Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalisya Dewanda Putri
"In the current global entertainment environment, cultural representations are significant. This study examines how the American television series XO, Kitty, which is based in Seoul, South Korea, portrays South Korean culture. The representation of the series becomes apparent as a complex fabric of tradition and modernity, exhibiting both genuine depictions and cultural intricacy when one closely examines its plot and characters. Through an examination of how XO, Kitty addresses South Korean stereotypes in popular culture, the study reveals complex perspectives on the way the series portrays South Korean culture and whether or not it is affirming or contesting stereotypes. The study examines the portrayal of several aspects of South Korean society, such as its educational system, gender roles, traditional attire, festivals, and popular cultural components like K-pop, K-food, and K-beauty, in the series as an instrument of interaction. The study aims to analyze the proportion between genuine cultural portrayal and the persistence of stereotypes in the narrative and character development of the show. The study showed that this narrow and shallow portrayal poses the danger of propagating biases and does not fully convey South Korean culture's intricate and diverse nature.

Dalam lingkungan hiburan global saat ini, representasi budaya sangatlah penting. Studi ini menganalisis bagaimana serial televisi Amerika XO, Kitty, yang berlatar di Seoul, Korea Selatan, menggambarkan budaya Korea Selatan. Representasi ini muncul sebagai jaringan yang kompleks antara tradisi dan modernitas, menampilkan penggambaran yang autentik serta kerumitan budaya bila memperhatikan pada plot dan karakter serial ini. Melalui penelitian bagaimana XO, Kitty menangani stereotip Korea Selatan dalam budaya populer, studi ini mengungkapkan perspektif yang rumit mengenai validasi atau penolakan terhadap kebenaran tersebut. Studi ini melihat bagaimana sistem pendidikan, peran gender, pakaian tradisional, festival, dan elemen budaya populer Korea Selatan seperti K-pop, makanan, dan kecantikan digambarkan dalam serial tersebut sebagai instrumen interaksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara representasi budaya yang sebenarnya dan keberlanjutan stereotip dalam narasi dan perkembangan karakter dalam seri tersebut. Studi ini mengungkapkan bahwa penggambaran yang terbatas dan dangkal ini berisiko memperkuat stereotip dan gagal menangkap esensi kaya dan beragam dari budaya Korea Selatan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rofi Ulwan
"Stereotip terhadap ras atau etnis tertentu sering ditemukan di serial televisi sebagai contoh adalah Sense8 2015-2017 di Netflix. Meskipun tampaknya Sense8 ingin menyajikan sebuah acara yang memiliki keragaman dari berbagai macam ras dan etnis, stereotip dapat ditemukan pada salah satu karakter dalam acara tersebut yaitu Kala, seorang wanita Asia Selatan. Representasi Kala sebagai wanita India dalam acara tersebut adalah perjodohannya, sikap submissivenya, dan bagaimana ia harus diselamatkan oleh pria kulit putih. Tulisan ini juga mencoba untuk menganalisis patriarki dari ayah Kala. Dengan menggunakan metode tekstual analisis, tulisan ini berharap dapat mengetahui bagaimana sebuah acara televisi dapat mendukung stereotip untuk menggambarkan karakter-karakter di dalamnya.

Stereotypes of certain race or ethnicity are often found in television series, for example, in Netflix rsquo;s Sense8 2015-2017 . Even though the show intends to present diversity, stereotypes can be found in one of the characters, Kala, a South Asian woman. The representations of Kala as an Indian woman in the show are arranged marriage, her submissiveness, and how she needs to be saved by a white male. This paper will also try to analyze Kala rsquo;s father rsquo;s patriarchy. Using textual analysis, this paper aims to achieve how a television series could reinforce stereotypes to portray their own characters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hendra Mulyana
"Drama Korea ‘Snowdrop’ memicu kontroversi karena dianggap mendistorsi sejarah gerakan demokratisasi Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas tuduhan tersebut dan menganalisis representasi geopolitik yang muncul di dalam film tersebut. Tulisan ini mengkaji perdebatan yang terjadi dalam media daring mengenai tuduhan atas distorsi sejarah dengan melakukan analisis terhadap film melalui metode analisis komposisi dan analisis dokumen untuk melihat apakah tuduhan tersebut terbukti. Meskipun ‘Snowdrop’ memang mengandung unsur-unsur geopolitik, perbandingan antara unsur-unsur ini dan tuduhan-tuduhan yang terlampir menunjukkan bahwa tidak ada distorsi yang disengaja terhadap peristiwaperistiwa sejarah dengan niatan mengubah pandangan tertentu. Premis dan garis waktu film ini sejalan dengan pemilu Korea Selatan tahun 1987, yang menampilkan kesamaan dalam identitas politik—seperti pemerintahan otoriter, badan intelijen (ANSP) yang menjadi kaki tangan pemerintah, dan kehadiran Korea Utara sebagai musuh. Namun, intrik politik yang digambarkan adalah fiksi untuk mendapatkan efek dramatis dalam film.

online media regarding accusations by examining the film using composition analysis and document analysis methods to determine whether the allegations are proven. While ‘Snowdrop’ does contain geopolitical elements, a comparison between these elements and the attached allegations reveals no deliberate distortion of historical events with intentions to change certain viewpoint. The film’s premise and timeline align with the lead-up to the 1987 South Korean election, featuring similarities in political identities—such as an authoritarian government, an accomplice intelligence agency (ANSP), and North Korea as an adversary. However, the specific political intrigue depicted is fictionalized for dramatic effect on film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hendra Mulyana
"Drama Korea ‘Snowdrop’ memicu kontroversi karena dianggap mendistorsi sejarah gerakan demokratisasi Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas tuduhan tersebut dan menganalisis representasi geopolitik yang muncul di dalam film tersebut. Tulisan ini mengkaji perdebatan yang terjadi dalam media daring mengenai tuduhan atas distorsi sejarah dengan melakukan analisis terhadap film melalui metode analisis komposisi dan analisis dokumen untuk melihat apakah tuduhan tersebut terbukti. Meskipun ‘Snowdrop’ memang mengandung unsur-unsur geopolitik, perbandingan antara unsur-unsur ini dan tuduhan-tuduhan yang terlampir menunjukkan bahwa tidak ada distorsi yang disengaja terhadap peristiwaperistiwa sejarah dengan niatan mengubah pandangan tertentu. Premis dan garis waktu film ini sejalan dengan pemilu Korea Selatan tahun 1987, yang menampilkan kesamaan dalam identitas politik—seperti pemerintahan otoriter, badan intelijen (ANSP) yang menjadi kaki tangan pemerintah, dan kehadiran Korea Utara sebagai musuh. Namun, intrik politik yang digambarkan adalah fiksi untuk mendapatkan efek dramatis dalam film.

online media regarding accusations by examining the film using composition analysis and document analysis methods to determine whether the allegations are proven. While ‘Snowdrop’ does contain geopolitical elements, a comparison between these elements and the attached allegations reveals no deliberate distortion of historical events with intentions to change certain viewpoint. The film’s premise and timeline align with the lead-up to the 1987 South Korean election, featuring similarities in political identities—such as an authoritarian government, an accomplice intelligence agency (ANSP), and North Korea as an adversary. However, the specific political intrigue depicted is fictionalized for dramatic effect on film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Tsani Almasah
"Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%).

South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Adriani
"Jurnal ini membahas tentang kehidupan karyawan Korea Selatan dalam drama televisi yang berjudul Misaeng. Misaeng merupakan salah satu drama televisi yang digemari di Korea Selatan dan mempunyai rating yang cukup tinggi. Tokoh utama dalam drama ini adalah seorang pria yang baru meniti karirnya, sebagai karyawan magang, di suatu perusahaan besar pada umur 26 tahun. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, ia berhasil mengungguli karyawan magang lainnya dan lolos menjadi karyawan tetap walaupun latar belakang yang ia miliki tidak terlalu bagus. Selain tokoh utama, drama ini juga menceritakan kehidupan karyawan lain yang mempunyai kesulitan dan masalahnya masing-masing dalam bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan tentang gambaran kehidupan karyawan dan budaya kerja dalam perusahaan Korea Selatan, serta dampaknya yang direpresentasikan dalam drama televisi Misaeng. Dengan metode kepustakaan dan kualitatif, penulis memfokuskan analisa pada budaya kerja perusahaan Korea Selatan yang ditampilkan dalam drama tersebut. Hasil analisa menunjukkan budaya kerja Korea Selatan yang paling menonjol adalah senioritas dan hierarki yang tinggi, kecenderungan terhadap kelompok, diskriminasi terhadap karyawan wanita, dan etos kerja karyawannya.

This journal discusses the life of South Korean employee which is represented through Korean drama titled Misaeng. Misaeng is one of the well-received high-rating television dramas in South Korea. The drama tells about a man who had just started his career as an intern at a large company at the age of 26. Through diligence and hard work, he managed to outperform his colleagues and be contracted as a permanent employee despite the lack of a clear background. On top of that, this drama also provides the story of the lives of other employees and each one of their problems and difficulties. The purpose of this study is to present an overview of the life and culture of employees working in South Korean company along with its impact to the employees as depicted in the television drama Misaeng. This journal uses text review and qualitative research method to focuses on analyzing the work culture in South Korean company as shown in the drama. The result shows that the prominent of South Korean work culture are pronounced seniority and hierarchy, collectivism tendentiousness, discrimination of female employees, and work ethics of its employee.;"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putri Shafira
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengetahuan tentang bagaimana suatu negara menciptakan identitasnya dengan menggunakan “nation branding”. Studi ini berfokus menganalisa bagaimana Korea Selatan menggunakan “Korean Wave”, fenomena budayanya, dan media global, untuk mengubah identitas nasionalnya. Menggunakan teori kultivasi analisis, penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan literatur pada database jurnal, katalog perpustakaan dan database surat kabar online, dengan mempelajari bagaimana Korea Selatan digambarkan dalam artikel media dan jurnal penelitian. Hasil mengungkapkan bahwa Korea Selatan telah berhasil mengubah identitasnya. Dahulu nya Korea Selatan dikenal karena perang Korea dan krisis keuangan yang parah, namun karena fenomena global telah berdampak pada industri pariwisata, ekonomi dan hiburan, Korea Selatan sekarang telah dikenal akan hiburan dan pariwisatanya.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.

The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Rio Pamungkas
"Proyek akhir ini membahas tentang pengaruh Undang-Undang Diplomasi Publik Korea Selatan ditinjau dari peran industrialisasi budayanya. Undang-Undang Diplomasi Publik mempunyai tujuan untuk meningkatkan citra negara Korea Selatan. Citra negara bagi Korea Selatan sangat penting untuk menguatkan posisi mereka sebagai negara dengan kekuatan menengah serta untuk mengurangi persepsi negatif akibat konflik dengan Korea Utara. Dengan menggunakan konsep diplomasi publik serta metode sejarah, penelitian ini menganalisis alasan Korea Selatan memerlukan Undang-Undang Diplomasi Publik kemudian pelaksanaan diplomasi publik setelah pengesahan undang-undang tersebut dan manfaat dari undang-undang itu terhadap peningkatan citra negara Korea Selatan yang ditinjau secara kritis dari peran industrialisasi budaya Korea Selatan. Industrialisasi budaya Korea Selatan mencakup musik, festival film dan pariwisata. Industrialisasi budaya ini kemudian dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam diplomasi publiknya yang sejalan dengan penerapan Undang-Undang Diplomasi Publik. Hasil dari penelitian kemudian, memperlihatkan benar-benar ada peningkatan citra negara Korea Selatan setelah adanya Undang-Undang Diplomasi Publik yang dipengaruhi oleh industrialisasi budaya Korea Selatan.

This final project discusses the influence of South Korea's Public Diplomacy Law in terms of its cultural industrialization role. The Public Diplomacy Law has the objective of enhancing the image of the country of South Korea. The country's image for South Korea is very important to strengthen their position as a middle power country and to reduce negative perceptions due to conflict with North Korea. By using the concept of public diplomacy and historical methods, this study analyzes the reasons South Korea needs a Public Diplomacy Law then the implementation of public diplomacy after the ratification of the law and the benefits of the law on improving the image of the country of South Korea which is critically reviewed from its role South Korean cultural industrialization. South Korea's cultural industrialization includes music, film festivals and tourism. This cultural industrialization is then used by South Korea in its public diplomacy which is in line with the implementation of the Public Diplomacy Law. The results of later research show that there is actually an increase in the image of the country of South Korea after the Public Diplomacy Act was influenced by the industrialization of South Korean culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Melody Herawati
"ABSTRAK
Penempatan produk merupakan salah satu teknik pemasaran yang dapat menambah aspek realisme acara televisi sekaligus mempersuasi khalayak. Tulisan ini menganalisis penerapan penempatan produk yang berada dalam serial televisi Korea Descendants of the Sun. Penerapan penempatan produk dianalisis dengan melihat produk dan merek apa saja yang tampil dalam serial dan bagaimana kemunculannya sepanjang serial. Hasil analisis menunjukan bahwa produk-produk yang muncul dalam serial Descendants of the Sun merupakan produk yang memiliki relevansi dengan cerita dan memiliki kesamaan pada target khalayak serial. Penempatan produk yang dominan digunakan oleh merek atau produk dalam serial ini adalah penempatan yang menggunakan strategi integrated explicit dan non-integrated explicit, memiliki sifat prominent, dan menggunakan dimensi plot connection untuk menarik perhatian dan mempersuasi khalayak.

ABSTRACT
Product placement is one marketing technique that can enhance realism of television programs while simultaneously works to persuade audience. This article will analyze how product placement is applied on South Korean television series Descendants of the Sun. The implementation of product placement is analyzed by observing the products and brands featured on the series and how they appeared throughout the series. The results of this study indicate that the products appeared in Descendants of the Sun are relevant with the story and also have similar audience with who the serial targets. Most brands or products featured in Descendants of the Sun used integrated explicit strategy and non-integrated explicit strategy, had prominent character, and built plot connections to attract their audience attention."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Nurannisa
"Penelitian ini mengkaji penggunaan kata dalam lirik lagu Na, Sigani Dēlgétji, dan Haengbok oleh Park Won, Loco, dan Ovan dalam kaitannya dengan kondisi sosial generasi muda Korea Selatan di tahun 2000-an. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana unsur menyerah direpresentasikan dalam ketiga lagu tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis dengan tinjauan sosiolinguistik berupa analisis semantik medan makna untuk mengaitkan kata benda, kata kerja, dan kata sifat tertentu dalam lirik ketiga lagu yang memiliki kaitan dengan keadaan sosial terkait sikap menyerah generasi N-po. Penelitian ini menemukan lima kata sifat dalam lagu Na, dua kata sifat, satu kata benda, dan satu kata kerja dalam lagu Sigani Dēlgétji, dan tiga kata kerja, satu kata benda, dan satu kata sifat dalam lagu Haengbok yang memiliki relasi makna dengan enam komponen makna yang menyusun empat tipe menyerah yang merepresentasikan makna paradigmatik kata `menyerah`. Lalu, terdapat kata `힘들다 (sulit)` yang menjadi kata sifat representatif dalam ketiga lagu dan juga digunakan oleh generasi muda Korea Selatan tahun 2000-an untuk menjelaskan 인간관계의 포기 (menyerah terhadap interaksi sosial), 연애의 포기 (menyerah terhadap hubungan asmara), dan 꿈의 포기 (menyerah terhadap mimpi) yang merupakan tiga dari tujuh (atau lebih) hal yang rela dikorbankan oleh generasi N-po
This study analyzes the use of words in the lyrics of Na, Sigani Dēlgétji and Haengbok by Park Won, Loco, and Ovan in their relation to the social condition of South Korean youth in the 2000s. This study aims to analyze how giving up tendencies are represented in the three songs using descriptive analysis method, through a sociolinguistics approach which is the semantic analysis of lexical field to connect the use of certain nouns, verbs and adjectives in the three songs to the social condition of the N-po generation or the give-up generation. The findings were five adjectives in Na, two adjectives, one noun and one verb in Sigani Dēlgétji, and three verbs, one noun and one adjective in Haengbok which were related to six semantic features constructing the four types of giving up which represents the paradigmatic relation to the word `give up`. The word `힘들다 (difficult)` is the representative adjective found in the three songs as well as used by the South Korean young generations in the 2000s to elaborate the behavior of giving up social interactions, romantic relationships and dreams which are three of seven (or more) things they give up on.
Key"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>