Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Terry Yuliana R.P.
"Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Kunjungan antenatal menjadi faktor penting terjadinya komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, dan BBLR banyak dilakukan dengan beragam metode statistik. Tujuan penelitian menghasilkan evidence based recommendation kepada pemegang program berdasarkan perbandingan hasil analisis tiga alternatif pilihan metode statistik tentang pengaruh kunjungan antenatal terhadap komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sumber data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian sebagian wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam 5 tahun terakhir sebanyak 12.035 responden. Variabel dependen: komplikasi persalinan dan BBLR, variabel independen: kunjungan antenatal. Analisis data menggunakan regresi logistik, cox, dan poisson dengan varians robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi persalinan (47,40%) dan BBLR (6,56%). Kunjungan antenatal terbukti secara statistik berpengaruh terhadap komplikasi persalinan dan BBLR di Indonesia. Wanita yang melakukan kunjungan antenatal <8 kali berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi persalinan dan berisiko 5,48 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan wanita yang melakukan kunjungan ≥8 kali, persebaran dan kualitas sesuai. Berdasarkan perbandingan dari ketiga metode statistik, pada komplikasi persalinan sebagai contoh kasus dengan prevalensi tinggi, regresi cox maupun poisson dengan varians robust merupakan alternatif pilihan metode statistik yang lebih baik dibanding regresi logistik. Ukuran asosiasi PR lebih tepat digunakan daripada OR karena tidak overestimate. Sementara pada BBLR sebagai kasus dengan prevalensi rendah, ukuran asosiasi PR maupun OR dapat digunakan keduanya karena menghasilkan nilai yang hampir sama.

Childbirth complications are a direct cause of maternal death. Low birth weight (LBW) continues to be a global public health problem. The antenatal care visits is an important factor in occurrence of birth complications and LBW. Research on the frequency of antenatal visits, birth complications, and LBW has been carried out using various statistical methods. The purpose of the study is to produce evidence-based recommendations for the program based on a comparison of the results of the analysis of three alternative statistical methods for Indonesia regarding the influence of the of antenatal visits on birth complications and LBW. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data comes from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study included 12,035 respondents of women of childbearing aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years. Dependent variables: birth complications and LBW, independent variables: frequency of antenatal care. Data analysis uses logistic regression, Cox, and Poisson regression with robust variance. The results showed that the prevalence of birth complications (47.40%) and LBW (6.56%). The antenatal care visits had been statistically proven to influence childbirth complications and LBW in Indonesia. Women who had <8 antenatal visits had a 1.2 times greater risk of experiencing birth complications and a 5.48 times greater risk of giving birth to an LBW baby compared to women who had ≥8 visits, appropriate of distribution and quality of antenatal care. Based on a comparison of the three statistical methods, for childbirth complications as an example of cases with high prevalence, Cox or Poisson regression with robust variance is a better alternative choice of statistical method than logistic regression. The PR measure of association is more appropriate to use than OR because it does not overestimate. Meanwhile, for LBW as a case with low prevalence, both PR and OR association measures can be used because they produce almost the same values."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Najiyah
"Di Indonesia menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2020 penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi BBLR sebesar 35,2%. Kejadian BBLR belum menunjukkan penurunan signifikan baik ditingkat global, nasional maupun daerah. Di Indonesia, rata-rata proporsi berat badan lahir <2500 gram Tahun 2018 adalah 6,2% dengan daerah tertinggi yaitu Pulau Sulawesi (7,08%) (Riskesdas, 2018). Bayi berat lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi kejadian BBLR di Pulau Sulawesi berdasarkan faktor demografi dan psikososial, faktor obstetri, komplikasi kehamilan, status merokok ibu dan antenatal care. Desain studi cross sectional deskriptif dengan analisis univariat menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012 dan 2017. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 564 (SDKI 2012) dan 613 (SDKI 2017). Hasil penelitian pada SDKI 2017 menunjukkan peningkatan dalam beberapa aspek dibandingkan SDKI 2012 seperti penurunan kelahiran BBLR, peningkatan pendidikan, pekerjaan ibu, status perkawinan, paritas, interval kelahiran, kunjungan pemeriksaan awal ANC serta penanganan komplikasi kehamilan di fasilitas kesehatan. Namun, ada beberapa variabel yang mengalami penurunan dan stagnasi seperti usia ibu, status ekonomi, kesehatan di perdesaan, komplikasi kehamilan, merokok, frekuensi ANC dan kualitas ANC. Saran berkolaborasi dengan lintas sektor, penguatan Program Keluarga Harapan (PKH) serta peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

In Indonesia, according to the 2020 Indonesia Health Profile data, the most common cause of neonatal death is LBW conditions of 35,2%. Incidence of LBW have not shown a significant decrease either at global, national, and regional levels. In Indonesia, average proportion of birth weight <2500 grams in 2018 was 6,2% with the highest area being Sulawesi Island (7,08%). Low birth weight have a higher risk of morbidity and mortality. This study aims to describe the prevalence of LBW in Sulawesi Island based on demographic and psychosocial factors, obstetric factors, pregnancy complications, maternal smoking status, and antenatal care. Descriptive cross-sectional study design with univariate analysis using data from the 2012 and 2017 Indonesian Health Demographic Survey. The number of samples in this study was 564 (2012 IDHS) and 613 (2017 IDHS). The results of the 2017 IDHS study showed improvements in several aspects compared to the 2012 IDHS, such as a decrease in LBW, an increase in education, maternal employment, marital status, parity, birth intervals, first ANC check-up and treatment of pregnancy complications at health facilities. However, there are several variables that have decreased and stagnated such as maternal age, economic status, health in rural areas, pregnancy complications, smoking, ANC frequency and quality. Suggestions by collaborating with cross-sectors, strengthening the Program Keluarga Harapan (PKH) and increasing Program Makanan Tambahan (PMT) for pregnant women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan studi cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita usia subur usia 15-49 tahun yang mempunyai anak lahir hidup sejak Januari 2012 dan Januari 2017. Hasil analisis menggunakan regresi logistik ganda memnunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan <2tahun dan >5tahun (p value : 0.017, OR:1.9), paritas >2 (p value: 0.014, OR: 1.7, riwayat BBLR (p value: 0.000, OR: 7.2), tidak sekolah (p value:0.000, OR:9) dengan BBLR. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak, serta dukungan dari sektor lain untuk membantu meningkatkan pendidikan wanita usia subur agar dapat meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.

This study aims to identify risk factors for the incidence of low birth weight babies. This research in quantitative study with a cross sectional study design. The sample used in this study were women of childbearing age (15-49) who had live birth since January 2012 and januari 2017. The result of the analysis using multiple logistic regression showed that there was a significant relationship between gestation spacing <2 years and >5 years (p value: 0.017, OR:1.9), parity >2 (p value:0.014, OR: 1.7), history of low birth weight (p value: 0.000, OR: 7.2), not going to school (p value: 0.000, OR: 9) with low birth weight. There are effort to help improve family palnning services to regulate pregnancy spacing and the number of children, as well as support from other sectors to help improve the education of women of reproductive age in orser to increase access to healt service."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Mardiyana
"Sejak 2012-2015, persentase BBLR tidak menunjukkan penurunan signifikan. Kejadian BBLR di Indonesia merupakan penyebab utama kematian neonatal. Masih tinggiya persentase BBLR dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kehamilan remaja. Bahkan berdasarkan SDKI 2017 menunjukkan bahwa kejadian BBLR di Indonesia lebih banyak terjadi pada ibu yang hamil di usia remaja. Sementara itu, berdasarkan hasil SDKI 2002-2017 juga menunjukkan bahwa kehamilan usia remaja lebih banyak terjadi pada pedesaan Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehamilan usia remaja dengan kejadian BBLR yang dikhususkan di pedesaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan sumber data SDKI 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang pernah melahirkan anak lahir hidup dan hanya memiliki 1 anak. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kehamilan remaja, kunjungan antenatal, suplementasi Fe, dan komplikasi kehamilan. Hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa ibu yang hamil pada usia 15- 19 tahun memiliki risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR setelah dikendalikan oleh variabel kunjungan antenatal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kejadian kehamilan usia remaja berpengaruh terhadap kejadian BBLR di pedesaan Indonesia, sehingga diperlukan upaya dari pemerintah untuk dapat menekan angka kehamilan remaja.

From 2012-2015, the percentage of LBW has not shown a significant decrease. LBW in Indonesia is the main cause of neonatal death. One of the most important factors of LBW is adolescent pregnancy. Based on the 2017 IDHS, the incidence of LBW in Indonesia is more prevalent among mothers who become pregnant at the age of adolescent. Meanwhile, the results of the 2002-2017 IDHS show that adolescent pregnancy is more prevalent in rural Indonesia. Therefore, this study aimed to determine the association between adolescent pregnancy and LBW in rural Indonesia. This study used a crosssectional study design using the 2017 IDHS data. The sample in this study is WUS who had given birth and only had 1 child. Based on the results of the analysis, there was an association between LBW and adolescent pregnancy, ANC, Fe supplementation, and pregnancy complications. The results of multivariate analysis showed that mothers who became pregnant at the age of 15-19 years had a greater risk of giving birth to LBW babies after controlling for the variable of ANC. It can be concluded that the incidence of adolescent pregnancy affects the incidence of LBW in rural Indonesia, so government efforts are required to reduce the incidence of adolescent pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Eka Wahyu Pratiwi
"Berat badan lahir rendah meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 dan 2017 menunjukkan penurunan angka proporsi berat badan lahir rendah dari 7,3% menjadi 7,1%. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh paritas terhadap berat badan bayi lahir rendah di Indonesia. Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan menggunakan SDKI 2012 dan 2017. Analisis multivariat dalam penelitian menggunakan regresi logistik model faktor risiko. Sampel dalam penelitian berjumlah 12900 untuk tahun 2012 dan 13696 untuk tahun 2017. Proporsi BBLR meningkat dari 5,8% pada tahun 2012 menjadi 5,9% pada tahun 2017. Ibu dengan paritas 1 anak meningkat di tahun 2012 dari 1,34 (AOR 1,05-1,70; p-value 0,017) menjadi 1,48 (AOR 1,22-1,80; p value 0,000) pada tahun 2017 dibandingkan dengan ibu dengan paritas 2-3 anak. Ibu yang tidak sekolah memiliki OR BBLR 2,96 (AOR 1,28-6,86; p value 0,011) meningkat di tahun 2012 menjadi 3,09 (AOR 1,44-6,69 p value 0,004) di tahun 2017 dibandingkan ibu dengan lulusan perguruan tinggi. OR BBLR pada ibu yang tidak pernah melakukan ANC menurun dari 2,41 (AOR 1,23-4,75, p-value 0,010) di tahun 2012 menjadi 1,79 (AOR 1,02-3,12, p value 0,039) pada tahun 2017 dibandingkan ibu dengan kunjungan ANC ≥ 4 kali.

Low birth weight increased morbidity and mortality in newborns. The results of the demographics and Health survey of Indonesia 2012 and 2017 showed a decrease in the proportion of low birth weight from 7.3% to 7.1%. This study aims to identify the effects of parity on low birth weight in Indonesia. This was a cross-sectional study using secondary data from two IDHS 2012 and IDHS 2017. A multivariat analysis in research using logistic regression model risk factors. The sample size in this study was 12900 subjects in 2012 and 13696 subjects in 2017. The proportion of low birth weight was increased 0,1% from 5,8% to 5,9%. The results showed mothers who are had parity of 1 at risk 1,34 (AOR 1,05-1,70; p-value 0,017) increase in 2012 to 1,48 (AOR 1,22-1,80; p value 0,000) in 2017 compared to mother who had parity 2-3. Mother who had no education at risk 2,96 (AOR 1,28-6,86; p value 0,011) increased in 2012 to 3,09 (AOR 1,44-6,69 p value 0,004) in 2017 compared who had higher education. Mother who never did the ANC decreased from 2.41 (AOR 1.23-4.75, p-value 0.010) in the year 2012 to 1.79 (AOR 1.02-3.12, p value 0.039) in 2017 than the mother with the visit of ANC ≥ 4 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sarita
"ABSTRAK
Berat badan lahir bayi merupakan salah satu indikator bayi bertahan hidup. Bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami
kematian di usia neonatal. Ibu hamil yang melakukan antenatal care dengan baik
akan memiliki risiko yang semakin rendah untuk melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Papua merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka ibu tidak
melakukan antenatal care cukup tinggi bila dibandingkan dengan propinsi lain di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan ANC dengan berat lahir bayi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kehamilan. Metode penelitian
adalah studi potong lintang dengan consecutive sampling kepada subjek yaitu
anak berusia 0-60 bulan dan ibu sebagai responden di daerah Pegunungan
Jayawijaya, Papua. Data didapatkan melalui wawancara yang kemudian dianalisis
dengan uji Chi square. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan
frekuensi antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 1,000), tidak ada hubungan
kelengkapan antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 0,561). Perlu dilakukan
penelitian yang lebih baik untuk mengetahui keterbatasan pelaksanaan antenatal
care di Papua

ABSTRACT
Birth weight indicates survival rate of babies. Babies with low birth weight are at
risk of mortality at neonatal age. Pregnant women who do the antenatal care well
will have least risks of giving birth to a baby with low birth weight. The number of
mothers without antenatal care in Papua is likely higher than most of the
provinces in Indonesia. The aim of this research is to know the correlation
between the antenatal care implimentation and the birth weight, and also to raise
people?s awareness of the importance of antenatal care. This research is using
cross sectional study with consecutive sampling to the subjects, which are
children aged 0-60 months and mothers, as the respondent in Jayawijaya, Papua.
Data were obtained through interviews, which were later analyzed with Chi
square test. As a result of this research, there are no correlation between the
frequency of antenatal care and birth weight (p = 1,000), no relevancy between
the completeness of antenatal care and birth weight (p = 0,561). Further and
better research is needed to find out the limited implementation of antenatal care
in Papua."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Oster Suriani
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tidak berpadanan. Jumlah sampel 2500 orang terdiri dari 500 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR (kasus) dan 2000 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang buruk kemungkinan berisiko melahirkan BBLR 2,22 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang baik setelah dikontrol pendidikan ibu. Variabel lain yang terbukti signifikan berhubungan adalah jenis kelamin, umur ibu, pendidikan ibu, paritas, dan komplikasi kehamilan.

ABSTRACT
This study is depth analysis data of IDHS 2007. The design of this study is nonmatching case-control with, the number of sample was 2500 that consisted of 500 mothers who gave birth with LBW as a case group birth and 2000 mothers who gave birth normal weight.
The result of this study showed that mothers who utilized bad (low) quality of ANC had the tendency to have LBW 2.22 times higher compared to mothers who utilized good quality ANC, controllod by education?s mother. Significant variabel with LBW occurence statistically is baby gender, mother?s age, mother?s education, parity, complication during pregnancy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28445
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Salsabila
"Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR menjadi salah satu penyumbang Angka Kematian Bayi (AKB) baik di Indonesia maupun dunia. Menurut WHO, bayi dengan BBLR mempunyai persentase 60-80% dari total seluruh kematian neonatus. Secara global persentase BBLR yaitu sebesar 15-20% dari total kelahiran di dunia. Sedangkan menurut data Riskesdas pada tahun 2018, angka BBLR sebesar 6,2%.  Penyebab BBLR antara lain yaitu berasal dari faktor ibu, faktor obstetri dan faktor janin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga program pengendalian angka BBLR menjadi lebih terarah dengan mengetahui faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan data SDKI 2017. Sampel dari penelitian ini yaitu bayi yang lahir pada periode 5 tahun sebelum survei dengan berat lahir terdata dan tidak terdapat missing data. Variabel Independen yang diteliti antara lain yaitu usia melahirkan ibu, pendidikan ibu, tempat tinggal, status ekonomi, status merokok, jumlah paritas, komplikasi kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe (TTD), jumlah ANC, jenis kelamin bayi, dan kehamilan ganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu status ekonomi rendah (p=0.002; OR = 1.32; 95% CI= 1.105-1.586), pernah mengalami komplikasi kehamilan (p=0.000; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), frekuensi ANC buruk (< 6 kali) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), tidak patuh konsumsi tablet Fe (<90 tablet) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), serta kehamilan ganda (p=0.000; OR=31.601; 95% CI= 19.023-52.494).

A baby with a Low Birth Weight (LBW) is a baby who has a birth weight less than 2500 grams. LBW is one of the contributors of the Infant Mortality Rate (IMR) both in Indonesia and the world. According to WHO, infants with LBW have a percentage of 60-80% of the total of all neonatal deaths. Globally, the percentage of LBW is 15-20% of the total births in the world. Meanwhile, according to Riskesdas data in 2018, the LBW rate was 6.2%. The causes of LBW include maternal factors, obstetric factors and fetal factors. This study aims to determine what factors associated with the incidence of LBW so that the LBW rate control program becomes more focused on knowing the risk factors. This study uses a cross-sectional study design using the 2017 DHS data. The sample of this study was babies born in the 5-year period before the survey with birth weight recorded and no missing data. The independent variables studied included maternal age at birth, mother's education, place of residence, economic status, smoking status, number of parity, pregnancy complications, adherence to Fe tablet consumption (TTD), number of ANC, sex of the baby, and multiple pregnancies. The results showed that the variables associated with the incidence of LBW were low economic status (p = 0.002; OR = 1.32; 95% CI = 1.105-1.586), had experienced pregnancy complications (p = 0.000; OR = 1.896; 95% CI = 1.557- 2,308), poor ANC frequency (< 6 times) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), non-adherence to Fe tablet consumption (<90 tablets) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI = 1,557-2,308), and multiple pregnancies (p = 0.000; OR = 31.601; 95% CI = 19,023-52.494).

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizah Fauziyana Fadly
"Berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak tiap tahunnya di Indonesia, dengan rata-rata kasus BBLR adalah 6,98%, berada di bawah target RPJMN 2015–2019. Beberapa studi menunjukkan kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap BBLR. KTD di Indonesia mengalami kenaikan dari 14% (2012) menjadi 15% (2017). KTD harus dapat dicegah, dan mencegahnya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, SDGs ke-5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara KTD dengan kejadian BBLR di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data SDKI 2017. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dan dependen serta hubungannya setelah mengontrol variabel kovariat. Didapatkan, ibu dengan KTD memiliki risiko 1,80 kali memiliki bayi BBLR dibanding ibu dengan KTD. Diketahui bahwa terdapat variabel interaksi diantara hubungan variabel KTD dengan BBLR, yaitu variabel indeks kekayaan rumah tangga. Serta terdapat variabel confounder pada hubungan kedua variabel tersebut, yaitu frekuensi ANC. Jika disimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara KTD dengan kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel kovariat, yaitu indeks kekayaan rumah tangga dan frekuensi ANC.

Low birth weight (LBW) is the most common cause of neonatal death each year in Indonesia, with an average LBW case of 6.98%, which is below the target of the 2015–2019 RPJMN. Several studies have shown unintended pregnancy is a factor that has a significant effect on LBW. Unintended pregnancy in Indonesia has increased from 14% (2012) to 15% (2017). Unintended pregnancy must be prevented aims to improve maternal health, that is the 5th SDGs. This study aims to determine the relationship between unintended pregnancy and the incidence of LBW in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design and uses data from the 2017 IDHS. Bivariate and multivariate analysis were used to determine the relationship between the independent and dependent variables and the relationship after controlling the covariate variables. It was found that mothers with unintended pregnancy had 1.80 times the risk of having LBW babies compared to mothers with desired pregnancies. It is known that there is an interaction variable between the relationship between unintended pregnancy and LBW, namely the household wealth index. And there is a confounder variable in the relationship between the two variables, namely the ANC frequency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Syamola
"Bayi berat lahir rendah BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Terdapat berbagai faktor bayi lahir dengan BBLR, salah satunya yaitu ketahanan pangan rumah tangga. Salah satu program pemerintah untuk tercapainya ketahanan pangan adalah program dari Kementerian Sosial yaitu Program Keluarga Harapan PKH dan Raskin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan bayi BBLR menggunakan data Survei Sosial Ekonomi dan Nasional Susenas 2015, 2016, 2017 dan Sub Sampel PKH 2017. Program Keluarga Harapan merupakan program pemerintah yang dapat dihubungkan dengan kejadian BBLR sebagai variabel social support dari pemerintah.
Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada November 2018 - April 2019. Jumlah sampel sebanyak 22.426 responden pada tahun 2015, 22.822 pada tahun 2016 dan 7.393 pada tahun 2017. Sedangkan pada sub sampel PKH sebanyak 378 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ketahanan pangan rumah tangga dan bayi BBLR pada tahun 2015, 2016 dan 2017 dengan nilai p=0,0001, p=0,0001 dan p=0,003. Namun, pada sub Sampel PKH tidak ada hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan nilai p=0,572. Oleh karena itu pemerintah terkait, Kementerian Sosial dan Kementerian Pertanian diharapkan dapat memaksimal tercapainya ketahanan pangan bagi masyarakat agar risiko bayi lahir dengan BBLR dapat diminimalisir.

Low birth weight babies LBW are babies with a birth weight of 1500 to less than 2500 grams. There are various factors that can lead to babies with LBW and one of them is household food security. One of the government programs to achieve food security is a program from the Kementerian Sosial is Program Keluarga Harapan PKH and Raskin.
This study aims to identify household food security relationship with Low Birth Weight in Indonesia using National Socioeconomic Survey Susenas in 2015, 2016 and 2017.
This study uses a cross-sectional study conducted on November 2018- April 2019. The number of samples are about 22.426 respondents in 2015, 22.822 respondents in 2016 and 7.393 respondents in 2017. Meanwhile, the Sub sample of PKH is about 378 respondents.
The results showed that the association of household food security and LBW in 2015, 2016 and 2017 are p=0,0001, p=0,0001 and p=0,003, respectively. But in the sub sample of PKH with p=572 is not respecttively. Therefore, the government, Kementerian Sosial and Kementerian Pertanian are expected to be able to maximize the achievement of food security for the community and the risk of babies born with LBW can be minimized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>