Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Patricia Lukas Goentoro
"Latar belakang dan Tujuan: Perawakan pendek berhubungan erat dengan gangguan kualitas hidup seorang anak serta orang tua ataupun pengasuhnya. Quality of Life in Short Stature Youth (QoLISSY) merupakan alat bantu penilaian kualitas hidup pada anak dengan perawakan pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi instrumen QoLISSY ke dalam Bahasa Indonesia dan membuktikan validitas serta reliabilitas instrumen tersebut.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang merekrut subyek anak yang bersekolah di SMAN 68 dengan perawakan pendek. Penerjemahan instrumen dilakukan oleh dua pasang penerjemah bersertifikat. Validitas konkuren dinilai menggunakan uji korelasi Spearman dengan membandingkan masing-masing pertanyaan instrumen QoLISSY versi Bahasa Indonesia, sedangkan penilaian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s alpha.
Hasil: Sebanyak 448 subyek anak berhasil diukur tinggi badannya, 72 (16,1%) di antaranya berperawakan pendek. Dari 72 subyek berperawakan pendek, 33 subyek bersedia mengisi kuesioner QoLISSY. Hanya 2 subyek yang melakukan pengobatan hormon pertumbuhan, oleh karena itu uji validitas dan realibilitas dilakukan pada 36 dari 50 butir pernyataan. Uji validitas menunjukkan 6 dari 36 butir pernyataan memiliki korelasi lemah, namun korelasi antarpertanyaannya baik. Nilai Cronbach’s alpha instrument ini adalah 0,930, yang menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik.
Kesimpulan: Instrumen QoLISSY versi Bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik sebagai alat penilaian kualitas hidup anak dengan perawakan pendek.

Background and Objectives: Short stature is closely related to impaired quality of life for a child and their parents or caregivers. The Quality of Life in Short Stature Youth (QoLISSY) is an assessment tool for evaluating the quality of life in children with short stature. This study aims to adapt the QoLISSY instrument into Indonesian and to prove its validity and reliability.
Methods: This study used a cross-sectional design and recruited children with short stature from SMAN 68. The instrument translation was performed by two pairs of certified translators. Concurrent validity was assessed using the Spearman correlation test by comparing each question of the Indonesian version of the QoLISSY instrument, while reliability was assessed by looking at Cronbach’s alpha values.
Results: A total of 448 children were measured for height, 72 (16.1%) of whom were short. Out of the 72 short-statured children, 33 subjects were willing to complete the QoLISSY questionnaire. Only 2 subjects were undergoing growth hormone therapy, thus validity and reliability tests were performed on 36 out of 50 questionnaire items. Validity tests showed that 6 out of 36 items had weak correlations, but the inter-item correlations were good. The Cronbach’s alpha value of this instrument was 0.930, indicating excellent internal consistency.
Conclusion: The Indonesian version of the QoLISSY instrument has good validity and reliability as a tool for assessing the quality of life of children with short stature.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania
"Latar belakang. Perawakan pendek dapat memengaruhi kehidupan anak seperti berkaitan dengan kejadian perundungan, isolasi sosial, dan dampak lainnya terkait perawakan pendek. Selain itu, berbagai penelitian menunjukkan tinggi badan berhubungan positif dengan kualitas hidup dan status sosial yaitu dominasi sosial, pencapaian professional, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang memengaruhi perawakan pendek adalah multifaktorial. Oleh karena itu Penelitian mengenai faktor yang memengaruhi perawakan pendek faktor yang memengaruhi perawakan pendek perlu dievaluasi.
Tujuan. Mengatahui prevalens perawakan pendek dan mengetahui faktor yang memengaruhi pertubuhan anak prepubertas
Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan di taman kanak-kanak dan sederajat atau sederajat. Faktor risiko yang dinilai yaitu data dasar karakteristik, faktor biogenetik (berat badan dan penjang badan lahir, jenis kelamin, tinggi ayah, tinggi ibu, dan tinggi potensi genetik), psikologis (pola asuh, jarak dekat saudara kandung, multiparitas), dan sosioekonomi (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan keluarga). Hasil. Terdapat 175 subjek yang ikut serta dalam penelitian ini, dengan prevalens perawakan pendek sebesar 14,2%. Analisis bivariat menunjukkan nilai p<0,05 terhadap perawakan pendek adalah jumlah anak lebih dari 2 orang, jarak saudara kandung kurang dari 2 tahun, dan pola asuh permisif. Serta beberapa faktor lain yang turut dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu cara kelahiran bedah kaisar. Analisis multivariat menunjukkan faktor yang memengaruhi perawakan pendek berupa perawakan pendek ibu, jarak usia antar < 2 tahun, jumlah anak > 2, dan pola asuh permisif.
Kesimpulan. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap perawakan pendek adalah perawakan pendek ibu, jarak usia antar saudara kandung kurang dari dua tahun dan pola asuh permisif.

Latar belakang. Perawakan pendek dapat memengaruhi kehidupan anak seperti berkaitan dengan kejadian perundungan, isolasi sosial, dan dampak lainnya terkait perawakan pendek. Selain itu, berbagai penelitian menunjukkan tinggi badan berhubungan positif dengan kualitas hidup dan status sosial yaitu dominasi sosial, pencapaian professional, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang memengaruhi perawakan pendek adalah multifaktorial. Oleh karena itu Penelitian mengenai faktor yang memengaruhi perawakan pendek faktor yang memengaruhi perawakan pendek perlu dievaluasi.
Tujuan. Mengatahui prevalens perawakan pendek dan mengetahui faktor yang memengaruhi pertubuhan anak prepubertas
Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan di taman kanak-kanak dan sederajat atau sederajat. Faktor risiko yang dinilai yaitu data dasar karakteristik, faktor biogenetik (berat badan dan penjang badan lahir, jenis kelamin, tinggi ayah, tinggi ibu, dan tinggi potensi genetik), psikologis (pola asuh, jarak dekat saudara kandung, multiparitas), dan sosioekonomi (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan keluarga). Hasil. Terdapat 175 subjek yang ikut serta dalam penelitian ini, dengan prevalens perawakan pendek sebesar 14,2%. Analisis bivariat menunjukkan nilai p<0,05 terhadap perawakan pendek adalah jumlah anak lebih dari 2 orang, jarak saudara kandung kurang dari 2 tahun, dan pola asuh permisif. Serta beberapa faktor lain yang turut dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu cara kelahiran bedah kaisar. Analisis multivariat menunjukkan faktor yang memengaruhi perawakan pendek berupa perawakan pendek ibu, jarak usia antar < 2 tahun, jumlah anak > 2, dan pola asuh permisif.
Kesimpulan. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap perawakan pendek adalah perawakan pendek ibu, jarak usia antar saudara kandung kurang dari dua tahun dan pola asuh permisif.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mubtadi Falah
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Artritis Reumatoid AR merupakan penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kuesioner Short Form 12 merupakan kuesioner kualitas hidup generik yang dapat digunakan untuk pasien AR dan telah diuji kesahihan dan keandalannya di Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner Short Form 12 Berbahasa IndonesiaMETODE: Enam puluh lima orang pasien yang telah didiagnosis AR secara klinis sebelumnya berdasarkan kriteria American College of Rheumatology/ European League Against Rheumatism, diwawancarai dengan menggunakan kuesioner Short Form 36 dan Short Form 12 versi Indonesia. Kesahihan dinilai menggunakan kesahihan konstruksi dan kesahihan eksternal dan keandalan dinilai melalui metode konsistensi internal dan tes ulang.HASIL: SF-12 berbahasa Indonesian tidak terbukti memiliki kesahihan yang baik dengan korelasi setiap pertanyaan dengan SF-36 terbukti rendah pada domain Role Emotional dan Mental Health P

ABSTRACT
BACKGROUND Rheumatoid Arthritis RA is a chronic disease requiring a long term medication affecting quality of life. Short Form 12 is a generic questionnaire to asses patients quality of life and has been validated in England. This study designed to test reliability and validity of Indonesian version of . Short Form 12 questionnaire. METHODS Sixty five patients diagnosed Rheumatoid Arthritis clinically using American College of Rheumatology European League Against Rheumatism criterion, interviewed using Short Form 36 and Short Form 12 questionnaire. Validity assesed with construct validity and external validity, while reliability tested with internal consistency and test retest method.RESULT Short Form 12 Indonesian Version did not proved having a good validity, as it have a poor correlation between Role Emotional and Mental Health domain in SF 36 and SF 12. Indonesian version of Short Form 12 have a poor internal consistency reliability Alpha Cronbach 0,561 0,754 with a good test and retest reliability intra class correlation coefficient 0,844 0,980, P"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmine Dyahputri
"Pendahuluan: Perawakan pendek merupakan masalah pertumbuhan yang banyak dijumpai di negara berkembang. Di Indonesia, prevalensi anak usia sekolah dasar dengan perawakan pendek mencapai 23,6% pada tahun 2018. Perawakan pendek pada anak dikaitkan dengan masalah psikososial yang diduga disebabkan oleh bullying, stigmatisasi, dan isolasi sosial yang dihadapi anak. Namun, penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik ini telah menghasilkan hasil dan angka yang bervariasi
tidak memadai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar. Metode: Rancangan penelitian potong lintang digunakan pada anak usia sekolah dasar di SDN 01 Kampung Melayu. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kelompok tinggi badan
anak dengan masalah psikososial hasil skrining menggunakan kuesioner PSC-17, yang menilai tiga subskala masalah perilaku (internalisasi, eksternalisasi, dan perhatian). Hasil: Prevalensi anak perawakan pendek di SDN 01 Kampung Melayu mencapai 15,28%. Prevalensi anak dengan masalah psikososial adalah 18,12% dan prevalensi anak perawakan pendek dengan masalah psikososial adalah 22,73%. Hasil analisis perawakan pendek pada masalah psikososial pada anak menunjukkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik, baik secara umum (p = 0,268), subskala internalisasi (p = 0,532), eksternalisasi (p = 0,400), perhatian (p = 0,414), dan skor total PSC-17 (p = 0,614). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar.
Introduction: Short stature is a common growth problem in developing countries. In Indonesia, the prevalence of primary school-age children with short stature reached 23.6% in 2018. Short stature in children is associated with psychosocial problems which are thought to be caused by bullying, stigmatization, and social isolation faced by children. However, previous studies dealing with this topic have yielded varying results and figures inadequate. Therefore, this study aims to determine the relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children. Methods: A cross-sectional study design was used on elementary school-aged children at SDN 01 Kampung Melayu. The study was conducted by comparing the height group Children with psychosocial problems were screened using the PSC-17 questionnaire, which assessed three behavioral problem subscales (internalization, externalization, and attention). Results: The prevalence of short stature children in SDN 01 Kampung Melayu reached 15.28%. The prevalence of children with psychosocial problems was 18.12% and the prevalence of short stature children with psychosocial problems was 22.73%. The results of the analysis of short stature on psychosocial problems in children showed a statistically insignificant relationship, both in general (p = 0.268), internalization subscale (p = 0.532), externalization (p = 0.400), attention (p = 0.414), and score total PSC-17 (p = 0.614). Conclusion: There is no significant relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannisa Rizka Setiawati
"Pendahuluan: Di Indonesia, diperkirakan 23,6% anak berusia 5-12 tahun berperawakan pendek, oleh karena itu perawakan pendek dijadikan sebagia salah satu prioritas kesehatan. Anak dengan perawakan pendek berkaitan pada tingkat kognitif yang rendah, sehingga akan berdampak pada kualitas hidup.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara studi potong lintang pada SDN 01 Kampung Melayu di wilayah Jakarta, Indonesia. Subjek adalah anak dengan perawakan pendek yang berusia 6-12 tahun. Data diambil dengan cara pengukuran tinggi badan menurut umur dengan menggunakan kurva Centers for Disease Control and Prevention-National Center for Health Statistics (CDC-NCHS) dan nilai total penilaian kognitif yang menggunakan instrumen Cognitive Test Battery for Individuals with and without Intellectual Disabilities (CIID). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menilai kognitif pada anak Sekolah Dasar dengan perawakan pendek.
Hasil: Pada penelitian ini terdapat sekitar 14,61% anak perawakan pendek di SDN 01 Kampung Melayu. Hasil tes CIID, Skor Total di dapatkan rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54. Skor Non Verbal di dapatkan rentang 7-39, dengan rerata dan simpang baku 21,94±7,51. Hopkins Verbal Learning Test di dapatkan rentang 6-31, dengan rerata dan simpang baku 19,36±5,90. Verbal Fluency di dapatkan rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, subjek dengan perawakan pendek memiliki nilai menyerupai anak dengan perawakan normal. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara anak perawakan pendek dengan status gizi kurang dan anak perawakan pendek dengan status gizi normal, yaitu dengan p = 0,369.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat 14,61% anak perawakan pendek dengan skor total rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54.

Introduction: In Indonesia, an estimated 23.6% of children aged 5-12 years are short stature, therefore short stature is made one of the health priorities. Children with short stature are associated with low cognitive levels, so that it will have an impact on quality of life.
Method: This research was conducted in a cross-sectional study at SDN 01 Kampung Melayu in the Jakarta, Indonesia. Subjects are children with short stature aged 6-12 years. Data was taken by measuring height according to age according to the curve used by the Centers for Disease Control and Prevention-National Center for Health Statistics (CDC-NCHS) and total value from cognitive assessment using the Cognitive Test Battery for Individuals with and without Intellectual Disabilities (CIID) instrument. This research was conducted aiming to assess cognitive in elementary school children with short stature.
Results: In this study there were about 14.61% of short stature children in SDN 01 Kampung Melayu. CIID test results, Total Score obtained in the range of 5-26, with a mean and standard intersection of 13.59 ± 4.54. Non Verbal Score was obtained in the range 7-39, with mean and standard deviations of 21.94 ± 7.51. Hopkins Verbal Learning Test obtained range 6-31, with mean and standard deviations of 19.36 ± 5.90. Verbal Fluency is obtained in the range of 5-26, with mean and standard intersections 13.59 ± 4.54. When compared with previous studies, subjects with short stature have values similar to those of children with normal stature. No significant difference was found between short stature children with underweight nutritional status and short stature children with normal nutritional status, with p=0.369.
Conclusion: In this study there were 14.61% of short stature children with a total score ranging from 5-26, with a mean and standard crossing of 13.59 ± 4.54."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Wicaksono
"ABSTRAK
Indonesia tergolong dalam negara sabuk thalassemia yang memiliki prevalensi thalassemia yang tinggi. Thalassemia β mayor dan β-HbE merupakan dua jenis thalassemia yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Studi-studi sebelumnya menemukan bahwa thalassemia menyebabkan gangguan pertumbuhan, di antaranya berupa perawakan pendek dan abnormalitas proporsi tubuh. Belum ada penelitian di Indonesia yang mencari perbedaan kejadian perawakan pendek dan proporsi tubuh antara anak thalassemia β mayor, β-HbE, dan normal usia prepubertal. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong-lintang dengan menyertakan sampel berusia 5-12 tahun sebanyak 130 orang. Prevalensi perawakan pendek pada anak thalassemia β mayor ditemukan sebesar 34,0, pada anak thalassemia β-HbE sebesar 24,3, dan pada anak normal sebesar 9,4. Tidak terdapat perbedaan rasio segmen atas terhadap segmen bawah pada anak thalassemia β mayor, β-HbE, dan kontrol. Rerata rasio rentang lengan terhadap tinggi badan lebih pendek pada anak thalassemia β mayor dan β-HbE dibanding pada anak normal. Jenis kelasi, usia diagnosis, durasi sakit, frekuensi transfusi, rerata Hb pretransfusi dalam 6 bulan terakhir, dan rerata ferritin dalam 6 bulan terakhir tidak berbeda antara anak thalassemia yang pendek dan yang tidak pendek.

ABSTRACT
Indonesia belongs to thalassemia belt countries which has high prevalence of thalassemia. major and HbE thalassemia are the two most common types of thalassemia found in Indonesia. Previous studies have found that thalassemia causes growth disorders, including short stature and abnormalities of body proportions. There have been no studies in Indonesia that looked for differences in the incidence of short stature and body proportion between β major and β-HbE thalassemia and normal children in prepubertal age. This research was conducted as cross sectional study towards 130 children with age of 5 12. The prevalence of short stature was found to be 34.0 in major thalassemia, 24.3 in HbE thalassemia, and 9.4 in normal children. There was no difference in upper segment to lower segment ratio between major and HbE thalassemia and control. Arm range to stature ratio is shorter in β major and β-HbE thalassemia than control. Types of chelating agent, age of diagnosis, duration of sickness, frequency of transfusion, mean pretransfusion Hb in the last 6 months, and mean ferritin in the last 6 months did not differ between short and not short thalassemia children. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Zamriya
"Latar belakang: Dermatitis atopik DA dapat memiliki dampak negatif pada kualitas hidup. Instrumen yang baku untuk menilai kualitas hidup anak dengan dermatitis atopik di Indonesia belum ada.
Tujuan: mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner children rsquo;s dermatology life quality index CDLQI berbahasa Indonesia pada anak dengan dermatitis atopik.
Metode: Studi potong lintang pada Maret-April 2018 di RSCM dan praktik swasta konsultan alergi dan imunologi anak dengan subyek anak DA usia 4-14 tahun dan anak tanpa penyakit kulit matchingusia . Pasien dan atau orangtua mengisi kuesioner CDLQI berbahasa Indonesia. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kuesioner dicatat. Pasien dan atau orangtua kemudian mengisi kuesioner CDLQI berbahasa Indonesia ulang dengan dipandu oleh peneliti.
Hasil: Enam puluh pasien, yang terdiri dari 30 pasien DA dan 30 pasien kontrol, diikutsertakan dalam penelitian. Kuesioner CDLQI valid dengan p< 0,01 dengan membandingkan skor kelompok DA dan kontrol. Koefisien korelasi Pearson r setiap pertanyaan dengan total didapatkan 0,284-0,752. Dua faktor dengan nilai 0,684-0,852 didapatkan dari analisis faktor. Reliabilitas yang baik didapatkan dengan Cronbach rsquo;s alpha0,775. Indeks kesepakatan ditunjukkan dengan Kappa 0,934-1 p

Background: Atopic dermatitis AD has negative impacts on quality of life. Standard instrument to measure quality of life of children with atopic dermatitis in Indonesia was not yet available.
Aim: to prove validity and reliability Bahasa Indonesia version of children's dermatology life quality index CDLQI in children with atopic dermatitis.
Methods: A cross sectional study was conducted on March April 2018 in RSCM and pediatric allergy and immunology consultant's private practice. The patients, 4 to 14 year old, with AD and with problems unrelated to the skin age matched were included to complete this questionnaire in Bahasa Indonesia with or without the help of parents. All the patients completed CDLQI again with the help of physician. The time to complete the questionnaire was recorded.
Results: Sixty patients, 30 patients with AD and 30 control patients, were enrolled in the study. The validity of the CDLQI Bahasa Indonesia version was p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Andika
"Latar Belakang: Penderita penyakit ginjal kronik akan mengalami berbagai stressor dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup yang buruk berkorelasi dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner KDQOL-SF ke dalam bahasa Indonesia dan mengevaluasi reliabilitas dan validitas kuesioner pada subjek sehat di Indonesia.
Metode: Kuesioner KDQOL-SF yang sudah diterjemahkan sebelumnya diberikan kepada 33 subjek sehat di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo. Responden berusia di atas 18 tahun dan mampu berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. Reliabilitas diukur dengan menggunakan koefisien korelasi intraclass Alpha Cronbach dan reliabilitas konsistensi internal. Validitas dievaluasi menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil: Dari 33 responden, mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki (81%) dengan rerata usia 47,4 13,7 tahun. Skor tertinggi pada aspek dukungan sosial dengan skor rata-rata 99,48 2,95, sedangkan skor terendah adalah aspek vitalitas dengan skor rata-rata 63,28 ± 11,61. Nilai Alpha Cronbach antara 0,580-0,999 dan koefisien korelasi Pearson antara 0,405 0,976 dengan P < 0,05.
Kesimpulan: Kuesioner KDQOL-SF yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia valid dan reliabel untuk digunakan dalam menilai kualitas pasien sebelum transplantasi ginjal di Indonesia.

Background: Patients with chronic kidney disease will endure various stressors in daily living which may decrease their quality of life. Poor quality of life correlates with increased mortality and morbidity. This research aims to adapt the KDQOL-SF questionnaire into Indonesian and to evaluate the reliability and validity of the questionnaire in healthy subjects in Indonesia.
Methods: Previously translated (into Indonesian) KDQOL-SF questionnaire was given to 33 healthy subjects at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Respondents were over 18 years old and were able to speak Indonesian orally and in written form. Reliability was measured using Alpha Cronbach’s intraclass correlation coefficient and internal consistency reliability. Validity was evaluated using Pearson’s correlation test.
Results: Out of 33 respondents, majority of subjects were male (81%) with mean age 47.4 ± 13.7 years old. Highest score was in social support aspects with mean score 99.48 ± 2.95, while the lowest score was vitality aspect with mean score 63.28 ± 11.61. Alpha Cronbach’s score was between 0.580-0.999 and Pearson’s correlation coefficient between 0.405-0.976 with P <0.05.
Conclusions: KDQOL-SF questionnaire, which was translated into Indonesian, was valid and reliable to be used in evaluating patients’ quality of before kidney transplantation in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Widyasari Halim
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Skoliosis merupakan suatu bentuk deformitas tulang belakang
yang berdampak pada banyak aspek kualitas hidup. Salah satu cara menilai patologi dasar
dan efektivitas intervensi adalah menggunakan kuesioner kualitas hidup terkait kesehatan,
salah satunya Scoliosis Research Society 30 (SRS-30) Questionnaire dan Short Form-36
(SF-36). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kesahihan dan keandalan SRS-30
versi Bahasa Indonesia.
METODE. Dilakukan penerjemahan SRS-30 ke dalam Bahasa Indonesia melalui
prosedur forward-backward dan uji coba kuesioner. Pada 30 pasien skoliosis yang
memenuhi kriteria dan bersedia menjadi responden, dilakukan pengisian SRS-30 dan SF-
36. Karakteristik data dasar dikumpulkan dan dicatat.
HASIL. Nilai keseluruhan koefisien Cronbachs alpha adalah 0,679. Analisa kesahihan
intratest didapatkan korelasi kuat antara domain fungsi per aktivitas, nyeri, citra
diri per penampilan, dan kesehatan jiwa dengan skor subtotal (r=0,649-0,793), sedangkan
untuk koefisien korelasi domain kepuasan manajemen dengan skor total nilai korelasinya
lemah (r=0,295). Skor SRS-30 versi Bahasa Indonesia dibandingkan dengan SF-36 untuk
menilai kesahihan konvergen. Diperoleh korelasi bermakna pada empat domain SRS-30
dengan domain SF-36, yaitu domain fungsi per aktivitas, nyeri, citra diri per penampilan, dan
kesehatan jiwa (r=0,260 hingga 0,673).
KESIMPULAN. SRS-30 versi Bahasa Indonesia merupakan alat ukur kualitas hidup
penderita skoliosis yang sahih dan andal.

ABSTRACT
Background Scoliosis is a spinal deformity which may affect many aspects of quality
of life. One way to measure the basic pathology and intervention effectiveness is using
health related quality of life questionnaire, one of them is Scoliosis Research Society 30
(SRS-30) Questionnaire and Short Form-36 (SF-36). The purpose of this study is to
assess the validity and reliability of SRS-30 in Indonesian version.
Method Forward-backward translation approach, followed by trial of the questionnaire
was done to develop Indonesian version of SRS-30. Thirty scoliosis patients that fulfill
the inclusion and exclusion criteria and willing to participate in this study filled the SRS-
30 Indonesian version along with SF-36. The baseline characteristic was collected.
Results The SRS-30 Indonesian version had an overall Cronbachs alpha was 0,679.
Intratest validity showed strong correlation between function per activity, pain, body
image per appearance, and mental health domain with subtotal score (r=0,649-0,793), while
for satisfaction with management domain with total score showed weak correlation
(r=0,295). There were significant correlation between four domains of SRS-30 and SF-36, those are function per activity, pain, body image/appearance, and mental health domain
(r=0,260-0,673).
Conclusion The SRS-30 Indonesian version is a measuring tool of quality of life in
scoliosis patient that is valid and reliable."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dekta Filantropi Esa
"Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.

Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>