lebih tebal; hipodermis adaksial lebih banyak lapisan dan lebih tebal; hipodermis abaksial lebih tebal; mesofil lebih tebal; jaringan palisade lebih banyak lapisan dan lebih tebal; sel epidermis adaksial dan abaksial lebih besar; kelenjar sesil adaksial dan abaksial lebih besar, lebih sedikit, dan lebih renggang; stomata abaksial lebih panjang, lebih lebar, lebih besar, lebih sedikit, dan lebih renggang; sel penjaga abaksial lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan spesies dataran rendah.

ABSTRACT
Nepenthes is able to live in the highland and lowland. The differences of their habitat influence theirs anatomical differences, such as leaves. This study aimed to compare the leaves anatomy character between highland Nepenthes N. aristolochioides and N. singalana from Sumatra and lowland Nepenthes N. rafflesiana and N. gracilis from Kalimantan. Each species was represented by one adult leaves of two individual plants. Each leaf was made transverse section by using a hand mini microtome and paradermal section was made by leaf scraping technique. Section was dehydrated by using graded series of alcohol. Sections were stained with safranin 1 and fastgreen 1 . Section was observed using an Olympus light microscope at ILRC Bioimaging Laboratory, UI Depok. The comparative test data of quantitative anatomy using Independent t Test and Mann Whitney Test. Group of highland species showed thicker leaves blade thinner adaxial cuticle thicker abaxial cuticle thicker adaxial and abaxial epidermis more layers and thicker adaxial hypodermis thicker abaxial hypodermis thicker mesophyll more layers and thicker palisade bigger adaxial and abaxial epidermis cell bigger, fewer, and lower density adaxial and abaxial sessile gland longer, wider, bigger, fewer and lower densitity abaxial stomata longer and wider abaxial guard cell than group of lowland species."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>