Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trisnawati Paulus Tandilangi
"

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian secara global. Di Indonesia, seiring bertambahnya usia, prevalensi penyakit kardiovaskuler juga mengalami peningkatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan readmisi pada lansia yang terdiagnosis penyakit kardiovaskuler. Metodologi penelitian ini dengan desain Cross-Sectional, dan menggunakan tehnik Consecutive Sampling dalam pemilihan sampel, jumlah sampel sebanyak 102 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan prosedur Confirmatory Faktor Analysis. Hasil penelitian menunjukkan kejadian readmisi dalam setahun minimum 1 kali dan maksimum 4 kali, dengan variabel depresi yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian readmisi (p=0.003). Analisis multivariat menunjukkan bahwa factor sosial demografi (variabel usia, kebiasaan merokok), faktor kondisi klinis (variabel status fungsional, IMT, penurunan kadar HDL, komorbid, jenis penyakit, dan kepatuhan minum obat) dan faktor psikososial (kognitif) memiliki korelasi yang kuat antar faktor (0.987, 0.980, dan 0.984) dan variabel-variabelnya mewakili keseluruhan variabel independen.


Cardiovascular disease is the leading cause of death globally. In Indonesia, with increasing age, the prevalence of cardiovascular disease has also increased. The purpose of this study was to determine the various risk factors associated with readmission in the elderly diagnosed with cardiovascular disease. The methodology of this study was a Cross-Sectional design, and used Consecutive Sampling technique in sample selection, the sample size was 102 respondents. Data analysis was carried out by univariate, bivariate, and multivariate analysis with Confirmatory Factor Analysis procedures. The results showed the incidence of readmissions in a year was a minimum of 1 time and a maximum of 4 times, with depression variables significantly associated with the incidence of readmissions (p=0.003). Multivariate analysis showed that socio-demographic factors (variables of age, smoking habit), clinical condition factors (variables of functional status, BMI, decreased HDL level, comorbidities, disease type, and medication adherence) and psychosocial factors (cognitive) had a strong correlation between factors (0.987, 0.980, and 0.984) and their variables represented the overall independent variables.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Mariani
"Salah satu tindakan diagnostic dan intervensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner adalah coronary angiography. Tindakan tersebut dapat dilakukan secara urgent ataupun elektif yang dapat menimbulkan respon psikososial berupa kecemasan. Kecemasan pada pasein yang akan dilakukan tindakan coronary angiography yang tidak teratasi dapat berdampak terhadap status kesehatan pasien timbulnya berbagai komplikasi, antara lain dapat berupa gangguan hemodinamik, rasa ingin pingsan, nyeri dada, gangguan pencernaan, kejadian iskemik berulang dan disritmia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien yang akan dilakukan tindakan elektif coronary angiography. Desain penelitian ini dengan menggunakan analytic descriptive observation dengan pendekatan cross sectional pada 110 responden. Hasil uji statistik menunjukan bahawa adanya kecemasan yang berat pada 75 responden (68,2%) dan cemas sedang pada 35 responden (31,8%). Dari hasil uji bivariat menunjukan adanya hubungan antara usia p-value 0,000, penghasilan p-value 0,003, pendidikan p-value 0,000, riwayat pernah dilakukan tindakan coronary angiography p-value 0,000, pengetahuan penyakit jantung koroner p-value 0,000 dan pengetahuan tentang tindakan coronary angiography p- value 0,000 dengan kecemasan pada pasien yang akan dilakukan tindakan coronary angiography, dengan keseluruhan nilai p-value < 0,05. Sedangkan jenis kelamin tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kecemasan p-value 0,669 > 0,05. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan coronary angiography adalah pengetahuan penyakit jantung koroner dengan nilai odds rasio terbesar 4,617

One of the diagnostic and intervention measures in patients with coronary heart disease is coronary angiography. These actions can be carried out urgently or electively which can cause a psychosocial response in the form of anxiety. Anxiety in patients undergoing coronary angiography that is not resolved can have impact on the patient’s health status and the emergence of various complications, including hemodynamic disturbances, feeling like fainting, chest pain, indigestion, recurrent ischemic events and dysrhythmias. The purpose of this study was to determine the level of anxiety and the factors that influence anxiety in patients undergoing elective coronary angiography. The design of this study used analytic descriptive observation with a cross sectional approach to 110 respondents. The results of statistical tests showed that there was severe anxiety in 75 respondents (68,2%) and moderate anxiety in 35 respondents (31,8%). The results of the bivariate test showed that there was relationship between age (p-value 0,000), income (p-value 0,003), education (p-value 0,000), history of coronary angiography (p-value 0,000), knowledge of coronary heart disease (p-value 0,000), and knowledge about coronary angiography (p-value 0,000) with anxiety in patients who will undergo coronary angiography, with an overall p-value <0,05. But there is not relation between gender and anxiety with p-value 0,669 > 0,05. From the results of multivariate analysis, it was found that the most dominant factors causing anxiety in patients who will undergo coronary angiography is knowledge of coronary heart disease with Odds ratio 4,617"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Kasfi
"Kerentaan adalah prediktor signifikan dari semua penyebab kematian pada pasien lansia yang menjalani HD. Pengetahuan mendalam terhadap faktor-faktor berhubungan dapat membuat perawat mengembangkan intervensi tepat yang lebih komprehensif untuk memperbaiki kerentaan meningkatkan kualitas hidup lansia HD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom lansia renta (frailty) pada lansia yang menjalani HD menggunakan desain cross sectional. Data 130 responden berdasarkan total sampling, diperoleh dari unit HD di tiga rumah sakit, untuk dianalisis univariat, bivariat termasuk multivariat dengan uji regresi logisik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala dialisis adalah faktor yang paling berhubungan (p<0,001). Lansia HD dengan gejala skor DSI tinggi berisiko 8 kali untuk mengalami sindrom lansia renta dibandingkan dengan skor DSI rendah (OR=7,67 95% CI 2,50 – 23,56), setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin (p=0,019), lingkungan tempat tinggal (p=0,004), kadar Hb (p=0,048), dan MUAMC (p=0,043), serta variabel perancu kekuatan genggaman tangan, IMT, vintage (lama) HD dan penyakit. Praktik keperawatan dapat secara tepat merancang intervensi mandiri pada kerentaan lansia HD yang lebih memperhatikan gejala dialisis pasien, termasuk mempertimbangkan faktor lain yang berhubungan. Penelitian keperawatan di masa depan dapat menginvestigasi lebih mendalam gejala dialisis yang paling menonjol berhubungan dengan kerentaan lansia HD, dan mengembangkan penelitian terkait kerentaan pada kondisi penyakit kronis lansia yang lain.

Frailty is a significant predictor of all-cause mortality in patients 60+ with HD. In-depth knowledge of the related factors can enable nurses to develop appropriate, more comprehensive interventions to improve frailty and the quality of life of HD older adults. This study aims to identify factors related to frail elderly syndrome in older adults undergoing HD using a cross-sectional design. Data from 130 respondents based on the total sampling technique, obtained from HD units in three hospitals, was analyzed for univariate, bivariate, and multivariate analysis using binary logistic regression. The results showed that dialysis symptoms were the most related factor (p<0.001). HD older adults with high DSI score symptoms had eight times the risk of experiencing frail elderly syndrome compared to those with low DSI scores (OR=7.67 95% CI 2.50 – 23.56), after being controlled by the variables gender (p=0.019), living environment (p=0.004), Hb levels (p=0.048), and MUAMC (p =0.043), as well as confounding variables of hand grip strength, BMI, HD vintage and disease. Nursing practice can appropriately design independent interventions for the frail elderly syndrome of older adults with HD that enhance presume to the patient's dialysis symptoms, bringing consideration of other relevant factors. Future nursing research can investigate more deeply the most prominent dialysis symptoms related to the frail elderly syndrome of older adults with HD and develop research related to frailty in other chronic disease conditions among the older adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fida Dewi Ambarsari
"FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA PROGRAM GERMAS Fida Dewi Ambarsari1, Ambar W. Roestam2, Imran Agus Nurali3 1 Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta2 Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta3Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Email : fidadewi@gmail.com Abstrak Latar belakang: Tingkat kebugaran kardiorespirasi yang rendah berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler seperti obesitas, hiperkolesterolemia, DM tipe 2 dan hipertensi. Secara umum pekerja perkantoran memiliki beban kerja ringan dengan aktifitas fisik kurang aktif atau sedenter sebagai faktor meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan perubahan faktor risiko penyakit kardiovaskuler terhadap perubahan kebugaran kardiorespirasi pada pelaksanaan program Germas selama 12-15 minggu. Metode: Desain potong lintang pendekatan komparatif dua kali pengukuran dengan interval 12-15 minggu pada tahun 2017-2018. Subyek ASN pemerintah pusat n= 102 , faktor risiko penyakit kardiovskuler yang diukur: IMT, tekanan darah, kolesterol, gula darah dan aktifitas fisik. Kebugaran kardiorespirasi dengan metode rockport. Hasil: Implementasi Germas dalam interval 12-15 minggu, rerata VO2 maks meningkat 0.75 2.65 ml/kg/menit dan prevalensi pekerja yang bugar meningkat 6.9 menjadi 86.3 . Umur 40 ndash;59 tahun 3,44 kali berisiko tidak meningkat kebugaran kardiorespirasinya dibandingkan usia 20 ndash; 39 tahun p 0.04, IK 95 1.00 ndash; 11.84 , lama kerja memiliki hubungan bermakna terhadap peningkatan kebugaran p 0.05 . Indeks massa tubuh memiliki korelasi bermakna terhadap perubahan VO2 maks p=0.02, r -0.21 . Regresi linear diperoleh umur dan indeks massa tubuh sebagai faktor prediksi VO2 maks. Kesimpulan: Observasi selama 12-15 minggu implementasi Program Germas belum efektif meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. Diperlukan kesadaran diri, edukasi dan pemantauan individu serta waktu observasi yang lebih lama untuk menilai efektifitas.

Cardiovascular Disease Risk Factors to Cardiorespiratory Fitness Changes in Community Healthy Movement Programme GERMAS Abstract Background Low cardiorespiratory fitness CRF level associated to cardiovascular CVD risk factors such as obesity, hypercholesterolemia, diabetes mellitus type 2 and hypertension. Generally, office workers have light physical effort to work and tend to be a sedentary physical activity behavior that is also risk factors of cardiovascular disease. This study aims to identify correlation of CVD risk factors changes CRF level in 12 15 weeks among community healthy movement programme GERMAS . Methods Comparative cross sectional study of double examination on year 2017 2018, baseline and second data have 12 15 weeks intervals. Subject are government office workers n 102 , CVD risk factors determined BMI, blood pressure, cholesterol level, blood glucose and physical activity. CRF examined by Rockport methods. Results average of VO2 max was increased 0.75 2.65 ml kg minute and CRF level prevalence was increased 6.9 after 12 ndash 15 weeks. Age 40 59 years has 3.44 times to not improved on increasing CRF than age 20 39 years p 0.04, CI95 1.00 11.84 , Duration of work has significant association to CRF changes p 0.05 . BMI have significant correlation to VO2 max p 0.02, r 0.21 . Linear regression shown age and body mass index as a predictors for VO2 max. Conclusion Based on 12 15 weeks observation, community healthy movement programme GERMAS implementation was not optimal to increased cardiorespiratory fitness. It is need self awareness, individual education and monitoring also has to be a longer observation. "
2018
T55539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Elbert
"

Penyakit kardiovaskular juga merupakan penyebab utama kematian secara global. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular mengalami peningkatan prevalensi setiap tahunnya dan menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian terutama pada usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kardiovaskular pada penduduk usia produktif di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukan prevalensi penyakit kardiovaskular pada penduduk usia produktif di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2018 adalah sebesar 2,7%. Faktor yang berhubungan secaara statistik dengan kejadian penyakit kardiovaskular yaitu umur (POR = 4,615; 95% CI: 3,489-6,104), jenis kelamin (POR = 0,751; 95% CI: 0,566-0,995), tingkat pendidikan (POR = 1,405; 95% CI: 1,064 – 1,855), hipertensi (nilai POR = 2,391; 95% CI: 1,810-3,158), diabetes melitus (POR = 8,531; 95% CI: 5,899 – 12,337), status merokok (POR = 1,979; 95% CI: 1,327-2,950; dan POR = 2,794; 95% CI: 1,738-4,492), obesitas (POR = 1,630; 95% CI: 1,206 - 2,204), aktivitas fisik (POR = 1,968; 95% CI: 1,292 – 2,999), gangguan mental emosional (POR = 2,344; 95% CI: 1,661 – 3,307), konsumsi makanan asin (POR = 0,693; 95% CI: 0,519 – 0,927), dan konsumsi makanan lemak/kolesterol/gorengan (POR = 0,698; 95% CI: 0,517 – 0,944). Sementara itu, konsumsi buah dan sayur serta konsumsi alkohol tidak berhubungan secara statistik dengan kejadian penyakit kardiovaskular. Optimalisasi program pengendalian PTM seperti CERDIK dapat membantu pencegahan kejadian penyakit kardiovaskular.


Cardiovascular disease is the leading cause of death globally. In Indonesia, cardiovascular disease has an increasing prevalence every year and ranks highest as a cause of death, especially in productive age. This study aims to determine the factors associated with the incidence of cardiovascular disease in the productive age population in the Special Region of Yogyakarta based on data from the 2018 Basic Health Research. The design of this research study was cross-sectional with bivariate analysis. The results showed that the prevalence of cardiovascular disease in the productive age population in Yogyakarta Province in 2018 was 2.7%. Statistically related factors to cardiovascular disease incidence were age (POR = 4.615; 95% CI: 3.489-6.104), sex (POR = 0.751; 95% CI: 0.566-0.995), education level (POR = 1.405; 95% CI: 1.064 – 1.855), hypertension (POR value = 2.391; 95% CI: 1.810-3.158), diabetes mellitus (POR = 8.531; 95% CI: 5.899 – 12.337), smoking status (POR = 1.979; 95% CI: 1.327-2.950; and POR = 2.794; 95% CI:  1.738-4.492), obesity (POR = 1.630; 95% CI: 1.206 - 2.204), physical activity (POR = 1.968; 95% CI: 1.292 – 2.999), mental emotional disorders (POR = 2.344; 95% CI: 1.661 – 3.307), consumption of salty foods (POR = 0.693; 95% CI: 0.519 – 0.927), and consumption of fat/cholesterol/fried foods (POR = 0.698; 95% CI: 0.517 – 0.944). Meanwhile, fruit and vegetable consumption and alcohol consumption were not statistically associated with the incidence of cardiovascular disease. Optimization of NCD control programs such as CERDIK can help prevent cardiovascular disease events

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Roroputri Aprilia
"Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil survei Riskesdas 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penduduk berusia ≥60 tahun di Indonesia yang belum terdiagnosis hipertensi, yaitu sebanyak 70.127 orang. Data dianalisis secara regresi logistik sederhana (bivariat) dan regresi logistik berganda (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia sebesar 52,4%. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, konsumsi makanan asin, perilaku merokok, dan aktivitas fisik merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia, dengan umur sebagai faktor yang paling berhubungan dengan AOR = 1,44 (95% CI: 1,36-1,52). Untuk mengurangi prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia, pemerintah diharapkan dapat fokus pada penguatan promosi, skrining, dan surveilans kesehatan pada lansia.

Hypertension is one of the public health problems in Indonesia with the highest prevalence in elderly. The purpose of this study was to determine the prevalence and factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia. The design of this study is cross-sectional using secondary data from the results of the 2018 basic health research survey. The sample in this study was the entire population aged ≥60 years in Indonesia who had not been diagnosed with hypertension, which was 70,127 people. Data were analyzed by simple logistic regression (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The results showed that the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia was 52.4%. Age, gender, education level, area of residence, consumption of salty food, smoking behavior, and physical activity are the factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia, with age as the most associated factor (AOR = 1.44, 95% CI: 1.36-1.52). To reduce the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly, the government is expected to focus on strengthening promotion, screening, and health surveillance on elderly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artati
"Latar belakang: Penyakit katup jantung merupakan penyakit yang disebabkan ketidakmampuan katup dalam menjalankan fungsinya dengan penyebab penyakit katup jantung yang paling umum yaitu demam rematik. Walaupun telah dilakukan pembedahan, readmisi terjadi dengan angka kejadian yang terus meningkat pada pasien pasca operasi katup jantung.. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan readmisi pasien pasca operasi katup jantung. Desain yang digunakan yaitu crossectional dengan pendekatan retrospektif dengan sampel sebanyak 111 responden. Uji statistik menggunakan Chi Square alternatif exact fisher dengan signifikasi (α < 0,050) menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, dukungan keluarga, aktivitas fisik dan fleksibilitas, kepatuhan minum obat pengencer darah (warfarin) dengan  readmisi pasien pasca operasi katup jantung (p=0,047, p= 0,030, p= 0,030, p=0,029, p= 0,024). Direkomendasikan untuk pendidikan kesehatan pada pasien pasca operasi katup jantung dilakukan oleh perawat pendidik yang dapat memberikan edukasi kesehatan yang tepat sesuai dengan kondisi, dan mengembangkan metode untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya readmisi, serta meningkatkan  pengetahuan dan pemahaman pasien readmisi pascaoperasi katup jantung.

Background: Heart valve disease is a disease caused by the inability of the valve to carry out its function with the most common cause of heart valve disesase, rheumatic fever. Despite surgery, readmissions occur with an increasing incidence. This study aims to identify the factors associated with patient readmissions after heart valve surgery. This research design used a cross -sectional with a retrospective approach with a sample of 111 respondents. Statictical test using Chi Square alternative exact fisher with significant ( α < 0,050) showed a significant relationship between education level, family support, physical activity and flexibility, adherence to taking blood thinners (warfarin) with patient readmission after heart valve surgery (p=0,047, p= 0,030, p= 0,030, p=0,029, p= 0,024). It is recommended that health education for post-heart valve surgery patients be carried out by educating nurses who can provide proper health education according to the conditions, and develop methods to prevent or minimize readmissions, as well as increase the knowledge and understanding of patients with postoperative heart valve readmissions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anyta Hera Wahyuni
"Penurunan fungsi paru berperan pada peningkatan insiden PPOK  pada lansia. Penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi ketepatan penggunaan inhaler dapat berdampak negatif terhadap prognosis. Tujuan Penelitian mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan ketepatan penggunaan inhaler pada lansia PPOK. Metode penelitian menggunakan cross sectional dengan lokasi penelitian di poliklinik Paru Asma-PPOK. Sampel pada penelitian dipilih melalui teknik consecutive sampling berjumlah 96 responden lansia PPOK. Analisis data terdiri dari analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasilnya responden mengalami gangguan fungsi kognitif dengan kategori tidak tepat dalam penggunaan inhaler sebanyak 46 responden (55.2%). Uji statistik regresi logistik didapatkan variabel fungsi kognitif berhubungan dengan ketepatan penggunaan inhaler (p=0,001; OR=40,524; CI 95% 12,537- 130,984). Kesimpulan ada hubungan antara fungsi kognitif dengan ketepatan penggunaan inhaler pada lansia PPOK setelah dilakukan uji statistik. Lansia mengalami gangguan fungsi kognitif tidak optimal dalam penggunaan inhaler. Pemberian edukasi pada lansia serta keluarga/caregiver dengan metode disesuaikan kemampuan kognitif lansia, seperti demonstrasi langsung, video instruksional, dan materi visual.

Decreased lung function contributes increased incidence of COPD in older adults. Impairment cognitive function affect accuracy of inhalers could have bad prognosis. Aim of study was to determine relationship between cognitive function with accuracy of inhaler usage in older adults with COPD. The research method used cross sectional location at polyclinic Asma-PPOK. The respondents were selected method through consecutive sampling technique, totalling 96 older adults with COPD. Data analysis consisted of univariate analysis, bivariate analysis using the Chi-square / Pearson Chi-square test, and multivariate analysis using the Logistic Regression test. Result respondents impaired cognitive function with inappropriate  use of inhalers as many as 46 respondents (55.2%). Logistic regression statistical obtained cognitive function correlated with accuracy of inhaler use (p=0.001; OR=40.524; CI95% 12.537- 130.984). Conclusion there correlation between cognitive function with accuracy of inhaler usage in older adults with COPD after statistical analysis. Older adults with impaired cognitive function are not optimal use inhalers. Providing education to older adults and caregivers by methods adjusted cognitive function, such as direct demonstrations, instructional videos, and visual materials."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>