Latar Belakang: Penyakit insufisiensi vena merupakan kondisi terganggunya aliran balik darah dari tungkai menuju ke jantung. Kondisi ini dapat terjadi secara jangka panjang atau kronik sehingga sering dikenal sebagai chronic venous insufficiency (CVI).
Tujuan: Menganalisis dan membandingkan pengaruh penggunaan stoking kompresi selama 1 minggu dan 2 minggu pada pasien CVI pasca tindakan EVTA di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS jejaring pendidikan.
Metode: Penelitian ini bersifat studi kohort.
Hasil: Populasi yang diambil adalah pasien yang berobat dari bulan Maret – Mei 2024 di RSCM dan RS jejaring. Distribusi komplikasi akut pasca pemasangan stoking kompresi selama 1 minggu dan 2 minggu. Iritasi kulit dialami oleh 3 orang (9,7%) pasien pada kelompok 1 dan 11 orang (37,9%) pada kelompok 2. Nyeri dialami oleh 9 orang (31%) pasien pada kelompok 1 dan pada 9 orang (29%) pasien pada kelompok 2. Edema hanya ditemukan pada kelompok 2 yaitu sebanyak 2 kasus (6,5%). Selanjutnya, hematoma dialami oleh 4 orang (13,8%) pasien pada kelompok 1 dan 4 orang (12,9%) pada kelompok 2 Hasil analisis bivariat mendapatkan bahwa jenis intervensi berpengaruh terhadap oklusi vena dengan nilai odds ratio sebesar 1,203 (95% CI: 0,537 – 2,694) namun dengan nilai yang tidak signifikan berdasarkan uji Fischer’s Exact Test (p=0,77). Sebagai kesimpulan, penggunaan stoking kompresi selama 2 minggu tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan penggunaan selama 1 minggu saja. nilai korelasi sebesar -0,010 dengan nilai p=0,937. Nilai -0,01 termasuk dalam hubungan korelasi kuat (kurang dari 0,1).
Simpulan: Penggunaan stoking kompresi selama 2 minggu tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan penggunaan selama 1 minggu saja. nilai korelasi sebesar -0,010 dengan nilai p=0,937. Nilai -0,01 termasuk dalam hubungan korelasi kuat (kurang dari 0,1).
Kata kunci: Penyakit vena kronis,venous clinical severty score, medical compresi.
Objective: This study will compare vein occlusion and Venous Clinical Severity Score (VCSS) in CVI patients after the EVTA procedure who were given compression therapy with stockings for one week compared with use for two weeks.
Methods: This research is a cohort study
Results: The population taken were patients seeking treatment from March – May 2024 at RSCM and network hospitals. Distribution of acute complications after installation of compression stockings for 1 week and 2 weeks. Skin irritation was experienced by 3 (9.7%) patients in group 1 and 11 people (37.9%) in group 2. Pain was experienced by 9 (31%) patients in group 1 and 9 people (29%) patients in group 2. Edema was only found in group 2, namely 2 cases (6.5%). Furthermore, hematomas were experienced by 4 (13.8%) patients in group 1 and 4 people (12.9%) in group 2. The results of bivariate analysis showed that the type of intervention had an effect on vein occlusion with an odds ratio of 1.203 (95% CI : 0.537 – 2.694) but with a value that is not significant based on Fischer's Exact Test (p=0.77). In conclusion, the use of compression stockings for 2 weeks does not have a significant effect compared to use for just 1 week. The correlation value is -0.010 with a p value = 0.937. The value -0.01 is included in a strong correlation relationship (less than 0.1).
Conclusion: the use of compression stockings for 2 weeks does not have a significant effect compared to use for just 1 week. The correlation value is -0.010 with a p value = 0.937. The value -0.01 is included in a strong correlation relationship (less than 0.1).
Keywords: Chronic venous disease, venous clinical severity score, medical compression."
Latar Belakang : Penyakit insufisiensi vena kronik (PIVK) memiliki prevalensi yang cukup tinggi di seluruh dunia, yaitu sekitar 60-70%. Penyebab paling sering pada penyakit insufisiensi vena kronik adalah kelainan primer dari dinding vena dan katupnya mengakibatkan inkompetensi pada katup vena, reflux dan obstruksi vena. Transforming growth factor-ð½1 (TGF-ð½1) adalah sitokin dengan polipeptida kompleks yang secara signifikan ditemukan pada semua pasien penyakit insufisiensi vena kronik. Waktu refluks yang didapat dari pemeriksaan Ultrasonografi duplex (DUS) menunjukkan derajat keparahan dari insufisiensi katup vena. Akan tetapi, Hubungan kadar TGF-ð½1 terhadap tingkat keparahan dari penyakit insufisiensi vena kronik belum diketahui.
Tujuan : untuk mengetahui perbedaan kadar TGF-ð½1 terhadap tingkat keparahan dari penyakit insufisiensi vena kronik pada vena superfisial tungkai bawah.
Metode : Studi menggunakan desain potong lintang pada pasien dengan vena yang sehat dan pasien dengan penyakit insufisiensi vena kronik yang dilakukan oeprasi bedah pintas arteri koroner (BPAK) di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada April – Mei 2024. Tingkat keparahan penyakit insufisiensi vena kronik dinilai dengan waktu refluks dari pemeriksaan ultrasonografi duplex. TGF-ð½1 didapat dari pemeriksaan ELISA pada jaringan vena. Luaran primer adalah perbedaan kadar TGF-ð½1 berdasarkan tingkat keparahan penyakit insufisiensi vena kronik.
Hasil : Sebanyak total 56 subjek berhasil dilakukan analisis akhir. Mayoritas subjek dengan PIVK pada penelitian ini (67,7%) tergolong ke dalam PIVK derajat berat (waktu refluks >1000 ms). Tidak terdapat perbedaan nilai median yang signifikan antara derajat keparahan PIVK dengan kadar TGF-β1 (p>0.05). Namun dapat dilihat bahwa median kadar TGF-β1 lebih meningkat pada vena dengan PIVK ringan-sedang dan berat (14,27 pg/mg dan 14,04 pg/mg) jika dibandingkan dengan vena normal (10,97 pg/mg).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kadar TGF-ð½1 terhadap tingkat keparahan penyakit insufisiensi vena kronik pada vena superfisial tungkai bawah pada pasien yang dilakukan tindakan bedah pintas arteri koroner.
Kata kunci: Insufisiensi vena kronik, Transforming growth factor - Beta 1, Waktu refluks
Background: Chronic venous insufficiency (PIVK) has a fairly high prevalence throughout the world, around 60-70%. The most common cause of chronic venous insufficiency is primary abnormalities of the venous wall and valve resulting in valve incompetence, reflux, and venous obstruction. Transforming Growth Factor-β1 (TGF-β1) is a complex polypeptide cytokine that is significantly found in all patients with chronic venous insufficiency. Reflux time obtained from Duplex Ultrasonography (DUS) examination indicates the severity of valve insufficiency. However, the relationship between TGF-β1 levels and the severity of CVI has not yet been determined.
Objective: To determine the differences in TGF-β1 levels concerning the severity of chronic venous insufficiency in the superficial veins of the lower limbs.
Method: The study used a cross-sectional design in patients with healthy veins and patients with chronic venous insufficiency who undergoing coronary artery bypass surgery at the Harapan Kita National Cardiovascular Center from April to May 2024. The severity of chronic venous insufficiency was assessed by reflux time from duplex ultrasonography examination. TGF-β1 was obtained from ELISA examination of venous tissue. The primary outcome was the difference in TGF-β1 levels based on the severity of chronic venous insufficiency.
Results: A total of 56 subjects underwent final analysis. The majority of subjects with CVI in this study (67.7%) were classified into severe CVI (reflux time >1000 ms). There were no significant differences in median values between the severity of CVI and TGF-β1 levels (p>0.05). However, it was observed that the median TGF-β1 levels increased in veins with mild-moderate and severe CVI (14.27 pg/mg and 14.04 pg/mg) compared to normal veins (10.97 pg/mg).
Conclusion: There is no significant differences in TGF-β1 levels concerning the severity of chronic venous insufficiency in the superficial veins of the lower limbs in patients undergoing coronary artery bypass graft surgery.
Keywords: Chronic venous insufficiency, Transforming Growth Factor-β1, Reflux time.
"