Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diaz Amartha
"UBPE Pongkor menjadi sumber produksi utama komoditas emas bagi PT Antam Tbk. Metode penambangan yang digunakan di UBPE Pongkor merupakan tambang bawah tanah. Dalam penambangan bawah tanah, analisis geoteknik menjadi hal yang penting untuk mencegah terjadinya keruntuhan dengan memberikan rekomendasi penyangga yang tepat. Penelitian ini berusaha untuk membahas hal tersebut. Penelitian ini dilakukan di dua terowongan aktif UBPE Pongkor PT Antam Tbk., yaitu Tambang Gudang Handak, tepatnya di lokasi GH FB 490 dan Tambang Ciurug, tepatnya di lokasi CG 461.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menentukan nilai klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) dan Sistem-Q. Nilai RMR dan Sistem-Q tersebut digunakan untuk penentuan rekomendasi penyangga. Hasil pengamatan lapanga menunjukkan, litologi penyusun GH FB 490 dan CG 461 merupakan tuff dan urat kuarsa. Klasifikasi RMR menunjukkan kategori massa batuan kelas IV (buruk) pada GH FB 490 dan kelas III-IV (cukup – buruk) pada CG 461. Klasifikasi Sistem-Q menunjukkan kategori massa batuan sangat buruk pada lokasi GH FB 490 dan buruk pada CG 461. Parameter-parameter massa batuan dan karakteristik diskontinuitas pada kedua lokasi penelitian menunjukkan adanya potensi runtuhan bertipe baji. Berdasarkan kelas massa batuan pada klasifikasi RMR diperoleh saran penyanggaan berupa Rock Bolt, dan MAF Bolt. Sedangkan klasifikasi Sistem-Q menghasilkan saran penyanggaan berupa shotcrete dan baut batuan. Hasil analisis dan evaluasi penerapan peyangaan berdasarkan nilai RMR telah menunjukkan nilai FK melebihi 1,5. Sementara itu, untuk penerapan penyangaan berdasarkan nilai Sistem-Q, terdapat kasus yang menunjukkan niali FK kurang dari 1,5, ada juga yang terlalu berlebihan diatas 1,5 sehingga dapat menimbulkan overbudget. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi RMR lebih cocok untuk diterapkan pada lokasi penelitian dibandingkan dengan klasifikasi Sistem-Q.

UBPE Pongkor is the main source of gold production for PT Antam Tbk. The mining method used at UBPE Pongkor is underground mining. In underground mining, geotechnical analysis is important to prevent collapse by providing appropriate support recommendations. This research seeks to discuss this. This research was carried out in two active UBPE Pongkor PT Antam Tbk. tunnels, namely the Gudang Handak Mine, precisely at location GH FB 490 and the Ciurug Mine, precisely at location CG 461.
The research was carried out with the aim of determining the Rock Mass Rating (RMR) and Q-System classification values. The RMR and Q-System values are used to determine buffer recommendations. The results of field observations show that the lithology that makes up GH FB 490 and CG 461 is tuff and quartz veins. The RMR classification shows the rock mass category as class IV (bad) at GH FB 490 and class III-IV (fair – bad) at CG 461. The Q-System classification shows the poor rock mass category at the GH FB 490 and CG 461 locations. Rock mass parameters and the discontinuity characteristics at both research locations indicate the potential for wedge-type collapses. Based on the rock mass class in the RMR classification, support recommendations are obtained in the form of Rock Bolt and MAF Bolt. Meanwhile, the Q-System classification produces support recommendations in the form of shotcrete and rock bolts. The results of the analysis and evaluation of the application of care based on the RMR value have shown that the FK value exceeds 1.5. Meanwhile, for the application of assessment based on Q-System values, there are cases that show the FK value is less than 1.5, there are also those that are too over 1.5, which can lead to an overbudget. Based on the results of this evaluation, it can be concluded that the RMR classification is more suitable to be applied to the research location compared to the Q-System classification.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delisa Sri Winatri
"Banyaknya industri yang memperkerjakan tenaga luar (outsourcing) atau kontraktor dalam aktifitas kerjanya dan berisiko besar dalam kecelakaan sehingg diperlukan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor yang menggunakan tenaga kerja kontraktor dalam melakukan sebagian besar proses kerjanya membuatnya harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem manajemen keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel penelitian merupakan salah satu kontraktor tambang UBPE Pongkor yaitu PT Karya Sakti Purnama menggunakan studi evaluasi berdasarkan standar New South Wales Mines pada checklist Contractor OHS Assessment Tools. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi lapangan jika diperlukan oleh pihak UBPE Pongkor maupun PT KSP.
Berdasarkan keseluruhan elemen (5 elemen) dalam checklist PT KSP telah memenuhi kriteria 83% (total nilai 83 dari 100 total) dari keseluruhan sistem yang telah dijalankan pada Proyek kerja UBPE Pongkor. Nilai yang dicapai pada masing-masing elemen, sistem Kebijakan K3 bernilai 17 dari 20 subtotal, sistem Perencanaan K3 bernilai 15 dari 20 subtotal, sistem Implementasi K3 19 dari 20 subotal, sistem Monitoring dan hasil 14 dari 20 subtotal, sistem Peningkatan berkelanjutan 18 dari 20 subtotal. Peneliti memberikan rekomendasi untuk mempertahankan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi dan memperbaiki beberapa kriteria yang belum sesuai dan belum terpenuhi berdasarkan standar New South Wales pada Checklist Contractor OHS Assessment Tools.

Many of industries employ external source (outsourcing) or contractor in his activities have major risk of accidents that required Implementation of Contractor Safety Management System. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor use external labor/contractors in performing most of their work. That?s why,UBPE Pongkor should implement Safety Management Systems Contractor. This study aims to analyze the implementation of Safety management systems contractor at the contractor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. This study is an evaluation research in one of UBPE?s mining contractor PT Karya Sakti Purnama using New South Wales Mines standard in Contractor OHS Assessment Tools checklist. Data was collected through interviews, document review and field observations.
Based on all the elements (5 elements) in the checklist PT KSP has complies 83% (83 from 100total) of the whole system that has been run on Project work UBPE Pongkor. Compliance requirement in each element, Policies system is worth to 17 from 20 subtotal, Planning system is worth to 15 from 20 subtotal, implementation system is worth to 19 from 20 subtotal, monitoring and results system is worth to 14 from 20 subtotal, Continuous Improvement system is worth to 18 from 20 subtotal. Researchers give some recommendations to sustain the criteria (requirements) that have been met and improve that haven?t based on the New South Wales Standards on OHS Contractor Checklist Assessment Tools."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radyan Prasetyo
"Tailing yang dihasilkan industri pertambangan menjadi perdebatan hangat karena volume yang dihasilkan sangat besar dan masih mengandung beberapa logam. Hal ini mengharuskan penempatan dan pemanfaatan tailing juga harus cermat. Volume tailing ini berpotensi menurunkan fungsi lingkungan. Selain itu tailing membutuhkan area khusus yang besar dan steril untuk lokasi penampungan yang dikenal sebagai tailing dam. PT. Antam UBPE Pongkor adalah salah satu penamambangan emas dengan sistem penambangan tambang bawah. Metode penambangan yang dilakukan di UBPE Pongkor ini adalah metode cut and fill yaitu pengambilan bijih, dan pengisian kembali rongga dengan tailing yang telah didetoksifikasi sebelumnya.
Tambang emas Pongkor menghasilkan 350 ribu ton tailing per tahunnya yang berasal dari proses pengolahan dan dari pekerjaan pengembangan tambang. Pemisahan dari penggunaan kembali tailings dibagi menjadi 2 kategori, dimana 60% material tailing dimanfaatkan dan sisanya dibuang ke tailing dam. Perlunya pemanfaatan kembali tailing ini adalah untuk mengurangi volume yang terbuang.
Untuk mengetahui konsentrasi logam yang tersisa, telah diambil sampel pada beberapa titik yaitu tailing dam, batako dan material filling. Sampel slurry kemudian dipisahkan menjadi sampel padatan dan sampel larutan. Sampel padatan dilarutkan dengan Aquaregia, kemudian kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil pengukuran pada sampel larutan menunjukkan konsentrasi unsur Mn 0,86 mg/L, Fe 0,366 mg/L, Pb 0,035 mg/L, Cd 0,027mg/L, Zn 0,033 mg/L dan Cu 0,22 mg/L.
Hasil pengukuran sampel padat menunjukkan nilai Mn 6,68 mg/kg, Fe 61,96 mg/kg, Pb 0,28 mg/kg, Cd 0,01mg/kg, Zn 0,42 mg/kg dan Cu 0,31 mg/kg. Semua hasil pengukuran ini menunjukkan konsentrasi beada di bawah Baku Mutu. Selain itu dari uji LD50 dan TCLP yang dilakukan berkala oleh UBPE Pongkor menunjukkan nilai berada di bawah Baku Mutu. Kesimpulannya, tailing aman untuk dimanfaatkan.
Pemanfaatan tailing di Pongkor sebagai material filling mampu mengurangi volume tailing sebanyak 42,20% dari total produksi tahun 2007. Tingkat keefektifan backfilling ini hanya 70,20% dari target sebanyak 193.356 dmt. Sementara itu, pemanfaatan untuk batako hanya mencapai 1,8% dari seluruh total taling. Batako ini sampai saat ni hanya digunakan untuk keperluan internal tetapi memiliki potensi economic benefit untuk dimanfaatkan secara masal.
Selain pemanfaatan diatas, tailing juga dapat digunakan untuk pembuatan genteng bakar karena kesamaan struktur dengan lempung. Selain it juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian lanjutan untuk mengetahui besarnya economic benefit dan penyerapan tenaga kerja.

Tailing produced by mining industries being an issue and debate because it has a huge volume and still remaining metals. Thats why the tailing placement and its reuse must be detail and persnickety. This huge volume of tailing is potentially caused an environmental descent function otherwise tailing need a steril spesific area for retain talling sludge that called as tailing dam. PT. Antam UBPE Pongkor is a gold mining company that use an undreground mining method. This method applyng a cut and fill system. Cut and fill is digging and supporting method that getting the gold ore, processing and filling the blank stope with tailing that detoxificate before.
The Pongkor gold mining field produce more than 350,000 tons tailing each year that derived from processing plant and mining development activity. This tailing is splitted into 2 categories in which 60% of tailing material going to reuse and the rest, placed into tailing dam. The important need to reuse tailing is to alleviating the tailing volume in tailing dam.
The goals of this research are as follow ; (1) To figure out the safety level of tailing reuse by analyzing metals concentration that remain in tailing, (2) To analyzing the combine of tailing reuse in UBPE Pongkor, (3) To find out effectivness of tailing reuse in UBPE Pongkor as brick, backfilling material and reclamation soil media in order to reduce tailing volume that dumped into tailing dam, (4) To analyzing impacts of tailing reuse in the field to environment and ecosystem sorrounding UBPE Pongkor.
This research is an expost facto method that conducted with descriptif analysis approach. Primary and secondary data were collected by taking samples in spesific place, measuring the metal concentration in samples with AAS, interview and documenting some of apropriate figure. To figure out the metal concentration in tailing, sample have been taken from tailing dam, tailing brick and also from filling material. Then all of these samples were analyzed with AAS. Another way finding out the volume that has been treated as reuse and the remains tailing, secondary data derived from Environmental Unit at UBPE Pongkor.
The measurement results are presented as follow, for example, the concentration of solutions sample are 0,86 mg/L, 0,366 mg/L, 0,035 mg/L, 0,027mg/L, 0,033mg/L and 0,22 mg/L for Mn, Fe, Pb, Cd, Zn and Cu respectively. Meanwhile the concentration of soids sample are 6,68 mg/kg, 61,96 mg/kg, 0,28 mg/kg, 0,01mg/kg, 0,42 mg/Kg and 0,31 mg/kg for Mn, Fe, Pb, Cd, Zn and Cu respectively. All of this metal concentration stated below the treshold limit. Meanwhile LD50 and TCLP test that have been done frequently by UBPE Pongkor show result all concentration below treshlod limit.
Conclusion is, tailing safe for reuse. The tailing reuse at the UBPE Pongkor for filling material has achieved only 42,20% from total tailing that produced in 2007 (193,356 dmt) or 70,22% from the target. Tailing reuse as tailing brick during 2007 only 1,8% from total tailing produced in 2007 and on for internal use only. The tailing brick hav a potentially economic benefit if only commonly in mass by people sourronded UBPE Pongkor area.
Except for reclamation media, backfilling material and tailing bricks, tailing also potentially as roof tile because having a similiarity texture and clays contents. In order to strengthened and durability longer, commonly brick klin added. Another potentially use for ceramics additive. The tailing bricks is better with deeply research especially involved with economic benefit and labour supply absorption."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24961
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gidion Immanuel
"Kecamatan Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan dengan potensi cadangan mineral nikel yang banyak. Oleh karena itu, aktivitas pertambangan sangat sering dilakukan di daerah ini. Kegiatan pertambangan nikel sangat erat hubungannya dengan keselamatan kerja, terutama pada kegiatan produksi. Kegiatan produksi ini berkaitan juga dengan proses penggalian dan pengangkutan bahan galian. Salah satu area yang harus diperhatikan dalam kegiatan pertambangan adalah lereng area timbunan. Disposal area atau area timbunan adalah lokasi di daerah pertambangan yang dijadikan sebagai tempat penimbunan material-material overburden. Lereng disposal area yang tidak stabil akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Karna itu diperlukan lokasi dan desain yang sesuai dalam membangun area timbunan. Penentuan lokasi area timbunan dan desain yang stabil dilakukan dengan menggunakan metode uji sifat fisik dan mekanika tanah, uji daya dukung tanah, dan analisis kesetimbangan batas menggunakan metode Janbu yang disederhanakan. Uji sifat fisik dan mekanika tanah pada penelitian ini dilakukan pada 1 titik dengan 4 buah sampel yang menyebar dari permukaan hingga kedalaman 3,20 meter. Nilai daya dukung tanah yang diperbolehkan dari peremukaan sampai pada kedalaman 2,99 meter memiliki nilai <81,812 ton/m2, sedangkan pada kedalaman 3,00­­–3,20 meter yang memiliki nilai daya dukung tanah yang diperbolehkan sebesar 435,81 ton/m2. penggalian tanah terlebih dahulu sedalam 3 meter disarankan sebelum dilakukan penimbunan, untuk mendapatkan area disposal yang aman sesuai dengan analisis uji daya dukung tanah. Hasil desain yang sesuai dengan area penelitian dibagi menjadi 2 section yaitu section A, dan section B dengan pembagian sudut section adalah 35°, 40°, dan 45°. Berdasarkan hasil analisis kesetimbangan batas dari masing-masing section dengan sudut yang sudah ditentukan, maka didapat bahwa pada section A dengan sudut kemiringan 45°; section B dengan sudut kemiringan 40°; dan 45° memiliki nilai FK < 1,3, desain lereng ini termasuk ke dalam lereng yang tidak aman dan berpotensi longsor. Sedangkan pada section A dengan sudut kemiringan 35°;40°; dan section B dengan sudut kemiringan 35° memiliki nilai FK > 1,3, Desain lereng ini termasuk ke dalam lereng yang aman dan memiliki kemungkinan longsor yang rendah. Berdasarkan analisis kesetimbangan batas, desain lereng yang aman digunakan memiliki kemiringan sudut 35°

Pomalaa Sub-district, Southeast Sulawesi province is one of the areas with a high potential for nickel mineral reserves, Therefore, mining activities are very often carried out in this area. Nickel mining activities are closely related to work safety, especially in production activities. This production activity is also related to the process of extracting and transporting minerals. One area that must be considered in mining activities is the slope of the embankment area. A disposal or stockpiling area is a location in a mining area used as a place for stockpiling overburdened materials. Unstable slopes of the disposal area will affect production activities. Because of that, an appropriate location and design are needed in building a stockpile area. The determination of the location of the embankment area and its stable design is carried out by using the physical and mechanical properties of the soil, the soil bearing capacity test, and the boundary equilibrium analysis using the simplified Janbu method. Soil physical and mechanical properties tests in this study were carried out at 1 point with 4 samples that spread from the surface to a depth of 3.20 meters. The allowable soil carrying capacity from the surface to a depth of 2.99 meters has a value of <81.812 tons/m2, while at a depth of 3.00¬–3.20 meters, the allowable soil carrying capacity is 435.81 tons/ m2. Excavation of the soil as deep as 3 meters is recommended before backfilling, to obtain a safe disposal area according to the soil carrying capacity test analysis. The results of the design according to the research area are divided into 2 sections, namely section A and section B with the division angles of the sections being 35°, 40°, and 45°. Based on the results of the boundary equilibrium analysis of each section with a predetermined angle, it is found that section A with an inclination angle of 45°; section B with a tilt angle of 40°; and 45° has an FK value < 1.3, this slope design is classified as an unsafe slope and has the potential for landslides. Whereas in section A with a slope angle of 35°;40°; and section B with a slope angle of 35° has an FK value of > 1.3. This slope design is considered a safe slope and has a low probability of landslides. Based on the boundary equilibrium analysis, a safe slope design has a slope angle of 35°."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Al Farouq
"Dalam pertambangan bawah tanah, caving merupakan fenomena yang sangat lumrah terjadi pada area pertambangan bawah tanah. Caving sendiri dapat memberikan dampak yang berbahaya terhadap aktivitas maupun infrastruktur di area penambangan. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan rutin geoteknik atau geotechnic monitoring terhadap perkembangan zona caving di area penambangan. Salah satu pemeriksaan rutin tersebut dapat dilakukan dengan metode GPR. Pada penelitian ini diharapkan GPR dapat memberikan informasi terkait letak dari batas zona caving pada setiap titik pengukuran data. Lokasi penelitian bertempat pada middle acces area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave atau GBC dengan panjang lintasa ±240 meter dengan 13 titik pengukuran. Akan dilakukan pula tiga analisis yang berbeda yaitu analisis amplitudo, frequency mapping, dan average spectrum pada setiap data yang didapat agar batas zona caving dapat teridentifikasi dengan jelas. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa GPR dapat mengidentfikasi batas zona caving serta batas dari seismogenic zone dengan zone of loosening. Hal ini didapati dari analisis amplitudo dan frequency mapping yang dilakukan oleh peneliti. Perubahan amplitudo yang signifikan serta distribusi energi yang ditampilkan dalam domain frequensi menunjukkan batas-batas pada zona tersebut. Model batas zona caving yang dibuat oleh PT Freeport Indonesia pun berbeda dengan bebeda dengan model yang dibuat oleh peneliti.

In underground mining, caving is a phenomenon that commonly occurs in underground mining areas. Caving itself can have dangerous impacts on activities and infrastructure in the mining area. Therefore, routine geotechnical monitoring is necessary to monitor the development of the caving zone in the mining area. One such routine inspection can be carried out using the GPR method. This study expects that GPR can provide information related to the location of the caving zone boundaries at each data measurement point. The research location is in the middle access area of the underground mine Grasberg Block Cave or GBC with a track length of ±240 meters and 13 measurement points. Three different analyses will also be carried out, namely amplitudo analysis, frequency mapping, and average spectrum on each data obtained so that the boundaries of the caving zone can be clearly identified. The results show that GPR can identify the boundaries of the caving zone and the boundaries of the seismogenic zone with the zone of loosening. This is found from the amplitudo analysis and frequency mapping conducted by the researcher. Significant changes in amplitudo and the distribution of energy displayed in the frequency domain indicate the boundaries of that zone. The model of the caving zone boundary made by PT Freeport Indonesia is different from the model made by the researcher."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kabupaten Garut merupakan kabupaten yang mempunyai potensi sumber daya bahan tambang berupa bahan galian logam (mineral) maupun non logam diantaranya pasir dan batuan andesit. salah satu wilayahnya di Gunung Guntur. Banyak faktor yang mendorong agar penambangan di wilayah tersebut dihentikan, salah satunya faktor lingkungan. Sehingga perlu relokasi ke wilayah lain yang mempunyai potensi bahan tambang untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. Relokasi tersebut dilakukan sebagai langkah agar aktivitas penambangan tidak mengganggu wisata pegunungan, kondisi lingkungan alam dan sisi kebijakan yang terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja serta tata ruang. Hasil pengamatan lapangan, secara geologi lokasi kajian didominasi oleh Lava Guntur (Qhg), Endapan Rempah Lepas Gunung Muda Tak Teruraikan (Qypu), dan Batuan Gunungapi Muda (Qym). Hal yang harus diperhatikan dalam aspek geologi salah satunya pola sebaran sungai, di lokasi. Hasil kegiatan lapangan menunjukan bahwa jenis vegetasi yang banyak ditemui di lokasi adalah tanaman pertanian dan perkebunan, semak belukar dan bambu. Berdasarkan hasil perhitungan sumberdaya terkira Boulder andesit-basal sebesar 13,515,740 MT, dengan perkiraan ketebalan rata-rata andesit-basal diambil dari atas permukaan ke titik terdalam dari penetrasi geolistrik 60 meter, walaupun pada faktanya ketebalan andesit-basal tidak ada ukuran pasti, sehingga CF (Concretion Factor) mempunyai nilai 30 %."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Belladonna Paramayswari
"Penambangan sirtu memiliki karakteristik produksi yang berbeda dengan penambangan mineral logam dan batubara, dimana rencana produksi sangat berkaitan dengan estimasi atau perkiraan pasar yang tidak menentu. Selain itu, jarak buang, jenis truck, jenis material, hingga ukuran vessel memiliki pengaruh terhadap produktivitas tambang. Kajian teknis terkait peralatan penambangan demi mengoptimalisasi kegiatan produksi dan target produksi dilakukan dengan tujuan utama mengevaluasi aspek teknis dan pengaruhnya terhadap kegiatan produksi. Aspek teknis yang dievaluasi adalah ketersediaan dan produktivitas alat berat dibandingkan dengan produktivitas truck (pengangkut material) dan pengaruh karakteristik material sirtu terhadap kebutuhan project. Terdapat kesimpulan bahwa kemampuan produksi rata-rata per jam dari setiap unit excavator yang digunakan dalam kegiatan penambangan lebih besar daripada kapasitas angkut dari armada truck, sehingga target produksi tidak tercapai. Selain itu, terjadi penumpukan antrian pada satu loading point dikarenakan material yang dibutuhkan pembeli dan jadwal antrian kedatangan truck yang kurang tertata dengan baik. Sehingga, dibutuhkan koordinasi lebih lanjut terkait jadwal pengambilan material dengan pembeli, edukasi pembeli terkait material yang dibutuhkan agar sesuai, dan apabila memungkinkan dilakukan perluasan loading point yang padat antrian sesuai dengan kebutuhan proyek.

Sandstone mining has different production characteristics than metal mineral and coal mining, where production plans are closely related to uncertain market estimation. In addition, the dumping distance, the truck type, the material type, and the size of the vessel influence mining productivity. Technical studies related to mining equipment to optimize the production activities and targets are carried out with the primary objective of evaluating technical aspects and their impact on production activities. The technical aspects that are evaluated are the availability and productivity of heavy equipment compared to truck productivity (material transporters) and the effect of the characteristics of sandstone materials on the project requirements. There is a conclusion that the average production capacity per hour of each excavator unit used in mining activities is greater than the carrying capacity of the truck fleet, so the production target is not achieved. In addition, there is a build-up of queues at one certain loading point due to the material needed by buyers and an unorganized truck arrival schedule. Thus, further coordination with the buyer is needed regarding the material collection schedule, educating the buyer in choosing the suitable materials, and, if possible, expanding the crowded loading point following project necessity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Pratama Yuda
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Tinjauan Yuridis Mengenai Kepastian Hukum Penyesuaian Kontrak Karya Pertambangan Terhadap UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara UU Pertambangan Minerba Penelitian ini dilakukan sehubungan dengan adanya aturan di dalam ketentuan peralihan UU Pertambangan Minerba yang mewajibkan penyesuaian ketentuan di dalam Kontrak Karya KK terhadap UU Pertambangan Minerba Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran mengenai pengaturan penyesuaian KK serta permasalahan di dalam pelaksanaannya selain juga untuk mengetahui mengenai kepastian hukum terkait pelaksanaan penyesuaian KK terhadap UU Pertambangan Minerba Untuk itu penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan menggunakan sumber daya sekunder yang dianalisis menggunakan analisis data kualitatif Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penyesuaian KK terhadap UU Pertambangan Minerba masih memiliki sejumlah masalah dan kendala yang berasal dari belum adanya pengaturan yang mengatur secara komprehensif dan tumpang tindih pengaturan sehingga pengaturan yang ada belum menjamin kepastian hukum dalam proses penyesuaian kontrak karya tersebut Dengan demikian pemerintah bersama sama dengan para pemangku kepentingan stakeholders yang terkait perlu segera melengkapi serta memperbaiki pengaturan yang ada pada saat ini demi menjamin adanya kepastian hukum dalam proses penyesuaian KK terhadap UU Pertambangan Minerba

ABSTRACT
This Research discusses the legal analysis of legal certainty behind the Contract of Works CoW adjustment to Law No 4 of 2009 Concerning Mineral and Coal Mining Law No 4 2009 This research is conducted due to the clause of transitional provisions in the Law No 4 2009 which requires adjustment of provisions in the CoW to the Law No 4 2009 The purpose of this research is to determine an overview of the framework in CoW adjustment regulations and issues in its implementation as well as to find out about the legal certainty regarding its conduct pertaining to the Law No 4 2009 To that end this research uses juridical normative legal research method by utilizing analyzed secondary source and qualitative data As the result this research showed that the implementation of the adjustment the CoW to the Law No 4 2009 still contains a number of problems and constraints stemming from the lack and overlapping regulations Therefore the regulations has yet to ensure legal certainty in the process of adjustment of the CoW Thus the government together with the stakeholders needs to complete and improve existing regulations in order to ensure legal certainty in the process of adjustment of the CoW to the Law 4 2009 "
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T43343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resvani
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, 2017
622 RES t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Burhani
"Dalam desain geometri tambang terbuka salah satu yang perlu diperhatikan adalah geometri lereng. Dalam analisis LEM, tingkat kestabilan geometri lereng dinyatakan dalam nilai Faktor Keamanan (FK). Nilai tersebut didapat berdasarkan perbandingan antara gaya penggerak penyebab lereng bergeser, dengan gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil. Konfigurasi geometri lereng bertujuan untuk memberikan konfigurasi penggalian yang optimal, baik dalam konteks keselamatan operasional maupun keuntungan finansial. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan kajian kestabilan lereng pada desain awal penambangan PT X. Analisis dilakukan dengan mempertimbangn beban kegempaan pada daerah telitian. Analisis dilakukan pada dua line section yang mencakup 4 segmen lereng, yatu Selatan, Utara, Barat dan Timur. Hasil analisis pada kedua line section menunjukkan bahwa keempat segmen lereng dalam kondisi Failure, yaitu Section A-A’ sisi Selatan FK 0.856, Section A-A’ sisi Utara FK 0.874, Section B-B’ sisi Barat FK 0.604, dan Section B-B’ sisi Timur FK 0.962. Rekomendasi desain menunjukkan nilai factor kemana yang stabil yaitu Section A-A’ sisi Selatan FK 1.153, Section A-A’ sisi Utara FK 1.192, Section B-B’ sisi Barat FK 1.55, dan Section B-B’ sisi Timur FK 1.152

In the design of open-pit mine geometry, one thing that needs to be considered is the slope geometry. In LEM analysis, the level of slope geometric stability is expressed in the Safety Factor (FK) value. This value is obtained based on a comparison between the driving force that causes the slope to shift, and the resisting force that keeps the slope stable. The slope geometric configuration aims to provide an optimal excavation configuration, both in the context of operational safety and financial benefits. Therefore, in this research, a slope stability study was carried out in the initial mining design of PT X. The analysis is carried out by considering the seismic load in the study area. The analysis was carried out on two line sections covering 4 slope segments, namely South, North, West and East. The results of the analysis on both line sections show that the four slope segments are in Failure condition, namely Section A-A' on the South side FK 0.856, Section A-A' on the North side FK 0.874, Section B-B' on the West side FK 0.604, and Section B- B' East side FK 0.962. Design recommendations indicate which factor values are stable, namely Section A-A' South side FK 1.153, Section A-A' North side."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>