Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Rachmad
"Kelurahan Duren Sawit merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit dimana tingkat pemanfaatan air tanah masih tinggi meskipun telah lama tersedia jaringan perpipaan dan lebih setengah Kepala Keluarga tergolong masyarakat berkemampuan ekonomi baik. Masalah penelitian ini adalah pemanfaatan air tanah yang tinggi dan tidak terkendali menimbulkan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber air untuk kebutuhan masyarakat, menganalisis kesadaran dan perilaku ramah lingkungan masyarakat terhadap pemanfaatan air kebutuhan rumah tangga dan merumuskan strategi percepatan peralihan dari pemanfaatan air tanah menuju air perpipaan. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan metode gabungan (mix method). Pendekatan kualitatif menggunakan grounded teory, sedangkan analisis permasalahan untuk merumuskan strategi menggunakan menmggunakan diagram fishbone. Hasil penelitian menunjukan 81% rumah tangga memanfaatkan air tanah, 9% air perpipaan dan 10% memanfaatkan dua sumber. Terdapat lima 5 (lima) faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemanfaatan air perpipaan yaitu: sosial ekonomi, kualitas air tanah, perilaku ramah lingkungan, kinerja PAM Jaya dan regulasi air tanah untuk kebutuhan rumah tangga. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor perilaku ramah lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingginya pemanfaatan air tanah. Diperlukan perbaikan dan solusi terhadap lima faktor diatas seperti program sosialisasi dan edukasi pelestarian air tanah, program penyambungan air perpipaan secara gratis untuk rumah tangga ekonomi kurang mampu, sosialisasi kualitas air tanah, peningkatan kinerja PAM Jaya serta percepatan penerbitan perubahan ketentuan pengambilan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga.

Sub-District Kelurahan Duren Sawit is one of the Sub-District in District Duren Sawit where the groundwater utilization is still high despite the availability of piped water for a long time and more than half of the family heads are classified as economically well-off. The problem of this research is that high and uncontrolled groundwater utilization causes environmental, social and economic impacts. This research aims to analyze water sources for community needs, analyze community awareness and environmentally friendly behavior towards household water use and formulate strategies to accelerate the transition from groundwater use to piped water. The research approach is qualitative with mixed methods. The qualitative approach uses grounded theory, while the problem analysis to formulate strategies uses fishbone diagrams. The results showed 81% of households utilize groundwater, 9% piped water and 10% utilize two sources. There are five (5) factors that influence the low level of piped water utilization, namely: socio-economic, groundwater quality, environmentally friendly behavior, PAM Jaya performance and groundwater regulations for household needs. The conclusion of this study is that the environmentally friendly behavior factor is the main factor influencing the high utilization of groundwater. Improvements and solutions to the five factors above are needed such as socialization and education programs for groundwater conservation, free piped water connection programs for economically disadvantaged households, socialization of groundwater quality, improving the performance of PAM Jaya and accelerating the issuance of changes to the provisions of groundwater withdrawal for household needs."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Harera
"Kota Bekasi hanya melayani masyarakat yang menggunakan PDAM sebesar 26.8%, sehingga sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumber air berasal dari air tanah. Air tanah tersebut digunakan sebagai sumber air minum melalui sistem self-supply. Saat ini keandalan self-supply masih menjadi isu di masyarakat walaupun sumber air ini merupakan salah satu sumber yang sangat terjangkau. Pemantauan yang dilakukan secara kontinu selama delapan bulan kepada responden dilakukan guna mengetahui perilaku sumber air minum mereka, termasuk rasa, warna, bau, ketersediaan, dan keamanannya melalui persepsi rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian keandalan sumber air minum self-supply, mengetahui perbandingan penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply, serta mengetahui faktor yang mempengaruhi dari keandalan self-supply. Metode penelitian yang digunakan adalah survei melalui telepon kepada responden dan analisis STATA 16 dengan uji Chi-Square, uji korelasi Phi, dan analisis Regresi Logistik. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka penilaian keandalan sumber air minum menghasilkan nilai untuk skala rumah tangga sebesar rata-rata keandalan sumur bor adalah 92% dan 74% sumur gali. Sedangkan berdasarkan skala kota, diseluruh bulan selama pemantauan menghasilkan nilai keandalan ≥15 poin sehingga baik sumur bor dan sumur gali bernilai andal diseluruh bulan, meskipun sumur gali mendapatkan penilaian lebih rendah. Perbandingan analisis penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply menghasilkan P = 0,028 (P<0,05) berdasarkan uji Chi-Square sehingga terdapat perbedaan signifikan variabel penilaian keandalan antara self-supply dengan non self-supply yang bernilai signifikan. Persentase hasil penilaian sumber air minum self-supply sebesar 83 % andal sedangkan non self-supply sebesar 92%. Variabel yang memiliki hasil signifikan terhadap penilaian keandalan adalah jenis sumur, kejadian hujan 24 jam sebelum wawancara, dan kejadian banjir. Sumur bor memiliki peluang 4,11 kali dibandingkan sumur gali terhadap keandalan sumber air minum. Tidak terjadi hujan 24 jam sebelum wawancara berpeluang 3,11 kali lebih tinggi dibandingkan terjadinya hujan 24 jam sebelum wawancara terhadap keandalan sumber air minum. Kejadian tidak banjir 8,85 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian banjir terhadap keandalan sumber air minum. Sehingga secara keseluruhan menilai bahwa sumber air sumur bor jauh lebih andal, namun jika dibandingkan dengan sumber non self-supply responden masih menilai lebih andal sumber non self-supply, oleh karena itu diperlukan rekomendasi lanjutan.

Bekasi City only serves people using PDAM by 26.8%. This means that most people living there still take groundwater sources. Groundwater is chosen as a source of drinking water through a self-supply system. Currently, the reliability of self-supply remains an issue in the community despite being an incredibly affordable water source. Continuous monitoring of the respondents for eight months was carried out to determine the behavior of their drinking water sources through household perceptions, including the taste, color, smell, availability, and safety. This study aimed to determine the reliability assessment of self-supply drinking water sources, the comparison of reliability assessments between self-supply and non-self-supply, and the factors that influence the reliability of self-supply. The research methods applied were telephone survey to respondents and STATA 16 program for analyzing with Chi-Square test, Phi correlation test, and Logistic Regression analysis. Based on the data processing, the reliability assessment of drinking water sources resulted in average reliability values of 92% for boreholes and 74% for dug wells on the household scale. Meanwhile, on the city scale, a reliability value of ≥15 points was obtained from the entire monitoring. This indicated that both boreholes and dug wells were reliable throughout the months, although dug wells received lower assessment. Comparison of the reliability assessment analysis between self-supply and non-self-supply led to P = 0.028 (P<0.05), with the Chi-Square test. Therefore, there was a major difference in the reliability assessment of self-supply and non self-supply variables. The percentages of the reliability assessment for self-supply and non-self-supply drinking water sources were 83% and 92% respectively. Variables with significant results in the reliability assessment included the type of well, the occurrence of rain 24 hours before the interview, and the incidence of flooding. For the reliability of drinking water sources, boreholes had a chance of 4.11 times higher than dug wells; no rain 24 hours before the interview had a chance of 3.11 times higher than the occurrence of rain 24 hours before the interview; and non-flood events had a chance of 8.85 times higher than flood events. Hence, borehole water sources were much more reliable. However, if compared to non-self-supply sources, respondents still consider non-self-supply sources more reliable. Therefore, further recommendations are needed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Andriani
"ABSTRAK
Intermittent slow sand filter (ISSF) telah digunakan di berbagai negara selama bertahun-tahun, terutama negara berkembang untuk mengolah air permukaan dan dipilih sebagai salah satu teknologi alternatif tepat guna karena sifatnya yang dapat diandalkan, murah dan mudah baik dari operasi maupun pemeliharaan, serta tidak membutuhkan tenaga ahli yang spesifik (Jenkins, Tiwary, dan Darby, 2011). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengukur dan menganalisis efisiensi pengolahan dari sistem tersebut terhadap parameter warna, nitrat, nitrit, dan total koliform, serta dilengkapi dengan pengukuran pH sebagai kontrol.
Sistem ini menggunakan media pasir silika yang terdiri atas 2 lapisan dengan ES dan UC masing-masing 0,2 mm, 3 dan 0,45 mm, 2,2 serta beroperasi secara intermiten dalam variasi waktu tinggal yang berbeda (2, 24, dan 48 jam) dengan 2 siklus operasi (masing-masing 4 minggu) dan masa pematangan media selama 1 bulan. Air baku permukaan berasal sumber lokal yaitu Waduk Resapan untuk siklus operasi 1 dan Danau Mahoni UI untuk siklus operasi 2. Tinggi nominal yang digunakan yaitu 5 cm. Pengukuran kapasitas filter dilakukan melalui pemeriksaan debit efluen. Karena nilai kekeruhan melebihi 10 NTU, proses prasedimentasi dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai pH masih dalam kisaran normal. Efisiensi pengolahan rata-rata terbesar terjadi pada parameter warna dan total koliform untuk waktu tinggal 48 jam yaitu berturut-turut pada siklus 1 yaitu 93,26% dan 98,76%, sedangkan pada siklus 2 yaitu 95,11% dan 99% sehingga kedua parameter tersebut menjadi suatu parameter kunci untuk pengolahan air permukaan dengan ISSF. Akan tetapi, nilai efisiensi yang besar belum tentu menjamin bahwa efluen yang dihasilkan akan memenuhi baku mutu tertentu. Sementara itu, ISSF memberikan nilai efisiensi negatif pada parameter nitrat dan nitrit untuk semua waktu tinggal yang dipengaruhi oleh faktor penambahan nutrien dan proses nitrifikasi.

ABSTRACT
Intermittent slow sand filter has been used widely in many countries, especially the developing ones to treat surface water for many years and has been choosed as alternative point-of-use technology because of its reliability, low-cost operation and maintenance, low-skilled, and environmental-friendly (Jenkins, Tiwari, and Darby, 2011). The purpose of this study is to measure and to analyze the removal efficiency of parameters such as color, nitrates, nitrites, and total coliforms (TC) which is completed with pH measurement as a control.
Using silica sand medium, consisting of two layers with ES and UC respectively 0,2 mm; 3 and 0,45 mm; 2,2, the system will be operated intermittently in three different residence times (2, 24, and 48 hours) with two operation cycles (4 weeks for each of those) with preliminary ripening period during 1 month. The surface wateristaken from Recharge Pond for first cycle and Mahoni Lake for second cycle, located at UI. A nominal head 5 cm is choosen. Filter capacity can be known by effluent flow rate measurement. Finding that turbidity exceeds 10 NTU, presedimentation is used.
The study result shows that pH values keep in normal range. The highest average removal efficiencies take place on color and total coliforms parameters for residence time 48 hours, which respectively in cycle 1 are 93,26% and 98,7%, in cycle 2 are 95,11% and 99% so that those parameters will be considered as key parameters for surface water treatment with ISSF. But, higher efficiency values don?t always show that the effluent will meet certain water threshold. While, ISSF gives negative efficiency values on parameters such nitrates and nitrites for all of residence times affected by nutrient additional factor and nitrification.
"
2015
S59588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maysarah
"Penyediaan akses air bersih yang memadai saat ini menjadi tantangan berat bagi Pemerintah Kota Bekasi. Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot dan PDAM Bekasi Tahun 2018, kedua PDAM ini baru mampu melayani 21,76 % wilayah Kota Bekasi. Masih terbatasnya cakupan layanan penyediaan air bersih menyebabkan masyarakat masih menggunakan air tanah diantaranya melalui sumur gali atau sumur bor. Hal ini sangat rentan terhadap pencemaran air tanah yang salah satunya ditandai dengan adanya kontaminasi fekal. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat pencemaran dan sebaran fekal pada air tanah serta mengkaji faktor-faktor seperti data sosio-ekonomi, kejadian turunnya hujan 24 jam sebelum pengambilan sampel air, jenis sumur, dan jarak antara sumur dan tangki septik yang berisiko menyebabkan kontaminasi fekal pada air tanah di Kota Bekasi dengan lokasi studi yakni Kelurahan Jatiluhur, Kelurahan Sumur Batu, dan Kelurahan Jatirangga. Sebanyak 255 sampel air dari berbagai jenis sumur diambil pada musim hujan. Pengujian kualitas air tanah dilakukan dengan parameter pH, suhu, total coliform, dan E. coli. Pengujian total coliform dan E. coli dilakukan dengan menggunakan IDEXX Colilert-18 dimana konsentrasi E. coli dihitung menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar pH rata-rata yaitu 5,5; suhu rata-rata sebesar 28,8°C; konsentrasi rata-rata Total Coliform yakni 868,9 MPN/100 mL dan konsentrasi E. coli rata-rata sebesar 276,5 MPN/100 mL. Hasil penelitian menunjukkan 60% sumber air tanah pada 3 (tiga) kelurahan terkontaminasi E. coli dimana 24% diantaranya memiliki konsentrasi E. coli melebihi 100 MPN/100 mL. Selain itu, terdapat terdapat perbedaan kontaminasi E. coli yang signifikan pada ketiga kelurahan dari hasil uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa jenis sumur seperti sumur gali dan jarak antara sumur dan tangki septik yang berjarak <5 meter dan 5-10 meter secara signifikan mempengaruhi kontaminasi E. coli di air tanah.

Provision access to adequate clean water is currently a serious challenge for the Bekasi City Government. Based on data from Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot dan PDAM Bekasi in 2018, both of them are only able to serve 21,76%. The limited scope of clean water supply services causes the community to still use groundwater from dug wells or boreholes. This is very susceptible to groundwater pollution, one of which is characterized by fecal contamination. This study aims to identify the level of fecal pollution and distribution in groundwater and assess factors such as socio-economic data, rainfall events 24 hours before water sampling, types of wells, and the distance between wells and septic tanks that are risk of fecal contamination in groundwater in Bekasi City with the study locations are Jatiluhur, Sumur Batu, and Jatirangga Urban Village. A total of 255 water samples from various types of wells were taken during the rainy season. Groundwater quality testing is carried out with parameters pH, temperature, total coliform, and E. coli. Testing for total coliform and E. coli was carried out using IDEXX Colilert-18 where the concentration of E. coli was calculated using the Most Probable Number (MPN) method. The test results show that the average pH level is 5.5; average temperature of 28.8 ° C; the average concentration of Total Coliform was 868.9 MPN / 100 mL and the average concentration of E. coli was 276.5 MPN / 100 mL. The results showed 60% of groundwater sources in 3 (three) villages were contaminated with E. coli where 24% of them had E. coli concentrations exceeding 100 MPN / 100 mL. In addition, there are significant differences in E. coli contamination in the three villages based on Kruskal-Wallis test result. Based on statistical tests, it is known that the type of wells such as dug wells and the distance between the well and the septic tank which are <5 meters and 5-10 meters significantly influence E. coli contamination in groundwater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Taylor and Francis, 2008
553.79 GRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Allysha Diandra
"Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan kualitas air tanah. Di Kota Metro, air tanah sebagai sumber air utama rentan tercemar oleh bakteri E. coli dari fasilitas sanitasi seperti cubluk dan tangki septik, terutama saat hujan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh intensitas hujan, jarak horizontal, dan muka air tanah terhadap pencemaran E. coli pada air tanah di sekitar fasilitas sanitasi di Kelurahan Yosodadi, Kota Metro. 17 sumur pantau atau piezometer diinstalasikan pada jarak horizontal 2 m dan 5 m dari tangki septik pada 3 rumah tangga. Pengujian E. coli yang berjumlah 130 dilakukan pada bulan Januari-Februari 2024 menggunakan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 3 rumah tangga, tingkat risiko pencemaran air tanah sekitar fasilitas sanitasi 24 jam setelah hujan sebesar 46% dalam kategori sangat tinggi, 17% dalam kategori tinggi, 18% dalam kategori sedang, dan 18% dalam kategori rendah. Berdasarkan uji statistik, intensitas hujan, jarak, dan muka air tanah memiliki hubungan signifikan dengan pencemaran E. coli yang terjadi di sekitar tangki septik dengan hasil p-value <0,05. Pencemaran E. coli melebihi 1000 MPN/100 mL pada air tanah sekitar fasilitas sanitasi memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk terjadi setelah kejadian hujan deras (>20 mm/jam) dibandingkan hujan ringan (<20 mm/jam). Konsentrasi E. coli pada jarak 2 m antara piezometer dengan tangki septik lebih tinggi dibandingkan pada jarak 5 m. Tinggi muka air tanah memiliki korelasi dengan pencemaran E. coli pada air tanah, konsentrasi E. coli lebih besar ketika muka air tanah tinggi. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian hujan dapat meningkatkan pencemaran E. coli pada air tanah sehingga diharapkan ada kerjasama diantara pemerintah dan masyarakat Kota Metro untuk melakukan perbaikan terhadap konstruksi tangki septik, melakukan program pengolahan air tanah berskala rumah tangga, melakukan perubahan perilaku masyarakat dengan prinsip sanitasi aman, serta mengganti layanan air menjadi PDAM dari air tanah.

Indonesia is vulnerable to climate change and groundwater quality issues. In Metro City, groundwater, the primary water source, is prone to contamination by E. coli bacteria from sanitation facilities such as pit latrines and septic tanks, especially during rain. This study was conducted to analyze the influence of rain intensity, horizontal distance, and groundwater table on E. coli contamination in groundwater around sanitation facilities in Yosodadi Village, Metro City. Seventeen monitoring wells or piezometers were installed at horizontal distances of 2 meters and 5 meters from septic tanks in three households. A total of 130 E. coli tests were conducted in January-February 2024 using IDEXX Colilert-18. Based on the analysis conducted on three households, the groundwater contamination risk around sanitation facilities 24 hours after rain was 46% in the very high category, 17% in the high category, 18% in the medium category, and 18% in the low category. Statistical tests indicated that rain intensity, distance, and groundwater table have a significant relationship with E. coli contamination around septic tanks, with a p- value <0.05. E. coli contamination exceeding 1000 MPN/100 mL in groundwater around sanitation facilities is 3.74 times more likely to occur after heavy rain (>20 mm/hour) compared to light rain (<20 mm/hour). E. coli concentrations at a 2-meter distance between the piezometer and septic tank were higher than at a 5-meter distance. The groundwater table height correlates with E. coli contamination in groundwater, with higher concentrations when the groundwater table is high. The findings of this study suggest that rainfall can increase E. coli contamination in groundwater, so cooperation between the government and the Metro City community is needed to improve septic tank construction, implement household- scale groundwater treatment programs, promote safe sanitation practices, and switch from groundwater to PDAM water services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadid Sukmana
"

Air lindi TPST Bantargebang akan mempengaruhi kualitas air tanah dengan tingkat pencemaran yang berbeda-beda pada jarak tertentu. Perilaku sanitasi lingkungan hingga perilaku sosial dan perilaku ekonomi warga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas air tanah warga sekitar. Tujuan riset adalah menganalisis kualitas air tanah dan perilaku sanitasi lingkungan serta sosial ekonomi pada permukiman pemulung sekitar TPST Bantargebang Bekasi. Riset menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan analisis kualitas air menggunakan instrumentasi laboratorium dan melakukan analisis deskriptif dari kuisioner maupun data penduduk lainnya. Parameter fisik seperti kekeruhan di titik 2 jarak 300 meter belum memenuhi baku mutu, secara parameter kimia semua memenuhi baku mutu, secara parameter mikrobiologi semua belum memenuhi baku mutu. Tidak terdapat hubungan antara jarak permukiman pemulung ke TPST Bantargebang dengan kualitas air tanah. Penerapan perilaku sanitasi lingkungan pada permukiman pemulung sekitar TPST Bantargebang tergolong tinggi. Perilaku sosial pada permukiman pemulung sekitar TPST Bantargebang masuk kedalam kategori rendah. Perilaku ekonomi pada permukiman pemulung sekitar TPST masuk kedalam kategori sedang. Riset ini dapat berkontribusi untuk memberikan saran dalam tata kelola pelestarian air tanah Di TPST Bantargebang

 


Leachate Bantargebang TPST will affect the quality of groundwater with different levels of pollution at a certain distance. The problem of environmental sanitation to socio-economic is a factor that must improve the water quality of citizens Bantargebang TPST. The aim of the research was to analyze groundwater quality and environmental and socio-economic sanitation behavior in the scavenger settlements around Bantargebang TPST Bekasi. This research uses quantitative methods. Quantitative methods are used to perform water quality analysis calculations using laboratory instrumentation and conduct descriptive analysis of questionnaires and other population data. Physical parameters such as turbidity at point 2, distance of 300 meters does not meet the quality standard, all chemical parameters meet the quality standard, chemical parameters meet the quality standards, in all microbiological parameters have not met the quality standard. There is no correlation between the distance between scavenger settlements to Bantargebang TPST and groundwater quality. The application of environmental sanitation behavior to the scavenger settlements around Bantargebang TPST is high. The social behavior in the settlements of scavengers around Bantargebang TPST falls into the low category. The economic behavior in the scavenger settlements aroundaround TPST falls into the medium category. This research can contribute to providing information on building sanitation and the environment in Bantargebang TPST

 

"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Kajian Ilmu Lingkungan,
T52310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wairara, Tricia Lusia Novalia
"Pelayanan air perpipaan di Indonesia yang masih kurang mendorong masyarakat untuk menggunakan sumber air nonperpipaan seperti air tanah dan air isi ulang. Namun berdasarkan beberapa penelitian, air nonperpipaan diketahui memiliki risiko akibat kontaminasi bakteri dan patogen. Studi ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas air minum dengan mengetahui persebaran kontaminasi E. coli, faktor yang mempengaruhinya, serta membandingkan risiko kesehatan air minum nonperpipaan di Kota Bekasi dan Metro. Penelitian dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN) untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) dengan indikator bakteri E. coli dan patogen indeks Salmonella. Pengujian kualitas air minum menunjukkan bahwa terjadi kontaminasi E. coli sekitar 26,7% dari total 202 sampel di Kota Bekasi dengan rata-rata 18,7 MPN/100 mL. Sedangkan di Kota Metro 30,0% dari 190 sampel terkontaminasi E. coli dengan rata-rata 77,3 MPN/100 mL. Berdasarkan uji korelasi Spearman¸ faktor seperti sumber air, pewadahan, dan pengolahan air tidak menunjukkan adanya korelasi terhadap konsentrasi E. coli, kecuali untuk faktor pewadahan di Kota Metro yang berhubungan signifikan dengan E. coli ≥100 MPN/100 mL. Kemudian hasil penelitian mengenai rasio patogen indeks Salmonella dengan sampel air tanah di kota Bekasi (n=7) diperoleh nilai rasio sebesar 0,03. Hasil perhitungan analisis QMRA dengan simulasi Monte-Carlo di Kota Bekasi menunjukkan bahwa air tanah memiliki nilai median beban penyakit sebesar 0,01 ± 0,03 DALY/orang/tahun dan air isi ulang dengan nilai sebesar 0,003 ± 0,02 DALY/orang/tahun. Sedangkan, untuk Kota Metro diperoleh sebesar 0,04 ± 0,04 DALY/orang/tahun untuk air tanah dan air isi ulang sebesar 0,03 ± 0,04 DALY/orang/tahun. Seluruh nilai yang diperoleh melebihi batas nilai maksimum menurut WHO yaitu sebesar 10-4 DALY/orang/tahun. Oleh karena itu, intervensi yang tepat perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang konsumsi air minum yang aman dan layak

Piped water services in Indonesia are still relatively low. This condition encourages people to use non-piped water sources such as groundwater and refilled water. However, based on several studies, non-piped water is known to have risks due to bacterial and pathogen contamination. This study was conducted as an effort to improve drinking water quality by knowing the distribution of E. coli contamination, the factors that influence it, and comparing the health risks of non-piped drinking water in Bekasi City and Metro. The research was conducted using the Most Probable Number (MPN) method to determine the concentration of bacteria and the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method with E. coli as indicators and Salmonella as reference pathogen. The drinking water quality testing showed that there was around 26.73% E. coli contamination from a total of 202 drinking water samples in Bekasi City with an average of 18.74 MPN/100 mL. Whereas in Metro City 30% of 190 samples were contaminated with E. coli with an average of 77.31 MPN/100 mL. Based on the Spearman correlation test¸ risk factors such as water sources, containers, and water treatment did not show a correlation with E. coli concentrations, except for the container factor in Metro City which is significantly related to E. coli ≥100 MPN/100 mL. Then to find out the reference pathogen ratio, a Salmonella concentration test was carried out for groundwater in the city of Bekasi (n=7) and a ratio value of 0.03 was obtained. The results of QMRA analysis calculations using Monte-Carlo simulations in Bekasi City show that groundwater has a median disease burden value of 0.01 ± 0.03 DALY/person/year and refill water with a value of 0.003 ± 0.02 DALY/person/year year. Whereas for Metro City, the median disease burden of groundwater was 0.04 ± 0.04 DALY/person/year and for refill water it was 0.03 ± 0.04 DALY/person/year. All values ​​obtained exceeded the maximum value limit according to WHO, namely 10-4 DALY/person/year, therefore proper intervention from the government is needed to educate the public about consumption of safe drinking water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Listiantoro
"Terbatasnya penyediaan air di Jakarta khususnya untuk pemenuhan kebutuhan air dikawasan Industri Pulogadung mengharuskan pengelola kawasan mulai memikirkan langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan air bagi kelangsungan proses di Industri. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengolah air buangan menjadi air daur ulang. Untuk mengolah air buangan diperlukan data karakteristik air buangan baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga dapat disusun skenario pengolahan dan pemakaian air daur ulang. Proses pengolahan air buangan terdiri dari pretreatment, pengolahan primer dan pengolahan lanjutan. Tiga skenario pengolahan dan pemakaian air daur ulang yang digunakan adalah pemakaian air untuk kebutuhan domestik nonpotable, pengolahan air lanjutan menggunakan teknologi ultrafiltrasi dan pengolahan air lanjutan menggunakan teknologi trickling filter. Hasil perhitungan desain skenario 1 untuk pemenuhan kebutuhan air domestik nonpotable dengan baku mutu U.S. EPA kekeruhan ≤ 2 NTU dan BOD≤ 10 mg/l didapat hasil kekeruhan 1.4 NTU dan BOD = 7.1 mg/l dengan debit air 12122.8 m3 /hari pada debit desain harian maksimum dan 4180.3 m3 /hari pada debit desain harian rata-rata, hasil perhitungan desain skenario 2 untuk pemenuhan kebutuhan air di kawasan industri Pulogadung menggunakan baku mutu air kelas 1 PP No. 82 Tahun 2001 dengan kandungan TSS = 50 mg/l, BOD = 2 mg/l dan COD = 10 mg/l didapat hasil kandungan TSS = 0.1 mg/l, BOD = 0.9 mg/l dan COD = 3.5 mg/l dengan debit air 8486 m3 /hari pada debit design harian maksimum dan 2926.2 m3 /hari pada debit desain harian ratarata sedangkan skenario 3 tidak dapat diterapkan karena perhitungan desain organic loading rate tidak memenuhi kriteria. Dari hasil analisa biaya, skenario 1 pengolahan dan pemakaian air untuk pemenuhan kebutuhan domestik nonpotable menjadi pilihan utama dalam penelitian ini

Lack of water supply in Jakarta especially for water supply in Pulogadung Industrial estate makes area manager begin to think about how to ensure the availability of water for industrial used. One step that can be done is treat wastewater into recycle water. To treat wastewater, effluent characteristics data both quality and quantity needed for arrange water usage and treatment scenario. Water treatment process consist of pretreatment, primary treatment and advanced treatment. Three scenarios processing and use recycle water are the use of water for nonpotable domestic needs, advanced water treatment using ultrafiltration technology and advanced water treatment with trickling filter technology. Result of design calculation scenario 1 to meet the needs of domestic nonpotable water with water quality standard U.S. EPA turbidity ≤ 2 NTU and BOD≤ 10 mg/l obtained result turbidity 1.4 NTU and BOD = 7.1 mg/l at 12122.8 m3 /day maximum daily flow design and at 4180.3 m3 /day average daily flow design, result of design calculation scenario 2 for Pulogadung Industrial estate water used with water quality standard class 1 PP No. 82 Tahun 2001 with TSS = 50 mg/l, BOD = 2 mg/l and COD = 10 mg/l obtained result TSS = 0.1 mg/l, BOD = 0.9 mg/l and COD = 3.5 mg/l at 8486 m3 /day maximum daily flow design and at 2926.2 m3 /day average daily flow design, scenario 3 can’t be applied because design calculation organic loading rate didn’t meet the criteria. From cost analysis, scenario 1 water usage for domestic nonpotable used become the first choice in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Suwarti
"

Meningkatnya jumlah kebutuhan air baku bagi masyarakat di DKI Jakarta disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Upaya meningkatkan sumber air baku salah satunya dengan memanfaatkan kanal banjir timur (KBT). Masalah dalam penelitian ini adalah kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, pengetahuan dan sikap disekitar KBT menjadi salah satu faktor sumber pencemar, sehingga dari segi kelayakan ekonomi dan lingkungan masyarakat kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sumber pencemar di KBT, menganalisis nilai kelayakan ekonomi di KBT sebagai pemanfaatan air baku. Metode uji kualitas air dilakukan di laboratorium, dan kelayakan ekonomi dilakukan perhitungan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil dari pengaruh kualitas air KBT yang  melebihi baku mutu terdapat delapan parameter yaitu TSS, besi, mangan, ammonia, angka permanganat, BOD5, COD, total coliform. Nilai kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa hal ini layak untuk digunakan sebagai pemanfaatan air baku di KBT, karena menunjukkan indikator kelayakan positif NPV, nilai IRR 20,3% dan BEP 13,5. Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki pasokan air baku yang direncanakan hingga 1.000 L/detik dapat melayani 347.267 Jiwa. Kesimpulan analisis ekonomi dan kelayakan lingkungan adalah bahwa KBT layak untuk digunakan sebagai sumber air baku yang berkelanjutan dan dapat digunakan sebagai air baku tambahan bagi masyarakat di DKI Jakarta.


The increasing number of raw water demands for people in DKI Jakarta is caused by population growth, so there is a need to increase the daily needs of raw water. One of the efforts to increase raw water sources is by utilizing the East Flood Canal (KBT). The problems in this research is the quality, quantity, and continuity, as well as the social community (knowledge, attitude) around KBT to be one of the pollutant source factors, so in terms of economic and environmental feasibility the community lacks clean water for daily needs consumptions. This study aims to analyze pollutant source factors at KBT, analyze the economic and environmental feasibility of KBT as utilization for raw water demands. Water quality test methods are carried out in the laboratory, and economic feasibility is calculated by Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Return (IRR). The results of the influence of KBT water quality that exceeds the quality standard are eight parameters, namely TSS, iron, manganese, ammonia, permanganate number, BOD5, COD, total coliform. The results of the economic viability value indicates that it is feasible to be utilizes raw water in the KBT, because it shows an indicator of positive NPV feasibility, an IRR value of 20.3% and BEP 13.5. East Flood Canal (KBT) has planned a raw water supply of up to 1,400 L/s and can serve 347.267 people. The conclusion of economic analysis and environmental feasibility is that the KBT is feasible to be used as a sustainable source of raw water and can be used as an additional raw water for the community in DKI Jakarta.

"
2019
T51674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>