Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177704 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuraida Zulkarnain, supervisor
"Latar Belakang: Fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom memegang peran penting dalam proses pembuahan. Namun kriopreservasi menyebabkan perubahan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom yang akan mempengaruhi kualitas spermatozoa. Untuk itu diperlukan media krioprotektan yang ditambahkan dengan antioksidan untuk melindungi sperma dari efek kriopreservasi sehingga kualitas spermatozoa tetap terjaga. Tjuan: Penelitian ini menguji pengaruh suplementasi glutathione (GSH) pada media kriopreservasi terhadap fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom pada proses pembuahan. Dalam penelitian ini, CPA modifikasi murni dibandingkan dengan CPA yang ditambah GSH dalam tiga konsentrasi berbeda. Bahan dan Cara: Sampel penelitian adalah jantan Deutchland Denken Yoken (DDY) strain Mus musculus albinus. Sperma tikus dikriopreservasi dan kemudian diukur beberapa parameter termasuk fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom. Hasil: Kami menemukan bahwa menambahkan GSH ke CPA yang dimodifikasi meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin, dan reaksi akrosom (menjaga integritas akrosom). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang ditambahkan GSH 1,00 mM mempunyai hasil paling tinggi diantara kelompok lainnya. Peningkatan yang signifikan ditemukan pada fosforilasi tirosin, ekspresi protein akrosin dan reaksi akrosom setelah penambahan 1,00 mM GSH. Kesimpulan: Suplementasi glutathione pada CPA termodifikasi dapat meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi protein akrosin dan reaksi akrosom spermatozoa beku-cair. Secara umum pengobatan menggunakan GSH dengan dosis 1,00 mM dianggap paling efektif, dan modifikasi CPA dengan penambahan glutathione dapat meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom pada spermatozoa kriopreservasi.

Background: Tyrosine phosphorylation, acrosin, and acrosome reaction play an important role in fertilisation. However, cryopreservation causes changes in tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction which affect the quality of spermatozoa. Cryoprotectant media added with antioxidants is needed to protect spermatozoa from the effects of cryopreservation so that the quality of spermatozoa can be maintained. Objectives: This research examined the effect of glutathione (GSH) supplementation in Cryoprotectant Modification on tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction. In this research, pure modified Cryoprotectant (CPA) was compared with CPA supplemented with GSH in three different concentrations. Materials and Methods: The research sample was male mus musculus albinus strain Deutchland Denken Yoken (DDY). Mice spermatozoa was cryopreserved and several parameters were measured including tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction. Results: The addition of GSH to the modified CPA increased tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction (maintaining acrosome integrity). The group with 1.00 mM GSH obtained the highest results among the other groups. Significant increases were found in tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction after the addition of 1.00 mM GSH. Conclusion: Glutathione supplementation in modified CPA can increase tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction of frozen-thawed spermatozoa. Treatment using GSH at a dose of 1.00 mM is the most effective and modification of CPA with the addition of glutathione can improve the tyrosine phosphorylation, acrosin expression and acrosome reaction in cryopreserved spermatozoa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Sharma Sharaswati
"LATAR BELAKANG : Infertilitas pada laki-laki sering dikaitkan dengan konsentrasi sel spermatozoa yang rendah, terganggunya motilitas dan juga morfologi sel spermatozoa normal yang rendah. Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang mencerminkan ketidakseimbangan antara keberadaan Reactive Oxygen Species (ROS). Bertujuan untuk menganalisis aktivasi fosforilasi protein tirosin setelah diberikan penambahan H2O2 pada sel spermatozoa.
BAHAN DAN CARA KERJA : Sampel sel spermatozoa ditambahkan H2O2 dengan berbagai konsentrasi, 0 (kontrol), 50M, 100­M, 150­M, 200M, 250M. Kemudian dilakukan pemeriksaan motilitas dengan Makler, integritas membran dengan metode HOS, pemeriksaan kemampuan penetrasi lendir serviks dengan capillary tube, dan deteksi aktivasi fosforilasi protein tirosin dilakukan dengan metode western blot.
HASIL : efek penambahan H2O2 menurunkan rerata motilitas sel spermatozoa (p<0,05). Menurunkan integritas membran, menurunkan kemampuan sel spermatozoa untuk penetrasi lendir serviks. Analisis western blot menujukkan terjadinya penurunan fosforilasi protein tirosin pada setiap kelompok perlakuan, penuruan yang terjadi signifikan terdapat pada konsentrasi 150M dan 200M (p<0,05).
KESIMPULAN : Konsentrasi tinggi H2O2 mempunyai pengaruh yang besar dalam menurunkan motilitas, merusak integritas membran, menurunkan kemampuan penetrasi lendir serviks dan terhambatnya aktivasi fosforilasi protein tirosin pada sel spermatozoa.

BACKGROUND : Infertility in men is often associated with low spermatozoa cell concentrations, impaired motility and also low normal spermatozoa cell morphology. Oxidative stress is a condition that reflects an imbalance between the existence of Reactive Oxygen Species (ROS). Aim to analyze the activation of tyrosine protein phosphorylation after adding H2O2 to spermatozoa cells.
METHODS : Spermatozoa cell samples were added H2O2 with various concentrations, 0(controls),50M,100M,150M,200M,250M. Then the motility test with Makler, membrane integrity with the HOS method, examination of the ability to penetrate the cervical mucus with the capillary tube, and detection of activation of tyrosine protein phosphorylation was carried out by western blot method.
RESULTS : the effect of adding H2O2 decreased the average motility of spermatozoa cells (p <0.05). Reduces membrane integrity, decreases the ability of spermatozoa cells to penetrate cervical mucus. Western blot analysis showed a decrease in tyrosine protein phosphorylation in each treatment group, a significant reduction in the concentration of 150M and 200M (p <0.05).
CONCLUSION : High concentrations of H2O2 have a large influence in reducing motility, damaging membrane integrity, decreasing the ability to penetrate cervical mucus and inhibiting activation of phosphorylation of tyrosine proteins in spermatozoa cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan sifat fisikokimia dan fungsional sagu alami yang dimodifikasi menggunakan Na2HPO4-NaH2PO4 yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produk mie sagu. Modifikasi sagu dibuat dengan variasi komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 yaitu 2:1 hingga 4:3 (v/v) dan variasi suhu reaksi dari suhu ruang (30°C) hingga suhu awal gelatinisasi (65°C). Sifat fisik sagu alami dan sagu termodifikasi dilihat dari hasil penentuan Spektroskopi FT-IR, Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat perubahan pada granula, difraktometri sinar-X dan derajat putih. Sedangkan sifat kimianya dilihat dengan pengukuran kadar fosfor (P), kadar air, dan kadar amilosa. Sifat fungsional sagu alami dan sagu termodifikasi dilakukan dengan penentuan karakteristik pasta yaitu suhu dan waktu gelatinisasi, viskositas puncak, waktu dan suhu pada titik puncak, viskositas pada suhu 95°C, viskositas dingin dan viskositas balik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spektrum FT-IR pada 994,32 cm-1 (C-O-P); 1150,56 cm-1 (C-O); 1206,49 cm-1 (P=O); 2358,98 cm-1 (diester fosfat) sesuai dengan Wanrosli (2011) pada spektrum 2362 cm-1; serta ayunan C-H (1340,55 cm-1). Hasil gambar SEM menunjukkan bahwa granula sagu berbentuk bulat, oval, mencekung, dan terpacung pada salah satu sisinya. Derajat putih sagu ikat silang fosfat meningkat dari 92,97% (sagu alami) menjadi 94,87% (sagu termodifikasi). Sedangkan secara degree of substitution (DSp) nilai tertinggi pada perlakuan kombinasi Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 dengan suhu reaksi 47,5°C (0,19%) dibandingkan sagu alami (0,01%). Kemudian sagu alami dan sagu termodifikasi diaplikasikan sebagai bahan baku mie sagu dan analisa produk yang dilakukan meliputi cooking properties (cooking time dan cooking loss), dan uji organoleptik mie, sebagai acuan digunakan mie yang terbuat dari terigu yang ada dipasaran.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mie sagu dengan sagu termodifikasi ikat silang fosfat (100%) dapat menurunkan cooking loss mie sagu dari 14,38% menjadi 9,01%; dan hasil uji organoleptik untuk kesukaan mie sagu yang diterima panelis adalah mie dengan perlakuan komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 dan suhu reaksi 30°C dengan skor 5,2 (agak suka), mendekati skor mie terigu yang ada dipasaran yaitu 5,28 (agak suka).

This research aims to study the changes in physicochemical and functional properties of starch through modified by Na2HPO4-NaH2PO4 to improve product quality sago noodle. Modified starch is made reagent Na2HPO4-NaH2PO4 with composition variations is 2:1 to 4:3 (v/v), and the reaction temperature from room temperature (30°C) until the beginning of gelatinization temperature (65°C). The physical properties of natural and modified sago views of the results of FT-IR spectroscopy determination, Scanning Electron Microscopy (SEM) to look at granules, difraktometri X-rays and whiteness. While the chemical properties seen with measurements of phosphorus (P), moisture content, and amylose content. Functional properties of natural and modified sago by determining the characteristics of pasta and a gelatinization temperature, peak viscosity, time and temperature maximal, the viscosity at 95°C temperature, viscosity cold and behind.
The results the FT-IR spectra at 994.32 cm-1 (COP), 1150.56 cm-1 (CO); 1206.49 cm-1 (P=O), 2358.98 cm-1 (diester phosphate) in accordance with Wanrosli (2011) in the spectrum of 2362 cm-1, as well as swing CH (1340.55 cm-1). The results of SEM showed that the granules is round, oval, concave, and cut on one side. The degree white of sago crosslinked phosphate increased from 92.97% (natural sago) to 94.87% (modified sago). While the degree of substitution phosphate (DSP) highest value in combination treatment Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 v/v with reaction temperature 47.5°C (0.19%) compared to the natural sago (0.01%). Then the natural and modified sago is applied as raw material sago noodles and analysis product was conducted on the cooking properties (cooking time and cooking loss), and organoleptic, noodles reference used as wheat flour noodle in the market.
The results showed that sago noodles with modified crosslinked phosphate (100%) can reduce the cooking loss of sago noodles from 14.38% to 9.01% and results test organoleptic for sago noodles favorite panelists are treatment composition reagents Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 v/v and reaction temperature 30°C with a score of 5.2 (rather like), approached the score wheat flour noodles in the market is 5.28 (rather like)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajizah
"Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses fertilisasi adalah kemampuan sperma membuahi oosit. Sperma yang diejakulasikan dari saluran reproduksi pria belum memiliki kemampuan ini. Di dalam saluran reproduksi wanita (servik) sperma mengalami serangkaian proses yang membuatnya memiliki kemampuan membuahi oosit yang disebut kapasitasi. Kapasitasi merupakan tahapan penting bagi keberhasilan fertilisasi yang memerlukan integritas membran plasma baik dan dikarakterisasi oleh fosforilasi tirosin. Sementara itu, bagi tubuh perempuan maupun laki-laki spermatozoa merupakan benda asing yang dapat merangsang respon imun berupa pembentukan antibodi terhadap sperma (ASA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antibodi antisperma dari serum wanita infertil terhadap integritas membran plasma, status dan lokalisasi fosforilasi tirosin, serta viabilitas dan motilitas spermatozoa manusia. Desain penelitian ini adalah eksperimental in vitro di mana spermatozoa normal donor fertil yang telah dicuci diberi perlakuan diinkubasi dengan serum yang terdeteksi ASA dari wanita infertil dengan kelompok konsentrasi serum 0, 1/1000, 1/100 dan 1/10 selama 1 jam dan 2 jam, kemudian diperiksa parameter-parameter; integritas membran plasma, intensitas dan lokasi fosforilasi tirosin serta viabilitas dan motilitas spermatozoa.
Hasil pemeriksaan untuk semua parameter yang diukur menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu inkubasi spermatozoa dengan serum positif ASA dengan konsentrasi meningkat menyebabkan penurunan persentase integritas membran plasma, fosforilasi tirosin, viabilitas dan motilitas spermatozoa untuk waktu inkubasi 1 jam, namun tidak demikian untuk inkubasi selama 2 jam. Namun secara keseluruhan semua parameter menunjukkan nilai persentase yang lebih rendah untuk inkubasi selama 2 jam dibandingkan 1 jam.
Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ASA dari serum wanita infertil dapat menurunkan integritas membran plasma spermatozoa tergantung konsentrasi dan waktu inkubasi secara signifikan. ASA juga dapat menurunkan persentase fosforilasi tirosin, viabilitas dan motilitas spermatozoa tergantung konsentrasi dan waktu inkubasi, namun penurunan ini secara statistik tidak signifikan.

One of the factors that determine the success of the fertilization process is the ability of sperm to fertilize oocytes. Ejaculated sperm from the male reproductive tract doesn?t have this capability. In the female reproductive tract (cervix) sperm undergo a series of processes that make it has the ability to fertilize an oocyte, called capacitation. Capacitation is an important step for successful fertilization requires the integrity of the plasma membrane and characterized by tyrosine phosphorylation. Definitely, sperm are foreign materials for the female and male body that can stimulate an immune response in the form of antibodies to sperm formation (ASA).
This study aims to determine the effect of antisperm antibody from infertile women sera on viability, motility, plasma membrane integrity, as well as the intensity and localization of tyrosine phosphorylation in normal spermatozoa. The design of this study is experimental in vitro. The washed spermatozoa of normal fertile donors incubated with ASA from infertile women sera, with different concentrations (0, 1/1000, 1/100 and 1/10) for 1 hour and 2 hours and then examined the parameters; plasma membrane integrity, intensity and location of tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa.
Test results for all measured parameters showed a similar trend, which is incubation of spermatozoa with positive serum ASA with increasing concentration causes a decrease in the percentage of plasma membrane integrity, tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa for 1 hour incubation time, but not so for incubation for 2 hours. But overall all parameters showed a lower percentage value for incubation for 2 hours than 1 hour.
Thus, in this study it can be concluded that the ASA from infertile women sera can lower plasma membrane integrity of spermatozoa depending on concentration and incubation time significantly. ASA can also reduce the percentage of tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa depending on concentration and time of incubation, but this decrease was not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Haidir
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan glutation dengan konsentrasi 0,5 mM KP 1, 1,0 mM KP 2, dan 1,5 mM KP 3 ke dalam pengencer tris-kuning telur TKT 20 terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO pascapengeringbekuan dengan suhu pembekuan -196 C. Sampel ditampung dari dua ekor sapi PO masing-masing satu kali dalam satu minggu menggunakan metode vagina buatan. Semen sapi PO dikemas ke dalam cryotube 1,5 ml dengan dosis 25 juta sel/ml. Semen diekuilibrasi selama 3 jam pada suhu 4--5 C, kemudian dibekukan menggunakan nitrogen cair yang memiliki suhu -196 C. Semen selanjutnya dikeringbekukan selama 24 jam pada suhu -60 C dan tekanan 0,011 mBar. Hasil uji ANAVA satu faktor yang dilanjutkan dengan uji perbedaan berganda Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata P.

ABSTRACT
The research aimed to find out the effect of the addition of glutathione with concentration of 0.5 mM KP 1, 1.0 mM KP 2, and 1.5 mM KP 3 into the tris egg yolk of ongole crossbreed cattle post freeze drying using freezing temperature of 196 C. Semen samples were collected from two ongole crossbreed cattle each once a week using an artificial vaginal method. Diluted semen samples were packed into 1.5 ml cryotube with 25 million cells ml dosage. Samples were equilibrated for 3 hours at 4 5 C, then freezed in liquid nitrogen using temperature of 196 C. Samples were freeze dried for 24 hours at 60 C and pressure of 0.011 mBar. The result of one factor ANOVA and continued with Tukey test showed the significant difference."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktisa Durrah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi glutation dalam medium pengencer terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO , 48 jam pascapengeringbekuan dengan suhu pembekuan -80OC. Sampel semen dikoleksi dua kali dalam seminggu dari dua ekor jantan pendonor, selama tiga minggu. Semen sapi PO diencerkan dalam pengencer Tris-kuning telur 20 yang mengandung glutation 0 mM KK ; glutation 0,5 mM KP1 ; glutation 1 mM KP2, dan glutation 1,5 mM KP3. Semen yang telah diencerkan selanjutnya diekuilibrasi, dibekukan, lalu dikeringbekukan pada suhu -60OC dan tekanan 0,011 mbar. Parameter kualitas spermatozoa yang diamati meliputi integritas membran, abnormalitas, dan integritas DNA spermatozoa. Hasil uji analisis variansi ANAVA pola satu faktor yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan perbedaan nyata P le;0,05 antara KK 29,00 3,03 dengan KP2 46,67 6,90 dan KP3 45,75 5,63 terhadap persentase integritas membran spermatozoa, serta antara KK 26,8 4,88 dengan KP1 20,6 2,11 dan KP2 18,9 2,11 terhadap persentase abnormalitas spermatozoa. Integritas DNA KP1 = 88,1 2,78 ; KP2 = 93,4 2,06 ; KP3 = 90,0 2,94 spermatozoa pada tiap kelompok perlakuan cenderung mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol KK = 86,0 3,37 pascapengeringbekuan.

ABSTRACT
The present study was conducted to assess the effect of glutathione in various concentration on ongole crossbred spermatozoa quality, 48 hours post freeze drying using freezing temperature of 80OC. Semen samples was collected twice in a week for three weeks from two donor bulls. The samples were diluted in Tris egg yolk extender with glutathione additives at concentration 0 mM KK 0,5 mM KP1 1 mM KP2, and 1,5 mM KP3. Diluted semen was equilibrated, freezed, and immediately freeze dried at 60OC with 0,011 mbar pressure. Parameters of spermatozoa quality include membrane integrity, abnormal morphology, and DNA integrity of spermatozoa were assessed. One factor analysis of variance ANAVA test continued with Tukey test showed a significant differences P le 0,05 between KK 29,00 3,03 and KP2 46,67 6,90 along with KP3 45,75 5,63 on the percentage of sperm membran integrity, and between KK 26,8 4,88 and KP1 20,6 2,11 along with KP2 18,9 2,11 on the percentage of sperm abnormal morphology. The DNA integrity of post freeze drying spermatozoa in additive groups KP1 88,1 2,78 KP2 93,4 2,06 KP3 90,0 2,94 showed an increasing patterns as compared to the control goup KK 86,0 3,37 . "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Vardini
"ABSTRAK
Kriopreservasi merupakan metode penyimpanan materi genetik pada suhu yang rendah dalam jangka waktu yang lama. Manfaat kriopreservasi salah satunya untuk mengatasi masalah penurunan populasi. Ikan kancra merupakan salah satu spesies dari famili Cyprinidae yang populasinya semakin menurun sehigga diperlukan upaya pelestarian. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kriopreservasi salah satunya adalah krioprotektan. Krioprotektan alami digunakan karena memiliki toksisitas yang lebih rendah dibanding krioprotektan dari bahan kimia. Kuning telur merupakan krioprotektan alami yang dapat menjaga sel selama proses kriopreservasi. Tujuan dari penelitian yaitu mengevaluasi efek kuning telur ayam kampung sebagai krioprotektan alami terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas dan fertilisasi spermatozoa 48 jam pascakriopreservasi. Konsentrasi kuning telur ayam kampung yang digunakan yaitu: 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Rasio yang digunakan untuk pengenceran sperma yaitu 1:10. Analisis data menggunakan uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Berdasarkan hasil uji ANAVA satu arah diketahui bahwa krioprotektan kuning telur ayam kampung yang dikombinasikan dengan metanol 10% memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas dan fertilitas spermatozoa pascakriopreservasi. Konsentrasi kuning telur 5% merupakan konsentrasi optimum yang dapat mempertahankan persentase motilitas, viabilitas dan fertilitas tertinggi masing-masing 84,06 ± 1,67%, 82,13 ± 1,75% dan  92,96 ± 1,94% serta nilai persentase abnormalitas terendah 25,25 ± 2,22%.

ABSTRACT
Cryopreservation is a method of storing genetic material at low temperatures for long periods of time. One of the benefits of cryopreservation is to overcome the problem of population decline. The kancra fish is one of the species of the Cyprinidae family whose population is declining so that conservation efforts are needed. One of the factors that influence the success of cryopreservation is cryoprotectant. Natural cryoprotectants are used because they have lower toxicity than cryoprotectants from chemicals. Egg yolk is a natural cryoprotectant that can maintain cells during the cryopreservation process. The purpose of this study is to evaluate the effect of egg yolk as natural cryoprotectants on motility, viability, abnormalities, and fertilization of 48-hour spermatozoa after cryopreservation. Concentrations of free-range chicken egg yolk used are: 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 25%. The ratio used for sperm dilution is 1:10. Data analysis using the ANAVA test and then followed by the Tukey test. Based on the results of the one-way ANAVA test, it was found that cryoprotectant of free-range chicken egg yolk combined with 10% methanol had an effect (P <0.05) on motility, viability, abnormality, and fertility of post-cryoprotected spermatozoa. Egg yolk concentration of 5% was the optimum concentration that can maintain the highest percentage of motility, viability and fertility, respectively 84.06 ± 1.67%, 82.13 ± 1.75% and 92.96 ± 1.94% and the percentage value the lowest abnormality was 25.25 ± 2.22%."
2019
T55056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Suhana
"Pada penelitian ini telah dilakukan kultur darah yang berasal dari pria pasangan infertil dan pria fertil untuk mengetahui bagaimana hubungan spermiofag yang terbentuk in vitro (jika ke dalam medium kultur ditambahkan spermatozoa manusia ), dengan reaksi imun terhadap spermatozoa. Pria pasangan infertil dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: azoospermia, oligozoospermia dan normozoospermia. Pada pria pasangan infertil, maupun pada pria fertil, telah dilakaukan reaksi imunitas selular dengan menggunakan tea hambatan migarasi (THM), dan reaksi humoral dengan menggunakan tes aglutinasi Kibrick.
Dalam Seri penelitian lain, 3 ekor kera (Ilacaca fascicuiaris) jantan dewasa telah disuntik spermatozoa manusia yang telah dicuci. Tea aglutinasi Kibrick untuk mengetahui titer antibodi antisperma demikian juga tea spermiofag untuk mengetahui adanya reaksi imunitas selular, telah pula dilakukan pada kera.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terbentuknya spermiofag in vitro berkorelasi dengan reaksi imunitas selular, jika ada apakah terbentuknya spermiofag in vitro dapat dijadikan tes imunitas selular terhadap spermatozoa.
Penyuntikan kera dengan spermatozoa dimaksudkan untuk mengetahui apakah terinduksinya imun tubuh terhadap spermatozoa manusia dapat menyebabkan terjadinya orkitis pada kera?
Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa:
1. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah pria pasangan infertil maupun fertil dikultur bersama spermatozoa homolog.
2. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara pria pasangan infertil dengan pria fertil.
3. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara berbagai kelompok pria pasangan infertil, kecuali antara kelompok oligozoospermia dengan normozoospermia.
4. Ada korelasi antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan tes hambatan migrasi (status imunitas selular) pada kelompok pria pasangan infertil oligozoospermia dan normozoospermia, sedangkan pada kelompok pria pasangan infertil azoospermia tidak ada.
5. Tidak ada hubungan antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan status imunitas humoral pada semua kelompok pria pasangan infertil.
6. Antibodi antisperma dapat timbul pada kera yang disuntik spermatozoa manusia beberapa hari setelah penyuntikan pertama, dan akan menurun setelah beberapa bulan penyuntikan dihentikan.
7. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah kera percobaan, maupun darah kera kontrol, dikultur bersama spermatozoa manusia.
Perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara kera percobaan dengan kera kontrol, hanya terjadi pada bulan kelima setelah penyuntikan. Degenerasi epitel tubulus seminiferus dapat timbul pada kera yang disuntik dengan spermatozoa manusia.
Karena terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah relatif spermiofag dengan tes habatan migrasi yang menggambarkan reaksi imunitas selular, maka tes spermiofag in vitro dapat dijadikan petunjuk adanya reaksi imunitas selular, sehingga tes tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara tes imunitas selular.
Pada pria infertil azoospermia frekuensi reaksi imunitas humoral pada titer tinggi lebih sering daripada kelompok pria fertil, maupun pria pasangan infertil yang lain. Sebaliknya reaksi imunitas selularnya paling lemah, jika dibandingkan dengan kelompok yang lain. Pada penelitian ini semua kera percobaan mengalami degenerasi sel germinal, di samping itu juga semua kera percobaan memperlihatkan reaksi imunitas humoral yang cukup lama (kira-kira b bulan), sedangkan reaksi imunitas selularnya lemah dan berlangsung singkat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diduga bahwa peranan reaksi imunitas humoral pada kera yang disuntik spermatozoa manusia lebih pelting daripada imunitas selular, dalam proses degenerasinya sel germinal, tubulus seminiferus. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
D337
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labiqa Hilda Ismara
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) terhadap penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu: kelompok kontrol (KK), kelompok perlakuan yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB (KP1, KP2, dan KP3). Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari. Kemudian dilakukan analisis kuantitas dan kualitas spermatozoa. Data rerata jumlah spermatozoa per militer (x106) pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturutturut ialah (42,92± 3,28), (39,57± 2,08), (36,49± 2,73), dan (33,37± 1,26) spermatozoa per mililiter. Data rerata persentase motilitas spermatozoa pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (82,92 % ± 1,74) , (68,54 % ± 6,32), (61,23 % ± 7,13), dan (46,12 % ± 3,90). Data rerata persentase abnormalitas spermatozoa pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (37,63% ± 1,32), (52,24 % ± 0,95), (61,93 % ± 1,26), dan (68,83% ± 0,66). Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas spermatozoa mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB.

The present study was done to determine the effect of Kluwih's leaf's infusion on the quantity and quality of spermatozoa of male mice DDY strain. 24 male mice have divided into 4 experimental group; control group and treament group which were given infusion with doses 2,5;5;10 g/kg bw. Test material administated for 36 consecutive days. Mean of sperm total per militer: KK (42,92± 3,28), KP1 (39,57± 2,08), KP2 (36,49± 2,73), and KP3 (33,37± 1,26) sperm/ml. Mean of percentage of sperm motility: KK (82,92 % ± 1,74) , KP1(68,54 % ± 6,32), KP2(61,23 % ± 7,13), and KP3(46,12 % ± 3,90). Mean of percentage of sperm abnormality: KK (37,63% ± 1,32), KP1(52,24 % ± 0,95), KP2(61,93 % ± 1,26), and KP3 (68,83% ± 0,66).Based on LSD test (P<0.05) the result showed that the data has differences between treatment and control group. The result indicated that the treatment group have impact on quantity and quality of spermatozoa of male mice with doses 2,5;5;10 g/kg bw."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasha Brigitta Selene
"Latar belakang: Preparasi spermatozoa dengan metode swim-up (SU) dapatmeningkatkan kualitas spermatozoa sehingga meningkatkan kemungkinan konsepsi untuk pasangan yang akan menjalani inseminasi intrauterin (IIU), tetapi angka keberhasilan IIU masih rendah. Pentoksifilin (PTX) adalah senyawa yang menginhibisi kerja enzim Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa dan merupakan senyawa antioksidanyang melindungi spermatozoa dari kerusakan DNA dari radikal bebas.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian suplemen PTX terhadap motilitas dan fragmentasi DNA spermatozoa.
Metode: Sample semen diperoleh dari pasangan infertil yang akan menjalani terapi IIU. analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa dan dilanjutkan dengan pemberian PTX dalam tiga konsentrasi berbeda: 50µg (SU1), 100µg (SU2), dan 200µg (SU3). Selain motilitas spermatozoa, pengukuran IFD spermatozoa sebagai parameter fungsional spermatozoa jugadilakukan sebelum pencucian, sesudah pencucian, dan sesudah suplementasi PTX dengan metodesperm chromatin dispersion (SCD).
Hasil: Motilitas spermatozoa meningkat dan presentase IFD menurun setelah dilakukan pencucian dengan metode SU (setelah SU) dibandingkan dengan semen utuh (sebelum SU).Suplementasi dengan PTX dalam konsentrasi 200 ug setelah SU menunjukan peningkatan presentase motilitas spermatozoa dan penurunan DFI tertinggi. Dari ketiga konsentrasi, hanya PTX 200 ug menunjukan hasil yang signifikan secara statistik dalam meningkatkan rata-rata motilitas spermatozoa (p=0.005) sedangkan rata-rata DFI menurun setelah SU dan suplementasi PTX namun tidak signifikan secara statistik. (p>0.05).
Konklusi: Suplementasi dengan PTX dapat meningkatkan motilitas spermatozoa secara signifikan dan menurunkan IFD secara tidak signifikan, sehingga suplementasi PTX dapat digunakan untuk memilih spermatozoa dengan kualitas yang lebih baik.

Introduction: Sperm preparationusing swim-up (SU) method is commonly done which may increase the chance of conception inintrauterine insemination (IUI). However, the success rate is still low. Pentoxifylline (PTX) is Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) inhibitor which may increase spermatozoa motility and also acts as antioxidant, preventing DNA damage due to reactive oxygen species (ROS).
Objective: This study aims to evaluate the effect of PTX supplementation in increasing spermatozoa quality by increasing spermatozoa motility and decreasing DNA fragmentation index (DFI)
Method(s): Semen samples were obtained from infertile couple who seek IUI treatment. Semen analysis was performed before and after spermatozoa preparation using SU method then followed by incubating the samples with PTX in three different dose: 50µg (SU1), 100µg (SU2), and 200µg (SU3). Aside from spermatozoa motility, DFI acts as a functional parameter of spermatozoa and was performed using Sperm chromatin dispersion (SCD) test to assess DNA fragmentation in whole semen and prepared sample as well as after supplementation with PTX.
Result(s): The mean spermatozoa motility increased and DFI decreased in prepared spermatozoa (after-SU) compared to whole semen (before SU). PTX supplementation in 200 µg showed the highest increase in spermatozoa motility and reduction of DFI. However, only 200 µg of PTX is statistically significant to increase spermatozoa motility ((p=0.005), while there is no statistically significant result in the reduction of DFI after SU and PTX supplementation. (p>0.05).
Conclusion(s): After PTX supplementation, spermatozoa motility increased significantly and DFI decreased insignificantly thus PTX supplementation may select spermatozoa with better quality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>